Anda di halaman 1dari 20

ASKEP PASIEN IBU HAMIL

PASCA MELAHIRKAN DENGAN HIV

Di Susun Oleh:

1. Ade Malia Sari


2. Dede Mulyadi
3. Kelvin Arisandy
4. Nova Suzanna
5. Siti Arfah Zuhriah
6. Ayu Darningsih
7. Infi Dian puspita
8. Rosnanda Sukmawati
9. Tri Megawati
10. Taofik Patulloh
PENDAHULUAN

A. Definisi
Asuhan ibu hamil pasca melahirkan dengan HIV adalah suatu bentuk
manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. Pemberian
asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian
asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitaranya
(Hartati 2009).
HIV (Human Immunodeficiency Virus), adalah virus yang menyerang
system kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV
tergolong dalam kelompok retrovirus yaitu kelompok virus yang mempunyai
kemampuan untuk mengkopi-cetak materi genetik diri di dalam materi genetik
sel-sel yang ditumpanginya. Melalui proses ini HIV dapat mematikan sel-sel T-
4. (Hartati 2009).

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan


gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh HIV. Terdapat
2 jenis virus penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 paling banyak
ditemukan di daerah barat, Eropa, Asia dan Afrika Tengah, Selatan dan Timur.
HIV-2 terutama ditemukan di Afrika Barat. (Hartati 2009).

B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang
disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi
oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika
Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan
internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV (Heemanides
HS, 2011).
Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang
atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel
Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-
4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang
lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun
demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang
setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan
bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua
untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa
jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp
120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena
bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk
virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar
matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter,
aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten
terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati
diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel
glia jaringan otak.

I. Penularan HIV pada ibu hamil


Penularan HIV ke ibu bisa akibat hubungan seksual yang tidak aman
(biseksual atau hommoseksual), pemakaian narkoba injeksi dengan jarum
bergantian bersama penggidap HIV, tertular melalui darah dan produk darah,
penggunaan alat kesehatan yang tidak steril, serta alat untuk menorah kulit.
Menurut CDC penyebab terjadinya infeksi HIV pada wanita secara berurutan
dari yang terbesar adalah pemakaian obat terlarang melalui injeksi 51%, wanita
heteroseksual 34%, dtransfusi darah 8%, dan tidak diketahui sebanyak 7%.
Cara penularan virus HIV-AIDS pada wanita hamil dapat melalui
hubungan seksual. Salah seorang peneliti mengemukakan bahwa penularan
dari suami yang terinfeksi HIV ke isterinya sejumlah 22% dan isteri yang
terinfeksi HIV ke suaminya sejumlah 8%. Namun penelitian ain mendapatkan
serokonversi (dari pemeriksaan laboratorium negatif menjadi positif) dalam 1-3
tahun dimana didapatkan 42% dari suami dan 38% dari isteri ke suami
dianggap sama
Penularan HIV dari ibu ke bayi dan anak bisa melalui darah, penularan
melalui hubungan seks. Penularan dari ibu ke anak karena wanita yang
menderita HIV atau AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun)
sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in
utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika prevalensi penularan HIV dari ibu
ke bayi adalah 0,01 % sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIv dan belum ada
gejala AIDS kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20-35%, sedangkan kalau
gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50%.
Kasus HIV-AIDS disebabkan oleh heteroseksual. Virus ini hanya dapat
ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, semen, dan sekret vagina.
Dan sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual. HIV
tergolong netrovirus yang memiliki materi genetik RNA. Bilamana virus
masuk kedalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA diubah menjadi DNA
oleh enzim reverse transcriptase. DNA provirus tersebut diintegrasikan
kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen
virus.
Penularan secara vertikal dapat terjadi setiap waktu selama kehamilan
atau pada periode intrapartum atau postpartum. HIV ditemukan pada jaringan
fetal yang berusia 12 dan 24 minggu dan terinfeksi intrauterin sejumlah 30-50%
yang penularan secara vertikal terjadi sebelum persalinan, serta 65% penularan
terjadi saat intrapartum. Pembukaan serviks, vagina, sekresi serviks dan darah
ibu meningkatkan risiko penularan selama persalinan. Lingkungan biologis,
dan adanya riwayat ulkus genitalis, herpes simpleks, dan SST (Serum Test
for Syphilis) yang positif meningkatkan prevalensi infeksi HIV karena
adanya luka-luka merupakan tempat masuknya HIV. Sel-sel limfosit
T4/CD4 yang mempunyai reseptor untuk menangkap HIV akan aktif
mencari luka-luka tersebut dan selanjutnya memasukkan HIV tersebut ke
dalam peredaran darah. Perubahan anatomi dan fisiologi maternal
berdampak pula pada perubahan uterus, serviks dan
vagina, dimana terjadi hepertropi sel otot oleh karena meningkatnya
elastisitas dan penumpukan jaringan fibrous, yang menghasilkan
vaskularisasi, kongesti, udem pada trimester pertama, keadaan ini
mempermudah erosi ataupun lecet pada saat hubungan seksual. Keadaan ini
juga merupakan media untuk masuknya HIV. Penularan HIV yang paling sering
terjadi antara pasangan yang salah satunya sudah terinfeksi HIV mendekati
20% setelah melakukan hubungan seksual dengan tidak menggunakan
kondom.
Peneliti lain mengemukakan faktor yang dapat meningkatkan
penularan HIV heteroseksual dengan tidak menggunakan kondom pada saat
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang memiliki lesi pada organ
vital, yang disebabkan oleh infeksi sifilis atau herpes simpleks, meningkatkan
transfer virus melalui lesi sehingga terjadi kerusakan membran mukosa dan
merangsang limfosit CD4 untuk bergabung dengan jaringan yang mengalami
inflamasi (Siregar FA. 2004)

