Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup
adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO  13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana
pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh  4 juta anak balita setiap
tahun (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama
penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar
10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun
2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14
hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari
saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Anonim, 2007).
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan napas
cepat dan napas sesak.Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat
minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. Usia Balita adalah
kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka
morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang.
Penemuan penderita ISPA pada balita di Sulawesi Tenggara, sejak tahun 2006 hingga 2008,
berturut–turut adalah 74.278 kasus (36,26 %), 62.126 kasus (31,45%), 72.537 kasus
(35,94%)(Anonim, 2008). Sedangkan penemuan penderita ISPA pada balita di Kabupaten Konawe

1
dari tahun 2006 hingga 2008, berturut-turut adalah 8.291 kasus (23,63%), 7.671 kasus (28,09%)
dan 7.289 kasus (24,63%). Data kesakitan yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe tiga tahun terakhir (tahun 2006 sampai dengan tahun 2008), Puskesmas Sampara
menduduki urutan kedua tertinggi ISPA dari 24 Puskesmas di Wilayah Kabupaten Konawe.
(Anonim,2008).
Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit dengan angka
kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penanganannya diperlukan
kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama tentang beberapa faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan. Menurut Hendrik Blum dalam Notoatmodjo, 1996, faktor-
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain faktor lingkungan seperti asap dapur,
faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan
seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR dan faktor keturunan.
Asap dapur dan faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah sangat
berpengaruh karena semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat merokok ataupun
menghirup asap rokok (bagi perokok pasif) yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak,
sedangkan faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR merupakan
faktor yang dapat membantu mencegah terjadinya penyakit infeksi seperti gangguan pernapasan
sehingga tidak mudah menjadi parah (Anonim, 2007).
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA, yang dapat meningkatkan angka
kesakitan dan angka kematian akibat pneumonia. Anak-anak merupakan kelompok masyarakat
yang rentan untuk terserang berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. Menurut temuan
organisasi kesehatan dunia (WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal tiap tahun. Yang
disebabkan karena diare, HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (Depkes RI, 2007).
Penyakit ISPA merupakan suatu masalah kesehatan utama di indonesia karena masih
tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Anak-Anak dan balita. ISPA mengakibatkan sekitar
20%-30% kematian anak balita. ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien pada
sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15%-30% kunjungan
berobat dirawat jalan dan rawat inap.

2
2. TUJUAN PRAKTIKUM
a. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) pada balita di Puskesmas Wolio Tahun 2006 s.d 2010.
b. TUJUAN KHUSUS
 Untuk mengetahui tinggi rendahnya penyakit ISPA di Puskesmas Wolio.
 Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ISPA menurut waktupada Puskesmas Wolio.
 Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ISPA menurut tempat pada Puskesmas Wolio.
 Untuk mengetahui Distribusi Penyakit ISPA menurut orang pada Puskesmas Wolio.

3. MANFAAT PRAKTIKUM
 Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui Gambaran PenyakitISPA pada anak umur 1-5 tahun.
 Bagi Rekan-rekan Mahasiswa
Dapat dijadikan bahan masukan dalam peroses belajar mengajar serta dapat dijadikan sebagai
unsur dasar pertimbangan.
 Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan bagi masyarakat dalam upaya pencegahan
ISPA.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Umum Surveilance


Sejarah singkat surveillance

3
Awalnya hanya berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa manusia, sehingga kematian
karena penyakit tertentu saja yang jadi perhatian Eropa (1348) Black Death surveilans secara
primitif
John Graunt pencatatan secara ilmiah, orang yang pertama kali mempelajari konsep
jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi.
William Farr penemu konsep surveilans secara modern.Setelah perang dunia dua ilmu
kesmas berkembang sehingga tidak sebatas penderita saja.

