Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang
HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekrang sudah ada
disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan
penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita semua tidak perlu takut. Jika
kita berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta senantiasa memegang teguh ajaran agama,
maka kita akan terbebas dari HIV/AIDS.

B. Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui penyebab AIDS serta bahaya yang ditimbulkan.
2. Mengetahui cara pencegahan HIV / AIDS.

C Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis mempergunakan metode
observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Teknik Wawancara
Tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai
kasus yang dibahas. Repondennya meliputi beberapa kaum pendidik yang penulis anggap cukup
mengerti tentang masalah ini.
2. Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan
makalah ini.
3. Internet
Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang berhubungan dengan penulisan ini di internet.
BAB II
KAJIAN TEORI

HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel
sistem kekebalan tubuh manusia - terutama CD4+ Sel T dan macrophage, komponen vital dari
sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka.
Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang
menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.
Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 (Coffin et al., 1986) sebagai nama untuk
retrovirus yang diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari
Perancis, yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-associated virus) (Barre-
Sinoussi et al., 1983) dan oleh Robert Gallo dari Amerika Serikat, yang awalnya menamakannya
HTLV-III (human T lymphotropic virus type III) (Popovic et al., 1984).
HIV adalah anggota dari genus lentivirus [1], bagian dari keluarga retroviridae [2] yang
ditandai dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari sel-host awal yang
mengelilingi sebuah pusat protein/RNA. Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan
HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih "virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber
dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika
barat (Reeves and Doms, 2002). Kedua spesies berawal di Afrika barat dan tengah, melompat
dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis.
HIV-1 telah berevolusi dari sebuah simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang
ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte (Gao et al., 1999).HIV-2
melompat spesies dari sebuah strain SIV yang berbeda, ditemukan dalam sooty mangabeys,
monyet dunia lama Guinea-Bissau (Reeves and Doms, 2002).
HIV-1 memiliki 3 kelompok atau grup yang telah berhasil diidentifikasi berdasarkan
perbedaan pada envelope-nya yaitu M, N, dan O (Thomson dkk, 2002). Kelompok M yang
paling besar prevalensinya dan dibagi kedalam 8 subtipe berdasarkan seluruh genomnya, yang
masing-masing berbeda secara geografis (Carr dkk, 1998). Subtipe yang paling besar
prevalensinya adalah subtipe B (banyak ditemukan di Afrika dan Asia), subtipe A dan D (banyak
ditemukan di Afrika), dan C (banyak ditemukan di Afrika dan Asia); subtipe-subtipe ini
merupakan bagian dari kelompok M dari HIV-1. Ko-infeksi dengan subtipe yang berrbeda
meningkatkan sirkulasi bentuk rekombinan (CRFs)
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui anus,
transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam
perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa
menyusui. UNAIDS transmission. Penggunaan pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan
untuk mengurangi penularan HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan bahwa penyunatan
dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV [3], tetapi banyak ahli percaya bahwa hal ini
masih terlalu awal untuk merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka mencegah HIV [4].
Pada akhir tahun 2004 diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang hidup dengan
HIV, 25 juta di antaranya adalah penduduk sub-Sahara Afrika. Perkiraan jumlah orang yang
terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah antara 4,3 juta hingga 6,4 juta orang.
(AIDS epidemic update December 2004).
Wabah ini tidak merata di wilayah-wilayan tertentu karena ada negara-negara yang lebih
menderita daripada yang lainnya. Bahkan pada tingkatan negara pun ada perbedaan tingkatan
infeksinya pada daerah-daerah yang berlainan. Jumlah orang yang hidup dengan HIV terus
meningkat di semua bagian dunia, meskipun telah dilakukan berbagai langkah pencegahan yang
ketat.
Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV di antara
kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini diduga disebabkan
oleh banyaknya penyakit kelamin, praktek menoreh tubuh, transfusi darah, dan buruknya tingkat
kesehatan dan gizi di sana (Bentwich et al., 1995). Pada tahun 2000, WHO memperkirakan
bahwa 25% unit darah yang ditransfusikan di Afrika tidak dites untuk HIV, dan bahwa 10%
infeksi HIV di benua itu terjadi lewat darah.
Di Asia, wabah HIV terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius lewat jarum
suntik, hubungan seks baik antarpria maupun dengan pekerja seks komersial, dan pelanggannya,
serta pasangan seks mereka. Pencegahannya masih kurang memadai.
HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya
sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel
darah merah) dan kasarnya "spherical"
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus
lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan
dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik
yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta
bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan
vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa
mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih beresiko daripada
hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan resiko hubungan seks anal lebih besar daripada
resiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak beresiko karena HIV dapat
masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.[34] Kekerasan seksual secara umum
meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering
terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan resiko penularan HIV karena dapat
menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan
juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen
dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara
menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar resiko terinfeksi AIDS akibat adanya
borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga
meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan
kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada
berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat
dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin.
Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan
laju transmisi HIV.[36][37] Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan
hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap
penyakit seksual.[38][39] Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus
lain yang lebih mematikan.
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita
hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali
jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis
penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan resiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga
hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga
dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat
Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang
digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis
dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi resiko itu.[40] Pekerja fasilitas kesehatan
(perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang.
Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik
tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia
karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5%
dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas
kesehatan yang tidak aman.[41] Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa,
didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia
menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di
negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun
demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang
aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".
[43]
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa
perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani,
tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun
demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara
bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.[44] Sejumlah faktor dapat memengaruhi
resiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus,
semakin tinggi resikonya). Menyusui meningkatkan resiko penularan sebesar 4%.[45]
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi
AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994.
Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan
bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif
ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi
HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju
digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi
dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan
HIV-1.[46] Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini
adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas
yang berulang
Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi
bakteri parah, dan tuberkulosis.
Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru,
dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.[51] Kurang dari 1%
penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan
persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung
di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang AIDS,
menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di
fasilitas kesehatan umum pedesaan.[51] Dengan demikian, darah dari para pendonor dan produk
darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa
kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan
untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien.
Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang
dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa
dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula
tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat
digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat
terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis
infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan
seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu
ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan
kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara
umum dapat diabaikan.
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu yang
salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV di dunia.
[60] Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti
terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi resiko
penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar
jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan.[61] Kondom laki-laki berbahan
lateks, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya
teknologi yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi HIV secara seksual dan
penyakit menular seksual lainnya. Pihak produsen kondom menganjurkan bahwa pelumas
berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan kondom
lateks karena bahan-bahan tersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang.
Jika diperlukan, pihak produsen menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air.
Pelumas berbahan dasar minyak digunakan dengan kondom poliuretan
Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan,
yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondom
wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah ujung terbuka keras
berbentuk cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki
cincin bagian dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina — untuk memasukkan
kondom wanita, cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih
jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita. Penelitian awal
menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan pelindung
secara keseluruhan meningkat relatif terhadap hubungan seksual tanpa pelindung sehingga
kondom wanita merupakan strategi pencegahan HIV yang penting.[63]
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan
pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan menyebabkan
berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan
menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukkan
bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk
perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.
Sekelompok kecil aktivis, diantaranya termasuk beberapa ilmuwan yang tidak meneliti
AIDS, mempertanyakan tentang adanya hubungan antara HIV dan AIDS,[115] keberadaan HIV
itu sendiri,[116] serta kebenaran atas percobaan dan metode perawatan yang digunakan untuk
menanganinya. Klaim mereka telah diperiksa dan secara luas ditolak oleh komunitas ilmiah,
[117] walaupun terus saja disebarkan melalui internet dan sempat memiliki pengaruh politik di
Afrika Selatan melalui mantan presiden Thabo Mbeki, yang menyebabkan pemerintahnya
disalahkan atas respon yang tidak efektif terhadap epidemik AIDS di negara tersebut.

