PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup
adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana
pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap
tahun (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama
penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar
10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun
2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14
hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari
saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Anonim, 2007).
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan napas
cepat dan napas sesak.Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat
minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. Usia Balita adalah
kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka
morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang.
Penemuan penderita ISPA pada balita di Sulawesi Tenggara, sejak tahun 2006 hingga 2008,
berturut–turut adalah 74.278 kasus (36,26 %), 62.126 kasus (31,45%), 72.537 kasus
(35,94%)(Anonim, 2008). Sedangkan penemuan penderita ISPA pada balita di Kabupaten Konawe
1
dari tahun 2006 hingga 2008, berturut-turut adalah 8.291 kasus (23,63%), 7.671 kasus (28,09%)
dan 7.289 kasus (24,63%). Data kesakitan yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe tiga tahun terakhir (tahun 2006 sampai dengan tahun 2008), Puskesmas Sampara
menduduki urutan kedua tertinggi ISPA dari 24 Puskesmas di Wilayah Kabupaten Konawe.
(Anonim,2008).
Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan angka
kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya diperlukan
kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang beberapa faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan. Menurut Hendrik Blum dalam Notoatmodjo, 1996, faktor-
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain faktor lingkungan seperti asap dapur,
faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan
seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR dan faktor keturunan.
Asap dapur dan faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah sangat
berpengaruh karena semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat merokok ataupun
menghirup asap rokok (bagi perokok pasif) yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak,
sedangkan faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR merupakan
faktor yang dapat membantu mencegah terjadinya penyakit infeksi seperti gangguan pernapasan
sehingga tidak mudah menjadi parah (Anonim, 2007).
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA, yang dapat meningkatkan angka
kesakitan dan angka kematian akibat pneumonia. Anak-anak merupakan kelompok masyarakat
yang rentan untuk terserang berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan
organisasi kesehatan dunia (WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang
disebabkan karena diare, HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (Depkes RI, 2007).
Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di indonesia karena masih
tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak-Anak dan balita. ISPA mengakibatkan sekitar
20%-30% kematian anak balita. ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien pada
sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15%-30% kunjungan
berobat dirawat jalan dan rawat inap.
2
2. TUJUAN PRAKTIKUM
a. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) pada balita di Puskesmas Wolio Tahun 2006 s.d 2010.
b. TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui tinggi rendahnya penyakit ISPA di Puskesmas Wolio.
Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ISPA menurut waktupada Puskesmas Wolio.
Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ISPA menurut tempat pada Puskesmas Wolio.
Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ISPA menurut orang pada Puskesmas Wolio.
3. MANFAAT PRAKTIKUM
Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui Gambaran PenyakitISPA pada anak umur 1-5 tahun.
Bagi Rekan-rekan Mahasiswa
Dapat dijadikan bahan masukan dalam peroses belajar mengajar serta dapat dijadikan sebagai
unsur dasar pertimbangan.
Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan bagi masyarakat dalam upaya pencegahan
ISPA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Awalnya hanya berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa manusia, sehingga kematian
karena penyakit tertentu saja yang jadi perhatian Eropa (1348) Black Death surveilans secara
primitif
John Graunt pencatatan secara ilmiah, orang yang pertama kali mempelajari konsep
jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi.
William Farr penemu konsep surveilans secara modern.Setelah perang dunia dua ilmu
kesmas berkembang sehingga tidak sebatas penderita saja.
DEVINISI
Bahasa Perancis
CDC : “ the on going systematic collection,analysis and interpretation of health data essential to
the planning, implementation,and evaluation of public health practice,closely integrated with the
timely disemanation of these data to those who need to know. The final link of the surveillance
chain is the application of these data to prevention and control”
Noor Nasry Noor : survailance epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus-menerus
terhadap semua aspek tertentu baik keadaan maupun penyebarannnya dalam suatu masyarakat
terteentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.
Tujuan Survailance
Mengetahui distribusi geografis, penyakit-penyakit endemis dan penyakit-penyakit yang
menimbulkan epidemic, mis : malaria, gondok, campak dan lain-lain.
Mengetahui periodisitas suatu penyakit,
Mengetahui suatu penyakit-penyakit tertentu diseluruh wilayah
2. Tinjauan Pustaka Penyakit ISPA
Definisi
1. Pengertian ISPA
Menurut Depkes RI 2007 ispa adalah infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini meliputi
tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut:
4
a. infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ dari hidung hingga alvioli serta organ adneksanya
seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup
saluran pernapasan atas
c. infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari diambil untuk menunjukan
peroses akut. Meskipun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini
berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes, RI 2007).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang berlangsung sampai 14 hari yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai gelembung paru.