PERIODE PASCAPARTUM
Hanya sedikit diketahui tentang kondisi klinis wanita yang terinfeksi
HIV selama periode pascapartum. Walaupun periode pascapartum awal tidak
signifikan, follow-up yang lebih lama menunjukkan frekuensi penyakit klinis
yang tinggi pada ibu yang anaknya menderita penyakit. Konseling tentang
pengalihan pengasuhan anak dibutuhkan jika orang tua tidak lagi mampu
merawat diri mereka.
Terlepas dari apakah infeksi terdiagnosis, roses keperawatan
diterapkan dengan cara yang peka terhadap latar belakang budaya individu
dan dengan menjunjung nilai kemanusiaan. Infeksi HIV merupakan suatu
peristiwa biologi, bukan suatu komentarmoral. Sangat penting untuk diingat,
ditiru, dan diajarkan bahwa reaksi (pribadi) terhadap gaya hidup, praktik, atau
perilaku tidak boleh mempengaruhi kemampuan perawat dalam member
perawatan kesehatan yang efektif, penuh kasih sayang, dan obyektif kepada
semua individu
Bayi baru lahir dapat bersama ibunya, tetapi tidak boleh disusui.
Tindakan kewaspadaan universal harus diterapkan, baaik untuk ibu maupun
bayinya, sebagaimana yang dilakukan pada semua pasien. Wanita dan bayinya
dirujuk ke tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam terapi AIDS dan
kondisi terkait (Siregar FA. 2004)
D. Tanda dan Gejala
Gejala dari infeksi akut HIV terjadi sekitar 50% kepada seseorang yang baru
terinfeksi. Gejala yang ditimbulkan adalah (Walter.2011):
• Demam
• Malaise
• Ruam
• Myalgia
• Sakit kepala
• Meningitis
• Kehilangan napsu makan
• Berkeringat
Adapun gejala infeksi HIV kronis sebagai berikut:
• Infeksi bakteri berulang
• Candidiasis di saluran bronkus, trachea, paru dan esophagus
• Herpes simpleks kronis
• Kaposi sarcoma (proliferasi vaskuler neoplastik ganas yang multi
sentrik dan ditandai dengan nodul-nodul kutan berwarna merah
kebiruan, biasanya pada pada ekstremitas bawah yang ukuran dan
jumlahnya membesar dan menyebar ke daerah yang lebih
proksimal)
• Pneumoncystis
• Wasting syndrome
Gejala infeksi HIV pada wanita hamil, uumnya sma dengan wanita tidak hamil
atau orang dewasa. infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak
spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala
(asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada
stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS
rata-rata baru timbl 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
Banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun.
mereka merasa sehat dan juga dari luar Nampak sehat-sehat saja. Namun
orang yang terinfeksi HIV akan menjadi pembawa dan penular HIV kepada
orang lain.
Kelompok orang-orang HIV tanpa gejala dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu:
1. kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tetapi tanpa gejala dan tes
darahnya negatif. pada tahap dini ini antibody terhadap HIV belum
terbentuk. Waktu antara masuknya HIV disebut window period yang
memerlukan waktu antara 15 hari sampai 3 bulan setelah terinfeksi
HIV.
2. kelompok yang sudah terinfeksi HIV, tanpa gejala tetapi tes darah
positif. Keadaan tanpa gejala ini dapat berlangsung lama sampai 5
tahun atau lebih.
CDC (Center for Disease Control, USA, 1986) menetapkan klasifikasi infeksi
HIV pada orang dewasa sebagai berikut[6]:
• Kelompok I: infeksi akut
• Kelompok II: infeksi asimptomatik
• Kelompk III: Infeksi Limpadenopati Generalisata Persisten (LGP)
• Kelompok IV: penyakit-penyakit lain.

N. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%
orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun
pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,
virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel
darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam
DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada
akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.
Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD 4 adalah sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama
sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+
atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag
dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel
ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T
penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya
terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat
memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan
pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama
bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena
banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha
melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6
bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang
berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit
kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar
limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang
yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS,
jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200
sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit
yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi
yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan
infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu
dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang
bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali
organisme dan sasaran baru yang harus
diserang. Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan
waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini
disebut periode jendela (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti
berkembang selama lebih
kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap
HIVtetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru
timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan
gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS
membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10
tahun setelah diketahui atau terindikasi HIV positif (Anonymous.2010)

L. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat
menunjukkan tes negative pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba
mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk
membedakan respons antibody bayi dan ibu:
2. Hitung darah lengkap (HDL) dan jumlah limfosit total: Bukan diagnostic
pada bayi baru lahir tetapi memberikan data dasar imunologis.
3. EIA atau ELISA dan tes Western Blot: Mungkin positif, tetapi invalid
4. Kultur HIV (dengan sel mononuclear darah perifer dan, bila tersedia,
plasma).
5. Tes reaksi rantai polymerase dengan leukosit darah perifer: Mendeteksi
DNA viral pada adanya kuantitas kecil dari sel mononuclear perifer
terinfeksi.
6. Antigen p24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat
menjadi indikatif dari kemajuan infeksi (mungkin tidak dapat dideteksi
pada tahap sanagt awal infeksi HIV)
7. Penentuan immunoglobulin G, M, dan A serum kualitatif (IgG, IgN, dan
IgA): Bukan diagnostic pada bayi baru lahir tetapi memberikan data dasar
imunoogis (Walter.2011).

M. Penatalaksanaan
1. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah
virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV.
2. Intervensi Terapetik Antiretrovirus
3. Pengobatan untuk ibu hamil dengan HIV salah satunya dapat
menggunakan obat anti-HIV dimana menurut penelitian dapat mencegah
terjadinya transmisi virus HIV kepada janin dengan cara penggunaan
sebagai berikut:
a. selama kehamilan setelah trimester pertama: dengan memberikan anti-
HIV sedikitnya tiga anti-HIV yang berbeda yang dikombinasikan
(atripla).
b. selama labor dan persalinan: diberikan AZT (zidovudine) IV,
kemudaian diberikan anti-HIV yang lain melalui mulut.
c. setelah melahirkan: diberikan cairan AZT selama 6 minggu.

F. Komplikasi
1. Tuberkulosis (TB) pada penderita HIV yang memiliki kuman TB, mereka
berisiko sepuluh kali untuk terkena penyakit TB karena penderita HIV
memiliki sistem kekebalan tubuh rendah.
2. MAC (Mycobacterium Avium Complex) adalah kuman bakteri yang
berhubungan dengan TB. Kuman MAC sering berada pada makanan, air
dan tanah.
3. Pneumocystis Pneumonia adalah infeksi serius yang menyebabkan
peradangan dan akumulasi cairan di paru-paru. Penyebab PCP adalah
infeksi jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar melalui udara.
4. CMV (Cytomegalovirus) adalah virus yang umum dan berhubungan
dengan virus herpes yang memberikan penyakit herpes oral (pada mulut)
(Siregar FA. 2004).
I. Pathway

Ibu positif HIV

Sistem imun
tubuh
menurun

Bayi lahir

Lahir Lahir Ceasar

Adaya kontak virus


HIV dari ibu ke Resiko bayi terpapar Nyeri
Luka post op
Akut
janin melalui HIV pada bayi kecil
gesekan bayi
dengan jalan lahir Tidak mudah
Resiko bayi
sembuh
dengan HIV
Gangguan Bayi
tumbuh beresiko
Resiko
kembang ASI Infeksi
terjangkit
Sistem imun
terganggu
Pemberian
Resiko ASI
infeksi

Defisiensi
Pengetahuan
j. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Data Subjektif
• Biodata: Nama,Umur, Jenis kelamin, alamat, pekerjaan,suku, agama, no rekam medik
• Keluhan Utama : Perdarahan tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan

berulang (recurrent). Perdarahan tanpa sebab apapun.


