Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
WHO mendefinisikan kesehatan sebagai “a state of complete
physical, mental, and social well-being, not merely the absence of
disease or infirmit.” berarti kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan
social yang sempurna, bukan hanya ketidakhadiran penyakit belaka. Jika
definisi ini dikaji lebih jauh, tidak banyak manusia yang benar-benar
sakit. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa semua manusia selalu
mempunyai penyakit. (Soekidjo Natoatmodjo. 2007)
Sedangkan penyakit menurut cunningham dan saigo (2001),
“a disease is a deleterious change in the bodys condition in reponse to an
environmental factor that could be nutritoinal, chemical, biological, or
physiological”. Dengan kata lain, penyakit merupakan perubahan yang
mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari faktor lingkungan yang
mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi. Dalam hal ini
lingkungan paling berpengaruh pada terjadinya penyakit.
Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan jika manusia tersebut terpapar terhadap factor lingkungan
pada tingkat yang tidak dapat ditenggang keberadaannya. Seorang tokoh
di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah tokoh yang
pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan
fenomena alam dan lingkungannya.
Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang
didapat karena fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies
disebabkan oleh gigitan anjing, kera dan kucing serta hewan yang
berdarah yang berada disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa bintang
tersebut merupakan fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita.

1
Rabies merupakan salah satu penyakit infeksi pada manusia
yang lama dikenal. Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno
rabhas yang artinya melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa
Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam
bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang berasal dari bahasa
Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. [3]
Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda
robere yang artinya menjadi gila.
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah perabadan
manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba
menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4000
tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna yang ditulis pada 2300
SM. Democritus pada 500 SM juga menuliskan karakteristik gejala
penyakit yang menyerupai rabies.
Rabies ditemukan pada hampir semua negara di dunia,
kecuali Australia, Inggris, sebagian besar Skandinovia, Islandia, Yunani,
Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru, Brunai, Jepang
dan Taiwan. Jumlah kematian karena rabies di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 55.000 orang pertahun dan terbanyak di negara
Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Eurasia. Negara endemis rabies
antara lain India, Srilanka, Pakistan, Bangladesh, China, Filipina,
Thailand, Indonesia, Meksiko, Brazilia, Amerika Serikat, dan Amerika
Tengah. Negara dengan kejadian tertinggi di dunia adalah India dengan
30.000 kasus kematian pertahun atau 3 : 100.000 penduduk (1990 -
2000) kurang lebih 60 % dari kematian karena rabies di seluruh dunia
(control rabies India 2003; V (182) 11-15)
Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di
Indonesia. Arti penyakit ini tidak saja dampak kematian manusia yang
ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan,
kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-orang yang

2
terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya
pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta
pendapatan negara dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan
kunjungan wisatawan.
Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Schoorl
(1884) di Jakarta pada seekor kuda, kemudian oleh JW Esser (1889) di
Bekasi pada seekor Kerbau. Setelah Penning (1890) menemukan rabies
pada anjing, rabies ini menjadi penyakit yang popular di Indonesia
(Hindia Belanda saat itu). Rabies pada manusia dilaporkan lebih
belakangan yaitu oelh de Haan pada tahun 1894. Campur tangan
(intervensi) pemerintah terhadap pengendalian rabies secara formal telah
dilakukan sejak era 1920-an, terbukti dengan penetapan ordonansi rabies
– Hondsdolheids (Staatsblad 1926 No. 451 yo Staatblad 1926 No. 452)
oleh pemerintah colonial Belanda.
Dalam sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di
Indonesia, walaupun ada wilayah yang berhasil dibebaskan, namun
Indonesia tidak berhasil menghentikan perluasan daerah tertular rabies
di Indonesia. Daerah tertular rabies yang semula hanya beberapa
provinsi saja sebelum Perang Dunia II, telah meluas ke daerah lain yang
semula bebas yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
(1953), Sumatera Utara dan Sulawesi Utara (1956), Sulawesi Selatan
(1958), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Aceh (1970), Jambi
dan DI yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah
(1972), Kalimantan Timur (1974) dan Riau (1975).
Pada decade 1990 an dan 2000 an Rabies masih terus
menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular
yaitu Pulau Flores (1998) Pulau Ambon dan Pulau Seram (2003),
Halmahera dan Morotai (2005) Ketapang (2005) serta Pulau Buru
(2006) kemudian Pulau Bali, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di
Provinsi Riau (2009). Saat ini provinsi yang bebas rabies Provinsi

