Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY “M” USIA 35

TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS KOTA


WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI

OLEH

NAMA MAHASISWA : ARISMA DWI SETIAWAN

NIM : 30718004

PROGRAM STUDI D 3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY “M” USIA 35


TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PUSKESMAS KOTA
WILAYAH UTARA KOTA KEDIRI

04 Februari 2021

MAHASISWA

ARISMA DWI SETIAWAN

NIM 30718004

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK /CI

Elin Soya Nita, SST., M.Kes Endah Tri Wahyuni, SST

NIP : 19820112 200604 2026


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


KB adalah salah satu program pemerintah untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dan kepedulian melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
jarak kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteran
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Hal ini terdapat pada UU No 10
tahun 1991 tentang Perkembangan Kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera. KB dapat memberikan keuntungan pada pasangan suami istri,
keluarga, dan masyarakat. (Purwoastuti TE, dan Walyani, dkk, 2015).
Program KB adalah bagian integral dalam program pembangunan nasional
yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, sosial
budaya agar dapat mencapai keseimbangan yang baik dengan mencapai
produksi nasional (Fitri, 2018).
Menurut PBB, bagian Departement Populasi Divisi urusan Sosial dan
Ekonomi pada Juni tahun 2017 penduduk dunia saat ini berjumlah 7,6 milliar
dan di perkirakan pada tahun 2050 akan menanjak 9,8 milliar (PBB, 2017).
Berdasarkan hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Pada pelaksanaan
sensus penduduk yang diadakan pada tahun 2015 Jumlah penduduk indonesia
yaitu 238.518.000. Diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat sebanyak
271.066.000 jiwa (BKKBN, 2015). Menurut World Health Organization
penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di
Asia. Penggunaan kontrasepsi di Asia telah meningkat dari 60,9 % pada tahun
2008 menjadi 61,8 % pada tahun 2015. Diprediksi 214 juta wanita usia subur
di negara Asia yang ingin menghindari kehamilan tetapi tidak menggunakan
metode kontrasepsi alasannya adalah pilihan metode kontrasepsi yang
terbatas, ketakutan atau efek samping yang di timbulkan dan buruknya
kualitas pelayanan yang tersedia. Kebutuhan kontrasepsi yang belum
terpenuhi masih sangat tinggi dan di picu oleh populasi yang terus bertambah
dan kurangnya layanan keluarga berencana (WHO, 2018)
Perrtambahan penduduk terus terjadi dalam jumlah besar karena upaya
penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan angka Fertilitas Total
(total fertility rate/ TFR) belum mencapai hasil sebagaimana yang di
harapkan. LPP Indonesia di proyeksikan dari 1,49% per tahun pada periode
2000-2010 menurun mejadi 1,38% per tahun pada kurun waktu 2010-2015,
lalu menjadi 1,19% per tahun pada periode 2015-2020. Begitu juga TFR turun
dari angka 2,6 anak per wanita sesuai hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 menjadi angka 2,4 anak per wanita sesuai hasil SDKI
tahun 2017, meskipun belum mencapai sasaran Renstra 2015-2019 yakni 2,3
namun ada tren kecenderungan penurunan yang memberi harapan. Angka
penurunan TFR paling rendah berdasarkan SDKI 2017 di capai provinsi Jawa
Timur dengan angka 2,1 sedangkan untuk DKI Jakarta juga sudah berada di
bawah sasaran yang di tentukan yakni di angka 2,2. Sementara untuk provinsi
di Jawa lainnya seperti Jawa Barat masih menduduki angka 2,3. Penurunan
TFR ini juga diikuti oleh kenaikan angka prevelensi kontrasepsi (CPR) dari
61,9% pada tahun 2012 menjadi 63,6% pada tahun 2017 (BKKBN, 2018)
Jumlah wanita subur (71.149.767) dan dari hasil Survei Kinerja dan
Akuntabilitas Pemerintah Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (SKAP-KKBPK) tahun 2018 menunjukkan 3
indikator pencapaian RENSTRA BKKBN 2015-2019 yang telah mencapai
target, yaitu: pertama, penurunan angka kelahiran total menjadi 2,38 per US
usia 15-49 tahun dari target tahun 2018 sebesar 2,31 (Presetasi Pencapaian
97,1%); Kedua, penurunan angka putus pakai menjadi 25 % dari target tahun
2018 sebesar 25% (Presentasi Pencapaian 100%); Ketiga peningkatan
penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebesar 23,1% dari
target tahun 2018 sebesar 22,3% (Persentase pencapaian 103,6%) masih
terdapat dua sasaran, yang belum sesuai target yang di tetapkan. Kedua
indikator tersebut yaitu yang pertama adalah peningkatan penggunaan
kontrasepsi modern yang hanya mencapai 57% dari target tahun 2018 sebesar
61,1%, dan terakhir adalah menurunkan tingkat unmeet need dari 12,4%
sesuai dengan tahun 2018 sebesr 10,14%. Dan dari data 2019 jumlah WUS
71.149.767 jiwa dan akseptor KB sebanyak 24.196.151 jiwa dengan peminat
