Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Herpes telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Penyakit herpes disebabkan oleh
virus, yaitu Herpes simplex tipe 1 ( HSV-1 ) atau Herpes simplex tipe 2 ( HSV-2 ).
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah
penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam
golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.

Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit
terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta
pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex
(VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung
cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.

Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan
dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama,
Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar
gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa
di bagian punggung, dahi atau dada.

Insiden Prevalensi

 Data WHO

Ottawa, Canada -- According to a recent study of 36 primary care


physician (PCP) offices in relatively affluent suburban areas of six
U.S. cities, one-fourth of people (25.5 percent) tested positive for the
virus that causes genital herpes, despite the fact only four percent

1
reported a history of genital herpes. The study documented genital
herpes infection rates among suburban, educated, and middle- to high-
income populations. The results of this study were presented today at
the 15th Biennial Congress of the International Society for Sexually
Transmitted Diseases Research (ISSTDR). RTI Health Solutions
provided site selection and recruitment, data collection, and analysis
for the study, as well as assisting with the study design. Previous
studies have shown that the prevalence of genital herpes is high
nationwide (22 percent). "According to the results of this study,
stereotypical predictors, such as socioeconomic status and education
levels, are not indicators we can rely on to identify all those that are
infected," said Douglas Fleming, M.D., lead study author and Assistant
Professor, Department of Medicine, Robert Wood Johnson Medical
School in Piscataway, NJ. "In order to help manage the spread of
genital herpes, both doctors and their patients need to be aware that
everyone who is sexually active is at risk." "The data emphasize the
need for type-specific testing for genital herpes even among patients
typically considered 'low risk' by their clinician," said Peter Leone,
M.D., co-author of the study and Associate Professor of Medicine at
the University of North Carolina at Chapel Hill School of Medicine.
"Physicians should be encouraged to test their sexually active patients
for genital herpes as most people who carry the virus are unaware they
are infected. Our current approaches to reduce the transmission of
genital herpes are dependent on the diagnosis of genital herpes. New
and more accurate type-specific tests are now available and easy to
order so clinicians can be more confident of a correct diagnosis."

2
About the Study

The study took place at six randomly selected PCP offices in relatively
affluent suburban areas in each of six U.S. cities (Atlanta, Baltimore,
Boston, Chicago, Dallas, Denver). At each office, approximately 150
people age 18-59 volunteered to participate. All blood samples were
sent to a central laboratory and analyzed using the Focus Technologies
HerpeSelect® 2 ELISA IgG test designed specifically to detect HSV-2
antibodies in the blood.

In total, 5,732 people were screened; 5,452 provided an analyzable


blood sample and 5,433 completed a questionnaire. The final sample
was 75 percent white, 14 percent African American, and 4 percent
Hispanic. Eighty percent were employed full- or part-time, 74 percent
had some college or higher education, 45 percent had a household
income of $60,000 or higher, and 68 percent were married/living with
their partner.

The overall weighted HSV-2 seroprevalence was 25.5 percent (95


percent confidence interval = 20.2 percent to 30.8 percent) – that
means 1 in 4 people tested positive for the virus that causes genital
herpes. The seroprevalence increased from 13.4 percent in the 18-29
years group, to 25.2 percent (30-39 years), to 31.2 percent (40-49
years), and 28.0 percent (50-59 years). Seroprevalence among women
(28.3 percent) was greater than that among men (22.0 percent), and
was consistently higher across all age groups. Of the 1,387 people that
tested positive for genital herpes, only 12 percent knew they were
infected.

The study showed that higher levels of education, income, and marital
status did not reduce the chances of having genital herpes: those with
some college had a prevalence of 27 percent, college graduates had a

3
prevalence of 22 percent, married individuals had a prevalence of 24
percent, those living with their partners had a prevalence of 29 percent,
and those with household incomes of $60,000-$80,000 had a
prevalence of 25 percent while those with incomes over $100,000 had
a prevalence of 22 percent.

The study was sponsored by GlaxoSmithKline, one of the world's


leading research-based pharmaceutical and health care companies.

About Genital Herpes

Genital herpes is a contagious viral infection primarily caused by the


herpes simplex virus type 2 (HSV-2) that spreads through physical
skin-to-skin contact in the genital area. Many people confuse genital
herpes symptoms with other conditions such as ingrown hair, jock itch,
zipper burn, hemorrhoids, allergic reactions, urinary tract infections
(UTIs), vaginal infections, insect bites, a cut or a scratch, and
irritations from sexual intercourse or tight jeans.

Genital herpes is a lifelong condition that can recur at various times


with or without symptoms. In fact, one study showed up to 70 percent
of people may get genital herpes from a partner with genital herpes
who reported no signs or symptoms during recent sexual contact.
While there is no cure for herpes, there are options for how to manage
the disease including suppressive therapy and episodic therapy. There
are no treatments proven to reduce the risk of transmitting herpes to
others.

To learn more about genital herpes, contact the National STD Hotline
at 1-800-227-8922, visit the American Social Health Association
(ASHA) online at www.ashastd.org, or log onto www.medscape.com.

4
 Data Indonesia

Menurut dr. Sjaiful Fahmi Daili, ketua Indonesia Herpes Studies


Group, dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah pengidap virus herpes
genitalis (HSV-2) di berbagai negara terus meningkat. Ambil contoh,
laporan Centre for Disease Control Atlanta, yang menyebutkan angka
sekitar 20 juta pengidap herpes genitalis di AS, dengan pertambahan
10.000 kasus baru per minggu.
Ternyata angka jutaan itu hanya merepresentasikan 20% pengidap
HSV-2 yang terdeteksi secara klinis, belum termasuk kasus seropositif
HSV-2 yang tidak terdeteksi dan terdiagnosis (Corey, 1994; Koutsky
et al, 1992). Ini karena herpes genitalis bisa menular melalui kontak
fisik dengan penderita kambuhan atau seropositif asimtomatik (tanpa
gejala infeksi).
Sedangkan di Indonesia, menurut dr. Sjaiful yang ahli penyakit kulit
dan kelamin dari RSCM-FKUI, insiden herpes genitalis berkisar 3 -
4% dari seluruh penyakit hubungan seksual.

a. Pengaruh dalam Bidang Medis, Sosial dan Agama


 Dalam bidang medis
Kematian akibat infeksi HSV-2 pada orang dewasa memang jarang
terjadi. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius, selain karena
belum ada obat atau vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya pun
sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati mempunyai
prediksi akibat yang lebih baik, sedangkan infeksi rekuren (berulang)
hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Karena rasa nyeri dan gejala lainnya yang bervariasi, biasanya pasien
akan mendapatkan obat analgetik, antipiretik, serta obat antivirus,
misalnya interferon, sesuai dengan kebutuhan individual. Selain itu ada
juga zat pengering antiseptik yang secara topikal mengeringkan lesi,
mencegah infeksi sekunder, dan mempercepat penyembuhan.

5
Hasil pengobatan selama ini mampu mengurangi perkembangan virus
secara dramatis, meski bukan merupakan jaminan tidak akan kambuh
penyakitnya. Malah, menurut Kinghorn dkk. (1986), ada pengobatan
yang, selain mampu menyerang hanya sel-sel terinfeksi, juga
memperpendek waktu penyembuhan lesi. Namun, karena
kemungkinan munculnya efek sampingan, semua pengobatan itu harus
di bawah pengawasan dokter.
Suami atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes
genitalis perlu melakukan proteksi individual berupa penggunaan dua
macam alat perintang, yaitu spermicidal foam (busa pembasmi
sperma) dan kondom. Spermicidal foam secara in vitro (di
laboratorium) mampu mematikan virus, sedangkan kondom untuk
menghambat atau mengurangi penetrasi virus. Kombinasi kedua
pencegahan itu, yang kemudian disusul dengan pencucian alat kelamin
dengan air dan sabun pasca koitus, dapat mencegah penularan herpes
genitalis hampir 100% (RAAB dan Lorincs, 1981). Sementara itu si
pengidap harus berusaha menyingkirkan faktor-faktor pencetusnya.
Selain itu perlu pengobatan psikiatrik yang membantu mengatasi
faktor psikis. Terutama pada pengidap kambuhan, faktor itu berperan
dalam memunculkan serangan yang meski tidak separah episode
primer, namun melibatkan tambahan gangguan kejiwaan.

 Dalam bidang Sosial

Dalam bidang social juga berpengaruh terhadap masyarakat, seperti


interaksi dengan masyarakat akan berkurang. Dalam hal ini penderita
herpes akan banyak menutupi diri karena penyakit yang dialaminya
adalah bukan penyakit biasa, seperti yang kita ketahui Penyakit herpes
adalah termasuk penyakit menular seks.