3
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Papua dan
Papua Barat.
Ada sedikit kisah sukses pengendalian dan pemberantasan
rabies di Indonesia, yaitu pulau Jawa berhasil dibebaskan dari Rabies
pada tahun 2004 setelah sebelumnya Pulau Jawa bagian tengah dan
timur meliputi Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
Jawa Timur dibebaskan terlebih dahulu pada tahun 1996. Walaupun
kemudian penyakit ini muncul lagi di Garut (2005, 2007) dan
Tasikmalaya (2006) provinsi Jawa Barat serta Lebak (2008) Provinsi
Banten. Kisah sukses lainnya adalah keberhasilan membatasi outbreak
rabies di Provinsi Kalimantan Barat (2005) menjadi hanya outbreak
tunggal. Dengan dinyatakannya Bali sebagai daerah wabah baru maka
daerah yang masih bebas rabies berdasar SK Menteri Pertanian tahun
1999 saat ini adalah NTB, NTT kecuali Pulau Flores, Maluku, Irian Jaya
(sekarang Papua), Kalimantan Barat, Pulau Madura dan sekitarnya,
Pulau-pulau di sekitar Pulau Sumatera, Jawa Timur, Yogyakarta, dan
Jawa Tengah.
Penyebaran rabies tampaknya masih berlanjut. Di Pulau
Sumatera, wabah ini kembali berjangkit, yang ditandai dengan
diberlakukannya status KLB rabies di Gunungsitoli Nias.
Di kota Bau-Bau, sejauh ini masih terdapat 1 (satu) kasus
penderita rabies, sedangkan kasus-kasus lainnya hanya sebatas sospek
atau tersangka rabies.
Di Puskesmas Katobengke penderita penyakit gigitan anjung
tersangka rabies mulai mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu
mulai menrun dari tahun 2007-2011. Hal ini menandakan bahwa upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh pihak puskesmas telah mulai
menggambarkan keberhasilan

4
2. Tujuan Pratikum
2.1 Tujuan Umum
- Untu
k mengetahui gambaran umum tentang penyakit rabies
2.2 Tujuan Khusus
- Untu
k mengetahui pengertian penyakit rabies
- Untu
k mengetahui gejala, penularan, dan penatalaksanaan penyakit
rabies
- Untu
k mengetahui distribusi penyakit gigitan anjing tersangka rabies
menurut waktu, tempat, dan orang pada puskesmas katobengke

3. Manfaat Pratikum
- Bagi
puskesmas
Sebagai bahan informasi untuk menentukan langkah-langkah
untuk pengambilan keputusan dalam hal penanganan tersangaka
rabies
- Bagi
masyarakat
Sebagai bahan masukan agar masyarakat lebih meningkatkan lagi
kesehatannya.

- Bagi
peneliti
Untuk menambah wawasan, utamanya tentang hal-hal yang
berhubungan dengan penyakit rabies.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Surveilans


Pada awalnya surveilans hanya berkaitan dengan penyakit yang
mengancam jiwa manusia, sehingga yang menjadi perhatian yaitu pada
kematian karena penyakit tertentu saja. Hal tersebut telah dilaksanakan
di Eropa (1348) yang diperkenalkan oleh ”Black Death” yang dikenal
dengan surveilans secara primitif. Kemudian disusul oleh John Graunt
yaitu orang yang pertama kali mempelajari konsep jumlah dan pola
penyakit secara epidemiologi. Dan yang berkembang sampai sekarang
yaitu konsep surveilans monder yang dikemukakan oleh William Farr
sehingga beluai dikenal dengan sebagai Bapak Surveilans modern.
Devinisi surveilans epidemiologi yang dikemukakan oleh Noor
Nasry Noor bahwa survailans epidemiologi adalah pengamatan secara
teratur dan terus menerus terhadap semua aspek tertentu baik keadaan
maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk
kepentingan pencegahan dan penanggulangannnya.
Dalam surveilans terdapat kegiatan pokok yaitu pengumpulan
data, kompilasi, pengolahan data, interpretasi data, analisis data,
penarikan kesimpulan, serta peyebaran informasi.
Sedangkan yang menjadi tujuan dalam surveilans ini yaitu
untuk mengetahui distribusi geografis, penyakit-penyakit endemis dan

6
penyakit-penyakit yang menimbulkan epedemi, mengetahui periodisitas
suatu penyakit dan situasi penyakit-penyakit tertentu di seluruh wilayah.

2. Tinjuan Pustaka Penyakit


Menurut Cunningham dan Saigo (2001), ”a disease is a
deceterious change in the bodys coordition is response to an
caviroemecital foctos that could be nutrition, checnical, biological or
psychological”. Dengan kata lain, penyakit merupakan perubahan
yang mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari faktor lingkungan
yang mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi.
Salah satu jenis penyakit karena pengaruh lingkungan yaitu rabies.
Pengertian Rabies
Rabies adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh
virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat.

Hewan yang Dapat Menularkan Rabies kepada Manusia


Semua hewan berdara panas dapat menularkan rabies. Anjing,
kucing, dan kera/monyet di Indonesia berpotensi menularkan
rabies kepada manusia. Lebih dari 90% kasus rabies pada
manusia ditularkan oleh anjing. Oleh karena itu anjing menjadi
objek utama kegiatan pemberantasan rabies.

Cara Penularan Rabies


Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui:
a. Luka gigitan hewan penderita rabies
b. Luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita
rabies

Tanda-tanda Rabies
Tanda-tanda Rabies pada Hewan

7
Ada dua macam gejala rabies yaitu rabies ganas, rabies
tenang, dan asisteonatis.
a. Tanda-tanda Rabies Ganas
- Tidak lagi menurut perintah pemilik
- Air liur berlebihan
- Hewam menjadi ganas menyerang atau menggigit apa
saja yang ditemui dan ekor di lengkungan bawah perut
di antara dua paha.
- Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati
setelah 4-7 hari sejak timbul gejala atau paling lama 14
hari setelah penggigitan.

b. Tanda-tanda Rabies Tenang


- Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk
- Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan tak terlihat
- Kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka, air
liur berlebihan
- Kematian terjadi dalam waktu singkat.

c. Asytomatis yaitu hewan tidak menunjukkan gejala sakit


namun tiba-tiba mati.

