Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang
“Pencegahan Perilaku Beresiko Seks Bebas Pada Remaja”. Pada penulisan
makalah ini,kami berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti oleh semua orang, sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca.
Makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
mahasiswa di bidang kesehatan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih
banyak kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah ini, baik dalam
segi bahasa dan pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu,kami sangat
mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi mencapainya suatu
kesempurnaan dalam makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................5
Rumusan Masalah..........................................................................................7
Tujuan Penulisan............................................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI MASA REMAJA.........................................................................8
2.2 Batasan Usia Remaja......................................................................................8
2.3 Karekteristik Remaja Berdasarkan Umur......................................................10
2.4 Kesulitan – kesulitan yang dialami Kaum Remaja........................................11
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................42
3.2 Saran.............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
di kota besar, tetapi telah menyusup pada kota kecil. Sejalan dengan itu,
4
belakangan pun banyak beredar rekaman video atau foto hubungan mesum
yang belum menikah. Terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang
memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju,
tidak sehat. Hasil penelitian BNN dan UI tahun 2012 ada sebanyak 3,8 –
UGM tahun 2012 menemukan bahwa 90% pemeran dalam video porno
sebagian besar karena penasaran atau ingin tahu sebesar 57,5%, terjadi
begitu saja sebesar 38% dan dipaksa oleh pasangan sebesar 12,6%
5
remaja mengenai perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan
(Handayani, 2009).
SDKI (2012), menjelaskan sebesar 45% remaja memperoleh
informasi dari teman sekolah, dari guru sebesar 12,8%, dari petugas
kesehatan sebesar 8,7% dan dari orang tua sebesar 6,8%. Hasil survei
teman sebaya dan tenaga kesehatan dan dari tokoh agama. Sosialisasi
reproduksi di sekolah sangat perlu sebagai salah satu alternatif yang dapat
penting untuk mencegah terjadinya seks pranikah pada remaja, untuk itu
6
Karena, remaja yang mampu membentengi diri dari perilaku seks pranikah
pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
memengaruhi tcrjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik,
remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21
tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode
dini. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-
10-19 tahun dan belum kawin Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-
Indonesia digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan
8
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
sendiri
d. Dapat mewujudkan rasa cinta.
9
1. Variasi kondisi kejiwaan. Suatu saat mungkin ia terlihat
dengan teman-temannya.
sesuatu yang normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan
3. Membolos.
bila terlalu keras atau terlalu lunak – dan sering tidak ada sama
sekali.
10
5. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah
skizofrenia.
adalah :
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga
11
3. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan
juga menurun.
diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-
12
menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau
Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi
awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila
13
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
14
fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan
berikut:
kelompok.
pribadinya.
kemampuannya sendiri.
(weltanschauung).
15
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri
(sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
1. Kematangan emosional
2. Pemantapan minat
4. Kematangan sosial
5. Kematangan intelektual
6. Memilih pekerjaan
9. Identifikasi diri.
16
2.) Kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin
terkenal.
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
17
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan
termasuk HIV/AIDS.
2.2.2. Kesehatan Reproduksi Remaja
Masyarakat internasional secara konsisten telah
18
on Population and Development (ICPD) tahun 1994. Masyarakat
remaja ke arah perilaku berisiko. Dalam hal inilah bagi para ahi
19
alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu lakilaki dan wanita
berikut.
20
khususnya remaja putri. Remaja tertular HIV karena hubungin
berkualitas.
5. Status KRR yang rendah akan merusak masa depan remaja,
dicapai manusia
Dalam buku Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi
21
3. Psikis
4. Pengetahuan seksual
5. Pengalaman seksual sebelumnya.
Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin
Remaja
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila
ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh
bahkan masyarakat.
Berikut adalah akibat hubungan seks pranikah.
1. Bagi remaja
22
a. Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak
perawan.
b. Risiko tetrular penyakit menular seksual (PMS) meningkat,
(ejekan)dari masyarakat.
3. Bagi masyarakat
a. Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas
masyarakat menurun.
b. Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi
c. Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat
kesehatan masyarakat.
2.2.5. Cara Mengatasi Perilaku Seksual Remaja
Beberapa ahli berpendapat bahwa penyimpangan perilaku seksual
sebagi berikut :
1. Mengikis kemiskinan, sebab kemiskinan membuat banyak
23
2. Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi, karena
teman sebaya.
3. Memperbanyak akses pelayanan kesehatan, yang diiringi
pendidikan sebaya
5. Meninjau ulang segala peraturan yang membuka peluang
(Adiningsih, 2004:2)
2.2.6. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja
Pembinaan kesehatan reprosuksi remaja dilakukan untuk
yang sehat.
24
2.2.7. Pembekalan Pengetahuan Remaja Terkait Kesehatan
Reproduksi Remaja
Beberapa hal penting yang perlu diberikan sebagai bekal bagi
sebagai berikut :
1. Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual remaja
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara
akan membuat pada orang tua merasa khawatir. Untuk itu perlu
yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu,
25
kegiatan positif, seperti olahraga dan mengembangkan hobi yang
berkeluarga.
5. Kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya
Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini sebagai persiapan
bebas:
a. Menciptakan kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah
26
kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental
keturunannya.
c. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsi
tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa
kehamilan.
2.3. Konsep Keluarga
Keluarga, dalam konteks sosiologi, dianggap sebagai suatu institusi
sosial yang sekaligus menjadi suatu sistem sosial yang ada di setiap
27
pernikahan, keturunan, atau adopsi serta tinggal bersama di rumah
dalam Sunarti, 2006). Dari dua definisi keluarga tersebut, maka dapat
bangunan di bawah satu atap dalam susunan satu rumah tangga; (3)
menciptakan peran sosial bagi setiap anggota seperti: suami dan isteri,
ayah dan ibu, putera dan puteri, saudara laki-laki dan saudara
28
empat ciri-ciri sistemik. Ciri-ciri tersebut yaitu saling
karakteristik :
a.) Saling memperhatikan dan mencintai
b.) Bersikap terbuka dan jujur
c.) Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya
2002).
Keluarga yang mampu berfungsi secara optimal
dengan cara yang selaras dengan norma dan nilai yang berlaku,
29
2.) Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu
seks.
3.) Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan
30
dari dirinya sendiri ataupun dari lingkungan sosial di sekitar
mereka.
2. Orang tua berperan sebagai pendidik.
Tidak hanya diberikan pendidikan melalui lembaga-lembaga
siraman-siraman rohani.
3. Orang tua sebagai pemantau
Orang tua sebagai pemantau dari sikap remaja dapat mengatasi
31
dan motivasi agar remaja tersebut tetap berada dalam keadaan
dan rujukan.
2.4.2. Pengertian Pendidikan Seksual Dalam Kesehatan
Pendidikan seksual adalah salah satu pelayanan kesehatan
adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau
kepribadian utama.
Secara umum, dapat didefenisikan bahwa pendidikan adalah
32
mempersiapkan mereka menjadi anggota di masyarakatnya dengan
fungsi seks nya serta bertanggung jawab, baik dari segi individu
meliputi:
1. Etika seksual baik ditinjau dari segia agama maupun sosial.
2. Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi alat kelamin serta
perempuan.
4. Perkembangan manusia proses reproduki dan kontrasepsi.
5. Perilaku seksual yang sehat dan yang menyimpang.
Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang
antara dua orang: konselor dan klien (dalam situasi saling tatap
33
muka) memutuskan bekerja sama dalam upaya membantu klien
kehidupan klien
4. Proses konseling
a. Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya
kelompok
c. Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu
34
PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang
35
diperlukan dalam PKPR, sebagai contoh penyaluran kepada
dimulai.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan lawan
jenis yang belum sah atau belum menikah tanpa tujuan tertentu dan
36
asing, pengaruh lingkungan, teman, ekonomi, lemahnya keimanan.
adanya seks bebas yaitu pengaruh dari dalam, karena pengaruh dari
dalam itu merupakan pengaruh yang datang dari dalam jiwa remaja
hubungan yang akrab antara orang tua dan anak. untuk itu orang
diinginkan.
37
kesehatan bisa ikut serta mencegah seks bebas pranikah pada
remaja.
secara dewasa.
3.2. Saran
Masa remaja merupakan masa mencari jati diri sekaligus
harus dipantau dengan baik, karena dalam era saat ini banyak
38
mereka. Dibutuhkan cara yang halus dalam mendidiknya seperti
dengan cara otoriter karena dalam masa ini remaja akan semakin
Daftar Pustaka
Haryani, D., et. all. 2015. Peran Orang Tua Berhubungan dengan Perilaku
Seksual Pra Nikah Remaja di SMKN 1 Sedayu. Jurnal Ners dan Kebidanan
BKKBN.
39
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak & Badan Pusat
Lintas Khatulistiwa.
Triningsih, R., et. all. 2015. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik
Kabupaten Malang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol. 10, No. 02.
Novianti, R., et. all. Komunikasi, Informasi Dan Edukasi (KIE) Meningkatkan
Putra, I., et. all. Hubungan Antara Peran Keluarga Dengan Perilaku Seksual
Universitas Udayana.
40