PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
WHO mendefinisikan kesehatan sebagai “a state of complete
physical, mental, and social well-being, not merely the absence of
disease or infirmit.” berarti kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan
social yang sempurna, bukan hanya ketidakhadiran penyakit belaka. Jika
definisi ini dikaji lebih jauh, tidak banyak manusia yang benar-benar
sakit. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa semua manusia selalu
mempunyai penyakit. (Soekidjo Natoatmodjo. 2007)
Sedangkan penyakit menurut cunningham dan saigo (2001),
“a disease is a deleterious change in the bodys condition in reponse to an
environmental factor that could be nutritoinal, chemical, biological, or
physiological”. Dengan kata lain, penyakit merupakan perubahan yang
mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari faktor lingkungan yang
mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi. Dalam hal ini
lingkungan paling berpengaruh pada terjadinya penyakit.
Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan jika manusia tersebut terpapar terhadap factor lingkungan
pada tingkat yang tidak dapat ditenggang keberadaannya. Seorang tokoh
di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah tokoh yang
pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan
fenomena alam dan lingkungannya.
Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang
didapat karena fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies
disebabkan oleh gigitan anjing, kera dan kucing serta hewan yang
berdarah yang berada disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa bintang
tersebut merupakan fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita.
1
Rabies merupakan salah satu penyakit infeksi pada manusia
yang lama dikenal. Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno
rabhas yang artinya melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa
Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam
bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang berasal dari bahasa
Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. [3]
Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda
robere yang artinya menjadi gila.
Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah perabadan
manusia. Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba
menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4000
tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna yang ditulis pada 2300
SM. Democritus pada 500 SM juga menuliskan karakteristik gejala
penyakit yang menyerupai rabies.
Rabies ditemukan pada hampir semua negara di dunia,
kecuali Australia, Inggris, sebagian besar Skandinovia, Islandia, Yunani,
Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru, Brunai, Jepang
dan Taiwan. Jumlah kematian karena rabies di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 55.000 orang pertahun dan terbanyak di negara
Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Eurasia. Negara endemis rabies
antara lain India, Srilanka, Pakistan, Bangladesh, China, Filipina,
Thailand, Indonesia, Meksiko, Brazilia, Amerika Serikat, dan Amerika
Tengah. Negara dengan kejadian tertinggi di dunia adalah India dengan
30.000 kasus kematian pertahun atau 3 : 100.000 penduduk (1990 -
2000) kurang lebih 60 % dari kematian karena rabies di seluruh dunia
(control rabies India 2003; V (182) 11-15)
Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di
Indonesia. Arti penyakit ini tidak saja dampak kematian manusia yang
ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan,
kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-orang yang
2
terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya
pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta
pendapatan negara dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan
kunjungan wisatawan.
Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Schoorl
(1884) di Jakarta pada seekor kuda, kemudian oleh JW Esser (1889) di
Bekasi pada seekor Kerbau. Setelah Penning (1890) menemukan rabies
pada anjing, rabies ini menjadi penyakit yang popular di Indonesia
(Hindia Belanda saat itu). Rabies pada manusia dilaporkan lebih
belakangan yaitu oelh de Haan pada tahun 1894. Campur tangan
(intervensi) pemerintah terhadap pengendalian rabies secara formal telah
dilakukan sejak era 1920-an, terbukti dengan penetapan ordonansi rabies
– Hondsdolheids (Staatsblad 1926 No. 451 yo Staatblad 1926 No. 452)
oleh pemerintah colonial Belanda.
Dalam sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di
Indonesia, walaupun ada wilayah yang berhasil dibebaskan, namun
Indonesia tidak berhasil menghentikan perluasan daerah tertular rabies
di Indonesia. Daerah tertular rabies yang semula hanya beberapa
provinsi saja sebelum Perang Dunia II, telah meluas ke daerah lain yang
semula bebas yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
(1953), Sumatera Utara dan Sulawesi Utara (1956), Sulawesi Selatan
(1958), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Aceh (1970), Jambi
dan DI yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah
(1972), Kalimantan Timur (1974) dan Riau (1975).