Tanda-tanda Penyakit Rabies pada Manusia


- Pada manusia yang penting diperhatikan adalah riwayat
gigitan dari hewan seperti anjing, kucing, dan kera.
- Dilanjutkan dengan gejala-gejala nafsu makan hilang,
sekit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual atau
muntah-muntah
- Adanya rasa panas (nyeri) pada tempat gigitan dan
menjadi gugup.

8
- Takut dengan air, suara keras, cahaya dan angin
- Air liur dan air mata keluar berlebihan
- Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
- Biasanya penderita akan meninggal 4-6 hari setelah gejala
klinis atau tanda-tanda penyakit pertama timbul.

Tindakan Pencegahan Pemberantasan Rabies


- Hind
ari kejadian penggigitan
- Vaks
inasi rabies pada anjing, kucing dan kera/monyet peliharaan
secara teratur setiap tahun.
- Mem
berantas, memusnahkan atau eliminasi anjing liar atau yang
berkeliaran.
- Dila
kukan penangkapan anjing liar/berkeliaran di tempat umum
selanjutnya dilakukan pembunuhan

Tindakan Penanganan Kasus Gigitan


Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus
diduga sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan
adalah:
a. Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:
- Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit,
keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70%
- Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
untuk penanganan lebih lanjut.
b. Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas
Peternakan/Pertanian setempat.

9
c. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke
Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama
14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa
obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies.
d. Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan
tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada
pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemiliknya.

Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies

Kasus gigitan anjing,


kucing, kera

Hewan penggigit Hewan penggigit


lari/hilang dan tidak dapat ditangkap
dapat ditangkap, dan diobeservasi
mati/dibunuh 10-14 hari

Luka resiko Luka resiko


tinggi rendah
Luka resiko Luka resiko
tinggi rendah

Segera Tidak diberi


diberi VAR VAR tunggu
dan SAR hasil observasi
Segera Segera
diberi VAR diberi VAR
dan SAR

Hewan Hewan Hewan Hewan


sehat mati mati sehat

Tidak dpt
diperiksa Spc. otak hewan dapat Stop Beri Tidak
lab. diperiksa di Lab. VAR VAR di VAR
lanjutkan 10
VAR.
Spc. otak hewan
diperiksa di lab.
Positif Negativ

Positif Negativ

VAR Stop VAR


lanjutkan
BAB III VAR Stop VAR
lanjutkan
METODE PRATIKUM

1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan pengambilan data bertempat di Puskesmas
Katobengke, pada tanggal 30 April 2011

2. Peserta
Peserta pengambilan data adalah kelompok 5 mata kuliah
survailance kesehatan masyarakat yang berjumlah 6 orang.

3. Jenis dan Sumber Data


3.1 Jenis Data
3.1.1 Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
pada orang yang terlibat secara langsung dari pada lokasi
kejadian.
3.1.2 Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari institusi-
institusi seperti puskesmas, rumah sakit dan Dinas
Kesehatan.

11
3.2 Sumber Data
Data bersumber dari puskesmas atau instansi kesehatan yang
merupakan data sekunder.

4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung
diambil dari buku register puskesmas.

5. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan dikelompokkan menurut tempat
dan waktu.

6. Analisis Data
Data dianalisis menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, menurut waktu kejadian dan menurut tempat (lokasi kejadian).

Definisi Operasional
1. Rabies
Rabies adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus,
bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat.

2. Rhabdoviridae
Rhabdoviridae yaitu hama jenis virus (famili virus) yang merupakan
sumber penyebab penyakit rabies.

3. Lyssa
Lyssa yaitu kematian pada manusia karena ulah rabies

4. VAR

12
VAR yaitu vaksinasi anti rabies

5. Tidak di VAR
Tidak di VAR yaitu tidak diberi faksinasi anti rabies.

BAB IV
HAS IL

1. Gambaran Umum Puskesmas Katobengke


1.1 Letak Geografis
Puskesmas katobengke berlokasi pada Kelurahan
Katobengke Kecamatan Betoambari Kota Bau-Bau, Kabupaten
Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Wilayah kerja puskesmas Katobengke awalnya ada 5
kelurahan yaitu Waborobo, Tanganapada, Lipu, Sulaa dan
Katobengke. Namun sekarang tinggal 3 kelurahan yang menjadi
wilayah kerjanya yaitu Lipu, Sulaa dan Katobengke.
Adapaun batasan-batasan wilayah kerja dari puskesmas
Katobengke yaitu:
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanganapada
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sulaa
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bone-Bone
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Badia.

1.2 Sosial Ekonomi

13
Penduduk wilayah kerja puskesmas Katobengke
umumnya bermata pencaharian sebagai:
- pedagang
- petani
- PNS

2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari buku register puskesmas Katobengke.

3. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisis
menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur, waktu yang
merupakan saat kejadian dan tempat yang merupakan kejadian dan
tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita gigitan anjing
tersangka rabies yang dirawat pada puskesmas Katobengke.