DEVINISI
Bahasa Perancis
CDC : “ the on going systematic collection,analysis and interpretation of health data essential to
the planning, implementation,and evaluation of public health practice,closely integrated with the
timely disemanation of these data to those who need to know. The final link of the surveillance
chain is the application of these data to prevention and control”
Noor Nasry Noor : survailance epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus-menerus
terhadap semua aspek tertentu baik keadaan maupun penyebarannnya dalam suatu masyarakat
terteentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.
Tujuan Survailance
Mengetahui distribusi geografis, penyakit-penyakit endemis dan penyakit-penyakit yang
menimbulkan epidemic, mis : malaria, gondok, campak dan lain-lain.
Mengetahui periodisitas suatu penyakit,
Mengetahui suatu penyakit-penyakit tertentu diseluruh wilayah
2. Tinjauan Pustaka Penyakit ISPA
Definisi
1. Pengertian ISPA
Menurut Depkes RI 2007 ispa adalah infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini meliputi
tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut:

4
a. infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernapasan adalah organ dari hidung hingga alvioli serta organ adneksanya
seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup
saluran pernapasan atas
c. infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari diambil untuk menunjukan
peroses akut. Meskipun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini
berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes, RI 2007).

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang berlangsung sampai 14 hari yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ dari hidung sampai gelembung paru.
Beserta organ-organ disekitarnya: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru ispa hanya
bersifat ringan seperti batuk dan pilek.

2. Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :


a. Bukan Pneumonia – mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak
menunjukan gejala peningkatan frekuesi napas dan tidak menunjukan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kearah dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis,
tonsillitis dan otitis.
b. Pneumonia – didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas. Diagnosis
gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi napas cepat pada anak berusia 2 bulan
sampai <1 tahun adalah 50 kali permenit dan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah
40 kali permenit.
c. Pneumonia Berat – berdasarkan pada adanya batuk dan atau kkesukaran bernapas
disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagia bawah ke arah dalam (chest
indrawing) pada anak berusia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak berusia <2 bulan
diagnosiss pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau lebih adanya tarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah kearah dalam (severe chest indrawing)

5
3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari :
Bakteri : Diplococcuspneumonia, pneumococcus, streptococcus pyogenes,
staphylococcus aureus, haemopilus influenzae, dan lain-lain
Virus : Influenza, adenovirus, sitomegalovirus
Jamur : Aspergilus sp., Candida Albicans, histoplasma, dan lain-lain
Apirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya
minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan
plastic kecil dan lain-lain)
4. Epidemiologi
Kerentanan agen yang menyebabkan nasofaring akut adalah universal, tetapi karena
alasan yang kurang mengerti kerentanan ini bervariasi pada orang yang sama dari waktu
kewaktu. Anak menderita rata-rata lima sampai delapan infeksi setahun dan angka terjadi
selama umur 2 Tahun pertama frekuensi Nasofaringitis akut berbanding langsung dengan
angka pemejanan, dan sekolah taman kanak-kanak serta pusat perawatan harian mungkin
epidemiologi sebenarnya. Kerentanan dapat bertambah karena nutrisi yang jelek.
5. Patologi
Perubahan pertama adalah edema dan vasodiasi pada sub mukosa. Infiltrat sel
Memoklear. Perubahan setruktural danfungsional silis mengakibatkan pembersihan mukus
terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superfisal mengelupas. Ada produksi
mukus yang banyak sekali, mula-mula encer kemudian mengental dan biasanya perulen.
Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernapasan atas termasuk okulasi dan kelainan
sinus.
6. Manifestasi klinis
Pada umumnya anak umur tiga bulan sampai tiga tahun menderita demam pada awal
perjalanan infeksi. Kadang-kadang beberapa jam sebelum tanda-tanda yang berlokalisasi
muncul. Bayi yang lebih muda biasanya tidak demam dan anak yang lebih tua dapat
menderita demam ringan. Pada anak yang lebih tua gejala awalnya adalah kekeringan dan

6
iritasi dalam hidung dan tidak jarang di dalam faring. Gejala ini dalam beberapa jam disertai
bersin, rasa menggigil nyeri otot, ingus hidung yang encer kadang batuk., nyeri kepala lesu
dan demam ringan. Dalam satu sekresi biasanya lebih kental dan akhirnya perulen. Obstruksi
hidung menyebabkan pernapasan melalui mulut.
7. Komplikasi
Komplikasi merupakan invasi bakteri sinus pranasal dan bagian-bagian lain saluran
pernafasan. linfonodi servikalis dapat juga menjadi terlibat kadang-kadang bernanah. Selulitis
pritonsiler, sinusitis dan selulitis periobital dapat terjadi. Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah otitis media. Kebanyakan ISPA melibatkan saluran pernapasan bawah.
8. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan: menjaga keadaan gizi tetap baik, imunisasi,
menjaga kebersihan perorangan, mencegah anak tidak berhubungan dengan penderita ISPA.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat dan pelaksanaan Survailance tentang Penyakit ISPA di Puskesmas Wolio Kecamatan Wolio
pada tanggal 13Mei 2010.

2. Peserta pelaksanaaan Surveilance di Puskesmas Wolio yaitu :


 NOVI ERNIATI 09 710 109
 DITA APRIANTI SYUKUR 09 710 142

7
 WAODE TITIN HASRIANI 09 710 151
 HASNIA 110 710 293
 MUH. SYAHRIL TAMZIL 09 710 144
 BARCE LAWIO 09 710 143

3. Jenis dan Sumber Data


a. Jenis Data
 Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada orang yang terlibat
secara langsung dari pada lokasi kejadian.
 Data Sekunder merupakan
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari institusi-institusi seperti puskesmas,
rumah sakit dan dinas kesehatan.
b. Sumber Data
Data bersumber dari puskesmas atau instansi kesehatan yang merupakaan data sekunder.

4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung diambil dari buku register
puskesmas.

5. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan dikelompokan menurut tempat dan waktu.

6. Analisis Data
Data dianalisis menurut orang yang terdiri dari umur, menurut waktu kejadian dan menurut
tempat (lokasi Kejadian).

8
BAB IV
HASIL

1. Gambaran Umum Puskesmas


a. Letak geografis
Kecamatan wolio terdiri atas 12 kelurahan dimana kelurahan yang menjadi wilayah kerja
puskesmas wolio ada 4 kelurahan dengan luas wilayah 15,79 km2 meliputi kelurahan
wangkanapi, kelurahan batulo, kelurahan bukti wolio indah dan kelurahan
kadolokatapi,dimana tahun sebelumnya wilayah kerja puskesmas wolio terdiri atas 5
kelurahan yang sejak januari 2007 kelurahan Kadolomoko mengalami pemekaran menjadi

9
wilayah kecamatan baru, yaitu kecamatan Kokalukuna dan puskesmas pembantu Kadolomoko
dimekarkan menjadi peskesmas tersendiri

Kelurahan-kelurahan di wilayah Puskesmas Wolio tersebut di atas masing-masing dapat


dijangkau dengan transportasi darat roda dua dan roda empat sebagai sarana transportasi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wolio.

Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas wolio adalah sebagai berikut;


1. batas utara adalah kelurahan kadolomoko, kecamatan kokalukuna
2. sebelah barat berbatasan dengan kali bau-bau.
3. batas selatan adalah kelurahan kadolokatapi berbatasan dengan kec.sorawolio
4. batas timur adalah kelurahan batulo.

b. Kependudukan
Berdasarkan data proyeksi tahun 2008, jumlah penduduk di wilayah puskesmas wolio adalah
sebanyak 20.889 jiwa, dengan disribusi penduduk sebagai berikut;

Tabel b.1
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas wolio berdasarkan data proyeksi tahun
2008
NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK
1 WANGKANAPI 7.092
2 BATULO 4.625
3 BUKIT WOLIO INDAH 5.731
4 KADOLO KATAPI 3.441
JUMLAH 20.889

10
Jumlah tersebut di atas tidak sesuai dengan jumlah penduduk berdasarkan data
sekunder per akhir desember 2008, hal ini disebabkan karena data proyeksi dihitung
berdasarkan pencapaian program imunisasi tahun lalu, sehingga wilayah yang
pencapaian tahun lalu agak rendah menyebabkan angka proyeksi jumlah penduduk juga
menurun demikian pula sebaliknya bila pencapaian tahun lalu tinggi, maka proyeksi
jumla penduduk juga meningkat.

Tabel b.2
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas wolio
Berdasarkan data sekunder tahun 2008
PENDUDUK
NO KELURAHAN
LAKI-LAKI WANITA JUMLAH
1 WANGKANAPI 3.511 3.581 7.092
2 BATULO 2.270 2.355 4.625
3 BWI 2.889 2.842 5.731
4 KADOLOKATAPI 1.734 1.707 3.441
JUMLAH 20.889

c. Social ekonomi
Penduduk usia produktif di wilayah kerja puskesmas wolio yang mempunyai mata
Pencaharian dalam sector formal dan non formal adalah sebagai berikut:

Tabel c.1
Distribusi mata pencaharian pokok penduduk di wilayah kerja
Puskesmas wolio tahun 2008
PENDUDUK USIA SEKTOR TIDAK/BLM
NO KELURAHAN
PRODUKTIF FORMAL NON BERMATA

11
FORMAL PENCAHARIAN
TETAP
1 WANGKANAPI 3706 703 1054 1949
2 BATULO 2584 670 635 1279
3 BUKIT WOLIO INDAH 933 156 912 -
4 KADOLOKATAPI 852 200 604 48
JUMLAH 10113 2097 4045 4114
Data sekunder tahun 2005.

POLA 10 BESAR PENYAKIT DI PUSKESMAS WOLIO


JANUARI S.D. DESEMBER 2009

ISPA
2.478 KASUS
INFLUENZA DAN PENUMONIA
2.233 KASUS
PENYAKIT SISTEM PENCERNAAN

12
1.791 KASUS
PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN SUBKUTAN
1.763 KASUS
BATUK
1.338 KASUS
PENYAKIT SISTEM MUSKUL OSKELETEL
1.039 KASUS
TUKAK LAMBUNG
973 KASUS
HIPERTENSI
929 KASUS
DIARE
561 KASUS
PENY. MATA
DAN ADNEKSA
190 KASUS

2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung diambil dari buku register
puskesmas.

3. Pengolahan Dan Analisis Data


Data yang diperoleh diolah secara manual dan analisis menurut orang yang terdiri dari umur,
menurut waktu merupakan saat kejadian dan tempat yang merupakan kejadian dan tempat yang
menjadi lokasi kejadian dari penderita ISPA pada Puskesmas Wolio.
13
4. Distribusi Penyakit Menurut Waktu
Tabel 4.1
Distribusi Penderita Penyakit ISPA Menurut Waktu
Di Puskesmas Wolio Tahun 2006 s.d. 2010
Penemuan penderita
Penemuan Penderita Pneumonia
Bukan Pneumonia
NO Tahun Frekuensi
Pneumonia Pneumonia Berat
Bayi 1-5 th
bayi 1-5 th Bayi 1-5 th
1 2006 - 3 - - 850 2104 2957
2 2007 12 31 - - 536 1512 2091
3 2008 5 9 - - 743 1687 2444
4 2009 12 12 - - 643 1632 2299
5 2010 199 566 401 221 1725 1133 4245
Jumlah 228 621 401 221 4497 8068 14036

Data Sekunder Tahun 2006 s.d. 2010


Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kasus Penderita ISPA, tertinggi yaitu pada
Tahun 2010 terdapat 4245 penderita, yang terdiri dari penderita pneumonia 765, pneumonia
berat 622 dan bukan pneumonia 2858 penderita. Dan yang terendah tahun 2007 yaitu 2091 yang
terdiri dari penderita pneumonia 43, pneumonia berat tidak ada, dan bukan pneumonia 2048.
5. Distribusi Penyakit Menurut Tempat
Tabel 5.1
Distribusi Penderita Penyakit ISPA Menurut Tempat
Di Puskesmas Wolio Tahun 2006 s.d. 2010
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Tempat Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia F
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th

14
1 Batulo - 1 - - 374 998 1373
2 Wangkanapi 8 5 - - 586 1484 2083
3 Bukit wolio indah 17 20 - - 913 2233 3183
4 Kadolomoko 9 6 - - 408 1028 1451
5 Kadolokatapi 23 42 - - 1106 2815 3986
Total 57 74 - - 3387 8558 12076

Sumber Data Sekunder Tahun 2005 s.d. 2009


Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa kasus Penderita ISPA tertinggi yaitu
terdapat pada daerah Kadolokatapi sebanyak 3986, dan yang terendah terdapat pada daerah
Batulo sebanyak 1373 penderita.

15
6. Distribusi Penyakit Menurut Orang

Tabel 6.1
Distribusi penderita penyakit ISPA menurut umur
Puskesmas wolio kecamatan wolio
Tahun 2006 s.d. 2010
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur F
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 228 401 4497 5126
2 1-5 Tahun 621 221 8068 8910
Total 849 622 12565 14036

Sumber data Sekunder Tahun 2006 s.d. 2010


Dari data tersebut menunjukan bahwa untuk kelompok umur 1-5 Tahun lebih Banyak
terkena penyakit ISPA, yang terdiri dari Pneumonia 621, Pneumonia Berat 221, dan bukan
Pneumonia 8068 orang.

7. Distribusi Penyakit ISPA di puskesmas Wolio Kecamatan Wolio dari tahun 2006 sampai 2010
16
Grafiki 7.1
Distribusi Penyakit ISPA di Puskesmas Wolio
Tahun 2006-2010
3500

3000

2500
Jumlah Kasus

2000

1500

1000

500

0
2006 2007 2008 2009 2010
Pneumonia 3 43 14 24 765
Pneumonia Berat 0 0 0 0 622
Bukan Pneumonia 2954 2048 2430 2275 2858

Sumber data Sekunder Tahun 2006 s.d. 2010


Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kasus Penderita ISPA, tertinggi yaitu pada Tahun
2006 terdapat 2957 penderita, yang terdiri dari penderita pneumonia 3, pneumonia berat tidak ada
dan bukan pneumonia 2954 penderita. Dan yang terendah tahun 2007 yaitu 2073 yang terdiri dari
penderita pneumonia 43, pneumonia berat tidak ada, dan bukan pneumonia 2048.
BAB V
PEMBAHASAN

17
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku register
puskesmas Wolio.

2. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisis menurut waktu, tempat dan orang
yaitu umur.

3. Distribusi Penyakit Menurut Waktu


Tabel 3.1
Distribusi Penderita Penyakit ISPA Menurut Waktu
Di Puskesmas Wolio Tahun 2006 s.d. 2010
5000

4500

4000

3500

3000
Bukan Pneumonia
2500
Pneumonia Berat
2000
Pneumonia
1500

1000

500

0
2006 2007 2008 2009 2010

Data Sekunder Tahun 2006 s.d. 2010


Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kasus Penderita ISPA, tertinggi yaitu pada
Tahun 2010 terdapat 4325 penderita, yang terdiri dari penderita pneumonia 845, pneumonia
berat 622 dan bukan pneumonia 2858 penderita. Dan yang terendah tahun 2007 yaitu 2091 yang
terdiri dari penderita pneumonia 43, pneumonia berat tidak ada, dan bukan pneumonia 2048.
18
4. Diagram Distribusi Menurut Tempat
Diagram 4.1
Diagram Distribusi Penderita Penyakit ISPA Menurut Tempat
Di Puskesmas Wolio Tahun 2006 s.d. 2010

1200

1000

800
Jumlah Kejadian

600

400

200

0
Bukit Wolio
Batulo Wangkanapi Kadolomoko Kadolokatapi
Indah
2005 160 254 483 656 783
2006 230 350 579 800 970
2007 241 434 628 870
2008 238 392 783 817
2009 472 599 725 623

Sumber data sekunder 2005 s.d. 2009


berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2006 pada Kelurahan
Kadolokatapi merupakan kejadian kasus tertinggi penderita penyakit ISPA.Dan kasus terendah
pada tahun 2005 pada kelurahan Batulo.

19
Distribusi Penderita Penyakit Diare Menurut Waktu
Di Puskesmas Bataraguru Tahun 2008 s.d. 2010

9000
8000
7000
6000
Jumlah Kasus

5000
4000
3000
2000
1000
0

< 1 Tahun
1-5 Tahun

< 1 Tahun 1-5 Tahun


Pneumonia 228 701
Pneumonia Berat 401 221
Bukan Pneumonia 4497 8068

Sumber data sekunder 2006 s.d. 2010


Dari data tersebut menunjukan bahwa untuk kelompok umur 1-5 Tahun lebih Banyak
terkena penyakit ISPA, yang terdiri dari Pneumonia 701, Pneumonia Berat 221, dan bukan
Pneumonia 8068 orang. Dan yang terendah pada umur <1 tahun.

5. Grafik Distribusi Penyakit ISPA di Puskesmas Wolio

20
Grafik 6.1
Grafik Distribusi Penderita Penyakit ISPA di Puskesmas wolio
Tahun 2006s.d. 2010

700

600

500
Jumlah Kejadian

400

300

200

100

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Tahun 2006 278 199 250 245 223 219 135 254 300 247 154 369
Tahun 2007 263 128 175 234 295 238 191 141 192 63 147 0
Tahun 2008 149 160 171 160 183 162 509 156 202 156 192 235
Tahun 2009 220 218 232 230 173 199 170 293 193 191 180 0
Tahun 2010 190 276 329 309 199 142 287 524 374 602 632 471

Sumber data sekunder 2006 s.d. 2010


Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa peningkatan kasus terjadi pada bulan Juli
tahun 2008, kemudian mengalami penurunan pada bulan berikutnya. Namun pada tahun 2010
tepatnya pada bulan Juli-November mengalami peningkatan secara drastis.

21
6. Trend Penyakit ISPA di Puskesmas Wolio dari Tahun 2006-2010
Dari data Tahun 2006-2010, didapatkan bahwa pada tahun 2006 bulan Desember terjadi
peningkatan ISPA yang sangat mencolok dan mayoritas terjadi pada anak di atas 1-5 tahun pada
kelurahan Kadolokatapi.

7. Epidemiologi Penyakit Ispa


Epidemiologi adalah suatu rangkaian proses yang terus menerus dan sistematik dalam
pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi serta disiminasi informasi untuk aksi
atau perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program kesehatan masyarakat berdasarkan
eridens base.
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit akan sangat efektif bila dapat
dukungan oleh sistem yang handal karena fungsi utamanya adalah menyediakan informasi
epidemiologi yang peka terhadap perubahan yang terdapat dalam pelaksanaan program
pemberantasan penyakit yang menjadi prioritas pembangunan. Usaha peningkatan kesehatan
masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan saja, karena
masalah ini sangatlah kompleks, di mana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat yang
paling rawan terutama pada ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak di bawah lima
tahun.
Salah satu penyakit yang di derita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Atas), yaitu meliputi infeksi akut saluran pernafasan bagian atas dan akut saluran
pernafasan bagian bawah.ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak di derita oleh anak; baik di
negara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu banyak diantara mereka perlu
masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.Penyakit-penyakit saluran pernafasan pada
masa bayi dan anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa, sebagai ditemukan
adanya hubungan dengan terjadinya chromic obstructive pulmonary disease.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dan 4 kematian yang terjadi.Setiap anak

22
diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya.Data yang diperoleh dari kunjungan
ke puskesmas mencapai 40 – 60 % adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang
disebabkan ISPA adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi, kematian seringkali
disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai
penyulit-penyulit kurang gizi.Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar
antara 10 – 20 % dan populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian di lapangan (kecamatan
Kediri, NTB adalah 17,8%). Bila kita mengambil angka morbiditas 10% pertahun, berarti setiap
tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta. Program pemberantasan ISPA
secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan beerupaya untuk menurunkan
kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun
kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah
dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan

23
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita ISPA pada Puskesmas Wolio dapat
disimpulkan bahwa:
 Kasus penyakit tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan kasus terendah pada tahun 2007.
 Kasus tertinggi dari tahun 2005-2009 bertempat di kelurahan Kadolokatapi dan kasus
terendah pada Kelurahan Batulo.
 Kasus penyakit tertinggi dari tahun 2005-2009 pada Usia 1-5 Tahun, dan terendah <1 tahun.

2. Saran
 Bagi Instansi terkait
Agar lebih meningkatkan kinerja untuk penanggulangan penyakit ISPA ini, sehingga Kota
Baubau dapat terhindar dari penyakit ISPA.
 Bagi Rekan-rekan Mahasiswa
Agar bisa menjadi suatu masukkan dalam Pembelajaran.
 Bagi Masyarakat
Agar lebih menjaga dan memperhatikan kesehatan balitanya, serta mengikuti penyuluhan
kesehatan yang dilaksanakan oleh Instansi Kesehatan yakni Puskesmas setempat untuk lebih
memahami Kesehatan tersebut lebih dalam.