Pada decade 1990 an dan 2000 an Rabies masih terus
menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular
yaitu Pulau Flores (1998) Pulau Ambon dan Pulau Seram (2003),
Halmahera dan Morotai (2005) Ketapang (2005) serta Pulau Buru
(2006) kemudian Pulau Bali, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di
Provinsi Riau (2009). Saat ini provinsi yang bebas rabies Provinsi
3
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Papua dan
Papua Barat.
Ada sedikit kisah sukses pengendalian dan pemberantasan
rabies di Indonesia, yaitu pulau Jawa berhasil dibebaskan dari Rabies
pada tahun 2004 setelah sebelumnya Pulau Jawa bagian tengah dan
timur meliputi Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
Jawa Timur dibebaskan terlebih dahulu pada tahun 1996. Walaupun
kemudian penyakit ini muncul lagi di Garut (2005, 2007) dan
Tasikmalaya (2006) provinsi Jawa Barat serta Lebak (2008) Provinsi
Banten. Kisah sukses lainnya adalah keberhasilan membatasi outbreak
rabies di Provinsi Kalimantan Barat (2005) menjadi hanya outbreak
tunggal. Dengan dinyatakannya Bali sebagai daerah wabah baru maka
daerah yang masih bebas rabies berdasar SK Menteri Pertanian tahun
1999 saat ini adalah NTB, NTT kecuali Pulau Flores, Maluku, Irian Jaya
(sekarang Papua), Kalimantan Barat, Pulau Madura dan sekitarnya,
Pulau-pulau di sekitar Pulau Sumatera, Jawa Timur, Yogyakarta, dan
Jawa Tengah.
Penyebaran rabies tampaknya masih berlanjut. Di Pulau
Sumatera, wabah ini kembali berjangkit, yang ditandai dengan
diberlakukannya status KLB rabies di Gunungsitoli Nias.
Di kota Bau-Bau, sejauh ini masih terdapat 1 (satu) kasus
penderita rabies, sedangkan kasus-kasus lainnya hanya sebatas sospek
atau tersangka rabies.
Di Puskesmas Katobengke penderita penyakit gigitan anjung
tersangka rabies mulai mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu
mulai menrun dari tahun 2007-2011. Hal ini menandakan bahwa upaya-
upaya yang telah dilakukan oleh pihak puskesmas telah mulai
menggambarkan keberhasilan
4
2. Tujuan Pratikum
2.1 Tujuan Umum
- Untu
k mengetahui gambaran umum tentang penyakit rabies
2.2 Tujuan Khusus
- Untu
k mengetahui pengertian penyakit rabies
- Untu
k mengetahui gejala, penularan, dan penatalaksanaan penyakit
rabies
- Untu
k mengetahui distribusi penyakit gigitan anjing tersangka rabies
menurut waktu, tempat, dan orang pada puskesmas katobengke
3. Manfaat Pratikum
- Bagi
puskesmas
Sebagai bahan informasi untuk menentukan langkah-langkah
untuk pengambilan keputusan dalam hal penanganan tersangaka
rabies
- Bagi
masyarakat
Sebagai bahan masukan agar masyarakat lebih meningkatkan lagi
kesehatannya.
- Bagi
peneliti
Untuk menambah wawasan, utamanya tentang hal-hal yang
berhubungan dengan penyakit rabies.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
penyakit-penyakit yang menimbulkan epedemi, mengetahui periodisitas
suatu penyakit dan situasi penyakit-penyakit tertentu di seluruh wilayah.
Tanda-tanda Rabies
Tanda-tanda Rabies pada Hewan
7
Ada dua macam gejala rabies yaitu rabies ganas, rabies
tenang, dan asisteonatis.
a. Tanda-tanda Rabies Ganas
- Tidak lagi menurut perintah pemilik
- Air liur berlebihan
- Hewam menjadi ganas menyerang atau menggigit apa
saja yang ditemui dan ekor di lengkungan bawah perut
di antara dua paha.
- Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati
setelah 4-7 hari sejak timbul gejala atau paling lama 14
hari setelah penggigitan.