4. Distribusi Penyakit Menurut Waktu


Tabel 4.1
Distribusi Penderita Gigitaan Anjing Tersangka Rabies
Menurut Waktu di Puskesmas Katobengke
Tahun 2006 s.d. 2011
Tahun Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies F %
Di VAR % Tdk di VAR %
2006 11 50 7 18,42 18 30
2007 5 22,72 14 36,84 19 31,67
2008 2 9,09 10 26,31 12 20
2009 1 4,54 5 13,15 6 10
2010 2 9,09 2 5,26 4 6,67
2011 1 4,54 - 1 1,66
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011

14
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kasus
gigitan anjing tersangka rabies, tertinggi yaitu pada tahun 2007 terdapat
19 orang penderita (31,67%) dengan 14 orang yang tidak di VAR
sedangkan 5 orang diVAR. Kemudian mengalami penurunan pada
tahun-tahun berikutnya.

5. Distribusi Penyakit Menurut Tempat


Tabel 5.1
Distribusi Penderita Gigitaan Anjing Tersangka Rabies
Menurut Kelurahan pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2006 s.d. 2011

Penyakit Gigitan Anjing Tersangka F %


Rabies
Lokasi
Di VAR % Tdk di %
VAR
Tanganapada 2 9,09 1 2,63 3 5
Katobengke 10 45,45 9 23,68 19 31,67
Lipu 8 36,36 18 47,36 26 43,33
Sulaa 2 9,09 5 13,15 7 11,66
Waborobo - 4 10,52 4 6,66
Perintis - 1 2,63 1 1,66
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011

Dari data tersebut, menunjukka bahwa kasus penderita gigitan


anjing tersangka rabies tertinggi yaitu pada kelurahan Lipu, sebanyak 26
(43,33%) penderita, dengan 8 orang harus di VAR dan 18 orang tidak di
VAR. Sedangkan kasus terendah terdapat pada kelurahan perintis
sebanyak 1 (1,66%) penderita, dengan 1 orang tidak di VAR.

6. Distribusi Penyakit Menurut Orang

15
Tabel 6.1
Distribusi Penderita Gigitaan Anjing Tersangka Rabies
Menurut Waktu di Puskesmas Katobengke
Tahun 2006 s.d. 2011
Tahun Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies F %
Di VAR % Tdk di VAR %
1-5 4 18,18 6 15,78 10 16,66
6-10 4 18,18 5 13,15 9 15
11-15 1 4,54 2 5,26 3 5
16-20 1 4,54 1 2,63 2 3,33
21-25 1 4,54 4 10,52 5 8,33
26-30 2 9,09 - 0 2 3,33
31-35 2 9,09 3 7,89 5 8,33
36-40 - 0 4 10,52 4 6,66
41-45 - 0 4 10,52 4 6,66
46-50 1 4,54 1 2,63 2 3,33
51-55 4 18,18 - 0 4 6,66
56-60 1 4,54 4 10,52 5 8,33
61-65 - 0 - 0 - 0
66-70 1 4,54 4 10,52 5 8,33
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011

Dari data tersebut menunjukkan bahwa, kelompok umur 1-5


tahun lebih banyak terkena gigitan anjing tersangka rabies dengan 10
orang (16,66) diantaranya 4 (18,18) orang harus di VAR dan 6 (15,75)
tidak di VAR.
Tabel 6.2
Distribusi Penderita Gigitaan Anjing Tersangka Rabies
Menurut Jenis Kelamin pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2006 s.d. 2011
Tahun Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies F %
Di VAR % Tdk di VAR %
Laki-laki 10 45,45 15 39,47 25 41,66
Perempuan 12 54,54 23 60,52 35 58,33

16
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelompok


perempuan merupakan kelompok dominan kasus penderita gigitan
anjing tersangka rabies dengan jumlah 35 (58,33) orang, diantaranya 12
(54,54) orang yang harus di VAR dan 23(60,52) orang yang tidak di
VAR.
7. Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies di Kecamatan
Katobengke dari Tahun 2006 sampai 2009

Tabel 7.1
Distribusi Penyakit Gigigitan Anjing Tersangka Rabies
Di Kecamatan Katobengke
Dari Tahun 2006 sampai Tahun 2011
Sumber data sekunder 2011

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa pada tahun


2007 merupakan kasus kejadian tertinggi penderita gigitan anjing
tersangka rabies kemudian mulai mengalami penurunan pada tahun-
tahun berikutnya.

17
BAB V
PEMBAHASAN

1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang
langsung diperoleh dari buku Register Puskesmas Katobengke.

2. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisis
menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur, waktu yang
merupakan saat kejadian dan tempat yang merupakan kejadian dan
tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita gigitan anjing
tersangka rabies yang dirawat pada puskesmas Katobengke.

