Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TENTANG

“PENYAKIT HIV AIDS”

DISUSUN OLEH

MUHAMMAD ARGA PRATAKUSMIAN

KELAS XI IPS 2

SMA NEGERI 1 MOYO HULU


1. PENGENALAN DAN SEJARAH

Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu


syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang
sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka
orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, yang
dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di
Amerika Serikat pada tahun 1981 dan virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun
1983.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi),
termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat
sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta orang dewasa dan 1,7 juta anak-
anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jenderal P2M dan
PLP Departemen Kesehatan RI sampai dengan 1 Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS
sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 propinsi di Indonesia. Data jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia pada dasarnya bukanlah merupakan gambaran jumlah penderita
yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku teori “Gunung Es“ dimana penderita yang
kelihatan hanya sebagian kecil dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan
bahwa dibalik 1 penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV
yang belum diketahui.

Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu terjadi
peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa
epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit (AIDS ), virus (HIV) tetapi juga
reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi, politik,
kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi baik oleh
negara maju maupun negara berkembang. Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan
dapat membantu memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah
satu alternatif dalam upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang terus
meningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan kita
untuk tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.
2. PENGERTIAN
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibat defisiensi
immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik
keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya
zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun
setelah seseorang terinfeksi HIV. Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS
dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu :
a) Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS
positif).
b) Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita
AIDS negatif).

Menurut Suensen (1989) terdapt 5-10 juta HIV positif yang dalam waktu 5-7 tahun
mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya menjadi penderita AIDS. Pada tingkat
pandemic HIV tanpa gejala jauh lebih banyak dari pada pendrita AIDS itu sendiri. Tetapi
infeksi HIV itu dapat berkembang lebih lanjut dan menyebabkan kelainan imunologis yang
luas dan gejala klinik yang bervariasi. AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya
karena mempunyai case fatality rate 100% dalam 5 tahun setelah diagnosa AIDS ditegakkan,
maka semua penderita akan meninggal.

3. ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-
kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV. Muman
Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli
merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel
target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk
virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti
retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun
demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat
aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri
atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti
berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce
transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein
(gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan.
Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus
sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah
dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan
sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh.
HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

4. MORFOLOGI

5. AMPLOP VIRUS
HIV adalah berbentuk bulat dan memiliki diameter 1/10, 000 milimeter. Lapisan luar
dari virus, yang dikenal sebagai amplop virus, terdiri dari dua lapisan molekul lemak yang
disebut lipid, diambil dari membran sel manusia ketika baru terbentuk tunas partikel virus
dari sel. Tertanam di seluruh amplop virus adalah protein dari sel inang, serta 72 salinan
(rata-rata) dari protein HIV rumit yang dikenal sebagai Env. Ini salinan Env menonjol atau
lonjakan melalui permukaan partikel virus (disebut " virion "). Env terdiri dari topi terbuat
dari tiga molekul yang disebut glikoprotein 120 (gp120), dan batang yang terdiri dari tiga
molekul yang disebut gyclycoprotein 41 (gp41) jangkar bahwa struktur dalam amplop virus.
Banyak penelitian untuk mengembangkan vaksin untuk mencegah infeksi HIV telah
difokuskan pada protein amplop tersebut.

