Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling
sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang
mematikan. Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada
412 sebelum Masehi. Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul
pada 1580, dimana muncul dari Asia dan meyebar ke Eropa melalui Africa.
Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31 kemungkinan terjadinya
pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada abad ini yakni pada 1918
(Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh virus influenza A
subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus
influeza A subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta
kematian oleh virus ifluenza A subtipe H3N2.
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar
populasi manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat,
bahkan seringkali memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai
imunitas terhadapnya. Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang
sangat cepat. Di Amerika Serikat epidemi influenza yang biasanya muncul setiap
tahun pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata hampir 20.000
kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negara-negara tropis pada umumnya
kejadian wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan
terjadi pada bulan Juli.
Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami
evolusi dan adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan
pandemic pada manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang
potensial sebagai pemicu pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak babi berperan
sebagai tempat reassortment virus avian influenza (VAI) dengan virus human
influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi tempat reassortment dari VAI asal
berbagai burung yang dijual di pasar burung. Sementara peternakan unggas

1 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang memungkinkan VAI
mengalami evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat Influenza diusulkan untuk
segera dikembangkan.
Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang
terkonfirmasi. Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di
Vietnam (93 kasus) dan Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus
namun jumlah kematian di Indonesia yang tertinggi, yaitu 63 dari 81 kasus.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi virus influenza
2. Untuk mengetahui epidemiologi virus influenza
3. Untuk mengetahui klasifikasi virus influenza
4. Untuk mengetahui sifat virus influenza
5. Untuk mengetahui reproduksi virus influenza
6. Untuk mengetahui patogenesis virus influenza
7. Untuk mengetahui gambaran klinis dari virus influenza
8. Untuk mengetahui komplikasi virus influenza
9. Untuk mengetahui cara pencegahan yang dapat di lakukan

2 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat
menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan
terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering
disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif.
Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan
mamalia yang disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.

Gambar Virus Influenza

B. Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di
lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk
mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi
kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit
ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit
yang dikenal tidak berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada
musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara
tropik. Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda

3 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemi ini dapat
mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada
keadaan non-epidemik.
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada
individu di atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-
penyakit tertentu. Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi
angka morbiditasnya adalah 500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah
100/100.000 populasi. Pada epidemi influenza 1969-1970 hingga 1994-1995,
diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk rumah sakit 16.000 sampai
220.000/epidemik. Kematian influenza dapat terjadi karena pneumonia dan juga
eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya. Penelitian di Amerika
dari 19 musim influenza diperkirakan kematian yang berkaitan influenza kurang
lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian / 100.000 penderita dengan usia > 65
tahun. Lebih dari 90% kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza
terjadi pada penderita usia lanjut.
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan
demikian Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong,
Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia. Hingga
5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang
terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus
terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja dan terakhir
Indonesia. Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza.
Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas yang terkena
wabah. Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya
sedikit diatas seratus. Dengan demikian walau terbukti adanya penularan dari
unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah. Terlebih lagi penularan
antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi.

4 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


C. Klasifikasi Virus
Dalam klasifikasi virus, virus influenza termasuk virus RNA yang merupakan
tiga dari lima genera dalam famili Oethomyxoviridae.
 Virus influenza A
 Virus influenza B
 Virus influenza C
Virus-virus tersebut memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus
parainfluenza manusia, yang merupakan virus RNA yang merupakan bagian dari
famili paramyxovirus yang merupakan penyebab umum dari infeksi pernapasan
pada anak, seperti croup (laryngotracheobronchitis), namun dapat juga
menimbulkan penyakit yang serupa dengan influenza pada orang dewasa.

