Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SEHAT DENGAN IMUNISASI (MR)


PADA BY.G USIA 9 BULAN
DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) BAKI

Dosen pembimbing : Anik Kurniawati,S.Si.T.,M.Keb

Disusun oleh :

Nama : Aulia Haerizqa

NIM : P27224019068

Kelas : Sarjana Terapan Kebidanan Berlanjut Profesi

Semester V

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN BERLANJUT PROFESI
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SEHAT DENGAN IMUNISASI (MR)

PADA BY.G USIA 9 BULAN

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) BAKI

Disusun oleh :

Nama : Aulia Haerizqa

NIM : P27224019068

Kelas : Sarjana Terapan Kebidanan Berlanjut

Profesi Semester V

Tanggal Pemberian Asuhan:

Disetujui oleh,

Pembimbing Lahan

Tanggal :

Di : Titik Susilowati S.ST

NIP : 19811105 200801 2 004

Pembimbing Institusi

Tanggal :

Di : Anik Kurniawati,S.Si.T.,M.Keb

NIP : 19810607 200604 2 003


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan kasus yang berjudul Laporan
Kasus “Asuhan Kebidanan Bayi Balita Sehat Dengan Imunisasi MR Pada BY.G Usia 9
Bulan di Puskesmas Baki.”

Dalam penyusunan laporan ini saya telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu dengan rasa yang tulus saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
:

1. KH. Endah Widhi Astuti, M.Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakarta yang telah memberi dukungan dan motivasinya guna
terselesainya laporan kasus ini.

2. Dr.Sri Wahyuni,M.Mid. selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Politekhnik Kesehatan


Kemenkes Surakarta.
3. Anik Kurniawati,S.Si.T.,M.Keb . selaku Dosen Pembimbing Lahan yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan dalam tersusunnya laporan kasus ini.
4. Titik Susilowati S.ST selaku pembimbing lahan di puskesmas Baki
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat saya harapkan. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
baik bagi saya pribadi maupun bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis,

(Aulia Haerizqa)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar
kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur
satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa
perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang
memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan
bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai
kesempatan hidup yang kecil.
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah salah satu indikator di suatu negara.
Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya
penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang berkualitas keadaan masyarakat yang belum terlaksana. (Prawirohardjo, 2009 ; 54 ).
Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami
asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian
bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit
terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%,
Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital
(JNPK-KR, 2008; h.145)
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas maka
petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melaksanakan
pelayanan essensial neonatal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan kebidanan Bayi Sehat pada By. Ny. G Usia 9
bulan di Puskesmas Baki
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada By. Ny. G usia 9 bulan.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data dasar dari pengkajian data yang sudah
dilakukan.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial dari penelitian
kasus ini
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tindakan yang membutuhkan penanganan
segera.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan Asuhan imunisasi MR By. Ny. G usia 9
bulan.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan dari perencanaan diatas.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah dilakukan.

C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang asuhan bayi baru lahir.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
bayi baru lahir serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
3. Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi
serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan
bayinya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis
1. Pengertian Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai
dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai
apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2010; hal. 2)
b. Neonatus adalah bayi baru lahir sampai 28 hari pertama kehidupan (Surasmi,
2003).
c. Bayi adalah manusia yang berusia 28 hari sampai usia 24 bulan.
d. Balita adalah singkatan dari bawah lima tahun. Manusia dalam masa balita berumur
2 sampai 5 tahun. Pada masa-masa balita balita biasanya sudah dapat berjalan atau
berlari, menggunakan banyak energi untuk melakukan aktivitas.
e. Anak pra sekolah yaitu anak yang berusia aniara 3-6 tahun menurut Biechler
dan Snowman (1993).
2. Kebutuhan Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang
terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh bayi atau
anak. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi untuk mencapai kadar kekebalan
diatas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Yang dimaksud dengan imunisasi
dasar lengkap menurut Ranuh dkk (2001), adalah pemberian imunisasi BCG 1x,
hepatitis B 3x DPT 3x, polio 4x, dan campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun.

b. Tujuan Pemberian Imunisasi


Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
(Ranuh dkk, 2000). Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan hepatitis
B (Depkes, 2000).
c. Syarat Imunisasi
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang
harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang
diberikan harus baik, disimpan pada lemari es dan belum lewat masa berlakunya,
pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi
dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin
yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch
pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed concent kepada
orang tua atau keluarga sebelum melakukan imunisasi yang sebelumnya telah
dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang timbul setelah pemberian imunisasi.
d. Macam-macam Imunisasi Dasar Menurut Theophilus (2007)
1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup yang
dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml pada insertio
muskulus deltoideus. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang
menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mngkin terjadi :


a) Reaksi local : 1-2 minggu setelah penyuntikkan, pada tempat suntikan
timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan
ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengam meningkatkan jaringan parut yang
disebut scar. Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka bila
tidak jadi akan diulang dan bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan harus
dilakukan uji Mantoux (tuberculin).
b) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-
6 bulan. Kemungkinan yang mungkin timbul :
(1) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikkan
karena penyuntikkan terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara
spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan menggunakan
jarum) dan bukan disayat.
(2) Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikkan dilakukan dilakukan
terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik
dalam waktu 2-6 bulan.

2) Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)


Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap
difetri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan
fatal. Pertusis (batuk rejak) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang
ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
meneyebakan serangan batu hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan
atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi yang serius seperti
pneumonia, kejang, dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi yang bisa
menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT dapat diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7
bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikkan, yang
disuntikkan pada otot paha secara sub kutan. Imunisasi DPT diberikan
sebanyak 3 kali, yaitu pada anak saat umur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II),
4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5
ml.
DPT sering menimbulkan efek samping yang ringan seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikkan selama beberapa har. Efek samping tersebut
terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari
1% penyuntikkan DPT menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
a) Demam tinggi (> 40,5⁰C)
b) Kejang
c) Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarga)
d) Syok ( kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)
Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah jika anak
mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi yang boleh diberikan adalah
DT, yang hanya dapat diperoleh di Puskemas (kombinasi toksoid difteria dan
tetanus (DT) yang mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang
memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis) (Ranuh,dkk,
2005).
1-2 hari setelah mendapat imunisasi ini, mungkin akan terjadi demam
ringan, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan di tempat penyuntikkan. Untuk
mengatasi nyeri dan menurunkan demam, dapat diberikan asetaminofen atau
ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri ditempat pennyuntikkan juga dapat
dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakan lengan
maupun tulang yang bersangkutan.
3) Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah
satu maupun kedua lengan atau tungkai. Polio juga bisa menyebabkan
kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa
menyebabkan kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,III,
dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin polio deiberikan
sebanyak 2 tetes (0,2 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula. Kontraindikasi pemberian vaksin polio :
a) Diare
b) Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,
kortikosteroid)
c) Kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-
kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibody sampai tingkat yang tertinggi.
4) Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak
berumur 9 bulan dan diulang 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara sub
kutan sebanyak 0,5 mL. jika terjadi wabah campak, dan ada bayi yang belum
berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh diberikan. Kontraindikasi
pemberian vaksin campak adalah sebagai berikut :
a) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38⁰C
b) Gangguan system kekebalan
c) Pemakaian obat imunosupresan
d) Alergi terhadap protein telur
e) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
f) Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis, dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).
5) Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B
adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7
hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat imunisasi HB 1 dan
4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB II. Imunisasi dasar diberikan
sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. Vaksin disuntikkan pada otot
paha secara sub kutan dalam dengan dosis 0,5 ml.
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda
samapi anak benar-benar pulih. Efek samping dari vaksin HB adalah efek local
(nyeri di tempat suntikan) dan sistemik (demam ringan, lesu, perasaan tidak
enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

e. Jadwal Imunisasi
1) Imunisasi Dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-Hb-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
Sumber: Depkes RI 2008
2) Imunisasi lanjutan pada anak <3 tahun (imunisasi booster)
Umur Jenis
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

3) Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Waktu
Sasaran Imunisasi
Pelaksanaan
Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

B. Teori Kebidanan
Manajemen Kebidanan
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:
a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi pasien. (Ambarwati, 2010), meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari
keluarga (Hidayat, 2008).
a) Biodata Pasien :
(1) Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu dengan yang lain
(Marmi, 2012).
(2) Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis bayi tersebut
normal sesuai dengan umurnya. (Matondang, 2013)
(3) Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
(4) Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi dan mengantisipasi
masalah yang berhubungan dengan berat lebih rendah dan untuk
mengukur panjang badan bayi. Normal berat badan bayi adalah 2500-
4000 gram dan panjang badan bayi 48-52 cm. (Putra, 2012)
(5) Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku,
insiden seks, penyakit-penyakit seks. (Matondang, 2013)
(6) Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang lain. (Matondang,
2013)
(7) Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)

(8) Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena
ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Ambarwati, 2010)
(9) Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui perilaku seseorang
tentang kesehatan dan penyakit yang sering berhubungan dengan agama
dan suku bangsa. (Matondang, 2013)
(10) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat pengetahuannya.
(Matondang,2013).
(11) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
(Matondang, 2013)
b) Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu yang dikonsumsi,
kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta, komplikasi selama hamil, serta
riwayat persalinan terakhir.
c) Keadaan BBL
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama, kelima, dan
kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa, meliputi : Appearance (warna kulit),
Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang), Activity (tonus otot),
Respiration (pernafasan) (Kosim, 2005).
b) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah dari pasien
(Saifuddin, 2003).
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar
penuh yaitu memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan, apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, gelisah
yaitu tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan
respon terhadap rangsangan yang kuat, koma yaitu tidak dapat bereaksi
terhadap stimulus atau rangsangan apapun) gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
(3) Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu menit,
sehingga diketahui normal atau tidaknya nadi bayi tersebut.
Normalnya yaitu 120-160 kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi dada dan
tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. (Sudarti, 2013).
(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi normalnya
adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti, 2013)
c) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma,
hidrosefalus, ubun-ubun kecil (Sudarti, 2013).
(2) Mata
Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva
dan kesimetrisan (Sudarti, 2013).
(3) Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013).
(4) Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi terkejut/menangis dalam
reaksi terhadap bunyi yang keras (Varney, 2007).
(5) Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-palatoskisis,
trush, sianosis, mukosa kering/basah (Sudarti, 2013).
(6) Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan pada clavikula
(normal, rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris)
(Varney,2007).
(7) Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan pernafasan (Sudarti,
2013).
(8) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk, perdarahan tali pusat,
dinding perut, adanya benjolan, gastroskisis, omfalokel (Sudarti, 2013).
(9) Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian, memar, dan
setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
(10) Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang dan ada di ujung
penis. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia mayora, dan
labia minora. (Sudarti, 2013).
(11) Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang yang
retak misalnya clavikula. (Varney, 2007).
(12) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau tonjolan
(Varney, 2007).
(13) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013).
d) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg dengan posisi 45 derajat,
dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat, normalnya akan terjadi
abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan (Dewi, 2012).
(2) Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah
mulut (Dewi, 2012).
(3) Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan dan kaki
akan bergantian dari fleksi ke ekstensi (Dewi, 2012).
(4) Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa meletakkan jari
telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat (Dewi, 2012).
(5) Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu bayi menyusu
(Dewi, 2012).
(6) Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi dengan
badan ditahan, ekstermitas terekstensi pada sisi kepala yang diputar, tetapi
ekstermitas pada sisi lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan berusaha
untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf asesori
(Dewi, 2012)
e) Pemeriksaan Antropometri
(1) Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita melingkar pada lingkar
oksipito-frontal. Pengukuran yang dicatat adalah rata-rata dari tiga kali
pengukuran, normlanya pada bayi 32-37 cm. (Chapman, 2006).
(2) Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah 30-38 cm. (Putra,
2012).
(3) Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui pertumbuhan bayi
sehingga diketahui normal atau tidaknya pertumbuhannya. Berat badan
normal bayi adalah 2500-4000 gram (Putra, 2012).
(4) Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm.(Dewi, 2012).
f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari. Dicurigai
diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lender
atau darah (Sudarti, 2013).
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Sulistyawati, 2009).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah,
dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan (Sudarti,
2013).
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah diagnose yang
tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standart
nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan pendokumentasian
hanya pengumpulan data klien melalui anamnesis tanda gejala subjektif
yang diperoleh dari bertanya dari pasien dan atau keluarga (Rukiyah dkk,
2009).
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan fisik klien, yang dirumuskan dalam data focus (Rukiyah dkk,
2009).
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis (Hani dkk, 2010).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data (Hani dkk, 2010).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan kolaborasi
dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien, bidan
bersiap-siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau ada hal
yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai kondisi bayi (Sudarti, 2013).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi atau
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010).
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
g. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan.
Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan
kondisi atau kebutuhan klien. (Hidayat, 2008).
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI/BALITA SEHAT

PADA BY. G UMUR 9 BULAN DENGAN IMUNISASI (MR)

DI PUSKESMAS BAKI

Tempat Praktik : Puskesmas Baki

Tanggal / Jam : 22 November 2021 / 09.00 WIB

Pengkaji : Aulia Haerizqa

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Bayi
Nama : By.G
Tanggal/Jam Lahir : 10 Februari 2021 / 10.00 WIB
Umur : 9 Bulan
Jenis Kelamin : Laki laki
b. Orang tua
Nama Ibu : Ny. A Nama Ayah Tn. R
Umur : 25 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Menuran Alamat : Menuran
2. Alasan datang / Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin imunisasi Measles Rubella (MR) pada anaknya
By. G usia 9 bulan
3. Riwayat Kelahiran
a. Tanggal Lahir : 10 februari 2021
b. Jenis Persalinan : Spontan
c. Penolong : Bidan
d. Berat Badan : 3000 gram
e. Panjang Badan : 49 cm
f. Lingkar Kepala : 34 cm
g. Lingkar Dada : 32 cm
h. Komplikasi : Tidak ada
i. Laktasi : Bayi telah diberikan ASI 1 jam
setelah lahir.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bahwa anaknya sekarang dalam keadaan sehat dan
tidak sedang sakit
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah mengalami sakit batuk dan pilek
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarga saat ini dalam keadaan sehat, tidak
sedang sakit
d. Riwayat Penyakit Menular, Kronis, Genetis
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun
seperti diabetes, darah tinggi, asma, tidak pernah atau sedang
menderita penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, dan juga tidak
mempunyai riwayat penyakit kronis seperti jantung.
5. Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi Tanggal Pemberian

HB-0 10 Februari 2021

BCG 10 Maret 2021

Polio 10 Maret 2021

DPT-HB-Hib 1 10 April 2021

Polio 2 10 April 2021

DPT-HB-Hib 2 10 Mei 2021

Polio 3 10 Mei 2021

DPT-HB-Hib 3 10 Juni 2021

Polio 4 10 Juni 2021

Campak/MR 22 November 2021

DPT-HB-Hib Lanjutan

Campak Lanjutan

6. Pola Kebutuhan Sehari-Hari

a. Nutrisi
Makan
Frekuensi : 3x sehari
Macam : Nasi,Sayur,Lauk,Buah yang dihaluskan
Jumlah :1/2-1 Porsi
Keluhan : Tidak ada
Minum
Frekuensi : 5-7x/sehari
Macam : Asi,Air Putih,Sari Buah
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1-2 kali sehari
Warna : Kuning
Bau : Khas Feses
Konsistensi : Lembek
Keluhan : Tidak Ada
BAK
Frekuensi : 4-6 kali sehari
Warna : Jernih
Bau : Khas urine
Konsistensi : Cair
Keluhan : Tidak Ada
c. Istirahat
Tidur Siang : 2-3 Jam
Tidur Malam :8 Jam
d. Aktifitas
Ibu mengatakan anaknya bergerak aktif merangkak dan bermain
meraih benda di dekatnya
e. Hygiene
Mandi :2x/hari
Keramas :3x/minggu
Sikat gigi :2x/hari
Ganti Pakaian :2x/hari
Ganti Popok : Setiap BAK dan BAB
7. Data Sosial Budaya
a. Pandangan Keluarga Terhadap Kesehatan
Keluargapeduli terhadap kesehatan, misalnya keluarga sebelum
makan dan sesudah makan dan minum tmencuci tangan dengan
sabun, membuang sampah pada tempatnya.
b. Keadaan Lingkungan
Ibu mengatakan bahwa lingkungan bersih, air berasal dari sumur.
8. Pertumbuhan dan perkembangan
Bayi sudah dapat merangkak,menjelajahi ruangan dengan berjalan kaki
perlahan dan berpegangan pada sofa,meja,dll,menunjuk benda dengan jari
nya,mengeluarkan benda dalam kotak dan memindahkan mainan dari suatu
tempat ke tempat lain
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Panjang Badan : 72 cm
Berat Badan : 8 kg
Lingkar kepala :42 cm
o
Suhu : 36,4 C
Nadi : 100 x/m
Respirasi : 40 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inpeksi
Kepala : kulit kepala bersih,mesochepal, terdapat caput
succedaneum
Muka : Bersih, sedikit pucat, tidak ada odema
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,Sclera Putih
Hidung : Simetris, tidak terdapat polip, lubanh hidung
lengkap
Telinga : Simetris, tidak ada serumen,bersih
Mulut : Bibir bewarna merah,tidak labio skiziz, tidak
sianosis,lidah bersih
Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada
Perut : Normal, tidak kembung
Genetalia : Tidak ada kelainan, bersih, tidak ada kemerahan
atau iritasi,testis sudah trun ke skrotum
Ekstremitas :
Atas : Simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif
Bawah ; Simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,tidak ada
pembesaran vena jugularis
Abdomen : Tidak kembung
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
II. INTERPRETASI DATA
 Diagnosis
By.G usia 9 bulan dengan imunisasi MR
 Masalah
Tidak Ada
III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
V. PERENCANAAN
Tanggal : 22 November 2021
Jam : 09.05 WIB

1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan anak


2. Jelaskan hasil pemeriksaan
3. Berikan KIE tentang imunisasi MR( Tujuan/manfaat,komtra indikasi efek
samping)
4. Siapkan alat dan Imunisasi MR
5. Beri injeksi pada lengan kiri secara sub cutan
6. Beritahu ibu untuk waktu dan jadwal imunisasi selanjutnya
7. Dokumentasikan tindakan
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 22 November 2021
Jam : 09.10 WIB

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan anak dengan cara menyapa
pasien dengan ramah, tanyakan dan dengarkan keluhan.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa anaknya dalam keadaan normal
3. Memberi tahu KIE tentang imunisasi MR
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi terhadap
penyakit tertentu. Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Imunisasi campak diberikan dosis 1 pada saat anak berumur
9 bulan dan diulang 6 bulan kemudian. Jika terjadi wabah campak, dan ada bayi
yang belum berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh diberikan.
Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah sebagai berikut :
g) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38⁰C
h) Gangguan system kekebalan
i) Pemakaian obat imunosupresan
j) Alergi terhadap protein telur
k) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
l) Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis, dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).
4. Menyiapkan alat dan imunisasi MR
5. Memberikan injeksi pada lengan kiri secara sub cutan sebanyak 0,5 mL
6. Memberitahu ibu waktu kembali bayi mendapatkan imunisasi berikutnya yaitu
boster DPT HB Hib pada saat anaknya berusia 18 bulan (ibu mengerti kapan
anaknya untuk imunisasi berikutnya).
7. Pendokumentasian tindakan pada buku KIA bayi

VII. EVALUASI
Tanggal :22 November 2021
Jam : 09.15 WIB
1. Ibu dan anaknya merasa nyaman
2. Ibu mengerti keadaan anaknya dalam keadaan normal
3. Ibu mengerti dan paham manfaat, kontra indikasi dan efek samping
imunisasi MR pada anaknya
4. Alat sudah disiapkan
5. Injeksi telah dilakukan
6. Ibu mengerti jadwal kembali anaknya untuk imunisasi selanjutnya
7. Telah dilakukan pendokumentasian tindakan
BAB IV
PEMBAHASAN

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit
tertentu. Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan dan
diulang 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara sub kutan sebanyak 0,5 mL. jika
terjadi wabah campak, dan ada bayi yang belum berusia 9 bulan, maka imunisasi
campak boleh diberikan. Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah sebagai
berikut :
a) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38⁰C
b) Gangguan system kekebalan
c) Pemakaian obat imunosupresan
d) Alergi terhadap protein telur
e) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
f) Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis, dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).
Meninjau asuhan kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi berdasarkan manajemen
yang digunakan melalui 7 langkah Varney didapatkan diagnosa By. Ny. D sehat, normal, umur
9 bulan imunisasi MR. Jadwal Pemberian Imunisasi Hb-0 pada umur 0-7 hari, BCG dan Polio1
pada umur 1 bulan, DPT/Hb1 dan Polio2 pada umur 2 bulan, DPT/Hb2 dan Polio3 pada umur 3
bulan, DPT/Hb3 dan Polio4 pada umur 4 bulan, dan Campak pada umur 9 bulan. (Depkes RI,
2008). Pada kasus ini diperoleh data subjektif bahwa By. Ny. G umur 9 bulan, maka anak perlu
mendapatkan imunisasi MR. Asuhan yang diberikan kepada bayi dan orang tua adalah
memeriksa keadaan bayi, memberitahu hasil pemeriksaan kepada orang tua, memberikan KIE
efek samping dari imunisasi MR, dan memberitahu ibu kapan harus melakukan imunisasi
selanjutnya yaitu penta boster.
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada bayi sehat, umur 9 bulan dengan imunisasi Measles Rubella Imunisasi
sudah dilakukan sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap.
2. Saran
a. Bagi Klien
Agar asuhan kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi lebih efektif dan tingkat
keberhasilannya optimal maka perlu adanya sikap kooperatif dari klien. Selain itu, informasi
yang telah diberikan oleh bidan diharapkan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Bidan
Bidan harus bisa memberikan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. Agar
klien tertarik untuk bersikap kooperatif dengan bidan sebagai sumber informasi. Selain itu
bidan dapat menyampaikan informasi atau jadwal yang sudah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2015. Chapter II. Diambil dari: http://repository.usu.ac.id (5 Mei 2019)


Elmelda, Fitria Ika.2015. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita dan Anak Pra-
Sekolah. Jakarta : Trans Infomedia
Buku Saku. 2012. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Kementerian Kesehatan RI
DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : DepKes RI
MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: DepKes RI
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai