Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil
(K1) dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali dengan distribusi
sekali pada Triwulan I, sekali pada Triwulan II dan dua kali pada triwulan III (K4). Cakupan
K4 di Kota Baubau tahun 2005 adalah 2065 dari jumlah Bumil keseluruhan 3.104 Bumil atau
66,5%. Tahun 2006 terjadi lagi peningkatan jumlah kunjungan yaitu 2.352 dari jumlah
keseluruhan 3.392 Bumil atau (69%) dan pada tahun 2007 kunjungan Bumil yaitu 2528
kunjungan dari jumlah keseluruhan 3.637 Bumil atau (69,51 % ). Pada tahun 2008 kunjungan
Bumil yaitu 3.164 dari jumlah keseluruhan 3.627 Bumil atau (87,23%). tahun 2009
kunjungan Bumil sebanyak 2.851 Kali dari jumlah Bumil 3.906 (72,99 %) dan pada tahun
2010 cakupan K4 yaitu 3.017 atau (78,24%) dari 3.856 jumlah Bumil yang ada
Gerakan KB di wilayah Kota Baubau dilaksanakan melalui unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta. Keberhasilan program KB dapat diketahui dari beberapa
indikator antara lain pencapaian target KB baru, Cakupan peserta KB aktif terhadap PUS dan
persentase peserta KB aktif dan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET).
Peserta KB Baru di Kota Baubau tahun 2005 adalah 12.111 orang atau 62 % dari jumlah
PUS 19.556 orang sedangkan peserta KB aktif sebanyak 13.922 orang atau 71,2 %.
Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan tahun 2005 oleh peserta KB Baru
adalah Suntikan 7.218 orang (59,6.%) dan Pil KB 3.549 orang (29,3%) dan IUD 787 orang
(6,5 %), Sedangkan jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh peserta KB Aktif
adalah Pil KB 5.275 orang (37,88 %), Implant 2.380 orang (17 %), suntikan 2.085 (14,97 %),
dan IUD 1.452 orang (10,42 %).
Sedangkan jenis alat kontrasepsi yang sedikit digunakan baik oleh peserta KB baru
maupun peserta KB aktif adalah MOP, MOW dan Obat Vagina.
Peserta KB Baru di Kota Baubau tahun 2006 adalah 4.792 Peserta atau 26,45 % dari
jumlah PUS 18.113 orang sedangkan Peserta KB Aktif sebanyak 10.735 orang atau 59%,
pada tahun 2007 peserta KB Baru adalah 1.328 Peserta atau 6,28% dari jumlah PUS 21.137
orang sedangkan Peserta KB Aktif sebanyak 7.209 orang atau 34,11 %. Pada tahun 2008
peserta KB baru adalah 2.025 peserta dari jumlah PUS 23.541 orang. Pada tahun 2009
peserta KB baru adalah 3.479 atau 16,21 % dari jumlah PUS 21.468 orang sedangkan peserta
KB aktif sebanyak 13.311 orang atau 62%.
Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan pada tahun 2007 oleh peserta KB
baru adalah PIL KB 527 orang (43,23%), Suntikan 548 orang (44,95 %) dan Implant 104
orang (8,53 %) sedangkan jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh peserta KB
aktif adalah Suntikan 3.354 orang ( 41,18 %), Pil KB 3.673 orang (45,10 %) dan Implant 336
orang (4,13 %), dan pada tahun 2008 jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh
peserta KB Baru adalah Suntikan 947 orang, PIL KB 924 orang dan Implant 95 orang
sedangkan jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah
Suntikan 6.686 orang, PIL KB 6.191 orang dan Implant 1.140 orang.
Pada tahun 2009 jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh peserta KB baru
adalah Pil KB sebanyak 4.449 orang, suntikan 3.232 orang dan kondom 595 orang
sedangkan jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah
suntikan 6.188 orang, Pil KB 5.059 otrang dan implant sebanyak 1.269 orang.
Pada tahun 2010 jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh peserta KB baru
adalah suntik sebanyak 1.937 orang, Pil KB 1.752 orang dan kondom 659 orang sedangkan
jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan 5.543
orang, Pil KB 3.012 orang dan implant sebanyak 2.019 orang.
- Penyuluhan NAPZA
Lingkungan, perilaku, Pelayanan Kesehatan dan Genetika. Program perilaku sehat dan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga dan
masyarakat dalam bidang kesehatan agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri, dan
produktif dengan salah satu sasarannya adalah meningkatnya perwujudan kepedulian
perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat. Tahun 2009 dari 3.500
rumah yang dipantau, berPHBS adalah 1.455 rumah (41,6%). Dan tahun 2010 dari 3.500
rumah yang dipantau, berPHBS adalah 1.477 rumah (42,2%)
Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan kesehatan
mayarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam
mengembangkan SDM sejak dini
Posyandu di Kota Baubau terdiri dari beberapa strata yaitu Posyandu Pratama, Madya,
Purnama dan Mandiri. Pada Tahun 2009 strata posyandu terdiri atas pratama 57 buah,
madya 38 buah, purnama 20 buah, dan mandiri 17 buah. Tahun 2010 strata posyandu
terdiri atas pratama 30 buah, madya 42 buah, purnama 38 buah, dan mandiri 21 buah.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Air
banyak digunakan untuk berbagai keperluan baik di RT, Perusahaan/industri atau tempat
lainnya. Oleh karena itu Air bersih yang dipakai seharusnya memenuhi syarat kesehatan.
Tahun 2006 penduduk Kota Baubau yang menggunakan sarana air bersih dari berbagai
sumber yakni ledeng / perpipaan 75.728 Jiwa (94%), Sumur Gali 3.515 Jiwa (4,3 %), Sumur
Pompa Tangan 350 Jiwa (0,43 %), penampungan air hujan 1.130 jiwa (1,4 %) dan Lainnya
7.130 (8,829%). Pada tahun 2010 penduduk Kota Baubau yang menggunakan Sarana Air
Bersih yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.2
CAKUPAN
JENIS SARANA AIR
NO
BERSIH JUMLA
%
H
Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa tahun 2010 di Kota Baubau penggunaan
Sumur Pompa Tangan (SPT) dan Penampungan Air Hujan (PAH) boleh dikatakan
masyarakat sudah tidak menggunakan lagi sarana tersebut karena wilayah Kota Baubau ada
dua sumber Air yang mengelola Ledeng/Perpipaan yaitu milik Pemerintah Kota Baubau dan
milik Pemerintah Kabupaten Buton sehingga dari tiga jenis sarana air bersih yang ada,
masyarakat umumnya menggunakan Sarana Air Ledeng (Perpipaan).
3.1.3.2 Keluarga Dengan Kepemilikan sarana Sanitasi (Jamban, Sampah &
SPAL)
Tahun 2009 dari 30.136 KK diperiksa yang memiliki jamban sebesar 25.961 KK(86,1%),
yang memiliki tempat sampah 20.034 KK(66,5%) dan yang memiliki SPAL 12.380
KK(0,41%) Sedangkan tahun 2010 dari 30.274 KK diperiksa yang memiliki jamban sebesar
26.007 KK(85,9%), yang memiliki tempat sampah 20.073 KK(66,3%) dan yang memiliki
SPAL 12.403 KK (0,41%)
Ukuran yang sering digunakan untuk menilai kesehatan perumahan diantaranya adalah
luas lantai, jumlah TT, kepadatan penghuni dan ada tidaknya sanitasi dasar.
Keadaan perumahan sehat di Kota Baubau umumnya sudah baik. Kondisi perumahan di
Kota Baubau tahun Tahun 2009 dari 23.631 rumah yang ada, jumlah yang diperiksa adalah
seluruhnya dan rumah yang sehat 18.241 rumah (77,1%) dan pada tahun 2010.
Hasil pemeriksaan jentik nyamuk Tahun 2005 telah diadakan survei jentik dimana dari
2.460 rumah yang diperiksa terdapat 1064 rumah (43,3%) yang bebas jentik.
Pada tahun 2009 dari 23.631 rumah yang ada telah diperiksa 10.883 rumah (46,1%) dan
rumah yang bebas jentik sebanyak 7.077 rumah (65%). Tahun 2010 dari 23.684 rumah yang
ada telah diperiksa 13.517 rumah (57,1%) dan rumah yang bebas jentik sebanyak 8.692
rumah (64,3%). Rendahnya angka bebas jentik ini perlu diwaspadai terutama terhadap
penyakit yang menimbulkan KLB seperti DBD di tahun berikutnya. Oleh karena itu perlunya
kesadaran masyarakat melaksanakan PSN dengan gerakan 3 M.
Angka kematian Bayi merupakan salah satu indikator dari situasi derajat kesehatan
masyarakat. Angka kematian Bayi secara nasional pada tahun 2009 yaitu 34 per 1000
kelahiran hidup.
Sesuai pemutakhiran data tingkat Kota Baubau Angka Kematian Tahun 2006 dari
Laporan Puskesmas adalah 17 per 1000 Kelahiran Hidup dan pada Tahun 2007 Angka
Kematian Bayi turun menjadi 16 per 1000 Kelahiran Hidup, sedangkan angka kematian Bayi
tahun 2008 yaitu 12,76 per 1000 (36 dari 2.822 kelahiran hidup). Tahun 2009 Angka
Kematian Bayi menjadi 15 per 1000 Kelahiran Hidup (44 dari 2.922 kelahiran hidup) dan
pada tahun 2010 angka kematian bayi menjadi 14 per 1000 kelahiran hidup (42 dari 2995
kelahiran hidup)
Angka Kematian Balita (AKABA) yang juga merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan masyarakat juga menunjukkan keberhasilan upaya kesehatan yang telah
dilaksanakan utamanya upaya kesehatan lingkungan, PKM, P2M dan Program Gizi. Angka
Kematian Bayi juga dapat mencerminkan tingkat dan besarnya masalah kemiskinan,
sehingga dapat menjadikan indikator yang sensitif bagi perkembangan sosial ekonomi
nasional.
Angka Kematian Balita Nasional tahun 2009 adalah 44 per seribu Kelahiran Hidup. Bila
dibandingkan dengan Angka Kematian Balita di Sultra tahun 2009 adalah 5,69 per seribu
Kelahiran hidup. Angka kematian Balita di Kota Baubau masih dibawah angka kematian
Balita di Sultra.
Angka kematian Balita di Kota Baubau tahun 2007 yaitu 8 per 1000 (22 dari 2.743
kelahiran hidup) pada tahun 2008 adalah 5 Per 1000 (14 dari 2.822 kelahiran hidup) . Angka
kematian Balita pada tahun 2009 adalah 3,76 Per 1000 (11 dari 2.922 kelahiran hidup) dan
angka kematian balita tahun 2010 adalah 3,67 (11 dari 2.995 kelahiran hidup)
Angka Kematian Ibu Maternal merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
masyarakat yang berkaitan langsung dengan status kesehatan ibu hamil, ibu melahirkan, dan
masa nifas.
Untuk menekan angka kematian ibu bersalin diperlukan beberapa usaha yang spesifik
antara lain meningkatkan peran bidan desa dan secara bertahap mengurangi peran dukun
bersalin. Sebagaimana diketahui dari data yang ada di Kota Baubau persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan tahun 2005 sebesar 70 % dan sampai dengan tahun 2010
meningkat menjadi 91,53 %.
Dengan penempatan bidan desa diharapkan masalah tersebut dapat diatasi disamping
penyuluhan untuk merubah persepsi masyarakat yang selama ini lebih senang melahirkan di
rumah dibanding dengan melahirkan di Rumah Sakit atau Polindes.
Dari data/laporan yang ada pada Dinas kesehatan Kota Baubau angka kematian ibu pada
tahun 2007 dimana kematian Ibu Maternal yaitu 7 orang dari ibu hamil sebanyak 3.637, pada
tahun 2008 kematian Ibu Maternal yaitu 11 orang dari ibu hamil sebanyak 3.627, tahun 2009
kematian Ibu Maternal sudah mengalami penurunan yaitu 5 orang dari ibu hamil sebanyak
2.947 dan pada tahun 2010 Kematian ibu maternal sebanyak 5 orang. Kematian Ibu Maternal
mengalami penurunan antara lain peran bidan desa yang sudah bermitra dengan dukun
bersalin .
Data mengenai Kematian ibu masih sulit diperoleh dan masih memerlukan survei khusus.
Sebab Data tentang angka kematian hingga saat ini belum ada data yang akurat, sebab
kegiatan pencatatan dan pelaporan hanya dilakukan di Puskesmas dan Rumah Sakit sebab
besar kemungkinan masih ada data/kasus yang masih luput dari pencatatan dan Pelaporan
para Bidan Desa.