Virus influenza A
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar
merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala,
virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang
berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan
suatu pandemi influenza manusia.
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe
influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat
dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan
tanggapan antibodi terhadap virus ini. Serotipe yang telah dikonfirmasi pada
manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada manusia, adalah:
 Virus influenza A subtipe H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun
1918, dan Flu Babi pada tahun 2009
 Virus influenza A subtipe H2N2, yang menimbulkan Flu Asia pada tahun
1957
 Virus influenza A subtipe H3N2, yang menimbulkan Flu Hongkong pada
tahun 1968
 Virus influenza A subtipe H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun
2004

5 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


 Virus influenza A subtipe H7N7, yang memiliki potensi zoonotik yang tidak
biasa[23]
 Virus influenza A subtipe H1N2, endemik pada manusia, babi, dan unggas
 Virus influenza A subtipe H9N2
 Virus influenza A subtipe H7N2
 Virus influenza A subtipe H7N3
 Virus influenza A subtipe H10N7

Virus influenza B
Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B
hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan
dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi
influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi
2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman
genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B. Karena tidak
terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B
biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus
influenza B cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin.
Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang yang
terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen antarspesies), membuat
pandemi influenza B tidak terjadi.

Virus influenza C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi
manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan
epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis
lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.

Virus influenza A, B, dan C sangat serupa pada struktur


keseluruhannya. Partikel virus ini berdiameter 80-120 nanometer dan biasanya
kurang-lebih berbentuk seperti bola, walaupun bentuk filamentosa mungkin saja

6 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


ada. Bentuk filamentosa ini lebih sering terjadi pada influenza C, yang dapat
membentuk struktur seperti benang dengan panjang mencapai
500 mikrometer pada permukaan dari sel yang terinfeksi. Namun, walaupun
bentuknya beragam, partikel dari seluruh virus influenza memiliki komposisi yang
sama. Komposisi tersebut berupa envelope virus yang mengandung dua
tipe glikoprotein, yang membungkus suatu inti pusat. Inti pusat tersebut
mengandung genom RNAdan protein viral lain yang membungkus dan
melindungi RNA. RNA cenderung terdiri dari satu untaian namun pada kasus-
kasus khusus dapat berupa dua untaian. Pada virus, genom virus tidak terdiri dari
satu rangkaian asam nukleat; namun biasanya terdiri dari tujuh atau delapan
bagian RNA negative-sense yang tersegmentasi, tiap-tiap bagian RNA
mengandung satu atau dua gen. Contohya, genom influenza A mengandung 11
gen dalam delapan bagian RNA, yang mengode
11 protein: hemagglutinin (HA), neuraminidase (NA), nukleoprotein (NP), M1, M
2, NS1, NS2 (NEP: nuclear export protein), PA, PB1 (polymerase basic 1), PB1-
F2 dan PB2.
Hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) merupakan dua flikoprotein
besar yang berada di luar partikel virus. HA merupakan lektin yang memediasi
ikatan (binding) virus terhadap sel target dan masuknya genom virus pada sel
target, sementara NA terlibat dalam lepasnya anak virus dari sel yang terinfeksi,
dengan membelah gula yang berikatan pada partikel virus dewasa. Oleh karena
itu, protein ini merupakan target bagi obat-obat antivirus. Dan lagi, keduanya
merupakan antigen, dimana antibodi terhadap antigen tersebut dapat diciptakan.
Virus influenza A diklasifikasikan menjadi subtipe berdasarkan respons antibodi
terhadap HA dan NA. Jenis-jenis HA dan NA tersebut merupakan pembedaan H
dan N dalam, penamaan virus, misalnya H5N1. Terdapat 16 subtipe H dan 9
subtipe N yang telah diketahui, namun hanya H 1, 2, dan 3, serta N 1 dan 2 yang
umumnya ditemukan pada manusia.

7 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


D. Sifat Virus Influenza
Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 600C
selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam.
Virus akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang
mengandung iodin dan alkohol 70%.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama
berupa: antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen
S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen
ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari
selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase
juga menonjol keluar dari selubung virus dan hanya memegang peran yang minim
8 pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan
membran lemak disebelah luarnya.
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk
mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak
maupun lambat. Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen
permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift.
Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut
antigenic drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic
drift hanya terjadi pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif
stabil. Teori yang mendasari terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan
kembali dari gen-gen pada H dan N diantara human dan avian influenza virus
melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya
proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus yang lebih ganas,
sehingga keadaan ini menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena
sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk. Sejak
dulu diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift adalah adanya
penduduk yang bermukim didekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena
babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian maupun human virus makan
hewan tersebut dapat berperan sebagai lahan pencampur (mixing vesel) untuk

8 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua virus tersebut, sehingga
menyebabkan terbentuknya subtiper virus baru.