3. Distribusi Penyakit Menurut Waktu


Tabel 3.1
Distribusi Penderita Gigitaan Anjing Tersangka Rabies
Menurut Waktu di Puskesmas Katobengke

Tahun Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies F %


Di VAR % Tdk di VAR %
2006 11 50 7 18,42 18 30
2007 5 22,72 14 36,84 19 31,67
2008 2 9,09 10 26,31 12 20

18
2009 1 4,54 5 13,15 6 10
2010 2 9,09 2 5,26 4 6,67
2011 1 4,54 - 1 1,66
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kasus


gigitan anjing tersangka rabies, tertinggi yaitu pada tahun 2007 terdapat
19 orang penderita (31,67) dengan 14 orang harus di VAR karena
gigitan atau luka beresiko tinggi sedangkan 5 orang lainnya tidak di
VAR, karena gigitan atau luka beresiko rendah atau tidak beresiko,
Kemudian mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya.

4. Diagram Distribusi Menurut Tempat


Tabel 4.1
Diagram Distribusi Menurut Lokasi Kejadian
Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2006-2011

19
Dari diagram diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus di kelurahan
lipu terdapat 26 orang penderita karena mayoritas penduduk dan kelurahan lipu
adalah petani.

5. Distribusi Menurut Orang


Tabel 5.1
Distribusi Penderita Gigitaan Anjing Tersangka Rabies
Menurut Waktu di Puskesmas Katobengke
Tahun 2006 s.d. 2011

Tahun Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies F %


Di VAR % Tdk di VAR %
1-5 4 18,18 6 15,78 10 16,66
6-10 4 18,18 5 13,15 9 15
11-15 1 4,54 2 5,26 3 5
16-20 1 4,54 1 2,63 2 3,33
21-25 1 4,54 4 10,52 5 8,33
26-30 2 9,09 - 0 2 3,33

20
31-35 2 9,09 3 7,89 5 8,33
36-40 - 0 4 10,52 4 6,66
41-45 - 0 4 10,52 4 6,66
46-50 1 4,54 1 2,63 2 3,33
51-55 4 18,18 - 0 4 6,66
56-60 1 4,54 4 10,52 5 8,33
61-65 - 0 - 0 - 0
66-70 1 4,54 4 10,52 5 8,33
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011

Dari data tersebut menunjukkan bahwa, kelompok umur 1-5


tahun lebih banyak terkena gigitan anjing tersangka rabies dengan 10
orang (16,66) diantaranya 4 (18,18) orang harus di VAR karena luka
atau gigitan beresiko tinggi dan 6 (15,78) tidak di VAR karena luka atau
gigitan beresiko rendah atau tidak beresiko.

21
6. Grafik Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies di
Puskesmas Katobengke

Tabel 6.1
Grafik Distribusi Penderita Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Tahun 2006 s.d 2011
di Puskesmas Katobengke

Peningkatan kasus terjadi pada bulan 4 karena pada bulan tersebut adalah musim
perkembang biakannya ajing. Kemudian mengalami penurunan pada bulan-bulan
lain.

7. Trend Penyakit di Puskesmas Katobengke dari Tahun 2006-2011

Dari data tahun 2006-2011, didapatkan bahwa pada tahun


2007 terjadi peningkatan kasus gigitan anjing tersangka rabies yang
mayoritas terjadi pada kelompok perempuan dan kebanyakan terjadi
pada kelurahan Lipu.

22
8. Epidemiologi Penyakit Rabies
8.1 Epidemiologi Penyakit Rabies di Dunia
Rabies ditemukan pada hampir semua negar di dunia
kecuali Australia, Inggeris, sebagian besar Skandinavia, Islandia,
Yunani, Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru,
Brunai, Jepang, dan Taiwan. Jumlah kematian karena rabies di
seluruh dunia diperkirakan mencapai 55.000 orang pertahun dan
terbanyak di negara Asia, Afrika, Amerika Serikat, dan Zuraza.
Negara epidemis rabies antara lain India, Srilanka,
Pakistan, Bangladesh, China, Filipina, Thailand, Indonesia,
Meksiko, Brasilia, Amerika Serikat, dan Amerika Tengah. Negara
dengan kejadian rabies tertinggi di dunia adalah India dengan
30.000 kasus kematian pertahun atau 3 : 100.000 penduduk (1992-
2002) kurang lebih 60% dari kematian karena rabies di seluruh
dunia. Di India pada tahun 1992 dan 2002 atas lebih dari 9.000
kasus menunjukkan 71,1% pasien rabies adalah laki-laki; dewasa
(> 14 tahun) lebih banyak dari pada anak-anak (64,7% : 35,3%).

8.2 Epidemiologi Penyakit Rabies di Indonesia


Pada tahun 2001 di Indonesia terdapat 7 propinsi yang
dinyatakan bebas rabies yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Bali, NTB, Maluku dan Papua. Pada tahun 2007
terdapat 10 propinsi dari 33 propinsi yang dinyatakan bebas rabies
yaitu Bangka Belitung, Kepalauan Riau, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, NTB, Irjabar, Papua.
Pada tahun 1997 sampai 2003 dilaporkan lebih dari 86.000 kasus
gigitan hewan tersangka rabies di seluruh Indonesia (rata-rata
12.400 kasus/tahun) dan yang terbukti rabies 38 orang (rata-rata 76
kasus/tahun). Dari tahun 2004 sampai 2007 dilaporkan berturut-
turut 1.308, 1.708, 1.396 kasus gigitan hewan tersangka rabies di