6
 Dalam bidang Agama

Pengaruh herpes dalam bidang agama adalah bagi pengidap penyakit


herpes sebagian besar akan banyak mendekatkan diri kepada
Tuhannya, dalam hal ini penderita herpes akan pasrah dan
menyerahkan diri/ bertawakal kepada Tuhan karena mereka berpikir
tidak ada penyakit yang diturunkan Tuhan yang tidak ada obatnya.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk memahami definisi, penyebab, tanda, gejala, cara penularan, dan


pencegahan penyakit herpes

2. Untuk mengetahui jumlah kasus yang tercatat pada WHO dan jumlah kasus
yang terjadi di Indonesia

3. Untuk mengetahui pengaruh penyakit herpes dalam bidang medis, social dan
agama.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Herpes

Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis
adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-
gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2
macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.

Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit
terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta
pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex
(VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung
cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.

Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan
dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama,
Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar
gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa
di bagian punggung, dahi atau dada.

b. Penyebab Herpes

Herpes simpleks merupakan penyakit yang diakibatkan karena virus.


Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-
I) atau Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2). Kontak langsung dengan penderita

8
melalui air liur merupakan cara utama dalam penyebaran penyakit ini. Studi
seroepidemiologi mengindikasikan bahwa prevalen HSV berhubungan langsung
dengan usia dan status sosial ekonomi. Herpes simpleks Virus 1 biasanya
ditemukan di atas pinggang sedangkan Herpes Simpleks Virus 2 biasanya
ditemukan pada daerah genital. HSV juga dapat ditularkan dari ibu kepada
bayinya yang akan menyebabkan Neonatal Herpes.

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)


Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah
demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian
rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah
gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.

d. Cara Penularan

Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak
langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar
(chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar
dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes
Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit
Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya
akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak
(terserang) virusvaricella-zoster.

Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya
virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam
sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh
(Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster
dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox).
Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus

9
varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan
tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.

e. Pencegahan dan Pengobatan

Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung
cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi
kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang
membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa
dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock.

Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk


mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan
paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir,
dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri,
komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh
melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa
nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya
gelembung cairan (blisters).

Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita
penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV)
Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan
imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu
kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk
memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk
menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang
didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.

makalah-kesehatan-online.blogspot.com/.../cara-penularan-penyakit-cacar-herpes.html -

10
BAB III

PEMBAHASAN

Proteksi individual

Kematian akibat infeksi HSV-2 pada orang dewasa memang jarang terjadi.
Namun herpes genitalis perlu penanganan serius, selain karena belum ada obat
atau vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya pun sulit diramalkan. Infeksi
primer dini yang segera diobati mempunyai prediksi akibat yang lebih baik,
sedangkan infeksi rekuren (berulang) hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.

Karena rasa nyeri dan gejala lainnya yang bervariasi, biasanya pasien akan
mendapatkan obat analgetik, antipiretik, serta obat antivirus, misalnya interferon,
sesuai dengan kebutuhan individual. Selain itu ada juga zat pengering antiseptik
yang secara topikal mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder, dan
mempercepat penyembuhan.

Hasil pengobatan selama ini mampu mengurangi perkembangan virus secara


dramatis, meski bukan merupakan jaminan tidak akan kambuh penyakitnya.
Malah, menurut Kinghorn dkk. (1986), ada pengobatan yang, selain mampu
menyerang hanya sel-sel terinfeksi, juga memperpendek waktu penyembuhan lesi.
Namun, karena kemungkinan munculnya efek sampingan, semua pengobatan itu
harus di bawah pengawasan dokter.

Suami atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes genitalis perlu
melakukan proteksi individual berupa penggunaan dua macam alat perintang,
yaitu spermicidal foam (busa pembasmi sperma) dan kondom. Spermicidal foam
secara in vitro (di laboratorium) mampu mematikan virus, sedangkan kondom
untuk menghambat atau mengurangi penetrasi virus. Kombinasi kedua
pencegahan itu, yang kemudian disusul dengan pencucian alat kelamin dengan air
dan sabun pasca koitus, dapat mencegah penularan herpes genitalis hampir 100%

11
(RAAB dan Lorincs, 1981). Sementara itu si pengidap harus berusaha
menyingkirkan faktor-faktor pencetusnya.

Selain itu perlu pengobatan psikiatrik yang membantu mengatasi faktor psikis.
Terutama pada pengidap kambuhan, faktor itu berperan dalam memunculkan
serangan yang meski tidak separah episode primer, namun melibatkan tambahan
gangguan kejiwaan.

 Berikut adalah cara penyelesaian masalah herpes dengan


menggunakan metode pendekatan ilmu kesmas

Sebagaimana yang terdapat dalam buku pedoman penatalaksanaan kasus herpes di


Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan Kementrian Kesehatan, 2009- antara lain disebutkan :
dalam rangka mengupayakan untuk menekan angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit herpes, dapat dilakukan dengan : 1. Mengadakan pendiagnosaan
gratis kepda masyarakat yang kurang mampu agar mengetahui pengidap herpes,
factor ini- sangat ditentukan oleh seberapa besar kepedulian dan peranserta
masyarakat dalam keikutsertaannya secara kolaboratif dengan upaya penyuluhan
berkesinambungan untuk merubah perilaku masyarakat dalam usaha penyelesaian
masalah herpes, dengan melibatkan : PKK Desa/ Kelurahan , tokoh masyarakat,
tokoh agama, antara lain : 2. Menemukan dan mengobati penderita herpes, Pada
aspek ini- kewaspadaan dini dalam upaya pencarian penderita olehpelaku kesmas
perlu ditingkatkan terus : misalnya mencari warga pendatang yang berasal dari
daerah endemis ke pusat-pusat layanan kesehatan,3. mengadakan pengamatan
secara dini terhadap keadaan yang potensial terjadinya kejadian luar biasa KLB.

 Berikut adalah penyelesaian masalah herpes dengan menggunakan


pendekatan ilmu agama.

Penularan herpes dapat terjadi melalui kontak kulit dengan penderita. Jika
seseorang mempunyai herpes di mulutnya kemudian ia mencium orang lain,
maka orang itu dapat terkena herpes pula. Jika ia melakukan oral seks, maka

12
herpes tersebut dapat menular ke kelamin, walau kemungkinan menularnya
lebih kecil dibandingkan jika terjadi kontak antar kelamin ( hubungan seksual ).
Virus herpes mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang menyukai daerah
mulut dan ada pula yang menyukai bagian kelamin.

Penanganan pengobatan penyakit Herpes prosedurnya tidak mudah, akan tetapi


penyakit dapat diobati hingga sembuh dengan pertolongan Allah, oleh karena itu
penting untuk bertobat dan mendekat pada Allah dengan meningkatkan Iman,
Taqwa dan Ibadah, agar Allah mau memberi jalan kesembuhan melalui Terapi
pendekatan ilmu agama.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis
adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau
Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I) atau
Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2). Tanda dan gejala penyakit ini adalah
demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian
rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk
sebuah gelembung cair. Proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian
yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada
penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex.
Serta pencegahan dan pengobatannya adalah menjaga gelembung cairan
tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi
kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek
yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan
kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa
menimbulkan shock.

B. Saran

Bagi Suami atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes
genitalis perlu melakukan proteksi individual berupa penggunaan dua
macam alat perintang, yaitu spermicidal foam (busa pembasmi sperma) dan
kondom. Spermicidal foam secara in vitro (di laboratorium) mampu
mematikan virus, sedangkan kondom untuk menghambat atau mengurangi
penetrasi virus. Kombinasi kedua pencegahan itu, yang kemudian disusul

14
dengan pencucian alat kelamin dengan air dan sabun pasca koitus, dapat
mencegah penularan herpes genitalis hampir 100% (RAAB dan Lorincs,
1981). Sementara itu si pengidap harus berusaha menyingkirkan faktor-
faktor pencetusnya

15
DAFTAR PUSTAKA

makalah-kesehatan-online.blogspot.com/.../cara-penularan-penyakit-cacar-herpes.html

Anonim. 2010. Herpes Simplex. http://www.wikipedia.org. Diakses tanggal 10


Maret 2010
Anonim. 2010. Herpes Simplex-Diagnosis. University of Maryland
Medical Centre.
http://www.umm.edu/patiented/articles/how_serious_herpes_simplex_000
052_5.htm.
Diakses tanggal 10 Maret 2010.

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia,Departemen


Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta

Anonim, 2005, Drug Information Handbook, Edisi 14, Lexi-Comp, Amerika


Serikat.

Harrison, et al.,2001, Principle’s Of Internal Medicine, 15th Edition,McGreHill


Companies, Inc., USA.

McEvoy, G.K.,2004, AHFS Drug Information,American Society Of


Health_Systen Pharmacists, Inc.,USA

Rakel, David.,2003,Integrative Medicine, 1st Edition, Elsevier Science, USA

at www.ashastd.org, or log onto www.medscape.com.

Sumber: www.indomedia.com

16
17

Anda mungkin juga menyukai