E. Replikasi / Reproduksi
Virus dapat bereplikasi hanya pada sel hidup. Infeksi dan replikasi
influenza merupakan proses bertahap: pertama, virus harus berikatan dengan sel
dan memasuki sel, kemudian memindahkan genomnya pada suatu tempat dimana
virus tersebut dapat memproduksi duplikat dari protein virus dan RNA, kemudian
menyusun komponen-komponen tersebut menjadi partikel virus baru, dan
terakhir, keluar dari sel inang.
Virus influenza berikatan melalui hemagglutinin dengan gula asam
sialat pada permukaan sel epitel, biasanya pada hidung, tenggorok, dan paru-
paru mamalia, dan usus unggas (tahap 1 pada gambar infeksi). Setelah
hemagglutinin dipecah oleh protease, sel akan memasukkan virus melalui
proses endositosis.
Setelah berada di dalam sel, kondisi asam dalam endosom akan
menyebabkan dua kejadian terjadi: pertama, bagian dari protein hemagglutinin
akan menyatukan envelope virus dengan membran vakuola, kemudian kanal
ion M2 akan memungkinkan proton untuk berpindah melewati envelope virus dan
mengasamkan inti virus, yang akan menyebabkan inti menjadi terurai dan
melepaskan RNA virus dan protein inti. Molekul RNA virus (vRNA), protein
aksesoris, dan RNA polymerase yang bergantung pada RNA (RNA-dependent
RNA polymerase) akan dilepaskan pada sitoplasma (Tahap 2). Kanal ion M2 akan
disekat (diblok) oleh obat amantadine, yang akan mencegah infeksi.
Protein inti ini berserta dengan vRNA akan membentuk kompleks yang
akan ditranspor ke inti sel, di mana polimerase RNA yang bergantung RNA akan
memulai transkripsi vRNA komplementer sense positif (langkah 3a dan b). vRNA
dapat keluar menuju sitoplasma dan mengalami translasi (langkah 4) atau tetap
bertahan pada nucleus. Protein virus yang baru disintesis dapat disekresi
melalui apparatus Golgi menuju permukaan sel (pada neuraminidase dan
hemagglutinin , langkah 5b) atau ditranspor kembali menuju inti sel untuk

9 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


berikatan dengan vRNA dan membentuk partikel genom virus yang baru (langkah
5a). Protein virus lainnya memiliki kerja yang beragam pada sel inang, termasuk
mengurai mRNA seluler dan mempergunakan nukleotida bebas untuk sintesis
vRNA dan juga menghambat translasi mRNA dan juga
menghambat translasi mRNA sel inang.
vRNA negative-sense yang membentuk genom dari calon virus, RNA
polimerase yang bergantung RNA (RNA-dependent RNA polymerase), dan
protein virus lain akan disusun menjadi virion. Molekul hemagglutinin dan
neuraminidase akan berkelompok membentuk suatu tonjolan pada permukaan sel.
vRNA dan protein inti virus akan meninggalkan inti sel dan memasuki penonjolan
membran ini (langkah 6). Virus dewasa akan melakukan budding off dari sel
dalam suatu bentuk bola yang terdiri dari membran fosfolipid inang, memperoleh
hemagglutinin dan neuraminidase yang terkandung dalam lapisan membran ini
(langkah 7). Seperti sebelumnya, virus akan berikatan melalui hemagglutinin;
virus dewasa akan melepaskan diri apabila neuraminidase mereka telah memecah
residu asam sialat dari sel inang. Obat yang menghambat neuraminidase,
seperti oseltamivir, akan mencegah lepasnya virus infeksius baru dan mencegah
replikasi virus. Setelah lepasnya virus influenza baru, sel inang akan mati.
Karena tidak terdapatnya enzim proofreading RNA, polimerase RNA yang
bergantung RNA yang mengkopi genom virus akan melakukan kesalahan kurang
lebih setiap 10 ribu nucleotida, yang sesuai dengan rata-rata dari vRNA influenza.
Oleh karena itu, sebagian besar dari virus influenza yan selesai dirangkai adalah
mutan; hal ini akan menimbulkan hanyutan antigen, yang merupakan perubahan
lambat pada antigen pada permukaan virus seiring dengan berjalannya waktu.
Pemisahan genom menjadi delapan segmen vRNA yang terpisah memungkinkan
percampuran atau reassortment dari vRNA apabila lebih dari satu jenis virus
influenza menginfeksi suatu sel tunggal. Hal ini akan menimbulkan perubahan
cepat dari genetika virus yang akan menimbulkan perpindahan antigen, yang
merupakan perubahan tiba-tiba dari satu antigen ke antigen yang lain. Perubahan
besar yang tiba-tiba memungkinkan virus untuk menginfeksi spesies inang baru

10 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


dan dapat dengan cepat mengatasi kekebalan protektif yang telah ada. Hal ini
penting dalam mekanisme munculnya pandem.