2. Data Objektif
1) Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : kesadaran, bentuk badan dan bicara
• Tanda-tanda vital : TD, respirasi, nadi, suhu
• Kepala : bentuk kepala, mata, telinga, hidung, mulut apakah normal atau tidak
• Leher : bentuk, warna kulit, apakah terjadi bengkak dan adanya pembesaran tyroid
• Thorak : dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
• Payudara : keadaan, mamae, dengan cara inspeksi dan palpasi apakah ada kelainan.

Punggung : bentuk punggung


• Abdomen : - inspeksi : kesimetrisan, stiae
□ auskultasi : DJJ
□ -palpasi : pemeriksaan Leopold
• Ekstremitas : atas dan bawah apakah ada edema, tonus otot
• Genetalia : kebersihan, masih keluar darah apa tidak
• Anus : kebersihan, ada hemoroid apa tidak

2) Data Riwayat Kesehatan

1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-
obat.
2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam
hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
4. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang
interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori,
gangguan atensi dan
5. konsentrasi, halusinasi dan delusi.
6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada
bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.

7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan ,


kaku kuduk, kejang, paraplegia.
8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agens cedera fisik
2. Risiko Infeksi dengan faktor risiko Gangguan integritas
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan deegan Kurang informasi

c. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
akut keperawatan selama 2 x 15 menit, 1. Lakukan pengkajian nyeri dengan PQRST
berhubungan masalah teratasi dengan kriteria hasil: 2. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
dengan Agens Kontrol Nyeri (1605) mempengaruhi respon pasien terhadap
cedera fisik 1. Menggambarkan nyeri (2 ke 4) ketidaknyamanan
(00132) 2. Menggunakan tindakan 3. Lajarkan teknik manajemen nyeri seperti
pengurangan nyeri tanpa analgetik pernapasan dalam
(2 ke 4) 4. Monitor tingkat nyeri pasien
3. Melakukan teknik relaksasi efektif
(2 ke 4) Pemberian analgesik (2210)
4. Menggunakan analgesic yang 1. Lakukan pengkajian nyeri dengan PQRST
direkomendaskan (1 ke 3) 2. Menentukan tingkat enyamanan pasien saat
Keterangan : ini da tingkat kenyamanan yang diinginkan,

1. Tidak pernah menunjukan menggunakan skala pengukuran nyeri


2. Jarang menunjukan dengan tepat
3. Kadang-kadang menunjukan 3. Cek adanya alergi obat
4. Sering menunjukan 4. Libatkan pasien dalam memilih analgesik,
5. Secara konsisten menunjukan rute, dan dosis yang tepat
5. Berikan analgesic sewaktu paruh, terutama
pada nyeri yang berat
Tingkat Nyeri (2102) Pemberian obat-obatan (2300)
Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan aturan dan prosedur yang

keperawatan selama 2 x 15 menit, sesuai dengan keakuratan dan kemanan


masalah teratasi dengan kriteria hasil: pemberian obat-obatan
1. Nyeri yang dilaporkan (2 ke 4) 2. Ikuti lima langkah benar dalam pemberian
2. Panjangnya episode nyeri (1 ke 3) obat-obatan
3. Ekspresi wajah (2 ke 4) 3. Verifikasi resep obat-obatan sebelum
Keterangan : pemberian obat

1. Berat 4. Catat alergi yang dialami pasien sebeum


2. Cukup berat pemberian obat dan tahan obat-obatan jika
3. Sedang diperluan
4. Ringan 5. Pertimbangkan kebutuhan klien untuk
5. Tidak ada mendapatkan obat-obatan seperlunya secara
tepat
Pemulihan pembedahan :
penyembuhan (2304)
1. Suhu tubuh (2 ke 4)
2. Laju pernapasan (2 ke 4)
3. Integritas jaringan (2 ke 4)
4. Penyembuhan luka (2 ke 4)
5. Pelaksanaan perawatan luka yang
diresepkan (2 ke 4)
Keterangan:
1. Deviasi berat dari kisaran nomal
2. Deviasi yang cukup berat
dari kisaran nomal
3. Deviasi sedang dari dari kisaran
nomal
4. Deviasi ringan dari kisaran nomal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
nomal