23
Indonesia. Kejadian sesungguhnya mungkin lebih besar karena
sebagian pasien meninggal di rumah tanpa terdiagnosis. Di
propinsi Kalimantan Timur dari tahun 2001 sampai 2006 tercatat
15 kasus kematian karena rabies.
Kematian karena rabies pada manusia (lyssa) pada tahun
2005 134 orang. Bila dibandingkan dengan situasi rabies pada
tahun 2004 yaitu 109 orang terjadi peningkatan lyssa yang cukup
signifikan. Hal ini menandakan upaya-upaya yang telah
dilaksanakan masih belum optimal, terbukti jumlah kematian
akibat rabies masih dilaporkan.
Seperti di Bali yang menjadi pusat perhatian dunia, serangan
rabies dalam tiga tahun terakhir sejak April 2008 sampai dengan akhir
Agustus 2010 sebanyak 34.900 kasus gigitan binatang yang mengandung
rabies. Dari jumlah tersebut sebanyak 93 orang meninggal akibat rabies.
''Salah satu ancaman yang paling besar terserang rabies adalah anak-anak
karena anak-anak sering bermain dengan anjing.

24
9. SPOT MAP KELURAHAN

25
BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita gigitan anjing
tersangka rabies pada puskesmas Katobengke dapat disimpulkan bahwa:
- Pada
tahun 2006 s.d. 2011 Kelurahan Lipu merupakan kasus kejadian
tertinggi penderita gigitan anjing tersangka rabies dan kelurahan
Perintis yang merupakan kasus terndah, dan baru terjadi kasuss
tersangka rabies pada tahun 2010
- Kasu
s gigitan anjing tersangka rabies dari tahun ke tahun selalu
didominasi oleh kelompok perempuan.
- Pada
bulan-bulan 1-4 banyak kasus tersangka penyakit rabies hal ini
disebabkan karna pada bulan itu banyak terjadi perkembang
biakan anjing
- Pend
erita gigitan anjing tersangka rabies, mulai mengalami penurunan
dari tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya. Hal ini
menggambarkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh
puskesmas atas kerjasamanya dengan masyarakat dan Dinas
Peternakan mulai mengalami keberhasilan.
2. Saran
- Bagi instansi terkait
Agar lebih meningkatkan kinerja untuk penanggulangan penyakit
rabies ini, sehingga kota Bau-Bau dapat terhindar dari penyakit
rabies.
- Bagi Masyarakat

26
Agar senantiasa lebih menjaga diri dan memperhatikan ternak dari
bahaya-bahaya yang dapat menimbulkan penyakit rabies yang
akhirnya dapat berdampak pada masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

 http://drhyudi.blogspot.com/2010/05/penyebaran-rabies-diindonesia.html

 Mulia, M. Riek. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

 Natoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.


Jakarta: Rineka Cipta.

 WHO-APCRI National-Multi-Centric Rabies Survey, 2004.

 WHO. WHO Recommended surveillance standards.


WHO/CDS/ISR/992/EN/en/

27
LAMPIRAN
1. Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2006

Bulan Frekuensi
Januari 1
Berdasarkan data tersebut
Februari 1
menunjukkan bahwa
Maret 4
kejadian tertingi kasus
April 3
penderita gigitan anjing
Mei 2
tersangka rabies yaitu
Juni 4
pada bulan Maret dan
Juli 2
Juni
Agustus 1
September -
Oktober -
November -
Desember -
Jumlah 18
Sumber data sekunder 2006

28
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2007

Bulan Frekuensi
Januari - Berdasarkan data tersebut
Februari 3 menunjukkan bahwa
Maret 4 kejadian tertingi kasus
April 5 penderita gigitan anjing
Mei 2 tersangka rabies yaitu
Juni 2 pada bulan Maret .
Juli 1
Agustus -
September -
Oktober -
November -
Desember 2
Jumlah 19
Sumber data sekunder 2007

29
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2008

Bulan Frekuensi
Januari 4 Berdasarkan data
Februari - disamping dapat
Maret 1 diketahui bahwa pada
April - bulan Januari dan
Mei - Oktober 2008 terjadi
Juni 2 peningkatan kasus
Juli 1 gigitan anjing tersangka
Agustus - rabies.
September -
Oktober 4
November -
Desember -
Jumlah 12
Sumber data sekunder 2008

30
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2009

Bulan Frekuensi
Januari 1 Berdasarkan data
Februari 2 disamping dapat
Maret 1 diketahui bahwa hanya
April 1 pada awal bulan terjadi
Mei - kasus gigitan anjing
Juni 1 tersangka rabies. Setelah
Juli - itu, pada bulan-bulan
Agustus - berikutnya terjadi
September - penurunan bahkan tidak
Oktober - ada lagi
November -
Desember -
Jumlah 6
Sumber data sekunder 2009

31
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2010

Bulan Frekuensi
Januari - Berdasarkan data
Februari 1 disamping dapat
Maret 1 diketahui bahwa hanya
April - pada awal dan
Mei - pertengahan bulan terjadi
Juni kasus gigitan anjing
Juli 1 tersangka rabies. Setelah
Agustus 1 itu, pada bulan-bulan
September - berikutnya terjadi
Oktober - penurunan bahkan tidak
November - ada lagi
Desember -
Jumlah 4
Sumber data sekunder 2010