8
- Takut dengan air, suara keras, cahaya dan angin
- Air liur dan air mata keluar berlebihan
- Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
- Biasanya penderita akan meninggal 4-6 hari setelah gejala
klinis atau tanda-tanda penyakit pertama timbul.
9
c. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke
Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama
14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa
obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies.
d. Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan
tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada
pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemiliknya.
Tidak dpt
diperiksa Spc. otak hewan dapat Stop Beri Tidak
lab. diperiksa di Lab. VAR VAR di VAR
lanjutkan 10
VAR.
Spc. otak hewan
diperiksa di lab.
Positif Negativ
Positif Negativ
2. Peserta
Peserta pengambilan data adalah kelompok 5 mata kuliah
survailance kesehatan masyarakat yang berjumlah 6 orang.
11
3.2 Sumber Data
Data bersumber dari puskesmas atau instansi kesehatan yang
merupakan data sekunder.
4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung
diambil dari buku register puskesmas.
5. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan dikelompokkan menurut tempat
dan waktu.
6. Analisis Data
Data dianalisis menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, menurut waktu kejadian dan menurut tempat (lokasi kejadian).
Definisi Operasional
1. Rabies
Rabies adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus,
bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat.
2. Rhabdoviridae
Rhabdoviridae yaitu hama jenis virus (famili virus) yang merupakan
sumber penyebab penyakit rabies.
3. Lyssa
Lyssa yaitu kematian pada manusia karena ulah rabies
4. VAR
12
VAR yaitu vaksinasi anti rabies
5. Tidak di VAR
Tidak di VAR yaitu tidak diberi faksinasi anti rabies.
BAB IV
HAS IL
13
Penduduk wilayah kerja puskesmas Katobengke
umumnya bermata pencaharian sebagai:
- pedagang
- petani
- PNS
2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari buku register puskesmas Katobengke.
14
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kasus
gigitan anjing tersangka rabies, tertinggi yaitu pada tahun 2007 terdapat
19 orang penderita (31,67%) dengan 14 orang yang tidak di VAR
sedangkan 5 orang diVAR. Kemudian mengalami penurunan pada
tahun-tahun berikutnya.
15
Tabel 6.1
Distribusi Penderita Gigitaan Anjing Tersangka Rabies
Menurut Waktu di Puskesmas Katobengke
Tahun 2006 s.d. 2011
Tahun Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies F %
Di VAR % Tdk di VAR %
1-5 4 18,18 6 15,78 10 16,66
6-10 4 18,18 5 13,15 9 15
11-15 1 4,54 2 5,26 3 5
16-20 1 4,54 1 2,63 2 3,33
21-25 1 4,54 4 10,52 5 8,33
26-30 2 9,09 - 0 2 3,33
31-35 2 9,09 3 7,89 5 8,33
36-40 - 0 4 10,52 4 6,66
41-45 - 0 4 10,52 4 6,66
46-50 1 4,54 1 2,63 2 3,33
51-55 4 18,18 - 0 4 6,66
56-60 1 4,54 4 10,52 5 8,33
61-65 - 0 - 0 - 0
66-70 1 4,54 4 10,52 5 8,33
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011
16
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011
Tabel 7.1
Distribusi Penyakit Gigigitan Anjing Tersangka Rabies
Di Kecamatan Katobengke
Dari Tahun 2006 sampai Tahun 2011
Sumber data sekunder 2011
17
BAB V
PEMBAHASAN
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang
langsung diperoleh dari buku Register Puskesmas Katobengke.
18
2009 1 4,54 5 13,15 6 10
2010 2 9,09 2 5,26 4 6,67
2011 1 4,54 - 1 1,66
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011
19
Dari diagram diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus di kelurahan
lipu terdapat 26 orang penderita karena mayoritas penduduk dan kelurahan lipu
adalah petani.
20
31-35 2 9,09 3 7,89 5 8,33
36-40 - 0 4 10,52 4 6,66
41-45 - 0 4 10,52 4 6,66
46-50 1 4,54 1 2,63 2 3,33
51-55 4 18,18 - 0 4 6,66
56-60 1 4,54 4 10,52 5 8,33
61-65 - 0 - 0 - 0
66-70 1 4,54 4 10,52 5 8,33
Jumlah 22 100 38 100 60 100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2011
21
6. Grafik Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies di
Puskesmas Katobengke
Tabel 6.1
Grafik Distribusi Penderita Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Tahun 2006 s.d 2011
di Puskesmas Katobengke
Peningkatan kasus terjadi pada bulan 4 karena pada bulan tersebut adalah musim
perkembang biakannya ajing. Kemudian mengalami penurunan pada bulan-bulan
lain.
22
8. Epidemiologi Penyakit Rabies
8.1 Epidemiologi Penyakit Rabies di Dunia
Rabies ditemukan pada hampir semua negar di dunia
kecuali Australia, Inggeris, sebagian besar Skandinavia, Islandia,
Yunani, Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru,
Brunai, Jepang, dan Taiwan. Jumlah kematian karena rabies di
seluruh dunia diperkirakan mencapai 55.000 orang pertahun dan
terbanyak di negara Asia, Afrika, Amerika Serikat, dan Zuraza.
Negara epidemis rabies antara lain India, Srilanka,
Pakistan, Bangladesh, China, Filipina, Thailand, Indonesia,
Meksiko, Brasilia, Amerika Serikat, dan Amerika Tengah. Negara
dengan kejadian rabies tertinggi di dunia adalah India dengan
30.000 kasus kematian pertahun atau 3 : 100.000 penduduk (1992-
2002) kurang lebih 60% dari kematian karena rabies di seluruh
dunia. Di India pada tahun 1992 dan 2002 atas lebih dari 9.000
kasus menunjukkan 71,1% pasien rabies adalah laki-laki; dewasa
(> 14 tahun) lebih banyak dari pada anak-anak (64,7% : 35,3%).
23
Indonesia. Kejadian sesungguhnya mungkin lebih besar karena
sebagian pasien meninggal di rumah tanpa terdiagnosis. Di
propinsi Kalimantan Timur dari tahun 2001 sampai 2006 tercatat
15 kasus kematian karena rabies.
Kematian karena rabies pada manusia (lyssa) pada tahun
2005 134 orang. Bila dibandingkan dengan situasi rabies pada
tahun 2004 yaitu 109 orang terjadi peningkatan lyssa yang cukup
signifikan. Hal ini menandakan upaya-upaya yang telah
dilaksanakan masih belum optimal, terbukti jumlah kematian
akibat rabies masih dilaporkan.
Seperti di Bali yang menjadi pusat perhatian dunia, serangan
rabies dalam tiga tahun terakhir sejak April 2008 sampai dengan akhir
Agustus 2010 sebanyak 34.900 kasus gigitan binatang yang mengandung
rabies. Dari jumlah tersebut sebanyak 93 orang meninggal akibat rabies.
''Salah satu ancaman yang paling besar terserang rabies adalah anak-anak
karena anak-anak sering bermain dengan anjing.
24
9. SPOT MAP KELURAHAN
25
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita gigitan anjing
tersangka rabies pada puskesmas Katobengke dapat disimpulkan bahwa:
- Pada
tahun 2006 s.d. 2011 Kelurahan Lipu merupakan kasus kejadian
tertinggi penderita gigitan anjing tersangka rabies dan kelurahan
Perintis yang merupakan kasus terndah, dan baru terjadi kasuss
tersangka rabies pada tahun 2010
- Kasu
s gigitan anjing tersangka rabies dari tahun ke tahun selalu
didominasi oleh kelompok perempuan.
- Pada
bulan-bulan 1-4 banyak kasus tersangka penyakit rabies hal ini
disebabkan karna pada bulan itu banyak terjadi perkembang
biakan anjing
- Pend
erita gigitan anjing tersangka rabies, mulai mengalami penurunan
dari tahun 2007 dan tahun-tahun berikutnya. Hal ini
menggambarkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh
puskesmas atas kerjasamanya dengan masyarakat dan Dinas
Peternakan mulai mengalami keberhasilan.
2. Saran
- Bagi instansi terkait
Agar lebih meningkatkan kinerja untuk penanggulangan penyakit
rabies ini, sehingga kota Bau-Bau dapat terhindar dari penyakit
rabies.
- Bagi Masyarakat
26
Agar senantiasa lebih menjaga diri dan memperhatikan ternak dari
bahaya-bahaya yang dapat menimbulkan penyakit rabies yang
akhirnya dapat berdampak pada masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://drhyudi.blogspot.com/2010/05/penyebaran-rabies-diindonesia.html
27
LAMPIRAN
1. Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2006
Bulan Frekuensi
Januari 1
Berdasarkan data tersebut
Februari 1
menunjukkan bahwa
Maret 4
kejadian tertingi kasus
April 3
penderita gigitan anjing
Mei 2
tersangka rabies yaitu
Juni 4
pada bulan Maret dan
Juli 2
Juni
Agustus 1
September -
Oktober -
November -
Desember -
Jumlah 18
Sumber data sekunder 2006
28
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2007
Bulan Frekuensi
Januari - Berdasarkan data tersebut
Februari 3 menunjukkan bahwa
Maret 4 kejadian tertingi kasus
April 5 penderita gigitan anjing
Mei 2 tersangka rabies yaitu
Juni 2 pada bulan Maret .
Juli 1
Agustus -
September -
Oktober -
November -
Desember 2
Jumlah 19
Sumber data sekunder 2007
29
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2008
Bulan Frekuensi
Januari 4 Berdasarkan data
Februari - disamping dapat
Maret 1 diketahui bahwa pada
April - bulan Januari dan
Mei - Oktober 2008 terjadi
Juni 2 peningkatan kasus
Juli 1 gigitan anjing tersangka
Agustus - rabies.
September -
Oktober 4
November -
Desember -
Jumlah 12
Sumber data sekunder 2008
30
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2009
Bulan Frekuensi
Januari 1 Berdasarkan data
Februari 2 disamping dapat
Maret 1 diketahui bahwa hanya
April 1 pada awal bulan terjadi
Mei - kasus gigitan anjing
Juni 1 tersangka rabies. Setelah
Juli - itu, pada bulan-bulan
Agustus - berikutnya terjadi
September - penurunan bahkan tidak
Oktober - ada lagi
November -
Desember -
Jumlah 6
Sumber data sekunder 2009
31
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2010
Bulan Frekuensi
Januari - Berdasarkan data
Februari 1 disamping dapat
Maret 1 diketahui bahwa hanya
April - pada awal dan
Mei - pertengahan bulan terjadi
Juni kasus gigitan anjing
Juli 1 tersangka rabies. Setelah
Agustus 1 itu, pada bulan-bulan
September - berikutnya terjadi
Oktober - penurunan bahkan tidak
November - ada lagi
Desember -
Jumlah 4
Sumber data sekunder 2010
32
Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Pada Penderita Tersangka Rabies
Puskesmas Katobengke
Tahun 2011
Bulan Frekuensi
Januari - Berdasarkan data
Februari 1 disamping dapat
Maret - diketahui bahwa hanya
April - pada awal bulan terjadi
Mei - kasus gigitan anjing
Juni tersangka rabies. Setelah
Juli - itu, pada bulan-bulan
Agustus - berikutnya terjadi
September - penurunan bahkan tidak
Oktober - ada lagi
November -
Desember -
Jumlah 1
Sumber data sekunder 2011
33
Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian
Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2006
34
Kelurahan Frekuensi Berdasarkan data tersebut
Tanganapada -
menunjukkan bahwa pada
Katobengke 3 tahun 2008, Kelurahan Lipu
Lipu 5 merupakan kasus kejadian
tertinggi penderita gigitan
Sulaa 1
anjing tersangka rabies,
Waborobo 3 sedangkan Kelurahan
Jumlah 12
Sumber data sekunder 2008 Tanganapada tidak ada sama
sekali
38
46-50 1
51-55 -
56-60 2
61-65 -
66-70 -
Sumber data sekunder 2008
39
51-55 -
56-60 1
61-65 -
66-70 1
Sumber data sekunder 2009
40
Sumber data sekunder 2010
41
Gigitan Anjing Tersangka Rabies
Pada Puskesmas Katobengke
Tahun 2011
42