2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Daerah Sayatan (3440)

dengan faktor keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Jelaskan prosedur pada pasien

risiko Gangguan masalah teratasi dengan kriteria hasil: 2. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan,

integritas Keparahan Infeksi (0709) bengkak, atau tanda-tanda evirerari

(00004) 1. Kemerahan (2 ke 4) 3. Catat karakteristik drainase


2. Vasikel yang tidak mengeras 4. Monitor proses penyembuhan di daerah
permukannya (2 ke 4) sayatan
3. Drainase purulen (2 ke 4)

4. Nyeri (2 ke 4) 5. Bersihkan daerah sekitar sayatan dengan


5. Gejala-gejala gastrintestinal (2 ke 4) pembersihan yang tepat
6. Peningkatan jumlah sel darah putih 6. Bersihkan mlai dari area yang bersih ke
(2 ke 4) area kurang bersih
Keterangan : 7. Monitor sayatan untuk tanda dan gejaa
1. Berat infeksi
2. Cukup berat 8. Berikan pleter penutup
3. Sedang 9. Berikan salep antiseptik
4. Ringan 10. Arahkan pasien bagaimana meminimalkan
5. Tidak ada
tekanan pada daerah insisi
Status Maternal: Postpartum (2511)
11. Arahkan pasien dan keluarga cara merawat
1. Kenyamanan (2 ke 4) luka insisi termasuk tanda dan gejala infeksi
2. Tekanan darah (2 ke 4)
Kontrol Infeksi (6540)
3. Infeksi (2 ke 4)
4. Laserasi (2 ke 4) 1. Anjurkan pasien mengenai teknik cuci
tangan dengan tepat
Keterangan: 2. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
1. Deviasi berat dari kisaran nomal pada saat memasuki dan meninggalkan

2. Deviasi yang cukup berat ruangan pasien


dari kisaran nomal
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
3. Deviasi sedang dari dari kisaran perawatan pasien
nomal 4. Pakai sarung tangan steril dengan tepat
4. Deviasi ringan dari kisaran nomal 5. Gosok kulit pasien dengan agen
5. Tidak ada deviasi dari kisaran antibakteri yang sesuai
normal 6. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
7. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
8. Ajarkan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya
kepada penyedia perawatan kesehatan

Perawatan Postpartum (6930)


1. Pantau tanda-tanda vital

2. Dorong pasien untuk melakukan latihan


pernpasan paska operasi
3. Pantau nyeri pasien
4. Berikan analgesik, sesuai kebutuhan
5. Instruksikan pasien mengenai tanda bahaya
yang harus segera dilaporkan

3. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan Pengajaran: Proses Penyakit (5602)


Pengetahuan keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dalam

berhubungan masalah teratasi dengan kriteria hasil: proses penyakit yang spesifik

deegan Kurang Pengetahuan: Manajemen Infeksi 2. Jelaskan patofisioogi penyakit dan bagaimana

informasi (1824) hubungannya

1. Cara penularan (2 ke 4) 3. Jelaskan tanda dan grjala yang umum dari


(00126)
2. Faktor yang berkntribusi terhadap penyakit
4. Identifikasi kemungkinan penyebab
penuaran infeksi
5. Jelaskan mengenai proses penyakit
3. Tanda dan gejala infeksi (2 ke 4)
4. Tidakan untuk peningkan daya tahan Kontrol Infeksi (6540)
teradap infeksi (2 ke 4)
1. Anjurkan pasien mengenai teknik cuci
Keterangan :
tangan dengan tepat
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas 2. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
pada saat memasuki dan meninggalkan
3. Pengetahuan sedang
ruangan pasien
4. Pengetahuan banyak
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
5. Pengetahuan sangat banyak
perawatan pasien

Pengetahuan: Menyusui (1800) 4. Pakai sarung tangan steril dengan tepat

1. Manfaat menyusui (2 ke 4) 5. Gosok kulit pasien dengan agen

2. Fisiologi laktasi (2 ke 4) antibakteri yang sesuai


3. Zat-zat yang ditransfer dari ibu 6. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
ke bayi melalui ASI (2 ke 4) 7. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
4. Hubungan antara menyusui
dan imunitas tubuh bayi (2 ke
4)
Keterangan :