Beserta organ-organ disekitarnya: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru ispa hanya
bersifat ringan seperti batuk dan pilek.
5
3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari :
Bakteri : Diplococcuspneumonia, pneumococcus, streptococcus pyogenes,
staphylococcus aureus, haemopilus influenzae, dan lain-lain
Virus : Influenza, adenovirus, sitomegalovirus
Jamur : Aspergilus sp., Candida Albicans, histoplasma, dan lain-lain
Apirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya
minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan
plastic kecil dan lain-lain)
4. Epidemiologi
Kerentanan agen yang menyebabkan nasofaring akut adalah universal, tetapi karena
alasan yang kurang mengerti kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama dari waktu
kewaktu. Anak menderita rata-rata lima sampai delapan infeksi setahun dan angka terjadi
selama umur 2 Tahun pertama frekuensi Nasofaringitis akut berbanding langsung dengan
angka pemejanan, dan sekolah taman kanak-kanak serta pusat perawatan harian mungkin
epidemiologi sebenarnya. Kerentanan dapat bertambah karena nutrisi yang jelek.
5. Patologi
Perubahan pertama adalah edema dan vasodiasi pada sub mukosa. Infiltrat sel
Memoklear. Perubahan setruktural danfungsional silis mengakibatkan pembersihan mukus
terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superfisal mengelupas. Ada produksi
mukus yang banyak sekali, mula-mula encer kemudian mengental dan biasanya perulen.
Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernapasan atas termasuk okulasi dan kelainan
sinus.
6. Manifestasi klinis
Pada umumnya anak umur tiga bulan sampai tiga tahun menderita demam pada awal
perjalanan infeksi. Kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang berlokalisasi
muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam dan anak yang lebih tua dapat
menderita demam ringan. Pada anak yang lebih tua gejala awalnya adalah kekeringan dan
6
iritasi dalam hidung dan tidak jarang di dalam faring. Gejala ini dalam beberapa jam disertai
bersin, rasa menggigil nyeri otot, ingus hidung yang encer kadang batuk., nyeri kepala lesu
dan demam ringan. Dalam satu sekresi biasanya lebih kental dan akhirnya perulen. Obstruksi
hidung menyebabkan pernapasan melalui mulut.
7. Komplikasi
Komplikasi merupakan invasi bakteri sinus pranasal dan bagian-bagian lain saluran
pernafasan. linfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat kadang-kadang bernanah. Selulitis
pritonsiler, sinusitis dan selulitis periobital dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah otitis media. Kebanyakan ISPA melibatkan saluran pernapasan bawah.
8. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan: menjaga keadaan gizi tetap baik, imunisasi,
menjaga kebersihan perorangan, mencegah anak tidak berhubungan dengan penderita ISPA.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
7
WAODE TITIN HASRIANI 09 710 151
HASNIA 110 710 293
MUH. SYAHRIL TAMZIL 09 710 144
BARCE LAWIO 09 710 143
4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung diambil dari buku register
puskesmas.
5. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan dikelompokan menurut tempat dan waktu.
6. Analisis Data
Data dianalisis menurut orang yang terdiri dari umur, menurut waktu kejadian dan menurut
tempat (lokasi Kejadian).
8
BAB IV
HASIL
9
wilayah kecamatan baru, yaitu kecamatan Kokalukuna dan puskesmas pembantu Kadolomoko
dimekarkan menjadi peskesmas tersendiri
b. Kependudukan
Berdasarkan data proyeksi tahun 2008, jumlah penduduk di wilayah puskesmas wolio adalah
sebanyak 20.889 jiwa, dengan disribusi penduduk sebagai berikut;
Tabel b.1
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas wolio berdasarkan data proyeksi tahun
2008
NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK
1 WANGKANAPI 7.092
2 BATULO 4.625
3 BUKIT WOLIO INDAH 5.731
4 KADOLO KATAPI 3.441
JUMLAH 20.889
10
Jumlah tersebut di atas tidak sesuai dengan jumlah penduduk berdasarkan data
sekunder per akhir desember 2008, hal ini disebabkan karena data proyeksi dihitung
berdasarkan pencapaian program imunisasi tahun lalu, sehingga wilayah yang
pencapaian tahun lalu agak rendah menyebabkan angka proyeksi jumlah penduduk juga
menurun demikian pula sebaliknya bila pencapaian tahun lalu tinggi, maka proyeksi
jumla penduduk juga meningkat.