32
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2011

Bulan Frekuensi
Januari - Berdasarkan data
Februari 1 disamping dapat
Maret - diketahui bahwa hanya
April - pada awal bulan terjadi
Mei - kasus gigitan anjing
Juni tersangka rabies. Setelah
Juli - itu, pada bulan-bulan
Agustus - berikutnya terjadi
September - penurunan bahkan tidak
Oktober - ada lagi
November -
Desember -
Jumlah 1
Sumber data sekunder 2011

2. Distibusi Penyakit Menurut Tempat

33
Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian
Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2006

Kelurahan Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Tanganapada 3 menunjukkan bahwa pada
Katobengke 9 tahun 2006, Kelurahan
Katobengke merupakan
Lipu 6 kasus kejadian tertinggi
Sulaa - penderita gigitan anjing
tersangka rabies di antara 5
Waborobo - kelurahan lainnya.
Perintis
Jumlah 18
Sumber data sekunder 2006

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2007

Kelurahan Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Tanganapada -
menunjukkan bahwa pada
Katobengke 2 tahun 2007, Kelurahan Lipu
Lipu 12 merupakan kasus kejadian
tertinggi penderita gigitan
Sulaa 4
anjing tersangka rabies,
Waborobo - sedangkan Kelurahan
Jumlah 19
Sumber data sekunder 2007 Tanganapada tidak ada kasus
sama sekali.

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2008

34
Kelurahan Frekuensi Berdasarkan data tersebut
Tanganapada -
menunjukkan bahwa pada
Katobengke 3 tahun 2008, Kelurahan Lipu
Lipu 5 merupakan kasus kejadian
tertinggi penderita gigitan
Sulaa 1
anjing tersangka rabies,
Waborobo 3 sedangkan Kelurahan
Jumlah 12
Sumber data sekunder 2008 Tanganapada tidak ada sama
sekali

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2009

Kelurahan Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Tanganapada -
menunjukkan bahwa pada
Katobengke 3
tahun 2009, Kelurahan
Lipu 2
Katobengke merupakan
Sulaa 1
kasus kejadian tertinggi
Waborobo -
Jumlah 6 penderita gigitan anjing
Sumber data sekunder 2009 tersangka rabies.

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Berdasarkan data tersebut
Tahun 2010
menunjukkan bahwa pada tahun
Kelurahan Frekuensi 2010, mulai berkurang kasus
Tanganapada -
tersangka rabies pada setiap
Katobengke 1
daerah kelurahan dan perintis
merupakan lokasi yang baru
35 terkena tersangka rabies
Lipu 1
Sulaa 1
Waborobo -
Perintis 1
Jumlah 4
Sumber data sekunder 2010

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2011
Kelurahan Frekuensi Berdasarkan data tersebut
Tanganapada -
menunjukkan bahwa hanya
Katobengke 1
kelurahan katobengke yang
Lipu -
tersangka rabies pada tahun
Sulaa -
2011, mulai berkurang kasus
Waborobo -
tersangka rabies pada setiap
Perintis -
Jumlah 1 daerah kelurahan

3. Distribusi Penyakit Menurut Orang

Distribusi Penyakit Menurut Umur


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas KatobengkeBerdasarkan data tersebut
Tahun 2006
dapat diketahui bahwa
Umur Frekuensi pada tahun 2006,
1-5 2
6-10 4 kelompok usia 6-10
11-15 2 tahun merupakan
penderita tertinggi gigitan
36
anjing tersangka rabies.
16-20 1
21-25 3
26-30 2
31-35 1
36-40 -
41-45 -
46-50 -
51-55 1
56-60 -
61-65 -
66-70 2
Jumlah 18
Sumber data sekunder 2006

Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2006

Jenis Kelamin Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Laki-laki 8 dapat diketahui bahwa pada
Perempuan 10 tahun 2006, kelompok
Jumlah 18
Sumber data sekunder 2006 perempuan merupakan
penderita tertinggi gigitan
anjing tersangka rabies.

Distribusi Penyakit Menurut Umur


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2007

Umur Frekuensi Berdasarkan data tersebut


1-5 3
6-10 1 dapat diketahui bahwa
11-15 - pada tahun 2007,
16-20 1
21-25 1 kelompok usia 31-35
26-30 - tahun merupakan
31-35 3
36-40 2 penderita tertinggi gigitan
anjing tersangka rabies.
37
41-45 1
46-50 1
51-55 2
56-60 2
61-65 -
66-70 2
Sumber data sekunder 2007

Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2007

Jenis Kelamin Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Laki-laki 7 dapat diketahui bahwa pada
Perempuan 12 tahun 2007, kelompok
Jumlah 19
Sumber data sekunder 2007 perempuan merupakan
penderita tertinggi gigitan
anjing tersangka rabies.

Distribusi Penyakit Menurut Umur


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2008

Umur Frekuensi Berdasarkan data tersebut


1-5 3
6-10 1 dapat diketahui bahwa
11-15 1 pada tahun 2007,
16-20 -
21-25 - kelompok usia 1-5 tahun
26-30 - merupakan penderita
31-35 -
36-40 2 tertinggi gigitan anjing
41-45 2 tersangka rabies.