1. Tidak ada pengetahuan 8. Ajarkan keluarga mengenai tanda dan gejala


2. Pengetahuan terbatas infeksi dan kapan harus melaporkannya
3. Pengetahuan sedang kepada penyedia perawatan kesehatan
4. Pengetahuan banyak
Konseling Laktasi (5244)
5. Pengetahuan sangat banyak
1. Berikan informasi mengenai manfaat
menyusui baik fisiologis maupun psikologis
2. Koreksi konsepsi yang salah, informasi yang
salah, dan ketidaktepatan mengenai menyusui
3. Beikan materi pendidikan, sesuia kebutuhan
4. Informasikan mengenai perbedaan antara

hisapan yang memberikan nutrisi dan yang


tidak memberikan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

1. n Hartati Nyoman, Suratiah, Mayuni IGA Oka. Ibu Hamil dan HIV-AIDS. Gempar: Jurnal
Ilmiah Keperawatan Vol. 2 No.1 Juni 2009.
2. Doku Paul Narh. Z`rnot`c FE\/@EDY st`tus `od dn`tf, `od Ificdrno―s Zfyifacamii`c
kellbeing. International Journal of Mental Health system 2009;3(26):1-8
3. Siregar FA. Pengenalan dan Pencegahan HIV-AIDS. Medan. Universitas Sumatera Utara,
2004.
4. Heemanides HS, Lonneke AVV, Ralph V, Fred DM, Aimee D, Gerard VO, et all. Developinh
quality indicators for the care of HIV-infected pregnant women in the Dutch Caribbean.
Aids Research and Therapy 2011; 8(32) : 1-9.
5. Walter J, Linda F, Melanie JO, William DD, Theresa G, Alice S, et all.
1mmunomodulatory factorr in cervicovaginal recretionr from pregnant and non-

pregnant women: A crorr- rectional. BMC Infectious Disease 2011; 11(263): 1-7.
6. Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitar Ediri 4. Jakarta: EGC.
7. Nursalam, Kurniawan ND. 2007. Aruhan Keperawatan pada Parien Terinfekri. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika
8. Doengoes ME & Mary Drances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2.
Jakarta: EGC.
9. Anonymous. Guidelines on HIV and infant feeding 2010 Principles and recommendations for
infant feeding in the context of HIV and a summary of evidence. WHO. 2010.
10. Wiley, Blackwell. Nurring Dianorer Definition and Clarrification 2009-2011. 2009. United
States of America: Mosby Elsevier.
11. Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2009. Nurring Outcome Clarrification (NOC)
Fourth Edition. United States of America: Mosby Elsevier.
12. Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM. 2009. Nurring 1nterventionr Clarrification
(N1C) Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier.

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PERIODE POST PARTUM

Nama Mahasiswa : Nurul Sholehah


Tempat Praktek :
Tanggal Praktek : 26 Oktober 2020

Klien bernama Ny. M berumur 26 tahun, pendidikan SMA, beragama islam, pekerjaan IRT, alamat
tempat tinggal Jl. Jelapat RT.x Batola, dengan diagnosis P1A0+HIV. Pasien Post SC Hari ke-2.
Pasien dinyatakan HIV+ sejak kehamilan trimester I (8 minggu) ketika melakukan pemeriksaan
di Puskesmas. Pasien saat ini mengeluhkan nyeri pada bagian perut bekas luka operasi, nyeri
terasa diiris-iris, hilang timbul, dan mengganggu aktivitas. TD: 160/100 mmHg, N: 100x/mnt, T:
36,5oC, RR 24 x/mnt. Klien merasa sedih dan malu karena menderita HIV, klien mengatakan,
suaminya suka melakukan hubungan seksual dengan wanita malam, klien sudah pisah dan
ditinggalkan suaminya. Klien Nampak sedih dan tidak begitu senang dgn kelahiran anaknya.

Data Demografi
Nama Klien : Ny.M
Umur Klien : 26 th
Alamat : Jl. Jelapat RT.x Batola
Status Perkawinan : Cerai
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Diagnosa Medik :-
Tgl. Masuk RS : 26 oktober
2020 No. RM xxxxxx
Tgl . Pengkajian : 27 Oktober 2020

Keluhan Utama Saat Ini


Pasien saat ini mengeluhkan nyeri pada bagian perut bekas luka operasi, nyeri terasa diiris-iris,
hilang timbul, dan mengganggu aktivitas
Riwayat Persalina dan Kelahiran Saat Ini

Anda mungkin juga menyukai