BAB III
RUMUSAN MASALAH

Dari Ekonomi HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan


menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital). Tanpa nutrisi
yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-
negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan
membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan
runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah
meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan menyebabkan
mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit
ini akan didominasi anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit
sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota
keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang
meningkat juga akan melemahkan mekanisme menghasilkan human capital dan investasi pada
masyarakat, yaitu karena hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua. Karena AIDS
menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa muda, ia melemahkan populasi pembayar
pajak, mengurangi dana publik seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak
berhubungan dengan AIDS. Ini memberikan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat
pertumbuhan ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin
terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, pelatihan (untuk
menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan yatim piatu korban
AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika peningkatan tajam mortalitas orang dewasa
menyebabkan berpindahnya tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah,
untuk menangani para anak yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan
pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan menyebabkan
berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan
menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukkan
bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua kali lebih banyak untuk
perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga lainnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel
sistem kekebalan tubuh manusia - terutama CD4+ Sel T dan macrophage, komponen vital dari
sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka.
Infeksi dari HIV menyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang
menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS.
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus
lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Generasi muda adalah generasi yang baru saja menginjakkan kakinya di dunia dewasa.
Pada umumnya mereka masih mencari jati diri sebagai manusia yang ingin dianggap dewasa.
Sehingga setiap langkah yang diambil pada umumnya cenderung mencoba – coba karena sifat
keingintahuan manusia terhadap hal – hal yang dianggap baru. Jika ternyata langkah yang
mereka ambil salah tentunya akan berakibat sangat fatal.
Hal-hal tersebut adalah masa-masa rawan yang merupakan langkah awal yang sangat
harus diwaspadai oleh generasi muda. Generasi muda juga sangat mudah terbujuk oleh hasutan
orang-orang di sekitarnya. Selain itu generasi muda adalah masa di mana persahabatan adalah
segalanya, dan melakukan sesuatu bersama, jadi apabila salah satu dari mereka ada yang
memakai narkoba maka teman lainnya akan penasaran dan akhirnya mereka mencoba juga.
Dimana narkoba sangatlah dekat kaitanya dengan miras, rokok, dan seks bebas yang
menyebabkan HIV/AIDS .
Pada umumnya pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah jenis ketergantungan yang
paling banyak digunakan oleh kaum muda. Dan cara ini pulalah yang paling rentan terhadap
penularan virus HIV/AIDS, sehingga banyak tunas – tunas bangsa yang layu sebelum
berkembang dan akhirnya memudarkan harapan untuk menjadi penerus bangsa.

SARAN
Seperti yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya bahwa HIV/AIDS adalah
penyakit yang berbahaya karena virus tersebut menyerang sistim kekebalan tubuh kita dalam
melaan segala penyakit. Untuk menghindari hal tersebut dapat penulis sarankan hal – hal sebagai
berikut :
1. Bagi yang belum terinfeksi virus HIV/AIDS sebaiknya :
a). Belajar agar dapat mengendalikan diri;
b). Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK” terhadap segala jenis yang
mengarah kepada narkoba dan psikotropika lainnya;
c). Membentengi diri dengan agama;
d). Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian bagi
anak – anak yang depresi.
2. Bagi penderita HIV/AIDS sebaiknya :
a). Memberdayakan diri terhadap HIV/AIDS;
b). Mencoba untuk hidup lebih lama;
c). Mau berbaur dengan orang disekitarnya/lingkungan;
d). Tabah dan terus berdoa untuk memohon kesembuhan.

3. Bagi keluarga penderita HIV/AIDS sebaiknya :


a). Memotivasi penderita untuk terbiasa hidup dengan HIV/AIDS sehingga bisa melakukan pola
hidup sehat;
b). Memotivasi penderita HIV/AIDS untuk mau beraktivitas dalam meneruskan hidup yang lebih
baik.

AIDS adalah penyakit berbahaya yang sampai saat ini belum di temukan obatnya.
Penyakit AIDS di sebabkan oleh jarum suntik dan seks bebas yang di sebabkan oleh pergaulan
bebas.
Jadi apa bila kita ingin aman dari AIDS kita sebaiknya :
Ø Belajar agar dapat mengendalikan diri
Ø Memiliki prinsip hidup yang kuat
Ø Membentengi diri dengan agama
Ø Dan menjaga keharmonisan keluarga Karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian
anak-anak yang depresi

Dan bagi penderita HIV/AIDS sebaiknya :


Ø Memberdayakan diri terhadap AIDS
Ø Mencoba untuk hidup lebih lama
Ø Berbaur dengan orang disekitar
Ø Tabah dan terus berdoa

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
http://id.wikipedia.org/wiki/HIV
hadesfromhell.blogspot.com/.../di-sekolah-gue-di-labschool-kalo-udah.htmlwww.google.co.id
http://iskandarnet.wordpress.com/2008/01/24/contoh-laporan-tentang-hivaids/

Anda mungkin juga menyukai