6. VIRAL INTI
Dalam amplop virus adalah inti berbentuk peluru atau kapsid, terdiri dari 2.000
salinan protein virus, p24. Kapsid mengelilingi dua untai tunggal HIV RNA, yang masing-
masing memiliki salinan lengkap dari gen virus . HIV memiliki tiga gen struktural (gag, pol,
dan env) yang berisi informasi yang diperlukan untuk membuat protein struktural untuk
partikel virus baru. Gen env, misalnya, kode untuk protein yang disebut gp160 yang dipecah
oleh enzim virus untuk membentuk gp120 dan gp41, komponen protein env. HIV memiliki
enam gen pengatur (tat, rev, nef, vif, vpr, dan VPU) yang berisi informasi yang dibutuhkan
untuk memproduksi protein yang mengontrol kemampuan HIV untuk menginfeksi sel,
menghasilkan salinan baru dari virus , atau menyebabkan penyakit. Protein yang dikode oleh
nef, misalnya, tampaknya diperlukan bagi virus untuk mereplikasi efisien, dan protein VPU -
dikodekan mempengaruhi pelepasan partikel virus baru dari sel yang terinfeksi. Baru-baru
ini, peneliti menemukan bahwa VIF (protein yang dikode oleh gen vif) berinteraksi dengan
protein pertahanan antivirus dalam sel inang (APOBEC3G), menyebabkan inaktivasi efek
antivirus dan meningkatkan replikasi HIV. Interaksi ini dapat berfungsi sebagai target baru
untuk obat antivirus. Ujung-ujung setiap helai RNA HIV mengandung urutan RNA yang
disebut long terminal repeat (LTR). Daerah di LTR bertindak sebagai saklar untuk
mengontrol produksi virus baru dan dapat dipicu oleh protein dari HIV atau sel inang.
Inti HIV juga mencakup protein yang disebut p7, protein nukleokapsid HIV. Tiga
enzim kemudian melakukan langkah-langkah dalam siklus hidup virus : reverse
transcriptase, integrase, dan protease. Protein lain yang disebut p17 HIV, atau protein
matriks HIV, terletak di antara inti virus dan amplop virus.

7. TRANSMISI HIV
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan seksual secara vaginal,
anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV.
Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat
mengenai selaput lender vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang
terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama berhubungan juga bisa
terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan
HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual.
b. Ibu pada bayinya Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01%
sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala
AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50%. Penularan juga terjadi
selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau
membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menularkan HIV
karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksaan kandungan seperti
speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang darah,cairan vagina atau air mani yang
terinfeksi HIV, dan langsung di gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa
menularkan HIV.
e. Alat-alat untuk menoleh kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet,
menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa
menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih
dahulu.
f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang di gunakan di
fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah pengguna narkoba (injecting
drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para
pemakai IDU secara bersama-sama juga mengguna tempat penyampur,
pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan
HIV tidak menular melalui peralatan makanan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet
yang di pakai secara bersama-sama,berpelukan di pipi, berjabat tangan, hidup
serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan sosial yang
lain.
8. GEJALA MINOR DAN KRONIS HIV
Dalam kurun waktu satu atau dua bulan virus HIV dapat memasuki tubuh. Dan saat
itu, 40-90persen dari mereka yang mengidap gejala HIV akan mengalami tanda flu yang
dikenal sebagai sindrom retroviral akut atau acute retroviral syndrome (ARS).Namun
kadang, gejala HIV tidak muncul selama bertahun-tahun atau dekade setelah terinfeksi.
"Pada tahap awal infeksi HIV, gejala yang paling umum adalah tidak ada gejala," kata
Michael Horberg, MD, direktur HIV/AIDS di Kaiser Permanente, Oakland, California.
Horberg mengatakan, satu dari lima orang di Amerika Serikat dengan HIV tidak tahu mereka
mengidap virus mematikan itu. Itulah mengapa, virus ini penting untuk diuji, terutama jika
Anda sering melakukan seks tanpa kondom dengan lebih dari satu pasangan atau
menggunakan obat intravena.

Berikut ini beberapa tanda-tanda kemungkinan seseorang mengidap HIV:


a) Demam
Salah satu tanda pertama ARS adalah demam ringan hingga sekitar 102 derajat F.
Jika tidak ada demam , tanda lain yang mengikuti adalah kelelahan, kelenjar getah
bening, dan sakit tenggorokan.
"Pada titik ini virus bergerak ke dalam aliran darah dan mulai mereplikasi dalam
jumlah besar," kata Carlos Malvestutto, MD, instruktur penyakit menular dan imunologi
di departemen kedokteran di NYU School of Medicine di New York City.

b) Kelelahan
Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terkepung juga
dapat menyebabkan Anda merasa lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi tanda awal
dan kemudian HIV.

c) Pegal Otot, Nyeri Sendi, Pembengkakan Kelenjar Getah Bening


ARS sering dikira flu, mononucleosis, infeksi virus atau yang lain, bahkan sifilis
dan hepatitis. Itu tidak mengherankan karena banyak gejala yang sama, termasuk nyeri
pada persendian dan otot dan kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan
cenderung meradang ketika ada infeksi. Biasanya terdapat di bagian ketiak, pangkal
paha, dan leher.