F. Patogenesis
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada
traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang
membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10
virus/droplet, maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita
influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah
virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam sudah
mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan
menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel
untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak
sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif. Masa inkubasi dari
penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua hari). Pada orang dewasa,
sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga
lima hari setelah mulainya penyakit ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini
sampai lebih dari sepuluh hari dan anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan
virus influenza kira-kira enam hari sebelum tampak gejala pertama penyakit

11 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


ini. Para penderita imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga
berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.
Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana
virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau
langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya
akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di
dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu
10 singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18
jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang
bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan
kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan
hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada
reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa
virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.

G. Gambaran Klinis
Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh demam, sakit
kepala, sakit otot, batuk, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan
suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin.
Pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali
hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok. Gejala-gejala akut
ini dapat berlangsung untuk beberapa hari dan hilang dengan spontan. Setelah
periode sakit ini, dapat dialami rasa capek dan cepat lelah untuk beberapa waktu.
Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui mekanisme produksi zat
anti dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akan terdapat resistensi terhadap
infeksi oleh virus yang homolog. Pada pasien usia lanjut harus dipastikan apakah
influenza juga menyerang paru-paru. Pada keadaan tersebut, pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan bunyi napas yang abnormal. Penyakit umumnya akan
membaik dengan sendirinya tapi kemudian pasien acapkali mengeluh lagi
mengenai demam dan sakit dada. Permeriksaan radiologis dapat menunjukkan
infiltrat di paru-paru.

12 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah Pneumonia
influenza primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea, dan sianosis
pada awal infeksi. Foto rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral
tanpa konsolidasi, dimana menyerupai ARDS. Pneumonia bakterial sekunder,
dimana dapat terjadi infeksi beberapa bakteri (seperti Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza).

I. Pencegahan
Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan.
Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus
yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada
virus influenza akan berubah, sehingga seseorang masih mungkin diserang
berulang kali dengan jalur (strain) virus influenza yang telah mengalami
perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi sekitar 70%. Vaksin
influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak
berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat
mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen H5N1 yang
dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine
(live attenuated influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu
pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4
minggu sebelum terserang influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada
virus maka pada permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin
dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya untuk beberapa golongan
masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dengan
kemungkinan komplikasi yang fatal.

Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai upaya


pencegahan lebih dini.
1. Mencuci tangan
Sebagian besar virus flu dapat menyebar melalui kontak langsung. Seseorang

13 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


yang bersin dan menutupnya dengan tangan kemudian dia memegang telepon,
keyboard komputer, atau gelas minum, maka virusnya akan mudah menular pada
orang lain yang menyentuh benda-benda tersebut.
Virus mampu bertahan hidup berjam-jam bahkan hingga berminggu-minggu.
Oleh karena itu, usahakan untuk mencuci tangan sesering mungkin.
2. Jangan menutup bersin dengan tangan
Bila kita menutup bersin dengan tangan, maka virus flu akan mudah menempel
pada tangan dan dapat menyebar pada orang lain.
Jika kita merasa ingin bersin atau batuk, gunakanlah tisu dan kemudian segera
membuangnya.
3. Jangan menyentuh muka
Virus flu masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, maupun mulut. Menyentuh
muka merupakan cara yang paling umum dilakukan oleh anak-anak yang
terserang flu dan akhirnya menjadi cara mudah menularkan virus tersebut pada
orang lain di sekitarnya.
4. Minum banyak air
Air berfungsi untuk membersihkan racun dari dalam tubuh dan memberikan
cairan pada tubuh. Orang dewasa yang sehat umumnya membutuhkan delapan
gelas air per hari.
Bagaimana menandai bahwa tubuh kita sudah mendapatkan cairan yang cukup?
Jika warna urine berwarna relatif jernih berarti tubuh kita memang mendapatkan
cukup cairan, sebaliknya jika berwarna kuning gelap berarti tubuh kita
memerlukan lebih banyak cairan lagi.
5. Mandi sauna
Meskipun belum terbukti bahwa mandi sauna dapat berpengaruh terhadap
pencegahan flu, namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang
mandi sauna dua kali per minggu akan memiliki kemungkinan yang lebih kecil
untuk terserang flu. Hal tersebut memang sesuai dengan teori bahwa ketika kita
menghirup uap panas lebih dari suhu 80 derajat celcius akan menyebabkan virus
flu akan sulit untuk bertahan.

14 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


6. Menghirup udara segar
Menghirup udara yang segar memang sangat penting bagi kesehatan tubuh,
khususnya di cuaca yang dingin karena cuaca seperti ini akan membuat tubuh
menjadi rentan terhadap virus flu.
7. Lakukan olahraga aerobik secara teratur
Olahraga aerobik dapat mempercepat jantung untuk memompa darah lebih banyak
sehingga kita bernafas lebih cepat untuk membantu mentransfer oksigen ke paru-
paru dan ke dalam darah. Olahraga ini juga akan membantu meningkatkan
kekebalan tubuh secara alami.
8. Konsumsi makanan yang mengandung phytochemical
Phytochemical merupakan bahan kimia alami yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan yang berperan memberikan vitamin pada makanan.
9. Konsumsi yogurt
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yogurt yang rendah lemak
setiap hari dapat mengurangi risiko terserang flu sekitar 25 persen.
Bakteri menguntungkan yang terdapat di dalam yogurt diketahui dapat
menstimulus produksi sistem kekebalan tubuh untuk menyerang virus.
10. Relaksasi
Jika kita dapat mengajari diri sendiri untuk relaks atau santai, maka dengan
sendirinya kita juga dapat mengaktifkan sistem imunitas tubuh.
Diduga ketika kita melakukan relaksasi, maka interleukin (bagian sistem imunitas
yang merespon terhadap virus flu) akan meningkat dalam aliran darah kita.
(Berbagai sumber | Ilustrasi Ist)

15 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang
sangat menular dapat menyerag burung dan mamalia.
2. Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang merupakan
suatu orthomixovirus golongan RNA.
3. Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1 yang
menyebabkan flu burung dan termasuk HPAI.
4. Penularan virus influenza melalui droplet dan lokalisasinya di traktus
respiratorius.
5. Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan
disfagia.
6. Komplikasi influenza dapat terjadi pneumonia influenza primer dan
pneumonia bakterial sekunder.
7. Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat
memperpendek angka sakit.
8. Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan
imunoprofilaksis.

Saran
Jagalah kesehatan yang telah diberikan Allah sebagai anugrah terbesar
sehingga kita terhindar dari virus influenza yang dapat mengganggu aktifitas kita
sehari-hari dengan melakukan pencegahan di secara dini dan jangan lupa menjaga
kebersihan baik dari badan, tempat, maupun pakaian karena dengan kebersihan
semoga kita terhindar dari virus tersebut.

16 Makalah Biomedik “Virus Influenza”


DAFTAR PUSTAKA

1. Koes Irianto, BAKTERIOLOGI, MIKOLOGI, DAN VIROLOGI Panduan


medis dan klinis, (Bandung, Penerbit Alfabeta, 2014)
2. Koes Irianto, MIKROBIOLOGI MEDIS Pencegahan – Pangan – Lingkungan,
(Bandung, Penerbit Alfabeta, 2013)
3. J.pelczar, Michael, DASAR DASAR MIKROBIOLOGI, (Jakarta: UI-Press,
1986)
4. Dwidjoseputro, DASAR DASAR MIKROBIOLOGI, (Jakarta: Djambatan,
1998)
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Influenza
6. http//: www.goolge.co.id.virus+influenza&meta
7. http//:www.info.gor.hk/info/influenza. Htm
8. https://id.wikipedia.org/wiki/Influenza

17 Makalah Biomedik “Virus Influenza”

Anda mungkin juga menyukai