38
46-50 1
51-55 -
56-60 2
61-65 -
66-70 -
Sumber data sekunder 2008

Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2008

Jenis Kelamin Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Laki-laki 5
dapat diketahui bahwa pada
Perempuan 7 tahun 2008, kelompok
Jumlah 12
Sumber data sekunder 2008 perempuan merupakan
penderita tertinggi gigitan
anjing tersangka rabies.

Distribusi Penyakit Menurut Umur


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2009

Umur Frekuensi Berdasarkan data tersebut dapat


1-5 1 diketahui bahwa pada tahun 2007,
6-10 1
kelompok umur 1-5, 6-10, 31-35,
11-15 -
16-20 - 41-45, 56-60, dan 66-70 tahun
21-25 -
merupakan penderita tertinggi
26-30 -
31-35 1 gigitan anjing tersangka rabies,
36-40 -
sedangkan pada kelompok umur
41-45 1
46-50 - lainnya tidak ditemukan lagi.

39
51-55 -
56-60 1
61-65 -
66-70 1
Sumber data sekunder 2009

Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2009

Jenis Kelamin Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Laki-laki 2
dapat diketahui bahwa
Perempuan 4 pada tahun 2009,
Jumlah 6
Sumber data sekunder 2009 kelompok perempuan
merupakan penderita
tertinggi gigitan anjing
tersangka rabies.
Distribusi Penyakit Menurut Umur
Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2010

Umur Frekuensi Berdasarkan data tersebut dapat


1-5 1 diketahui bahwa pada tahun 2010,
6-10 2
kelompok umur 1-5, 6-10, 16-20,
11-15 -
16-20 - 21-25 thn merupakan penderita
21-25 1
tertinggi gigitan anjing tersangka
26-30 -
31-35 rabies, sedangkan pada kelompok
36-40 -
umur lainnya tidak ditemukan lagi.
41-45 -
46-50 -
51-55 -
56-60 -
61-65 -
66-70 -

40
Sumber data sekunder 2010

Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin


Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2010

Jenis Kelamin Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Laki-laki 2
dapat diketahui bahwa
Perempuan 2 pada tahun 2010,
Jumlah 4
Sumber data sekunder 2010 kelompok perempuan dan
laki-laki sama jumlah
penderita gigitan anjing
tersangka rabies.

Gigitan Anjing Tersangka Rabies


Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2011

Umur Frekuensi Berdasarkan data tersebut dapat


1-5 1 diketahui bahwa pada tahun 2011,
6-10
kelompok umur 1-5 thn merupakan
11-15 -
16-20 - yang hanya penderita gigitan anjing
21-25
tersangka rabies, sedangkan pada
26-30 -
31-35 kelompok umur lainnya tidak
36-40 -
ditemukan lagi.
41-45 -
46-50 -
51-55 -
56-60 -
61-65 -
66-70 -
Sumber data sekunder 2010

Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin

41
Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2011

Jenis Kelamin Frekuensi Berdasarkan data tersebut


Laki-laki 1
dapat diketahui bahwa
Perempuan - pada tahun 2011, hanya
Jumlah 1
Sumber data sekunder 2011 kelompok laki-laki
penderita gigitan anjing
tersangka rabies.

42

Anda mungkin juga menyukai

  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Tugas Biost
    Tugas Biost
    Dokumen1 halaman
    Tugas Biost
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Terjemahan Lengkap..
    Terjemahan Lengkap..
    Dokumen14 halaman
    Terjemahan Lengkap..
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Regresi Dummy
    Regresi Dummy
    Dokumen3 halaman
    Regresi Dummy
    Yuga Hardiyansah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Manajemen Strategi
    Makalah Manajemen Strategi
    Dokumen15 halaman
    Makalah Manajemen Strategi
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Analysis of Anova
    Analysis of Anova
    Dokumen15 halaman
    Analysis of Anova
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Analisis Intrumen
    Analisis Intrumen
    Dokumen5 halaman
    Analisis Intrumen
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ekonomi Kesehatan
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Dokumen9 halaman
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Mannan
    100% (1)
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen41 halaman
    Makalah
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Bab I Makalah
    Bab I Makalah
    Dokumen17 halaman
    Bab I Makalah
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Survailens Novi
    Makalah Survailens Novi
    Dokumen35 halaman
    Makalah Survailens Novi
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan Ibu Dan Anak
    Kesehatan Ibu Dan Anak
    Dokumen21 halaman
    Kesehatan Ibu Dan Anak
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ekonomi Kesehatan
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Dokumen34 halaman
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Survailance
    DAFTAR PUSTAKA Survailance
    Dokumen1 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Survailance
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • RABIES
    RABIES
    Dokumen42 halaman
    RABIES
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Secara Garis Besar
    Secara Garis Besar
    Dokumen2 halaman
    Secara Garis Besar
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Manajemen Strategi
    Makalah Manajemen Strategi
    Dokumen15 halaman
    Makalah Manajemen Strategi
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Bab I Makalah
    Bab I Makalah
    Dokumen17 halaman
    Bab I Makalah
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen19 halaman
    Kelompok 5
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Edward A
    Edward A
    Dokumen3 halaman
    Edward A
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Format Bahan Ajar
    Format Bahan Ajar
    Dokumen16 halaman
    Format Bahan Ajar
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat