Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Mempraktekkan Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan”


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Antropologi

Dosen Pengampu :
Bapak Sugita,S.Pd,M.Kes

Disusun oleh :

1. Fadya Amani Majidah P27224021068


2. Fahmi Nurul Aziza P27224021069
3. Febi Liyani Puji Lestari P27224021070
4. Fitria Novianti P27224021071
5. Fransiska Setiani P27224021072
6. Happy Ananda Nova.S P27224021073

Program Studi Sarjana Terapan Berlanjut Profesi


Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mempraktekkan
Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Sugita,S.Pd,M.Kes pada mata kuliah Sosiologi Antropologi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pentingnya belajar Pendekatan Sosial Budaya
dalam Praktik Kebidanan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Sugita,S.Pd,M.Kes , selaku dosen
mata kuliah Sosiologi Antropologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Klaten, 19 November 2021

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan Melalui agama...................................................................................... 2


a. Upaya Pemeliharaan Kesehatan........................................................................ 2
b. Upaya Pencegahan Penyakit.............................................................................. 2
c. Upaya Pengobatan Penyakit.............................................................................. 3
B. Pendekatan Melalui Kesenian Tradisional.............................................................. 4
a. Apresiasi Seni................................................................................................... 8
b. Peranan Seni..................................................................................................... 8
c. Kesneian Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan............................................. 9
d. Kesneian Sebagai Seni Terapi.......................................................................... 9
C. Pendekatan Melalui Sistem Paguyuban dan Sistem Banjar
a. Pendekatan dalam sistem Banjar.................................................
b. Pendekatan dalam sistem Paguyuban...........................................
D. Pendekatan Dalam Sistem Pesantren....................................................................... 12
a. Pengertian......................................................................................................... 12
b. Tujuan Dan Sarana Pondok Pesantren.............................................................. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 13
B. Saran........................................................................................................................ 13

iii
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola kehidupan manusia dalam bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh aspek
sosial dan budaya.Semua manusia dituntut untuk memperhatikan aspek sosial budaya di era
globalisasi sekarang ini karena,sangat penting untuk menghadapi berbagai perubahan yang
begitu ekstrim.Faktor-faktor kepercan dan pengetahuan budaya dimasyarakat meliputi
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan,hubungan sebab-akibat antara makanan dan
kondisi sehat-sakit,kebiasaan dan ketidaktahuan,seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan manusia yang ada ditengah-tengah masyarakat tersebut.
Bukanlah hal yang mudah untuk menjadi seorang bidan.Menjadi seorang
bidan harus siap fisik maupun mental,karena tugas seorang bidan sangatlah berat.Bidan yang
siap mengabdikan dirinya didaerah atau kawasan pedesaan harus siap dengan tantangan yang
besar dalam mengubah pola kehidupan serta pola pikir masyarakat yang mempunyai dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat yang ada dikawasan tersebut.Tidak mudah untuk
mengubah pola pikir ataupun sosial budaya yang telah melekat dimasyarakat.
Tantangan lain yang dihadapi seorang bidan yang mengabdikan dirinya
dipedesaan adalah kemiskinan,tingkat pendidikan yang rendah, dan kebudayaan yang ada
ditengah-tengah masyarakat.Karena itu,kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi
bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap bidan.Untuk
itu seorang bidan agar dapat melakukan praktik pendekatan terhadap masyarakat perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tempat bidan tersebut mengabdi,yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk,struktur pemerintahan ,adat istiadat dan kebiasaan sehari-
hari,pandangan norma dan nilai,agama,bahasa,kesenian,dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan wilayah tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan ?
2. Bagaimana cara seorang bidan dalam melakukan pendekatan sosial budaya dalam
lingkup agama,keseniaan tradisional,paguyuban,dan pondok pesantren ?

C. Tujuan
1. Mendapatkan jawaban dari serangkaian rumusan masalah diatas

5
2. Menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya
mengenai cara pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Melalui Agama


Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia meliputi seluruh
aspek kehidupan. Aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan
pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:
1. Agama memberikan pertunjuk kepada umat manusia untuk selalu senantiasa
menjaga kesehatanya sesuai dengan ajaran agama
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi
cita-cita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupannya yang
bermanfaat baik bagi dirinya,keluarga,masyarakat serta bangsa
3. Agama mewajibkan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam segala aktifitasnya.
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang
bertentangan dengan ajarannya.

