Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SOSIAL BUDAYA DAN ANTROPOLOGI KESEHATAN

Disusun oleh
Sri Rahayu
200206008
Dosen Pengampu
Nevy Susanty S. Tr. Keb. M.Kes

PRODI KEBIDANAN
FAKULITAS MIPA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai dari tugas mata kuliah Sosial Budaya dan Antropologi Kesehatan
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pekanbaru, 17 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
1. Pendekatan Melalui Agama.............................................................................................................6
2. Pendekatan Melalui Kesenian Tradisional.......................................................................................7
3. Pendekatan Melalui Paguyuban......................................................................................................9
4. Pendekatan Melalui Pesantren......................................................................................................10
5. Pendekatan Sistem Banjar (Bali)....................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia, Di era globalisasi
sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan
masyarakat adalah kematian atau pun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada. Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi
mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-
sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, sering kali membawa dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak.
Sejauh ini masalah kesehatan reproduksi lebih banyak didekati dari aspek klinis sehingga
berkembang anggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanya dapat dipelajari dan
dipecahkan oleh ahli-ahli kedokteran. Sementara itu , banyak bukti yang mengatakan bahwa
inti persoalan kesehatan reproduksi sesungguhnya terletak pada konteks sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Kesehatan reproduksi dipengaruhi dan mempengaruhi sistem politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan dan gander. Pengaruh kehamilan pada ibu sangat bergantung pada
dukungan sosial, lingkungan keluarga, fisik maupun psikologis nya. Saat ini dalam melakukan
praktek kebidanan di perkotaan maupun dipedesaan sangat lah berpengaruh terhadap sosial
dan budaya. Seorang bidan yang dalam memberikan asuhan pelayanan kesehatan harus
mengetahui dan melakukan pendekatan sosial dapat diterima oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pendekatan melalui agama ?

4
2. Apa yang di maksud dengan pendekatan melalui kesenian tradisional ?
3. Apa yang di maksud dengan pendekatan melalui paguyuban ?
4. Apa yang di maksud dengan pendekatan melalui pesantren ?
5. Apa yang di maksud dengan pendekatan sistem banjar (Bali) ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami tentang cara-cara pendekatan sosial budaya dalam praktik
kebidanan dan menerapakan nya di kehidupan sehari-hari.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendekatan Melalui Agama


Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup
meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam
memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Cara pendekatan melalui agama
dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya adalah agama, Agama
memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya. Dan Agama juga
memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan perilaku
manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat
serta bangsa. Dan terakhir Agama juga mengharuskan umat manusia untuk beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya Agama dapat menghindarkan
umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya.
Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya
pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama diantaranya :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan
Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu
sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam dari
berbagai penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi
umat manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1. Makan makanan yang bergizi
2. Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)
3. Berolahraga
4. Pengobatan di waktu sakit

b. Upaya pencegahan penyakit

6
Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit.
Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1. Dengan pemberian imunisasi
Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD kelas 1
sampai kelas 3.
2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun (Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat
tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI
sampai ia berusia 2 tahun.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau
kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.

2. Pendekatan Melalui Kesenian Tradisional

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus
dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dan
memperoleh izin untuk melaksanakan praktik kebidanan. Praktik Bidan adalah serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Rumah sakit sebagai sarana
pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat yang lebih terdidik, dan mampu
memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat
menginginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman, sehingga memberi kepuasan
(sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik). Rumah sakit perlu mengembangkan suatu
sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik, biaya yang dapat
dipertanggung jawab kan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai
suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan kesehatan (pelayanan
medis dan pelayanan kebidanan), untuk masyarakat menggunakan berbagai sumber daya
seperti ketenangannya, mesin, bahan, fasilitas, modal, energi dan waktu. Pelayanan praktik
kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu,
tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam

7
meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam
secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan profesional, ataupun global. Agar
bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial
budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien. Program pelayanan kebidanan
yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang profesional dan dapat diandalkan
dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah
ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat.
Serta seorang bidan juga harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia
lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas,
peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan
kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya
pendekatan melalui kesenian tradisional.
Pengertian dari seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya
kemahiran. Tetapi beberapa juga ada yang mengatakan bahwa kata seni berasal dari bahasa
belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni sendiri dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan atau persembahan. Namun dalam bahasa
tradisional jawa, seni mempunyai arti Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil. Dibawah ini
terdapat beberapa hal tentang seni baik pendapat dari para ahli budaya, maupun arti kesenian
secara umum. Seni menurut para ahli budaya Drs. Popo Iskandar berpendapat bahwa Seni
adalah suatu hasil dari ungkapan emosi yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang
lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok.
Secara umum kesenian dikenal dengan suatu rasa keindahan karena diperuntukkan guna
melengkapi kesejahteraan hidup manusia. Rasa keindahan yang dirasakan oleh seseorang
tersebut, dapat dimiliki dan disalurkan oleh setiap orang ke orang lain lagi, dan dari arti dari
kesenian tradisional adalah kesenian yang dipegang teguh pada norma dan adat kebiasaan,
yang ada secara turun menurun atau kesenian baru, hasil dari pengembangan kebudayaannya.

8
3. Pendekatan Melalui Paguyuban

Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para
warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat
batiniah dan kekal, serta jauh dan pamrih-pamrih.
Ciri - Ciri Paguyuban
• Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
• Private : hubungan bersifat pribadi
• Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak untuk
orang lain diluar kita.
Ciri - Ciri Umum
1. Adanya Hubungan Perasaan Kasih Sayang
2. Adanya Keinginan Untuk Meningkatkan Kebersamaan
3. Hubungan Kekeluargaan Masih Kental
4. Sifat Gotong Royong Masih Kuat

Tipe Paguyuban memiliki tiga tipe di masyarakat seperti, paguyuban karena ikatan darah
yaitu paguyuban berdasarkan keturunan. Contoh kelompok kekeluargaan, keluarga besar. Dan
yang kedua paguyuban karena tempat yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang berdekatan
tempat tinggal. Contoh arisan RT RW dan karang taruna. Serta terakhir paguyuban karena jiwa
pikiran yaitu paguyuban yang terdiri dari orang - orang yang tidak punya hubungan darah atau
tempat tinggalnya tidak berdekatan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama.
Contohnya organisasi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-
pendekatan khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon
bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran
aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan. Misalnya saja dengan
mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.

9
4. Pendekatan Melalui Pesantren

Pengertian Pondok pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam yang mengembangkan


fungsi pedalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia. Pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang mengembangkan fungsi pendalaman agama,
kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia. Melalui pendidikan agama, pendidikan
formal, pendidikan kesenian.
• Tujuan umum : tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok
pesantren dan masyarakat sekitar dalam bidang kesehatan.
• Tujuan khusus : tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan
pondok pesantren.

5. Pendekatan Sistem Banjar (Bali)

Selain kelompok-kelompok kerabat patrilineal yang mengikat orang Bali berdasarkan atas
prinsip keturunan. Ada pula bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan
wilayah, ialah desa. Kesatuan-kesatuan sosial serupa itu kesatuan yang diperkuat oleh kesatuan
adat dan upacara-upacara keagamaan yang keramat. Pada umumnya tampak beberapa
perbedaan antara desa adat di pegunungan dan desa adat di tanah datar. Desa-desa adat di
pegunungan biasanya sifatnya lebih kecil dan keanggotaannya terbatas pada orang asli yang
lahir didesa itu juga
Sesudah kawin, orang itu langsung menjadi warga desa adat (karma desa) dan mendapat
tempat duduk yang khas di balai desa yang disebut bale agung, dan berhak mengikuti rapat-
rapat desa yang diadakan secara teratur pada hari-hari yang tetap. Desa-desa adat di tanah
datar. Desa-desa adat di pegunungan biasanya sifatnya lebih kecil dan keanggotaannya terbatas

10
pada orang asli yang lahir didesa itu juga. Demikian kalau ada orang-orang dari wilayah-wilayah
lain atau yang lahir di banjar lain, yang kebetulan tinggal di sekitar wilayah banjar yang
bersangkutan, mau menjadi warga, hal itu bisa saja. Pusat dari banjar adalah bale banjar
dimana para warga banjar saling bertemu dan berkumpul pada hari-hari yang tetap.
Banjar di kepalai oleh seorang kepala yang disebut kelian banjar (kliang). Ia pilih untuk suatu
masa jabatan yang tertentu oleh warga banjar. Tugasnya tidak hanya menyangkut segala
urusan dalam lapangan kehidupan sosial dari banjar sebagai satu komunitas, tetapi juga
lapangan kehidupan keagamaan. Kecuali itu, ia sering kali harus juga memecahkan hal-hal yang
menyangkut hukum adat tanah dan dianggap ahli dalam adat banjar pada umumnya.
Adapun soal-soal yang bersangkutan dengan irigasi dan pertanian. Biasanya berada diluar
wewenangnya. Hal itu adalah wewenang organisasi irigasi subak, yang telah tersebut diatas.
Walaupun demikian, di dalam rangka tugas administratif: dimana ia bertanggung jawab kepada
pemerintah di atasnya, ia bahkan tak dapat melepaskan diri sama sekali dari soal-soal irigasi
dan pertanian di banjarnya. Di samping mengurus persoalan ibadat, baik mengenai banjar
sendiri, maupun warga banjar, klian banjar juga mengurus hal-hal yang sifatnya administratif
pemerintahan. Cara-cara pendekatan bidan di dalam wilayah banjar Bali :
a) Mengerakkan dan membina peran serta masyarakat. Dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
setempat.
b) Pemerintah menjalankan menerapkan PosKesDes (Pos Kesehatan Desa), yang ditujukan
kepada seluruh masyarakat, yang terjangkau sampai ke daerah pedalaman.
c) Penyuluhan kesehatan masyarakat dimaksudkan dapat menghasilkan perubahan
perilaku yang lestari untuk keluarganya, individu keluarga dan masyarakat itu sendiri.
d) Penyuluhan kesehatan masyarakat dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
e) Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader termasuk dukun, (peran
bidan sebagai pendidik ). Bersama kelompok dan masyarakat menanggulangi maslah
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu , anak dan Keluarga
Berencana ( KB).

11
12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi kita dapat simpulkan bahwa sebagai tenaga kesehatan yang selalu berbaur dengan
masyarakat kita harus selalu menjaga dan menghormati adat istiadat dari berbagai daerah
mulai dari agama, kesenian, paguyuban, pesantren bahkan jika kita melakukan sebuah
persalinan kita sebagai bidan harus mengikuti aturan dari daerah agar kita tidak caci maki oleh
warga setempat.

B. Saran
Kebersihan sebagian dari iman. Slogan yang begitu terkenal itu menjadi pemicu bagi umat
untuk senantiasa menjaga kebersihan, rohani maupun jasmani. Barang siapa yang dalam
keseharian mampu menjalankan pola hidup sehat baik di lingkungan maupun pribadi, maka hal
itu akan berdampak pada peningkatan kualitas imannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, C., (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta: Trans Info
Media.
Syafrudin, Meriam., (2010). Sosial Budaya Dasar, Jakarta, Trans Info Media.
Winkjosastro, H., (2008) Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

14

Anda mungkin juga menyukai