24
DAFT AR PUSTAKA

 Pengertian ISPA, http.www.Google.Com


 Bencana Kabut Asap. http.www.Google.Com
 Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita. www.Google.Com
 Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Wolio

25
LAMPIRAN
1. Distribusi Penyakit Menurut Waktu

TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO


BULAN JANUARI – DESEMBER 2006
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari - - - - - 90 188 278
2 Februari - - - - - 55 144 199
3 Maret - - - - - 61 189 250
4 April - 1 - - 1 59 185 244
5 Mei - - - - - 70 153 223
6 Juni - - - - - 65 154 219
7 Juli - - - - - 40 95 135
8 Agustus - 1 - - 1 63 190 253
9 September - - - - - 83 217 300
10 Oktober - - - - - 75 172 247
11 November - 1 - - 1 71 166 237
12 Desember - - - - - 118 251 369
Total 3 - - 3 850 2104 2954

Sumber data sekunder 2006

26
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2007
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari - - - - - 55 208 263
2 Februari - - - - - 29 99 128
3 Maret 4 7 - - 11 48 121 169
4 April 5 8 - - 13 51 175 226
5 Mei 3 9 - - 12 75 208 283
6 Juni - 4 - - 4 66 172 238
7 Juli - 3 - - 3 44 144 188
8 Agustus - - - - - 48 93 141
9 September - - - - - 58 134 192
10 Oktober - - - - - 16 47 63
11 November - - - - - 36 111 147
12 Desember - - - - - - - -
Total 12 31 - - 43 526 1512 2038

Sumber data sekunder 2007

27
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2008
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari - 1 - - 1 43 105 148
2 Februari - 5 - - 5 47 108 155
3 Maret - - - - - 49 122 171
4 April - - - - - 32 128 160
5 Mei - - - - - 55 128 183
6 Juni 1 1 - - 2 48 112 160
7 Juli 2 - - - 2 203 304 507
8 Agustus - 1 - - 1 36 119 155
9 September 1 - - - 1 41 160 201
10 Oktober - - - - - 51 105 156
11 November 1 1 - - 2 74 116 190
12 Desember - - - - - 64 171 235
Total 5 9 - - 14 743 1550 2421

Sumber data sekunder 2008

28
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2009
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari - 1 - - 1 57 162 219
2 Februari 1 1 - - 2 69 147 216
3 Maret - 1 - - 1 65 166 231
4 April - - - - - 71 159 230
5 Mei 3 2 - - 5 43 125 168
6 Juni 3 2 - - 5 48 146 194
7 Juli - - - - - 47 123 170
8 Agustus 2 2 - - 4 66 223 289
9 September 3 2 - - 5 46 142 188
10 Oktober - - - - - 64 127 191
11 November - 1 - - 1 67 112 179
12 Desember - - - - - - - -
Total 12 12 - - 24 643 1632 2275

Sumber data sekunder 2009

29
TABEL EVALUASI PROGRAM ISPA PUSKESMAS WOLIO
BULAN JANUARI – DESEMBER 2010
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Bulan Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
Jml
bayi 1-5 th bayi 1-5 th bayi 1-5 th Jml
1 Januari 1 1 - - 2 58 130 188
2 Februari - 1 - - 1 96 179 275
3 Maret - - - - - 94 235 329
4 April - - - - - 67 242 309
5 Mei - - - - - 55 144 199
6 Juni - - - - - 39 103 142
7 Juli 16 48 29 39 132 113 42 155
8 Agustus 37 108 72 33 250 212 62 274
9 September 22 62 53 41 178 163 33 196
10 Oktober 49 123 87 32 291 292 19 311
11 November 34 120 108 42 304 301 18 319
12 Desember 40 103 52 34 229 226 16 242
Total 199 566 401 221 1387 1612 1223 2939

Sumber data sekunder 2010

30
2. Distribusi Penyakit Menurut Tempat

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian Penyakit ISPA


Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2006
Kelurahan Frekuensi
Batulo 268
Wangkanapi 358
Bukit wolio indah 579
Kadolomoko 799
Kadolokatapi 970

Sumber data sekunder tahun 2006

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian Penyakit ISPA


Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2007
Kelurahan Frekuensi
Batulo 280
Wangkanapi 452
Bukit wolio indah 641
Kadolokatapi 887

Sumber data sekunder tahun 2007

31
Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian Penyakit ISPA
Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2008
Kelurahan Frekuensi
Batulo 393
Wangkanapi 603
Bukit wolio indah 696
Kadolokatapi 992

Sumber data sekunder tahun 2008

Distribusi Penyakit Menurut Lokasi Kejadian Penyakit ISPA


Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2009
Kelurahan Frekuensi
Batulo 718
Wangkanapi 838
Bukit wolio indah 990
Kadolokatapi 919

Sumber data sekunder tahun 2009

32
3. Distribusi Penyakit Menurut Orang

Distribusi Penyakit ISPA Menurut Umur


Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2006
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun - - 850
2 1-5 Tahun 3 - 2104
Total 3 - 2954

Sumber data sekunder tahun 2006

Distribusi Penyakit ISPA Menurut Umur


Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2007
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 12 - 526
2 1-5 Tahun 31 - 1612
Total 43 - 2038

Sumber data sekunder tahun 2007

33
Distribusi Penyakit ISPA Menurut Umur
Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2008
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 5 - 743
2 1-5 Tahun 9 - 1678
Total 14 - 2421

Sumber data sekunder tahun 2008

Distribusi Penyakit ISPA Menurut Umur


Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2009
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 12 - 643
2 1-5 Tahun 12 - 1632
Total 24 - 2275

Sumber data sekunder tahun 2009

34
Distribusi Penyakit ISPA Menurut Umur
Pada Puskesmas Wolio
Tahun 2010
Penemuan Penderita Pneumonia Penemuan penderita
NO Umur
Pneumonia Pneumonia Berat Bukan Pneumonia
1 <1 Tahun 199 401 1725
2 1-5 Tahun 566 221 1133
Total 765 622 2858

Sumber data sekunder tahun 2010

35

Anda mungkin juga menyukai

  • Regresi Dummy
    Regresi Dummy
    Dokumen3 halaman
    Regresi Dummy
    Yuga Hardiyansah
    Belum ada peringkat
  • Terjemahan Lengkap..
    Terjemahan Lengkap..
    Dokumen14 halaman
    Terjemahan Lengkap..
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Manajemen Strategi
    Makalah Manajemen Strategi
    Dokumen15 halaman
    Makalah Manajemen Strategi
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Analysis of Anova
    Analysis of Anova
    Dokumen15 halaman
    Analysis of Anova
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Tugas Biost
    Tugas Biost
    Dokumen1 halaman
    Tugas Biost
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Analisis Intrumen
    Analisis Intrumen
    Dokumen5 halaman
    Analisis Intrumen
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan Ibu Dan Anak
    Kesehatan Ibu Dan Anak
    Dokumen21 halaman
    Kesehatan Ibu Dan Anak
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen41 halaman
    Makalah
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ekonomi Kesehatan
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Dokumen9 halaman
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Mannan
    100% (1)
  • Bab I Makalah
    Bab I Makalah
    Dokumen17 halaman
    Bab I Makalah
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • RABIES
    RABIES
    Dokumen42 halaman
    RABIES
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen14 halaman
    Biostatistik
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Survailance
    DAFTAR PUSTAKA Survailance
    Dokumen1 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Survailance
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Secara Garis Besar
    Secara Garis Besar
    Dokumen2 halaman
    Secara Garis Besar
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • RABIES
    RABIES
    Dokumen42 halaman
    RABIES
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ekonomi Kesehatan
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Dokumen34 halaman
    Makalah Ekonomi Kesehatan
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Edward A
    Edward A
    Dokumen3 halaman
    Edward A
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen19 halaman
    Kelompok 5
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Manajemen Strategi
    Makalah Manajemen Strategi
    Dokumen15 halaman
    Makalah Manajemen Strategi
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Format Bahan Ajar
    Format Bahan Ajar
    Dokumen16 halaman
    Format Bahan Ajar
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat
  • Bab I Makalah
    Bab I Makalah
    Dokumen17 halaman
    Bab I Makalah
    Anonymous ClyaQjJt
    Belum ada peringkat