Adapun aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-
upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama sebagai berikut :
a. Upaya Pemeliharaan Kesehatan
Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu
hamil yaitu sejak janin masih berada didalam kandungan. Hal tersebut bertujuan
agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat. Adapun beberapa Langkah yang
dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk memelihara kesehatan yang
dianjurkan oleh agama sebagai berikut:
1. Makan makanan yang bergizi
2. Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan Sebagian dari iman)

6
3. Berolahraga
4. Pengobatan diwaktu sakit
b. Upaya Pencegahan Penyakit
Dalam agama menjelaskan bahwa pencegahan penyakit lebih baik dari pada
pengobatan di waktu sakit. Berikut upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1. Pemberian imunisasi
Imunisasi adalah cara untuk melindungi seseorrang dari penyakit dengan
cara pemberian vaksin yang merangsang agar system kekebalan tubuh kebal
terhadap penyakit. Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu
hamil, WUS, murid SD kela 1 sampai kelas 3.
2. Pemberian ASI pada anas sampai usia 2 tahun. Dijelaskan pada Surat Al
Baqarah ayat 235 yang memrintahkan seorang ibu untuk menyusui
bayinya dengan ASI sampai usia 2 tahun.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok pengajian atau
kelompok kegiatan agama lainnya.
c. Upaya pengobatan penyakit
Nabi SAW bersabda “Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah SWT, ada
obat yang diturunkan-Nya.” Dalam hal ini manusia dianjurkan untuk berobat jika
sakit. Pandangan agama khusunya agama islam terhadap pelayanan Keluarga
Berencana. Ada dua pendapat mengenai hal tersebut yaitu memperbolehkan dan
melarang penggunaan alat kontrasepsi. Karna ada beberapa ulama yang
mengatakan bahwa alat kontrasepsi tersebuat adalah suatu hal yang sangat
bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan takdir/kehendak
Allah SWT.
 Pendapat/pandangan agama yang memperbolehkan/menghalalkan pemakain
alat kontrasepsi IUD :
a. Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan
Dengan pemakaian IUD keluarga dapat merencanakan jarak kehamilan
sehingga ibu dapat menjaga kesehatan ibu, anak, dan keluarganya dengan
baik.
b. Pemaikain IUD bertujian menghentikan kehamilan.
Bertujuan memberikan rasa aman kepada ibu karena persalinan dengan factor
tinggi dapat mengancam keselamatan ibu dan agar ibu dapat beristirahat.

7
 Pendapat/pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian
kontrasepsi IUD:
a. Pemakaian IUD bersifat aborsi bukan kontrasepsi
b. Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalama Rahim tidak menghalangu
pembuahan sel telur.
c. Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-
obatan dan alat lainnya.
 Pelayanan kontrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga mempunyai
2 pendapat yaitu:
 Pendapat/pandangan yang memperbolehkan:
a. Apabila pasangan suami istri dalam keadaan sangat terpaksa dalam kaedah
hukum (islam) mangatakan “keadaan darurat memperbolehkan hal-hal yang
dilarang dengan alasan kesehatan/keselamatan jiwa)
b. Begitu juga halnya menganai melihat aurat orang lain apabila diperlukan
untuk kepentingan pemeriksaan dan Tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.
 Pendapat/pandangan yang melarang
a. Sterilisasi berakhir dengan kamandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan
utma perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan
keturunan
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong/mengikat Sebagian tubuh
yang sehat dan fungsinya (saluran mani/tuba)
c. Dengan melihat aurat orang lain.

B. Pendekatan Melalui Seni Tradisional


Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan rumah sakit.Oleh karena itu,tenaga bidan bertanggung jawab memberikan
pelayanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan
kebidanan yang diberikan selama 24 jam yang berkesinambungan.Bidan harus
memiliki ketrampilan yang professional maupun global.Agar bidan dapat
menjalankan peran fungsinya dengan baik,maka sangat diperlukan adanya pendekatan
sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya
tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan

8
kebidanannya berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti
memiliki berbagai pengetahuan yang luas mengenai kebidanan,dan diterapkan oleh
para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kepada masyarakat
Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau diterapkan
oleh para bidan dalam melakukan pendekatan sosial dan budaya yang akurat.Terdapat
beberapa bentuk pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang bidan dalam
melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya melalui
agama,seni tradisional,paguyuban,pondok pesantren dan system banjar,Hal tersebut
merupakan suatu upaya pendekatan agar masyarkat dapat menerima dengan mudah
pelayanan dan informasi yang diberikan oleh petugas,bukanlah sesuatu yang tabu
tetapi sesuatu yang nyata dan benar adanya.

 Dalam memberikan pelayanan,seorang bidan lebih bersifat :


1. Promotif, maksutnya bidan berupaya menyebarluaskan informasi melalui
berbagai media dan metode dalam penyampaian,alat
bantu,sasaran,media,waktu ideal,frekuensi,pelaksana dan bahasa serta
keterlibatan instansi terkait maupun informal leader tidaklah sama disetiap
daerah,bergantung kepada dinamika masyarakat dan kejelian bidan untuk
menyiasati agar informasi kesehatan bisa diterima dengan mudah dan
benar.
2. Preventif, berarti seorang bidan berupaya pencegahan semisal
imunisasi,penimbangan balita di posyandu dan lain-lain.
3. Kuratif, berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit
terutama penyakit berat.
4. Rehabilitatif,berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan,terutama
bagi pasien yang memrlukan perawatan atau pengobatan jangka Panjang.

Serta seorang bidan juga harus mampu menggerakkan peran serta


Masyarakat.Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan
dengan baik,hendaknya beidan melakukan beebrapa pendekatan misalnya pendekatan
melalui kesenian tradisional.Pengertian dari seni pada mulanya berasal dari kata Ars
(latin) atau Art( inngris) yang artinya kemahiran.tetapi beberapa juga ada yang
mengatakan bahwa seni berasal dari bahasa belanda yang artinya jenius.Sementara
kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujian

9
atau persembahan.Namun dalam bahsa tradisional jawa,seni mempunyai arti rawit
pekerjaan yang rumit-rumit/kecil.
a. Seni menurut para ahli budaya

 Drs. Popo Iskandar


Seni adalah suatu hasil  dari ungkapan emosi yang ingin disampaikan oleh
seseorang kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok.

 Ahdian karta miharja


Seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan suatu realitas dalam suatu
karya seni  yang bentuk dan isinya, mempunyai kemampuan untuk membangkitkan
pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya.Dan menurut beliau Kesenian
Merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus. Setelah manusia merasa
cukup atau dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia tersebut perlu dan
akan  selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia
semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu juga memenuhi
pandangan indah serta suara merdu, semua  kebutuhan manusia tersebut dapat
dipenuhi melalui kesenian

1. Kesenian secara umum


Secara umum kesenian dikenal dengan suatu rasa keindahan karena
diperuntukkan guna melengkapi kesejahteraan hidup manusia.Rasa keindahan
yang dirasakan oleh seseorang tersebut,dapat dimiliki dan disalurkan oleh
setiap orang keorang lain.
2. Kesenian Tradisional
Kesenian tradisional adalah kesenian yang dipegang teguh pada norma
dan adat kebiasaan,yang ada secara turun menurun atau kesenian baru,hasil
dari pengembangan kebudayaanya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang dianugrahi
pikiran,perasaan dan kemauan secara naluriah.Memerlukan perantara
budaya,untuk menyatakan rasa seninya,baik secara aktif dalam kegiatan
kreatif,maupun secara pasif dalam kegiatan aprediatif.Maksud dari

10
menyatakan rasa seni secara aktif adalah sesorang jika memiliki rasa
seni,harus dikembangkan atau diapresiasi kepada prang lain agar bermanfaat
bagi orang lain.Agar rasa seni tersebut dapat disalurkan atau diberikan kepada
orang lain supaya rasa seni yang dimiliki dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dalam kegiatan apresiatif, maksudnya yaitu mengadakan suatu
pendekatan terhadap kesenian seolah – olah  kita memasuki suatu alam rasa
yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu
adalah merupakan wadah  seseorang dalam pembabaran ide yang bersifat
batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca
indera kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat
dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna,
garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang bersifat lahiriah untuk lebih jauh
menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta ide yang melatar
belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian, kita tidak
cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara
empati. Empati berasal dari kata yunani berarti merasa sama. Jadi dalam
menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita
ke dalam karya seni itu.

a. Apresiasi Seni

Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan
kemampuan untuk menghargai karya seni, seseorang yang memiliki rasa apresiasi
seni berarti orang tersebut memiliki kesadaran akan nilai dari sebuah karya seni
sehingga orang tersebut mampu menghargai karya seni tersebut.
Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah :
a. Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak
disadari sesuai dengan lingkungan yang membinanya.
b. Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah
seni, perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakikat karya seni adalah
wujud dari hasil dan usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu
pemecahan bentuk dan penemuan-penemuan baru. Hakekat karya seni adalah
wujud dari hasil dan usaha.

11
b. Peranan Seni
   Seni memliki beberapa peranan, diantaranya :
a. Seni sebagai kebutuhan.
Seni sebagai kebutuhan berarti seni merupakan salah satu dari beberapa kebutuhan
bagi manusia yang perlu dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka
manusia melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai
penunjang atau pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.

b. Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi


Sejarah telah mencatat akan prestasi-prestasi kesenian dalam peranannya membentuk
sikap budi manusia. Karya-karya seni pada zaman primitif merupakan alat-alat
yamg mampu menimbulkan suasana magis dan misterius dalam pemujaan serta
kehidupan pada waktu itu. Juga karya-karya kesenian klasik yang puitik heroik
maupun karya-karya modern, kesemuanya memberi pengaruh yang besar dalam
peradaban manusia.
Secara keseluruhan kesenian hanyalah ditujukan untuk kebahagiaan manusia, baik
kebahagiaan manusia secara materi maupun spirituil. Kesenian diciptakan oleh
manusia untuk melengkapi kebahagiaan manusia seluruhnya. Ternyata seni
mempunyai peranan dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hasrat mengungkapkan atau menyatakan perasaan pribadi mengenai
aspek-aspek pokok kehidupan sehari-hari tentang kelahiran, cinta, perkawinan, iri
hati, kematian dan lain-lainnya.
Disamping memenuhi kebutuhan dalam hubungan kegiatan sosial kita mengenai
situasi politik, ekonomi, kepercayaan, menyatakan keinginan atau tujuan bersama,
menyusun komunikasi antar individu, mempengaruhi situasi masyarakat dan lain-
lainnya. Juga memenuhi kebutuhan fisik seperti gedung, alat pengangkutan, alat
penyimpanan, bahan pembungkus. Jadi peranan seni dalam kehidupan manusia
merupakan suatu cara atau usaha hasil budi manusia untuk mencapai tujuan,
kebahagiaan atau kesejahteraan. Inilah kenyataan tentang suatu gejala aktivitas
manusia yang dinamakan SENI.

C. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan

12
Dalam penyuluhan kesehatan maupun dalam praktik kebidanan, seni dapat digunakan
sebagai media dalm melakukan pendekatan kepada masyarakat, Seorang petugas
bisa menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
 Dengan Kesenian wayang kulit
Melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal
pertunjukan dan pada akhir pertunjukan, dapat diisi dengan  pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan pesan-pesan yang telah disampaikan di awal pertunjukan
atau pertanyaan – prtanyaan yang diberikan oleh penonton.
 Menciptakan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa
daerah setempat.

D. Kesenian sebagai seni terapi


Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui kehidupan
zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia
mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan
akan memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik
maupun batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat
patung, dll.

C. Pendekatan melalui Paguyuban dan sistem Banjar

a. Pendekatan dalam sistem Banjar


Bentuk kesatuan sosial yang berdasarkan kesatuan wilayah ialah,desa .
Kesatuan - kesatuan sosial yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara - upacara
keagamaan yang keramat. Pada umum nya tampak beberapa perbedaan antara desa
dipegunungan dan desa adat ditanah datar . menjadi warga desa adat dan mendapat
tempat duduk yang khas dibalai desa yang disebut Bale Agung, dan berhak
mengikuti rapat - rapat desa yang diadakan secara teratur pada hari tetap.

Cara Cara Pendekatan Bidan dalam wilayah Banjar Bali  

13
Para bidan mempunyai berbagai cara untuk pendekatan diantara nya :

1. menggerakan dan membina peran serta masyarat dalam bidang kesehatan dengan
melakukan penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan dan masalah kesehatan
setempat .
2. Pemerintah memberikan ,menerapkan dan menjalalnkan PosKesDes (pos
kesehatan Desa) yang ditujukan kepada seluruh masyarakat setempat sampai
kedaerah pedalaman.
3. Penyuluhan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
4. Membina dan memberikan bimbingan (peran bidan sebagai pendidik).Bersama
sampai Kelas 3.

b. Pendekatan dalam sistem Paguyuban 


Paguyuban adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di
warnai dengan hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan , bersifat batiniah
dan kekal serta jauh dan pamri- pamri ekonomi.

Pelayanan Kebidanan dengan pendekatan paguyuban


Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan
pendekatan - pendekatan khususnya paguyuban. untuk itu kita sebagai tenaga
kesehatan khusisnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan
berbagai upaya untuk meningkatan peran aktif masyarakakt agar masyarakat sadar
pentingnya kesehatan. misalnya saja denagn mengadakan kegiatan posyandu di
puskesmas .

Ciri - ciri Paguyuban 


 Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
 Private : hubungan bersifat pribadi .
 Exclusive :  bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak untuk
orang lain diluar kita. 
Ciri - Ciri umum 
1. adanya hubungan perasaan kasih sayang
2. adanya kenginan untuk meningkatkan kebersamaan

14
3. Hubungan kekeluargaan masih kental 
4. sifat gotong royong masih kuat  
Tipe Paguyuban 
Memiliki tiga tipe di masyarakat yaitu :
1. Paguyuban karena ikatan darah Yaitu paguyuban berdasarkan keturunan. contoh
kelompok kekeluargaan,keluarga besar.
2. Paguyuban karena tempat Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang
berdekatan tempat tinggal.Contoh arisan RT,RW,dan karang taruna.
3. Paguyuban karena jiwa pikiran Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang - orang
yang tidak punya  hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdelatan tetapi
mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang  sama. contohnya organisasi.

Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan


pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban.untuk itu kita sebagai tenaga
kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan
berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar
pentingnya kesehatan.misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di
puskesmas puskesmas

D. Pendekatan Dalam Sistem Pesantren

a. Pengertian
Pondok pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam yang menggembangkan fungsi
pedalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.
b. Tujuan Dan Sasaran Pondok Pesantren
Bidan harus memiliki keterampilan professional agar dapat memberikan pelayanan
kebidanan yang bermutu untuk memenuhi tuntutan kebutuhan rasional, agar bidan
dapat menjalankan peran fungsiya dengan baik maka perlu adanya pendekatan
social budaya yang dapat menjembati pelayanan pasien. Tercapainya pelayanan
kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat
diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah
profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang kuat, menggunakan pendekatan
asuhan kebidanan. Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi

15
melalui pendekatan sosial dan budaya yang kuat. Bentuk-bentuk pendekatan yang
dapat digunakan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan sebagai berikut
a. pendekatam social
b. survai mawas diri
c. musyawarah masyarakat pondok pesantren
d. pelatihan
e. pelaksanaan kegiatan
f. pembinaan

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan fungsi


pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia. Melalui
pedidikan agama, pendidikan formal, pendidikan kesenian.
 Tujuan umum : tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok
pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan.
 Tujuan khusus : tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren
dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di
lingkungan pondok pesantren.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak
remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup
berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat

16
menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya bidan
melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian tradisional.

B. Saran
Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan
kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta
1986
Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta
1996.
Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 19
Sosial budaya dasar, Syafrudin, SKM,M.Kes
www.google.com

17

Anda mungkin juga menyukai