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sumber daya
tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan
sumber daya kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator antara lain:
6. Poskesdes : 43 buah
7. Polindes : 16 buah
1. Apotek : 25 buah
4. Klinik : 2 buah
Tahun 2009 total anggaran yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kota Baubau
Rp.13.455.815.738,- yang terdiri atas APBD Rp.5.328.675.738, Dana Alokasi Khusus
7.238.300.000,-. Dan tahun 2010 total anggaran yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kota
Baubau Rp. 5.583.817.472,- yang terdiri atas APBD Rp. 2.123.225.472,- Dana Alokasi
Khusus Rp.2.628.400.000,-
Tenaga Kefarmasian
Tenaga kefarmasian di Kota Baubau tahun 2010 sebanyak 31 orang dengan tingkat
pendidikan sebagai berikut : Apoteker sebanyak 13 orang yang tersebar di Puskesmas 3
orang, Dinas Kesehatan 3 orang, RSUD 4 orang dan klinik swasta 3 orang. S1 Farmasi
sebanyak 10 orang yang tersebar di puskesmas 5 orang, Dinas Kesehatan 2 orang dan rumah
sakit 3 orang. D III Farmasi sebanyak 2 orang yang tersebar di Puskesmas 2 orang. Asisten
apoteker sebanyak 6 orang yang tersebar RSUD 2 orang dan klinik swasta 4 orang.
Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Kota Baubau tahun 2010 adalah 119 orang terdiri dari D IV Bidan
sebanyak 4 orang, D III Bidan 65 orang, dan Bidan D I 50 orang. Untuk lebih jelas dapat
dilihat dalam tabel 57 lampiran profil. Rasio terhadap 100.000 penduduk adalah 86,87 orang.
Tenaga Perawat
Tahun 2010 jumlah tenaga perawat di Kota Baubau adalah 278 orang yang tersebar di
Puskesmas 128 orang, di Dinas Kesehatan 3 orang dan 111 orang di RSUD. RS Bhayangkara
4 orang, Klinik Swasta 32 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 57 lampiran
profil
Tenaga sanitasi
Jumlah tenaga sanitasi di Kota Baubau tahun 2010 sebanyak 31 orang, dengan tingkat
pendidikan sebagai berikut: D III Sanitasi sebanyak 28. Dan D I Sanitasi sebanyak 3 orang
yang terdapat di Puskesmas 2 orang dan di RSUD 1 orang.
Tenaga Gizi
Jumlah Tenaga Gizi di Kota Baubau tahun 2010 sebanyak 51 orang dengan tingkat
pendidikan sebagai berikut: D III Gizi sebanyak 34 orang, DI Gizi sebanyak 17 orang yang
tersebar di Puskesmas 14 orang dan 3 orang di Dinas Kesehatan.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan di puskesmas dapat dilhat dari beberapa indikator yang
antara lain sebagai berikut :
Kunjungan Rawat Jalan di RSUD Kota Baubau tahun 2010 jumlah kunjungan rawat jalan
19.555 kunjungan sedangkan rawat inap 4.346 kunjungan.
Length Of Stay adalah Jumlah Hari Perawatan per Jumlah Pasien Keluar (Hidup +
Mati). tahun 2010 rata-rata lama dirawat adalah 3,3 hari,
Dari data yang masuk per Puskesmas, Kecamatan yang paling tinggi kasus malaria
klinisnya adalah Kecamatan Bungi dan Kecamatan Murhum. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram pie di bawah ini:
2172
3501
2006
2007
2990 4717 2008
2009
2666
Tabel 5.1
Jumlah Kasus Gigitan Anjing Tersangka Rabies Menurut Puskesmas
Kota Baubau
Tahun 2010
Pengobatan Pasteur
Jumlah
No Puskesmas Kematian
Kasus VAR Tidak di
VAR
1 Wolio 11 1 10 0
2 Bataraguru 0 0 0 0
3 Wajo 8 6 2 0
4 Betoambari 0 0 0 0
5 Meo-Meo 6 6 0 0
6 Kadolomoko 0 0 0 0
7 Lakologou 0 0 0 0
8 Liwuto 0 0 0 0
9 Bungi 19 12 7 0
10 Lowu-Lowu 0 0 0 0
11 Kampeonaho 2 2 0 0
12 Katobengke 3 1 2 0
13 Sorawolio 0 0 0 0
14 Waborobo 1 0 1 0
Jumlah 50 28 22 0
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa dari 14 Puskesmas yang ada di Kota Baubau terdapat