d) Sakit Tenggorokan dan Sakit Kepala


Perlu diingat bahwa tubuh belum menghasilkan antibodi terhadap HIV. Selidiki
tes pilihan lain seperti yang mendeteksi RNA virus, biasanya dalam waktu sembilan hari
dari infeksi.

e) Ruam kulit
Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam perjalanan HIV/AIDS.
"Bisa jadi seperti bisul, dengan beberapa daerah merah muda gatal di lengan. Ruam juga
dapat muncul pada batang tubuh. "Jika [ruam] tidak diketahui atau sulit diobati, ada
baiknya Andamelakukan tes HIV," kata Dr Horberg.

f) Mual, Muntah, Diare


Sekitar 30-60 persen orang yang terinfeksi HIV mengalami mual jangka pendek,
muntah, atau diare tahap awal. Gejala ini juga bisa muncul sebagai akibat dari terapi
antiretroviral dan kemudian di infeksi, biasanya sebagai akibat dari infeksi oportunistik.
"Diare yang tak henti-hentinya dan sulit sembuh mungkin menjadi indikasi HIV,"
kata Dr Horberg.

g) Penurunan Berat Badan


Berat badan merupakan salah satu tanda penyakit yang sebagian disebabkan diare
berat. "Ada juga pasien yang kehilangan banyak berat badan meski sudah makan
sebanyak mungkin.”

h) Batuk Kering
Batuk kering bisa berlangsung selama satu tahun dan terus memburuk. Benadryl,
antibiotik, dan inhaler tidak bisa mengatasi masalah ini.

i) Pneumonia
Batuk dan penurunan berat badan mungkin pertanda infeksi serius yang
disebabkan oleh kuman yang tidak akan mengganggu Anda jika sistem kekebalan tubuh
bekerja dengan baik.
Pneumocystis pneumonia (PCP) alias pneumonia AIDS bisa menyebabkan
seseorang harus dirawat di rumah sakit. Infeksi oportunistik lainnya termasuk
toksoplasmosis, infeksi parasit yang mempengaruhi otak,merupakan sebuah jenis virus
herpes yang disebut cytomegalovirus dan infeksi jamur seperti sariawan.

j) Berkeringat di Malam Hari


Sekitar setengah dari orang yang mengidap HIV berkeringat di malam hari. Hal
ini tidak ada hubungannya dengan olahraga atau suhu ruangan.

k) Perubahan Kuku
Kuku mengalami clubbing (penebalan dan melengkung), pemisahan kuku, atau
perubahan warna (hitam atau garis cokelat baik secara vertikal maupun horizontal).
Biasanya ini disebabkan infeksi jamur, seperti kandida. Pasien dengan sistem kekebalan
yang menurun akan lebih rentan terhadap infeksi jamur.

l) Infeksi Jamur
Infeksi jamur lain yang umum terjadi adalah thrush, yakni infeksi mulut yang
disebabkan olehsejenis ragi Candida. "Ini adalah jamur yang sangat umum dan yang
menyebabkan infeksi jamur pada wanita. Mereka cenderung muncul di mulut atau
kerongkongan, sehingga menyebabkansulit menelan." Tandanya adalah bercak putih
pada lidahnya dan sariawan.

m) Kebingungan atau Sulit Konsentrasi


Pada HIV, masalah kognitif bisa menjadi tanda demensia. Tanda ini biasanya
ditemukan belakangan. Selain itu, penderita juga akan mengalami masalah memori dan
masalah perilaku seperti marah atau mudah tersinggung. Ada juga yang mengalami
perubahan motorik. Seperti, menjadi ceroboh, kurang koordinasi, dangangguan
keterampilan motorik halus seperti menulis dengan tangan.
n) Cold Sores dan atau Herpes Genital
Cold sores (herpes mulut) dan herpes kelamin dapat menjadi tanda dari ARS dan
infeksi HIV stadium akhir. Orang yang sebelumnya menderita herpes juga berisiko
tertular HIV. Ini karena herpes genital menimbulkan borok yang memudahkan HIV
masuk ke dalam tubuh saat berhubungan seks. Dan orang-orang yang
memiliki HIV cenderung memiliki wabah herpes lebih parah karena HIVmelemahkan
sistem kekebalan tubuh mereka.

o) Kesemutan dan Lemah


HIV juga dapat menyebabkan mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki. Hal
ini disebut neuropati perifer yang juga terjadi pada orang dengan diabetes yang tidak
terkontrol. Gejala ini dapat diobati dengan obat penghilang rasa sakit dan anti kejang,
seperti gabapentin.

p) Haid tidak teratur


Penyakit HIV secara lanjut berisiko mengalami ketidakteraturan menstruasi,
seperti periode yang lebih sedikit dan lebih ringan.Infeksi HIV juga telah dikaitkan
dengan usia menopause awal (47-48 tahun bagi perempuan yang terinfeksi dibandingkan
dengan perempuan yang tidak terinfeksi di usia 49-51 tahun).

Sebenarnya, gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV
sesudah masa inkubasi, yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah terinfeksi.
Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T
semakin berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit.

Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV
masuk kedalam aliran darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu
berkisar antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang
negativ karena tes yang menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan, tetapi
walaupn seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia dapat
menularkan HIV kepada orang lain.

Sementara tahap kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang
tidak menunjukkan gejala-gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang
dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap
inipun seseorang yang positif bisa menularkan HIVnya pada orang lain.
Untuk tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe yang menetap
dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai dengan kondisis seseorang yang sel
T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen masuk) pada dirinya sudah
berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam penyakit, terutama
penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi oportunistik
ini juga sudah sering muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum
akan dikatakan dalam kondisi AIDS apabila sel T – 4 didalam darahnya masih diatas 200
/ microliter.

WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam
mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minor. Gejala minor atau
ringan antara lain :

Batuk kronis lebih dari satu bulan, bercak-bercak merah dan gatal dipermukaan
kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus yang
menggangu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada mulut
dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan
kelenjar getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor antara lain :
demam yang berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan
berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih 10 persen dalam
kurun waktu tiga bulan.

9. PENUJIAN UNTUK HIV


HIV paling sering didiagnosis dengan tes darah atau air liur untuk adanya
antibodi terhadap virus. Sayangnya , jenis tes HIV tidak akurat segera setelah infeksi
karena butuh waktu bagi tubuh Anda untuk mengembangkan antibodi ini - biasanya
sampai dengan 12 minggu . Dalam kasus yang jarang terjadi , bisa memakan waktu
hingga enam bulan untuk tes antibodi HIV menjadi positif .
Jenis yang lebih baru pemeriksaan tes untuk HIV antigen , protein yang
diproduksi oleh virus segera setelah infeksi . Tes ini dapat mengkonfirmasikan diagnosis
dalam beberapa hari infeksi . Diagnosa awal dapat mendorong orang untuk mengambil
tindakan ekstra untuk mencegah penularan virus kepada orang lain . Ada juga bukti
bahwa peningkatan pengobatan dini mungkin bermanfaat .
Jika Anda menerima diagnosis HIV / AIDS , beberapa jenis tes bisa membantu
dokter menentukan apa tahap penyakit yang Anda miliki. Tes ini meliputi :
a) Jumlah CD4
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih yang khusus ditargetkan dan dihancurkan
oleh HIV . Jumlah CD4 Orang yang sehat dapat bervariasi dari 500 sampai lebih dari
1.000 . Bahkan jika seseorang tidak memiliki gejala , infeksi HIV berkembang menjadi
AIDS ketika jumlah CD4 -nya menjadi kurang dari 200.

b) Viral load
Tes ini mengukur jumlah virus dalam darah Anda . Penelitian telah menunjukkan
bahwa orang dengan viral load yang lebih tinggi umumnya keadaannya lebih buruk
daripada mereka yang memiliki viral load yang lebih rendah .

c) Resistensi obat
Tes darah menentukan apakah jenis HIV yang Anda miliki akan resisten terhadap
obat anti - HIV tertentu dan orang-orang yang dapat bekerja lebih baik .

d) Pengujian komplikasi
Dokter Anda juga mungkin memesan tes laboratorium untuk memeriksa infeksi
atau komplikasi lain, termasuk :
- Tuberculosis
- Hepatitis
- Toksoplasmosis
- Infeksi menular seksual
- Hati atau kerusakan ginjal
- Infeksi saluran kemih

10. PENGOBATAN HIV


Tidak ada obat untuk HIV / AIDS , namun berbagai obat dapat digunakan dalam
kombinasi untuk mengendalikan virus . Masing-masing golongan obat anti - HIV blok
virus dengan cara yang berbeda . Itu terbaik untuk menggabungkan setidaknya tiga obat
dari dua kelas yang berbeda untuk menghindari menciptakan strain HIV yang kebal
terhadap obat tunggal . Golongan obat anti - HIV meliputi:
Non - nucleoside reverse transcriptase inhibitor ( NNRTI ) . NNRTI
menonaktifkan protein yang dibutuhkan oleh HIV untuk membuat salinan dari dirinya
sendiri .
 Nucleoside reverse transcriptase inhibitor ( NRTI )
NRTI adalah versi salah dari blok bangunan yang HIV perlu membuat salinan
dari dirinya sendiri . Contoh termasuk Abacavir ( Ziagen ) , dan kombinasi obat
emtricitabine dan tenofovir ( Truvada ) , dan lamivudine dan AZT ( Duviral ) . Protease
inhibitor ( PI ) . PI menonaktifkan protease , protein lain yang HIV perlu membuat
salinan dari dirinya sendiri . Contoh termasuk atazanavir ( Reyataz ) , darunavir
( darunavir ) , fosamprenavir ( Lexiva ) dan ritonavir ( ritonavir ) .

 Masuk atau fusion inhibitor


Obat golongan ini menghambat masuknya HIV ke dalam sel CD4 . Contoh
termasuk enfuvirtide ( Fuzeon ) dan maraviroc ( Selzentry ) . Integrase inhibitor .
Raltegravir ( Isentress ) bekerja dengan menonaktifkan integrase , sebuah protein
yang dipakai HIV untuk menyisipkan materi genetik ke dalam sel CD4 . Ketika
memulai pengobatan Pedoman saat ini menunjukkan bahwa pengobatan harus dimulai
jika :

Anda memiliki gejala yang parah jika :


o Jumlah CD4 di bawah 500
o Kau hamil
o Anda memiliki penyakit ginjal terkait HIV
o Anda sedang dirawat untuk hepatitis B

Rejimen pengobatan HIV mungkin melibatkan mengambil beberapa pil pada


waktu tertentu setiap hari selama sisa hidup Anda . Efek samping bisa termasuk :
o Mual , muntah atau diare
o detak jantung yang abnormal
o fSesak naas
o ruam kulit
o tulang melemah
Beberapa masalah kesehatan yang merupakan bagian alami dari penuaan
mungkin lebih sulit untuk mengelola jika Anda memiliki HIV . Beberapa obat yang
umum untuk kondisi kardiovaskular , metabolisme dan tulang yang berkaitan dengan
usia , misalnya, tidak dapat berinteraksi dengan baik dengan obat anti - HIV .
Bicaralah dengan dokter Anda tentang kondisi lain Anda menerima obat untuk . Ada
juga interaksi dikenal antara obat anti - HIV dan :
o Kontrasepsi dan hormon untuk wanita
o Obat untuk pengobatan tuberculosis
o Obat untuk mengobati hepatitis C

Respons anda terhadap pengobatan diukur dengan viral load dan jumlah CD4 .
Viral load harus diuji pada awal pengobatan dan kemudian setiap tiga sampai empat
bulan selama terapi . Jumlah CD4 harus diperiksa setiap tiga sampai enam bulan.
ART harus mengurangi viral load ke titik bahwa itu tidak terdeteksi . Itu tidak berarti
HIV Anda hilang . Ini hanya berarti bahwa tes ini tidak cukup sensitif untuk
mendeteksi itu . Anda masih bisa menularkan HIV kepada orang lain ketika viral load
tidak terdeteksi .

Anda mungkin juga menyukai