Tabel b.2
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas wolio
Berdasarkan data sekunder tahun 2008
PENDUDUK
NO KELURAHAN
LAKI-LAKI WANITA JUMLAH
1 WANGKANAPI 3.511 3.581 7.092
2 BATULO 2.270 2.355 4.625
3 BWI 2.889 2.842 5.731
4 KADOLOKATAPI 1.734 1.707 3.441
JUMLAH 20.889
c. Social ekonomi
Penduduk usia produktif di wilayah kerja puskesmas wolio yang mempunyai mata
Pencaharian dalam sector formal dan non formal adalah sebagai berikut:
Tabel c.1
Distribusi mata pencaharian pokok penduduk di wilayah kerja
Puskesmas wolio tahun 2008
PENDUDUK USIA SEKTOR TIDAK/BLM
NO KELURAHAN
PRODUKTIF FORMAL NON BERMATA
11
FORMAL PENCAHARIAN
TETAP
1 WANGKANAPI 3706 703 1054 1949
2 BATULO 2584 670 635 1279
3 BUKIT WOLIO INDAH 933 156 912 -
4 KADOLOKATAPI 852 200 604 48
JUMLAH 10113 2097 4045 4114
Data sekunder tahun 2005.
ISPA
2.478 KASUS
INFLUENZA DAN PENUMONIA
2.233 KASUS
PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN
12
1.791 KASUS
PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN SUBKUTAN
1.763 KASUS
BATUK
1.338 KASUS
PENYAKIT SISTEM MUSKUL OSKELETEL
1.039 KASUS
TUKAK LAMBUNG
973 KASUS
HIPERTENSI
929 KASUS
DIARE
561 KASUS
PENY. MATA
DAN ADNEKSA
190 KASUS
2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung diambil dari buku register
puskesmas.
14
1 Batulo - 1 - - 374 998 1373
2 Wangkanapi 8 5 - - 586 1484 2083
3 Bukit wolio indah 17 20 - - 913 2233 3183
4 Kadolomoko 9 6 - - 408 1028 1451
5 Kadolokatapi 23 42 - - 1106 2815 3986
Total 57 74 - - 3387 8558 12076
15
6. Distribusi Penyakit Menurut Orang
Tabel 6.1
Distribusi penderita penyakit ISPA menurut umur
Puskesmas wolio kecamatan wolio
Tahun 2006 s.d. 2010
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur F
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 228 401 4497 5126
2 1-5 Tahun 621 221 8068 8910
Total 849 622 12565 14036
7. Distribusi Penyakit ISPA di puskesmas Wolio Kecamatan Wolio dari tahun 2006 sampai 2010
16
Grafiki 7.1
Distribusi Penyakit ISPA di Puskesmas Wolio
Tahun 2006-2010
3500
3000
2500
Jumlah Kasus
2000
1500
1000
500
0
2006 2007 2008 2009 2010
Pneumonia 3 43 14 24 765
Pneumonia Berat 0 0 0 0 622
Bukan Pneumonia 2954 2048 2430 2275 2858
17
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku register
puskesmas Wolio.
4500
4000
3500
3000
Bukan Pneumonia
2500
Pneumonia Berat
2000
Pneumonia
1500
1000
500
0
2006 2007 2008 2009 2010
1200
1000
800
Jumlah Kejadian
600
400
200
0
Bukit Wolio
Batulo Wangkanapi Kadolomoko Kadolokatapi
Indah
2005 160 254 483 656 783
2006 230 350 579 800 970
2007 241 434 628 870
2008 238 392 783 817
2009 472 599 725 623
19
Distribusi Penderita Penyakit Diare Menurut Waktu
Di Puskesmas Bataraguru Tahun 2008 s.d. 2010
9000
8000
7000
6000
Jumlah Kasus
5000
4000
3000
2000
1000
0
< 1 Tahun
1-5 Tahun
20
Grafik 6.1
Grafik Distribusi Penderita Penyakit ISPA di Puskesmas wolio
Tahun 2006s.d. 2010
700
600
500
Jumlah Kejadian
400
300
200
100
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Tahun 2006 278 199 250 245 223 219 135 254 300 247 154 369
Tahun 2007 263 128 175 234 295 238 191 141 192 63 147 0
Tahun 2008 149 160 171 160 183 162 509 156 202 156 192 235
Tahun 2009 220 218 232 230 173 199 170 293 193 191 180 0
Tahun 2010 190 276 329 309 199 142 287 524 374 602 632 471
21
6. Trend Penyakit ISPA di Puskesmas Wolio dari Tahun 2006-2010
Dari data Tahun 2006-2010, didapatkan bahwa pada tahun 2006 bulan Desember terjadi
peningkatan ISPA yang sangat mencolok dan mayoritas terjadi pada anak di atas 1-5 tahun pada
kelurahan Kadolokatapi.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dan 4 kematian yang terjadi.Setiap anak
22
diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya.Data yang diperoleh dari kunjungan
ke puskesmas mencapai 40 – 60 % adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang
disebabkan ISPA adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi, kematian seringkali
disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai
penyulit-penyulit kurang gizi.Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar
antara 10 – 20 % dan populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian di lapangan (kecamatan
Kediri, NTB adalah 17,8%). Bila kita mengambil angka morbiditas 10% pertahun, berarti setiap
tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta. Program pemberantasan ISPA
secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan beerupaya untuk menurunkan
kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun
kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah
dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
23
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita ISPA pada Puskesmas Wolio dapat
disimpulkan bahwa:
Kasus penyakit tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan kasus terendah pada tahun 2007.