7 Puskesmas yang mempunyai kasus gigitan anjing tersangka rabies.
Pada tahun 2005 jumlah penderita filariasis di Kota Baubau sebanyak 1 kasus ada di
Kecamatan Betoambari Kelurahan Katobengke. Pada tahun 2006 masih didapatkan penderita
filariasis sebanyak 1 kasus di Kecamatan Bungi wilayah kerja Puskesmas Kampeonaho.
Sedangkan pada tahun 2008, 2009 dan 2010 tidak didapatkan penderita filariasis.
Jumlah Penderita Penyakit Kusta di Kota Baubau tahun 2005 sebanyak 34 penderita. Jumlah
tersebut meningkat dibanding jumlah Penderita Penyakit Kusta di Kota Baubau tahun 2004
yaitu sebanyak 22 kasus. Penderita terbanyak berada di Kecamatan Wolio.
Tahun 2006 jumlah penderita Kusta di Kota Baubau sebanyak 38 penderita, 28 RFT (74 %
RFT) sedangkan Tahun 2008 jumlah penderita Kusta yaitu sebanyak 36 penderita, 26 RFT
(72,22% RFT). tahun 2009 jumlah Penderita Kusta yaitu sebanyak 36 penderita. Dan tahun
2010 sebanyak 31 penderita
Kegiatan yang dilaksanakan adalah penemuan dan pengobatan penderita baik di Puskesmas
maupun di lapangan termasuk pengobatan oleh kader kesehatan, prioritas program pada bayi
dan Balita.
Hasil kegiatan P2 ISPA pada tahun 2005 di Kota Baubau adalah sebanyak 557 sedangkan
data tahun 2006 menunjukan jumlah penderita ISPA 294 kasus, penderita Balita sebanyak
221 kasus semuanya tertangani (100 %), dan tahun 2007 menunjukan jumlah penderita ISPA
180 kasus, penderita Balita sebanyak 340 kasus dan yang tertangani ( 99 %). Pada tahun
2008 jumlah penderita ISPA pada Balita 297 kasus dan semuanya tertangani (100%). Dan
tahun 2009 jumlah penderita ISPA 323 kasus
Pada tahun 2004 jumlah kasus Diare sebanyak 2.714 kasus, pada tahun 2005 mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 2.734 kasus. Pada tahun 2006 penderita diare sebanyak 2.664
kasus semuanya tertangani (100 %) sedangkan pada tahun 2007 penderita diare sebanyak
3.433 kasus semuanya tertangani (100%). Pada tahun 2008 penderita diare sebanyak 3.298
kasus semuanya tertangani (100 %) tahun 2009 penderita diare sebanyak 2574 kasus, dan
pada tahun 2010 penderita diare sebanyak 3.087 kasus. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
diagram pie di bawah ini
25.74 , 26%
19.29 , 19%
21.47 , 21%
18.53 , 19%
Pada Tahun 2006 jumlah kasus penderita TB – Paru klinis 1.851 kasus, penderita positif (+)
210 kasus yang diobati 204 penderita yang sembuh 182 (89 %). Sedangkan pada tahun 2007
jumlah kasus penderita TB – Paru klinis 871 kasus, penderita positif (+) 99. kasus yang
diobati 160 penderita yang sembuh 137 (85,63 %).
Pada tahun 2008 jumlah kasus penderita TB-Paru klinis 871 kasus, penderita positif (+) 132
kasus, yang diobati 131 penderita yang sembuh 64 (48,85%). Wilayah Kecamatan Wolio dan
Kecamatan Murhum merupakan kecamatan dengan kasus TB Paru terbanyak. Tahun 2009
jumlah kasus penderita TB-Paru klinis 1212 kasus, penderita yang positif 155 kasus, yang
diobati dan sembuh 155 kasus. Tahun 2010 jumlah kasus penderita TB-Paru klinis 1436
kasus, penderita yang positif 182 kasus, yang diobati dan sembuh 149 kasus.
3.2 Relevansi antara kebijakan (teori) dan pencapaian (kenyataan)
Berdasarkan data