yaitu: pencemaran, degradasi fisik habitat, over eksploitasi sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi
kawasn lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan bencana alam.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut, khususnya di Indonesia yaitu:
pemanfaatan ganda, pemanfaatan tidak seimbang, pengaruh kegiatan manusia dan pencemaran wilayah
pesisir.
Terumbu karang Indonesia saat ini mengalami kerusakan dengan cepat akibat kegiatan manusia
(termasuk, penangkapan ikan dengan racun; peledak; penambangan terumbu; sedimentasi; pencemaran;
dan penangkapan ikan berlebih). Makalah dari Cesar dkk (1997) memaparkan kegiatan yang merusak ini
dan membandingkan keuntungan pribadi dari kegiatan ini dengan biaya yang ditanggung masyarakat.
Ditunjukkan bahwa biaya sosial jauh melebihi keuntungan pribadi jangka pendek. Namun, insentif
pribadi untuk meraih laba jangka-pendek tetap kuat. Pet-Soede et al. (1999) melakukan analisa biaya-
keuntungan pada penangkapan ikan dengan bom yang memperlihatkan kerugian bersih yang signifikan
selama 20 tahun. Kerugian utama dapat dihitung melalui kehilangan fungsi perlindungan pesisir, manfaat
pariwisata, dan manfaat dari perikanan yang tak merusak. Bagi masyarakat kerugian ekonomi yang terjadi
empat kali lipat lebih tinggi dari total keuntungan pribadi bersih yang didapatkan dari penangkapan ikan
dengan peledak, yang dilakukan di wilayah yang memiliki potensi nilai pariwisata dan perlindungan
pesisir yang tinggi.
Salah satu sumberdaya alam yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan adalah pasir laut. Pasir laut
adalah salah satu sumberdaya alam yang bersifat tak dapat pulih (non renewable resource) yang telah
lama dimanfaatkan dan akhir-akhir ini menjadi isu penting baik pada skala nasional maupun daerah. Ada
sebuah dilema yang harus dihadapi dalam konteks penambangan pasir laut ini. Di satu sisi penambangan
pasir laut merupakan potensi ekonomi yang cukup tinggi dimana ada kekuatan pasar (demand) pasir laut
yang tinggi sehingga aktivitas ini dipandang sebagai sumber devisa bagi daerah. Hal ini menjadi isu
strategis dalam era otonomi daerah. Studi yang dilakukan di Serang, Banten (2005) menyebutkan bahwa
dampak pelarangan ekstraksi pasir laut menyebabkan kerugian ekonomi sekitar Rp 78 milyar yang
meliputi pula hilangnya rente ekonomi (pajak) yang semestinya diperoleh sebesar Rp 2,1 milyar. Jumlah
kerugian total yang dialami akibat pelarangan penambangan pasir laut diperkirakan sebesar Rp 156
milyar/tahun.
Indonesia m e r u p a k a n n e g a r a k e p u l a u a n d e n g a n 7 5 % w i l a y a h n y a b e r u p a
p e r a i r a n l a u t d e n g a n p a n j a n g p a n t a i mencapai 81.000 Km dan Zona
Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas5 . 8 0 0 . 0 0 0 Km. Dengan demikian, j i ka
dibandingkan d e n g a n negara-negara lain, maka luas perairan Indonesia
merupakanterbesar kedua setelah Amerika Serikat (Sipuk, 2004). Potensi perikanan
nasional hingga tahun 2007 berkisar 6,4 juta ton, 70% d i a n t a r a n y a b e r a s a l
d a r i p e r i k a n a n t a n g k a p ( K o m p a s 28/03/2008). Dari jumlah itu, konsumsi
domestik perikanan lebih d a r i 4 , 6 j u t a t o n p e r t a h u n s e d a n g k a n e k s p o r 1 , 2 j u t a t o n
p e r tahun. Padahal, stok perikanan yang boleh dimanfaatkan setiapt a h u n h a n y a 8 0 % d a r i t o t a l
s t o k u n t u k k e b e r l a n j u t a n s u m b e r daya perikanan. Dengan kondisi itu, Indonesia telah
mengalami p e n a n g k a p a n b e r l e b i h a n Overfishing W a h a n a L i n g k u n g a n Hidup
(Walhi) memperkirakan Indonesia akan memasuki krisis i k a n p a d a t a h u n 2 0 1 5 ,
j i k a t i d a k d i u p a y a k a n p e n y e l a m a t a n ekosistem