Kasus tertinggi dari tahun 2005-2009 bertempat di kelurahan Kadolokatapi dan kasus
terendah pada Kelurahan Batulo.
Kasus penyakit tertinggi dari tahun 2005-2009 pada Usia 1-5 Tahun, dan terendah <1 tahun.
2. Saran
Bagi Instansi terkait
Agar lebih meningkatkan kinerja untuk penanggulangan penyakit ISPA ini, sehingga Kota
Baubau dapat terhindar dari penyakit ISPA.
Bagi Rekan-rekan Mahasiswa
Agar bisa menjadi suatu masukkan dalam Pembelajaran.
Bagi Masyarakat
Agar lebih menjaga dan memperhatikan kesehatan balitanya, serta mengikuti penyuluhan
kesehatan yang dilaksanakan oleh Instansi Kesehatan yakni Puskesmas setempat untuk lebih
memahami Kesehatan tersebut lebih dalam.
24
DAFT AR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
1. Distribusi Penyakit Menurut Waktu
26
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2007
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari - - - - - 55 208 263
2 Februari - - - - - 29 99 128
3 Maret 4 7 - - 11 48 121 169
4 April 5 8 - - 13 51 175 226
5 Mei 3 9 - - 12 75 208 283
6 Juni - 4 - - 4 66 172 238
7 Juli - 3 - - 3 44 144 188
8 Agustus - - - - - 48 93 141
9 September - - - - - 58 134 192
10 Oktober - - - - - 16 47 63
11 November - - - - - 36 111 147
12 Desember - - - - - - - -
Total 12 31 - - 43 526 1512 2038
27
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari - 1 - - 1 43 105 148
2 Februari - 5 - - 5 47 108 155
3 Maret - - - - - 49 122 171
4 April - - - - - 32 128 160
5 Mei - - - - - 55 128 183
6 Juni 1 1 - - 2 48 112 160
7 Juli 2 - - - 2 203 304 507
8 Agustus - 1 - - 1 36 119 155
9 September 1 - - - 1 41 160 201
10 Oktober - - - - - 51 105 156
11 November 1 1 - - 2 74 116 190
12 Desember - - - - - 64 171 235
Total 5 9 - - 14 743 1550 2421
28
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2009
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari - 1 - - 1 57 162 219
2 Februari 1 1 - - 2 69 147 216
3 Maret - 1 - - 1 65 166 231
4 April - - - - - 71 159 230
5 Mei 3 2 - - 5 43 125 168
6 Juni 3 2 - - 5 48 146 194
7 Juli - - - - - 47 123 170
8 Agustus 2 2 - - 4 66 223 289
9 September 3 2 - - 5 46 142 188
10 Oktober - - - - - 64 127 191
11 November - 1 - - 1 67 112 179
12 Desember - - - - - - - -
Total 12 12 - - 24 643 1632 2275
29
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2010
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari 1 1 - - 2 58 130 188
2 Februari - 1 - - 1 96 179 275
3 Maret - - - - - 94 235 329
4 April - - - - - 67 242 309
5 Mei - - - - - 55 144 199
6 Juni - - - - - 39 103 142
7 Juli 16 48 29 39 132 113 42 155
8 Agustus 37 108 72 33 250 212 62 274
9 September 22 62 53 41 178 163 33 196
10 Oktober 49 123 87 32 291 292 19 311
11 November 34 120 108 42 304 301 18 319
12 Desember 40 103 52 34 229 226 16 242
Total 199 566 401 221 1387 1612 1223 2939
30
2. Distribusi Penyakit Menurut Tempat
31
Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian Penyakit ISPA
Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2008
Kelurahan Frekuensi
Batulo 393
Wangkanapi 603
Bukit wolio indah 696
Kadolokatapi 992
32
3. Distribusi Penyakit Menurut Orang
33
Distribusi Penyakit ISPA Menurut Umur
Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2008
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 5 - 743
2 1-5 Tahun 9 - 1678
Total 14 - 2421
34
Distribusi Penyakit ISPA Menurut Umur
Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2010
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 199 401 1725
2 1-5 Tahun 566 221 1133
Total 765 622 2858
35