tertinggi yaitu kontrasepsi suntik dengan 15.419.826 akseptor (Profil
Kesehatan Indonesia, 2019)
KB aktif di Indonesia diantara PUS tahun 2019 mengalami penurunan
menjadi 62,5% dari targetnya 63,27%. Sementara target RPJMN yaang ingin
di capai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun 2017 juga menunjukkan
angka yang lebih tinggi pada KB aktif yaitu sebesar 63,6% Pemakaian
kontrasepsi modern diantara wanita kawin belum mencapai target nasional
yang ditetapkan. KB aktif tertinggi di Provinsi Bengkulu 71,4%, sementara
provinsi Papua Barat mencapai angka prevalensi pemakaian KB terendah
yaitu 27%. Hal ini di karenakan masih rendahnya pemahaman masyarakat
secara umum tentang konsep perencanaan keluarga, kurangnya sosialisasi oleh
penyuluh keluarga berencana akibat adanya pandemi. Berdasarkan pola
pemilihan alat kontrasepsi sebagian besar peserta KB aktif memilih suntikan
dan pil sebagai alat kontrasepsi (> 80% di banding metode lainnya, yaitu
suntikan 63,7% dan pil 17,0% ) Pada umumnya akseptor lebih memilih KB
suntik 3 bulan karena alasan praktis yaitu sederhana dan tidak perlu takut lupa,
aman, harganya relatif murah, sederhana, efektif, dan dapat dipakai pasca
persalinan. Ibu hanya perlu melakukan suntik setiap 3 bulan sekali dan tidak
perlu melalui proses trauma seperti pada saat pemasangan spiral (BKKBN,
2019)
Hingga Oktober 2019 jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS ) di Jawa Timur
sebanyak 7.929.796 dengan jumlah peserta Keluarga Berencana aktif yaitu
6.040.011 dan pengguna kontrasepsi terendah adalah Metode Operatif Pria
(MOP) dengan jumlah 23.933. Cakupan KB aktif tertinggi di Jawa Timur
yaitu pada Kabupaten Jember (88,85%), terendah kota Madiun (67,70%)
metode KB yang mendominasi adalah metode NON MKJP (Metode
Kontrasepsi Jangka Pendek) yaitu metode suntik (59,2%) dan pil (16,7%).
Cakupan peserta KB baru tertinggi pada Kabupaten Sampang (16,81%) dan
cakupan KB baru terendah yaitu di Kota Malang (3,75%) (Dinas Kesehatan
Jawa Timur, 2018)
Jumlah PUS di kota Kediri pada tahun 2019 yaitu 309.336 dan dari PUS
tersebut 224.144 yang menggunakan metode KB. Jumlah peserta KB aktif di
Kediri mengalami penurunan pencapaian dari tahun 2018 sebanyak 334.900
menjadi 224.144 akseptor KB di tahun 2019. Pengguna metode KB suntik
sebanyak 108.968, IUD 35.930, MOW 15.882, MOP 712, kondom 4.339,
Implan 25,696, dan Pil 32.617. Penggunaan KB Metode Operatif Pria (MOP)
dan Kondom kurang di minati di karenakan promosi kesehatan yang kurang
dan di dukung oleh kurangnya pengetahuan berbagai macam jenis KB (BPS
Jatim, 2019)
Program KB mempunyai dampak postif dan dampak negatif, dampak
positifnya yaitu menurunkan angka kematian ibu dan anak, menurunkan angka
kepadatan penduduk, peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan derajat
kesehatan, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, peningkatan mutu
dan pelayanan KB, peningkatan sistem pengelolaan, dan kapasitas Sumber
Daya Manusia. Dampak negatif KB yaitu efek samping dari penggunaan alat
kontrasepsi itu sendiri dan besarnya anggaran pengadaan alat kontrasepsi
(Soleha, 2016)
Berbagai program telah digalakan untuk mendukung program KB salah
satunya yaitu Safari KB merupakan upaya untuk menggerakkan masyarakat
ikut KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti implan, IUD,
MOW, dan MOP, program ini ditujukkan kepada masyarakat untuk menekan
angka kelahiran. Program pemerintah untuk mendukung KB yaitu kampung
KB. Kampung Kb berisi kegiatan seperti layanan KB;kesehatan dan PKK.
Dengan adanya Kampung KB diharapkan manfaat program KB dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama di wilayah kategori miskin,
padat penduduk dan terpenci (Dinas komunikasi dan Informatika Provinsi
Jawa Timur, 2016). Selain itu pemerintah dalam mengantisipasi adanya baby
boom atau lonjakan kelahiran bayi pada masa pandemi ini yaitu antara lain
dengan pelayanan KB bergerak seperti mengunjungi pasangan usia subur,
mengoptimalkan peran penyuluh Keluarga Berencana (PKB), meluncurkan
informasi KB yang masif dalam bentuk vlog dengan melibatkan publik figur,
berkoordinasi dengan bidan untuk pelayanan KB, dan mendorong rantai pasok
alat kontrasepsi hingga ke akseptor secara gratis (BKKBN, 2020). Dampak
dari program Keluarga Berencana (KB) di harapkan dapat menurunkan angka
kematian ibu dan bayi, peningkatan kesejahteraan keluarga, peningkatan
derajat kesehatan, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi,
peningkatan mutu dan pelayanan KB, peningkatan sistem pengelolaan, dan
kapasitas Sumber Daya Manusia (BKKBN, 2015)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. “M” usia 35 tahun P2 A0 di
Puskesmas Kota Wilayah Utara Kediri dengan menggunakan standart
manajemen kebidanan serta melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan
yang telah dilakukan dengan metode Varney.

1.2 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB suntik 3
bulan melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada ibu akseptor KB suntik 3 bulan
2. Mampu melakukan analisa dan interpretasi data
3. Mampu mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial
4. Mampu melakukan tindakan segera pada ibu akseptor KB suntik 3
bulan
5. Mampu merencanakan tindakan yang tepat untuk ibu akseptor KB
suntik 3 bulan
6. Mampu melaksanakan asuhan sesuai perencanaan yang telah di buat
7. Mampu memberi atau membuat evaluasi atas tindakan yang telah di
lakukan
1.3 Sistematika Penulisan

Bab I : Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan,


sistematika penulisan

Bab II : Teori Konsep dasar KB, suntikan progestin, jenis suntikan


progestin, cara kerja, keuntungan, efek samping, penanganan
haid, indikasi, kontra indikasi, waktu mulai penggunaan, cara
pemberian, efek pada sistem reproduksi, Manajemen Asuhan
Kebidanan.

Bab II : Berisi tinjauan kasus yang berisikaan pengkajian data,


identifikasi masalah, diagnosa potensial, intervensi,
implementasi, dan evaluasi

Bab IV : Pembahasan

Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Uapaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera (Priyanti dan Agustin, 2017)
Program Kb adalah bagian integral dalam program pembangunan
nasional yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual dan sosial budaya menuju keluarga penduduk Indonesia agar
dapat mencapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi
nasional (Hartanto, 2015)
Kb memiliki arti mengatur jumlah anak sesuai keinginan, dan
menentukan sendiri kapan akan hamil, serta bisa menggunakan metode Kb
yang sesuai dengan keinginan dan kecocokan kondisi tubuh (Hartanto,
2015)
2. Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan program yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk
Indonesia
Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia
yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dalam era
otonomi daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana
nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi,
sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal,
dengan demikian diharapkan:
a. Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk

b. Meningkatnyan jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela


dengan dasar pertimbangan moral dan agama
c. Berkembangnya usaha usaha yang membantu peningkatan
kesejahteraan ibu dan anak, serta menurunnya kematian ibu pada
masa kehamilaan dan persalinan
(Priyanti dan Agustin, 2017)

3. Sasaran Program Kb
Berdasrkan tujuan yang dicapai sasaran program KB dibagi
menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran
langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan
pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan lebijakan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Fitri, 2018)
4. Suntikan progestin
Suntikan progestine sangat efektif, aman dan dapat dipakai oleh
semua perempuaan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih
lambat rata- rata 4 bulan, dan cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI (Setyaningrum, 2016)
A. Jenis suntikan progestin
 Depo Medroksuprogesterone Asetat (Depoprovera), mengandung
150 mg DMPA, yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikkan intramuskular
 Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200 mg Noretdron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskular (Noviawati, 2018)
B. Cara kerja
Setelah disuntikan, hormon progesteron akan di lepaskan secara bertahap ke
dalam aliran darah. Hormon di dalam KB suntik ini dapat mencegah proses
proses pembuahan
 Primer : Mencegah Ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Liteinizing hormone
(LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian
DMPA, endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar
kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama
endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak di
dapatkan jaringan apabila dilakukan biopsi, tetapi perubahan tersebut
akan kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA
berakhir
 Sekunder
- Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa

- Membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk


implantasi dari ovum yang telah dibuahi
- Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba
falopi (Fiti, 2018)

C. Keuntungan
 Sangat efektif mencegah kehamilan jangka panjang
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
 Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
 Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
 Menurunkan kejadian kanker endometrium dan kehamilan ektopik
beberapa penyebab penyakit radang panggul
D. Efek samping
 Gangguan haid seperti siklus haid memendek atau memanjang
 Perdarahan yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
 Kenaikan BB.
 Keputihan

 Perubahan libido

 Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.


 Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
 Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang
(densitas)
 Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido
 gangguan emosi
 sakit kepala, nervositas, dan jerawat (Rusmini dkK, 2017).
E. Penanganan Haid

Efek samping Penanganan

Amenorea (tidak terjadi Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak


perdarahan/ spooting) perlu. Jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim.
Bila terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan
penyuntikan
Bila tejadi kehamilan ektopik, rujuk segera
Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila
tidak terjadi perdarahan juga rujuk
Perdarahan/ Perdarahan Informasikan bahwa perdarahan ringan sering
bercak (Spotting ) terjadi teapi hal ini bukanlah masalah yang
serius dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan
suntikan dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan :
i) 1siklus pil kontrasepsi
kombinasi (30-35µg
etinilestradiol). Ibu profen
(sampai 800 mg, 3x/ hari
untuk 5 hari). Atau obat
sejenis lain, jelaskan bahwa
selesai pemberian pil
kombinasi dapat terjadi
perdarahan. Bila terjadi
perdarahan banyak selama
pemberian sumtikan ditangani
dengan pemberian 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi / hari
selama 3-7 hari dilanjutkan
dengan 1 siklus pil kontrasepsi
hormonal atau diberi 50µg
etinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equin konjugsi untuk
14-28 hari
Meningkatnya / Informasikan bahwa kenaikan / penurunan
menurunnya berat brat badan sebanyak 1-2 kg dapa saja terjadi.
badan Perhatikan diet klien bila perubahan berat
badan berlebih, hentikan suntikan dan
anjurkan metode kontrasepsi lainnya

Sumber : Fitri, 2018


F. Indikasi
 Usia reproduksi
 Nulipara dan yang telah memiliki anak
 Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efekktifitas
tinggi
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuia
 setelah abortus atau keguguran
 telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi
 perokok
 tekanan darah < 180/110 mmHg dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
 menggunakan obat tuberculosis atau obat epilepsi
 tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
 sering lupa menggunakan pil komtrasepsi
 anemia difisiensi besi
 mendekati usia menoupouse yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
G. Kontra Indikasi
 Pernah atau sedang menderita penyakit tertentu seperti kanker
payudara, penyakit jantung, stroke, atau penyakit liver
 Memiliki tulang yang lemah atau keropos, ,isalnya karena
osteoporosis
 Sedang hamil atau memiliki rencana untuk menjalani program
hamil
 Sering mengalami pendarahan pada vagina
 Memiliki riwayat alergi terhadap KB suntik
H. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan
- setiap saat selama siklus haid asal ibu tersebut tidak hamil
- mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
- pada ibu tidak haid, injeksi pertama dpat diberikan setiap saat asalkan
ibu tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
- ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan
- bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi
suntikan yang sebelumnya
- ibu yang menggunakan kontrasepsinon hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan asal
saja ibu tersebut tidak hamil tidak perlu menunggu haid berikutnya
datang
- ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke 7
siklus haid atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke 7 siklus
haid asal saja ibu tersebut tidak hamil
- ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat asal saja ibu tersebut tidak hamil
dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual
I. Cara pemberian kontrasepsi suntik 3 bulan
Cara pemberian kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu dengan cara
diinjeksikan secara intramuscular dengan derajat penyuntikan 90º di area
gluteus medius. Sebelum melakukan suntikan, bersihkan kulit yang akan
disuntik dengan kapas alkohol yang basahi dengan alkohol 60-90%.
Tunggu sampai kulit kering dari alkohol tadi sebelum memlai suntikan.
Obat yang akan disuntikan kepasien di kocok terlebih dahulu dengan baik.
Hindari terjadinya gelembung gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak
perlu didinginkan. Bila terjadi endapan putih pada dasar ampul, upaya
menghilangkannya dengan menghangatkannya (saifuddin, 2006)
J. Efek pada Sistem Reproduksi
a. Kembalinya kesuburan
Suntikan DMPA 10 mg dianggap tidak efektif lagi sebagai
kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan aksepstor, DMPA
mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang lebih lama. Rata rata
mantan akseptor suntikan DMPA memerlukan 1,5-3 bulan lebih lama
untuk kembali hamil dibandingkan pil oral atau IUD. Lamanya masa
tidak subur atau infertil mungkin tergantung pada ketepatan
metabolisme DMPA dan juga pada berat badan akseptor (Fitri, 2018)
b. Laktasi
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, dapat
memperbaiki kuantitas ASI. DMPA tidak merubah komposisi dari ASI.
Juga tidak ditemukan efek imunologik (perubahan kontrasepsi
immunoglobulin) pada ASI mantan akseptor DMPA atau NET EN.
Memang ditemukan sejumlah kecil hormon didalam ASI tetapi tidak
berefek pada bayinya. Pabrik DMPA juga menganjurkan agar
pemberian post partum ditunda sampai 6 minggu, karena pada saat
tersebut bayi sudah lebih mampu untuk memetabolisir dan
mengeksresikan obatnya (Fitri, 2018)
2.2 ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

1. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)


A. Data subjektif
1) Biodata Pasien
a. Nama
Untuk mengenali atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan apabila ada nama yang sama
b. Umur
Untuk mengetahui masa reproduksi klien
c. Suku atau bangsa
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan
d. Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang
berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan
yang gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan dapat
diketahui dengan siapa harus berhubungan
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang
f. Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar
nasehat kita sesuai
g. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal ibu, menjaga kemungkinan bila ada ibu
yang namanya sama. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan
kepada klien
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
kefasilitas pasien. Keluhan yang biasa dialami oleh akseptor KB yaitu efek
samping KB dan akseptor baru KB, kunjungan ulang KB (Setyaningrum,
2016)

3) Riwayat Menstruasi
a. Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Biasanya usia
11-16 banyak darah sekitar 40-50 cc, keluaran gumpalan dan cairan.
(Setyaningrum, 2016)
b. Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialamidengan
menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari biasanya sekitar 23 – 32 hari
c. Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya kita kaji dengan beberapa
pertanyaan pendukung, misalnya kita tanya sampai berapa kali
mengganti pembalut dalam sehari (Setyaningrum, 2016)
d. Keluhan
Beberapa wanita mengalami keluhan yang dirasakn ketika mengalami
menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala, sampai pingsan, atau
jumlah darah yang banyak. Pasien yang tidak menerima gangguan haid
terutama amenore tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
suntik hormonal.
e. Gangguan kesehatan alat reproduksi
Beberapa data perlu dikaji apakah klien pernah mengalami gangguan
seperti keputihan, infeksi, gatal karena jamur
4) Riwayat Kesehatan
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu
diketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit
5) Riwayat penyakit keluarga
Informasi tentang keluarga pasien penting untuk mengidentifikasi
wanita yang beresiko penyakit genetik yang dapat mempengaruhi hasil akhir
kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang menderita penyakit genetik. Di
tanyakan mengenai latar belakang kesehtan keluarga terutama anggota
keluarga adakah yang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis,
HIV/AIDS) penyakit menurun (diabetes melitus, asma, hipeertensi),
menahun (jantung, ginjal) riwayat kehamilan kembar
6) Riwayat Psikososial Ekonomi
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan langsung kepada
pasien dan keluarga
7) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB yang akan digunakan
8) Pola kehidupan sehari hari
a. Pola makan
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya. Kita bisa menggali dari
pasien tentang makanan yang disukai, seberapa banyak ia
mengkonsumsinya
b. Pola minum
Kita harus juga dapat memperoleh data tentang kebiasaan pasien dalam
memenuhi kebutuhan cairannya. Yang perlu ditanyakan yaitu frekuensi
minum, jumlahper hari, dan jenis minuman apa saja yang diminum
c. Pola istirahat
Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama klien tidur malam dan
tidur siang, rata rata tidur malam normalnya lamanya adalah 6-8 jam,
sedangkan siang tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur malam
d. Pola eliminasi
Menggambarkan pola kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi
jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi warna dan jumlah. Normalnya BAK 5-6 kali hari warna
kekuningan bau khas. BAB 1 kali sehari konsistensi lembek, terakhir
jam berapa (Setyaningrum, 2016)
e. Pola seksual
Bidan dapat menanyakan hal hal yang berkaitan dengan aktifitas
seksual, yaitu tanyakan berapa kali melakukan hubungan seksual dalam
seminggu. Dan tanyakan apakah pasien mengalami gangguan ketika
melakukan hubungan seksual. Misalnya nyeri saat berhububngan,
adanya ketidakpuasan terhadap suami dan lain sebagainya
B. Data objektif 
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
Untuk mengetahui ini kita cukup mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan baik dan
lemah . Dengan Kriteria :

i. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain.
ii. Lemah
Jika pasien kurang atau tidak memberikan
respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain (Sulistyawati, 2015)

b. Kesadaran
untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian kesadaran mulai dari
composmentis, apatis, delirium, samnolen, semi koma,
koma (Yuliani, Musdalifah, 2017)
c. Keadaan emosi : stabil 
d. Tanda tanda vital

 Tekanan darah
Tekanan darah normal pada orang dewasa adalah
110/70 – 130/90 mmHg. Ibu dengan tekanan darah
>180/110 mmHg tidak disarankan memilih Kb
suntik (Yuliani, Musdalifah, 2017)
 Suhu
Normalnya 36,50c-37,50c suhu lebih dari 37,50c perlu
diwaspadai adanya infeksi (Yuliani, Musdalifah,
2017)
 Nadi
Normalnya frekuensi nadi orang dewasa yaitu 60 –
100 x/menit (Yuliani, Musdalifah, 2017)
 Respirasi
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan
Normalnya 16-24 x/menit (Sutanto, 2018)

e. Berat badan
Ditimbang tiap kali kunjungan untuk mengetahui
penambahan berat badan ibu. Penambahan berat badan
dikatan tidak normal pada ibu peseta KB 2-5 kg perbulan
(Hartono, 2015)
C. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
Adalah pemeriksaan dengan cara melihat atau memandang.
Tujuan untuk melihat keadaan umum pasien, gejala lehamilan,
dan adanya kelainan
a. Rambut

Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, rontok atau tidak,


rambut mudah dicabut menandakan kekurangan gizi atau ada
kelainan tertentu.

b. Muka
Bentuk simetris, bila tidak menunjukkan adanya kelumpuhan
tidak terdapat cloasmagravidarum, tidak ada pembengkakan
c. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal, warna merah muda,
Sclera normal berwarna putih bila merah kemungkinan ada
conjungtivitis

d. Hidung
Normal tidak ada polip, kelainan bentuk, kebersihan cukup
e. Telinga
Normal tidak ada serumen yang berlebihan dan tidak berbau,
bentuk simetris
f. Mulut
Adakah sariawan ,kebersihan, saat kehamilan sering terjadi
stomatitis dan gingivitis yang mengandung pembuluh darah
dan mudah berdarah, maka perlu perawatan mulut agar selalu
g. Gigi
Adakah karies gisi atau keropos yang menandakan ibu
kekurangan kalsium.
h. Leher
Normal tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, dan tidak di temukan bendungan
vena jugularis
i. Dada
Normal bentuk simetris, tidak adanya hiperpigmentasi aerola,
puting susu bersih dan menonjol.
j. Abdomen
Bentuk normal tidak ada bekas luka operasi
k. Vagina
Normal, apakah terdapat vaises pada vulva dan vagina, tidak
ada odema, tidak ada condyloma akuminata
l. Anus
Normal, tidak ada benjolan atau pengeluaran darah dari anus
m. Ekstremitas
Simetris, terdapat odema pada kaki (Hartono, 2015)

2) Auskultasi

a. Dada
Mendengarkan bunyi jantung di bagian kiri atas dada bunyi
jantung normal yaitu reguler, apakah terdapat rongki atau wizink
b. Perut
Untuk mengetahui bising usus. Normal bising usus yaitu 5-34 kali
permenit

3) Palpasi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.
Tujuannya untuk mengetahui adanya kelainan, (Hartono, 2015)

a. Leher
Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid,
pembesaran kelenjar limfe dan ada tidaknya bendungan pada vena
jugularis.
b. Dada
Mengetahui ada tidaknya benjolan atau masa pada
payudara(Susanto, 2017)
c. Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada masa, nyeri tekan pada abdomen
d. Ekstremitas
Pembengkakan pada kaki atau tungkai yang terjadi pada ibu
(Susanto, 2017)

4) Perkusi

a. Reflek Patela
Normalnya tungkai bawah akan bergerak edikit ketika tendon
ditekuk. Bila reflek patela negatif kemungkinan pasien mengalami
kekurangan B1 (Susanto, 2017)

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pp test sehingga diketahui apakah ibu hamil atau tidak
B. INTERPRETASI DATA DASAR
Tanggal : jam :
Diagnosis:
Ny ...usia...tahun P2 A0 akseptor KB suntik 3 bulan
a. Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan
dengan kehamilannya. Di bedakan dengan primigravida (hamil
yang pertama kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih)
b. Data subjektif
Data subjektif yaitu berupa data fokus yang dibutuhkan untuk
menilai keadaan ibu sesuai kondisinya
c. Data Obyektif
1) Keadaan umum : Baik atau lemah
2) Kesadaran : Composmentis, apatis, delirium, samnolen,
sopor, atau koma
3) Tanda - tanda Vital
TD : 110/70 – 130/90 mmHg
N : 60 – 80 kali per menit
S : 36,50c-37,50c
RR : 16- 24 kali permenit
BB : Ditimbang setiap kali kunjungan untuk mengetahui
penambahan berat badan ibu

d. Muka
Tidak terdapat cloasmagravidarum
e. Payudara
Normal, bentuk simetris, tidak terdapat hiperpigmentasi pada
areola mamae, tidak ada benjolan, tidak ada keluaran
f. Abdomen
Tidak teraba balotement atau pasien tidak sedang hamil
g. Pemeriksaan Urine
Pp test negative (-) (Hartono, 2015)
C. Identifikasi Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lainnya berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil terus mengamati kondisi klien (Hartono, 2015)
D. Identifikasi Tindakan Segera
Dalam pelaksanaannya terkadang bidan di hadapkan pada beberapa
situasi yang melakukan penanganan segera dimana bidan harus melakukan
tindakan untuk menyelamatkan pasien, namunkadang juga berada pada
situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu
instruksi dokter
E. Intervensi
Tanggal : jam :
Diagnosis:
Ny “..” usia...tahun P..A.. akseptor KB suntik 3 bulan
Tujuan :
Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan, meliputi sasaran,
dan target hasil yang akan dicapai (Setyaningrum, 2016)
Intervensi :
1) Lakukan pendekatan pada ibu dan suami serta keluarga
Rasional : dapat membangun kepercayaan ibu dan keluarga
serta suami terhadap tenaga kesehatan dan menjalin hubungan
yang baik (Setyaningrum, 2016)
2) Lakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju
dengan tindakan yang akan dilakukan
Rasional : setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus
dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan
dalam keadaan sadar dan sehat mental (Setyaningrum, 2016)
3) Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
Rasional : adanya informasi mengenai hasil pemeriksaan
membuat ibu tidak cemas atau tidak khawatir dengan
kondisinya saat ini (Setyaningrum, 2016)
4) Beritahu ibu tentang efek samping KB
Rasional : dengan memberi tahu tentang efek samping KB ibu
tidak akan cemas dengan keadaan yang dialaminya saat
menggunakan kontrasepsi (Setyaningrum, 2016)
5) Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang
Rasional : kunjungan ulang adalah salah satu hal yang penting
untuk mendeteksi adanya tanda bahaya (Setyaningrum, 2016)
F. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah
disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengamati masalah
klien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh klien, sebanyak mungkin
klien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi klien
berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun
implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus
disesuaikan (Kemenkes, 2017)
G. Evaluasi
Langkah selanjutnya adalah evaluasi, tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai efektifitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan.
Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus
ketepatan nilai asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi
ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan (Kemenkes, 2017)
BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Arisma Dwi Setiawan

Nim : 30718004

Tempat Praktek : Puskesmas Kota Wilayah Timur

Tanggal / Jam :04 Februari 2021 / 08.55 WIB

1. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas klien (Tanggal 04 Februari 2021 Jam 08.55 WIB)
No Reg: 01006594
Nama Klien : Ny.”M” Nama Suami : Tn.”R”
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Suku/ Kebangsaan :Jawa/ Indonesia Suku/Kebangsaan Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Buruh
Penghasilan :- Penghasilan :3.500.000
Agama :Islam Agama : Islam
Alamat : Banjaran RT 1 RW 01 Kota Kediri
2. Keluhan utama
Ny “M” mengatakan ingin melakukan KB suntik 3 bulan, Ibu
mengatakan tidak menstruasi selama menggunakan KB suntik 3 bulan
3. Riwayat menstruasi
Usia menarche 13 tahun, tidak menstruasi selama menggunakan KB
suntik 3 bulan. Mengalami keputihan (flor albus) warna putih bau khas
tidak gatal
Keluhan saat haid : (contreng sesuai dengan keluhan)
Disminorhe spoting menorhagia

premenstrual syndrome
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas Anak Ket.


No. BB/P Meny H/
Umur Penyul Penol Jenis Temp. Penyul Penyul Seks
B usui M
ASI
Tidak Tidak Tidak 3,3kg/
1 21 Bidan spontan BPM L eksklu H 13 thn
ada ada ada 50 cm
sif

2. 26 Tidak Bidan spontan BPM Tidak Tidak P 3,5kg/ ASI H 8thn


ada ada ada 48 cm ekslus
if

5. Riwayat Penyakit yang pernah diderita / operasi


Nama Penyakit : tidak ada
Pernah Dirawat : Ya / Tidak Kapan : Dimana :
Pernah dioperasi : Ya / Tidak Kapan : Dimana :
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
DM, hipertensi, paru, jantung, psikosis, gemeli
7. Status Perkawinan : Ya / tidak ( coret yang tidak sesuai )
Kawin 1 kali
Kawin usia 19tahun
Lama menikah 16 tahun
Riwayat Ginekologi : ( contreng yang sesuai )
Infertilitas Infeksi virus PMS Endrometriosis

Polip serviks Tumor kandungan Pemerkosaan


DUB
Lain – lain........................ v Tidak pernah
8. Riwayat KB
Kontrasepsi yang pernah digunakan : KB suntik 3 bulan
Lama Pemakaian : 7 tahun
Masalah yang dialami : tidak ada
Rencana kontrasepsi yang akan datang : KB suntik 3 bulan

9. Pola makan / minum / eliminasi / istirahat ( contreng yang sesuai )


Pola makan : frekuensi makan 3 kali sehari, dengan menu nasi,
sayur lodeh dan ayam, camilan biskuit
Pola minum : 7 gelas air putih/ hari 2 gelas susu
Pola Eliminasi : BAK 6-7 kali/hari , warna : Jernih
BAK Terakhir jam : 07.00 WIB
BAB 1 kali / hari,karakteristik : lembek
BAB terakhir jam : 06.00 WIB
Pola istirahat : 5-7 jam/ hari, tidur terakhir jam : 22.00 WIB
B. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
Tekanan darah : 112/ 73 mmHg
Suhu :37 0 C.
Nadi :73 x/menit
Respirasi :22 x/menit
BB sekarang : 65,5 kg. BB sebelum KB : 56 kg
TB : 157 cm.
LILA : 30 cm.

IMT :
Berat Badan (kg) = 65,5 = 16 (Kurus)
Badan (m) x Tinggi Badan (m) 1,57 x 1,57
Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
- Kepala : Warna rambut : Hitam
Rontok : sedikit
Benjolan : Tidak ada
Ketombe : ada
- Muka : Cloasma gravidarum : Tidak Ada
- Mata : Conjungtiva : Merah muda +/+
Sklera : Putih +/+
Pandangan : Normal tidak kabur
- Hidung: Bentuk : Simetris
Secret : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih terjaga
- Mulut dan gigi Hipersalivasi : Tidak ada
Gigi : Tidak ada caries
Gusi : Gusi berwarna merah muda
Stomatitis : Tidak ada
Bibir : Lembab dan berwarna merah
muda
Lidah : Bersih dan tidak ada
stomatitis

- Telinga Bentuk : Simetris +/+


Serumen : Sedikit +/+
Kebersihan : Bersih terjaga

- Leher
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
pembesaran
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada Axilla
- Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
- Payudara Bentuk : Simetris
Hiperpigmentasi : tidak ada (-/-)
papilla mammae : menonjol (+/+)
Benjolan/tumor : (-/-)
Keluaran : (-/-)
Kebersihan : Bersih (+/+)
- Abdomen pembesaran : Tidak ada
Striac albican : Tidak Ada
Striac livida : Tidak ada
Linea alba : Tidak ada
Linea nigra : tidak ada
Bekas operasi : Tidak Ada
- Anogenital vulva dan vagina : Tidak di kaji
- Ekstremitas atas dan bawah
Varices : Tidak ada (-/-)
Odema : tidak ada (-/-)
b. Palpasi
- Leher pembesaran vena jugularis : tidak ada (-/-)
- Pembesaran kelenjar thiroid : tidak ada(-/-)
- Payudara benjolan / tumor : tidak ada (-/-)
Keluaran : tidak ada (-/-)
- Perut pembesaran : tidak ada
- Ekstremitas atas dan bawah
Varices : Tidak ada (-/-)
Odema : tidak ada (-/-)
II. INTERPRETASI DATA DASAR (04-02-2021/08.55 WIB )

1. Interpretasi Data Dasar (01-02-2020/08.55 WIB)


Data dasar
Dx : Ny “M” usia 35 tahun P2A0 akseptor Kb suntik 3 bulan
Ds : Ibu mengatakan ingin melakukan KB suntik 3 bulan
Do :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis


Keadaan emosional : Stabil
Tekanan darah : 112/ 73 mmHg
Suhu :37 0 C.
Nadi :73 x/menit
Respirasi :22 x/menit
BB sekarang : 65,5 kg.
TB : 157 cm.
LILA : 30 cm
Muka Cloasma gravidarum : Tidak Ada
Payudara benjolan / tumor : tidak ada (-/-)
Keluaran : tidak ada (-/-)
Perut pembesaran : tidak ada
III. Diagnosa atau Masalah Potensial
tidak ada
IV. Tindakan segera
Tidak Ada
V. INTERVENSI
 Diagnosa :
Ny “M” usia 35 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenorhea
 Tujuan :
Untuk memberikan Asuhan Kebidanan pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenorhea
 Kriteria hasil :
Keadaan umum :Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
Tekanan darah : Rentang 100/60mmHg - < 140/90
mmHg
Suhu : 36,50 –- 37,50 C
Nadi : 60-100 x/menit
Respirasi : 16 – 24 x/menit

Intervensi :

Diagnosa :

Ny “M” usia 35 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorhea

1. Bina hubungan baik dengan dengan klien


R/ klien merasa nyaman sehingga bersikap kooperatif
2. Berikan informed consent
R/ sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
3. Lakukan persiapan alat dan bahan
R/ mempersiapkan alat dan bahan sebelum melakukan tidakan
4. Lakukan ijeksi secara Intra muskular dengan Depo Medroxyprogsterone
150 mg
R/ ibu bersedia
5. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ informasi mengenai hasil pemeriksaan dapat mengurangi rasa khawatir
ibu
6. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 27 April 2021
R/ ibu mengerti
Masalah Amenorhea
1. KIE tentang efek samping KB suntik 3 bulan amenorhea
R/ pengetahuan mengenai efek samping dapat membantu ibu mengatasi
masalah yang mungkin dialami ibu, sehingga ibu tidak cemas dengan
keadaan yang dialaminya saat menggunakan alat kontrasepsi

VI. IMPLEMENTASI (04 Februari 2020 Pukul 08.55 WIB)


Diagnosa :

Ny “M” usia 35 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorhea

1. Bina hubungan baik dengan dengan klien


 Bersikap sopan dan ramah kepada klien
2. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan dan menjelaskan bahwa hasil
pemeriksaan ibu dalam batas normal
 TD : 112/73 mmHg
 BB : 65,5 kg
3. Berikan informed consent
 ibu setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
4. Lakukan persiapan alat dan bahan
 Alat : spuit 3 cc, kapas alkohol
 Bahan : Depo Medroxyprogesterone 150 mg
5. Lakukan ijeksi secara Intra muskular dengan Depo
Medroxyprogsterone 150 mg
 Mengatur posisi pasien secara SIM
 Mengambil spuit dan isi dengan Depo Medroxyprogsterone
150 mg
 Melakukan aseptik ke tempat yang akan di injeksi yaitu
 Ijeksi dengan cara Intramuskular (jarum tegak lurus)
 Melakukan aspirasi, apabila tidak terdapat darah masukkan
obat secara perlahan
 Mengangkat keluar jarum spuit dan bersihkan dengan kapas

6. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 27 April 2021

Masalah Amenorhea

7. KIE tentang ef ek samping KB suntik 3 bulan dengan amenorhea


 Menginformasikan bahwa hal ini normal dikarenakan dinding
rahim menjadi tipis sehingga tidak terjadi menstruasi dan ibu tidak
perlu khawatir serta ibu tidak perlu melakukan pengobatan untuk
dapat menstruasi
VII. EVALUASI
Diagnosa :
Ny “M” usia 35 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenorhea
1. Ibu nyaman dan senang dengan pelayanan bidan
2. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
3. Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan
4. Bidan menyiapkan alat dan bahan
5. Bidan melakukan tindakan Kb suntik 3 bulan
6. Ibu mengerti jadwal kunjungan ulang pada tanggal 27 April 2021
7. Ibu mengerti tentang efek samping KB suntik 3 bulan dengan amenorhe
Catatan Perkembangan

12 November 2020

Subjective :

- ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang KB suntik 3 bulan


- ibu mengatakan tidak menstruasi setelah di lakukan suntikan

Obyektive :

- Keadaan umum : Baik


- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan Darah : 110/75 mmHg
- Nadi : 78 kali/ menit
- Pernapaasan : 22 kali/ menit
- BB : 64 kg

Analisa :

- Ny “M” P2A0 akseptor Kb suntik 3 bulan dengan Amenorhe


Penatalaksanaan :
- Lakukan anamnesa
- Lakukan pemeriksaan
- Beri tahu hasil
- KIE tentang efek samping Kb suntik 3 bulan
- Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada 4 Februari 2021
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam Bab IV ini akan dibahas tentang asuhan kebidanan yang dilakukan
penulis kepada Ny. M dengan berfokus pada KB suntik 3 bulan di Puskesmas
Kota Wilayah Utara. Asuhan kebidanan di lakukan dengan langkah langkah
manajemen asuhan Kebidanan Varney. Pembahasan di Bab ini, menguraikan
kesenjangan yang di temukan antara teori dengan kasus yang diambil.

A. Pengkajian
Pada pengkajian di dilakukan dengan wawancara dan observasi
langsung pada pasien. Dimana wawancara menghasilkan data subjectiv ibu
mengatakan sudah menggunakan KB suntik 3 bulan dan tidak mengalami
menstruasi. Amenorhea normal bagi akseptor suntik 3 bulan karena Kadar
Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Liteinizing hormone (LH)
menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian DMPA,
endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar kelenjar yang
tidak aktif sehingga tidak trjadi menstruasi. (Fitri,2018)
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus
Data objektif diambil dari pemeriksaan fisik Keadaan umum :
Baik, Kesadaran : Composmentis, Tekanan Darah : 110/75 mmHg, Nadi :
78 kali/ menit, Pernapaasan : 22 kali/ menit, BB : 64 kg
(Sulistyawati,2009)
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus
B. Interpretasi Data Dasar
Interpretasi data dasar, data dari hasil pengkajian mencangkup masalah
dan diagnosa. Pada kasus ini di dapatkan diagnosa kebidanan Ny “M”
usia 35 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenorhea.
Masalah yang muncul yaitu tidak mengalami menstruasi setelah dilakukan
KB suntik 3. Pada teori ibu yang mengalami amenorhea pada akseptor KB
suntik 3 bulan merupakan fisiologis
Jadi penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.
C. Intervensi
Pada kasus rencana tindakan yang akan di lakukan yaitu : bina
hubungan baik dengan ibu, beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan, beri
ibu informed consent, beritahu ibu untuk kunjungan ulang pada 27 April
2021, beritahu ibu tentang KIE efek samping KB suntik 3 bulan.
Menurut teori amenorhe merupakan fisiologis dikarenakan Kadar
Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Liteinizing hormone (LH)
menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian DMPA,
endometrium menjadi dangkal dan atrofis dengan kelenjar kelenjar yang
tidak aktif sehingga tidak terjadi menstruasi, Bila tidak hamil, pengobatan
apapun tidak perlu
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus

D. Implementasi
Pada langkah ini adalah penerapan rencana asuhan yang sudah
dibuat. Rencana asuhan di lakukan secara menyeluruh seperti diuraikan
pada langkah intervensi, pada kasus pelaksanaan dilakukan sesuai dengan
asuhan yang sudah direncanakan. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus
E. Evaluasi
Padaa langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenui sesuai
diagnosis dan masalah.
8. Pada kasus evaluasi yang diperoleh yaitu : ibu kooperatif dengan
pelayanan bidan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan, Ibu nyaman dan
senang dengan pelayanan bidan, Ibu mengerti jadwal kunjungan ulang
pada tanggal 27 April 2021, Ibu mengerti bahwa efek smping KB suntik 3
bulan mengalami gangguan menstruasi dan ibu tidak merasa khawatir.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengkajian tidak ada kesenjangan

2. Analisa dan interpretasi data tidak ada kesenjangan

3. Identifikasi masalah potensial tidak ada kesenjangan

4. Tindakan segera tidak ada kesenjangan

5. Intervensi tidak ada kesenjangan

6. Pelaksanaan/asuhan sesuai dengan perencanaan

7. Evaluasi mengacu pada asuhan yang telah dilakukan.

B. SARAN

1. Bagi petugas kesehatan

a. Memberikan waktu pada klien untuk bertanya serta memberikan


informasi yang jelas dan tepat
b. Meningkatkan promosi kesehatan tentang peranan Puskesmas di
masyarakat guna meningkatkan peran serta WUS untuk berKB
2. Bagi ibu dan masyarakat
a. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang KB Suntik 3
Bulan
b. Diharapkan keluarga dan masyarakat dapat memberikan dukungan pada
ibu dalam segi psikologis, agar yang dijalani ibu dapat berjalan dengan
baik, keluarga juga berperan dalam membantu ibu mengambil
keputusan yang berhubungan dengan kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan

BKKBN. 2018. Jurnal Keluarga Infomasi Kependudukan, KB dan Pembangunan


Keluarga. Jakarta: BKKBN. https://www.bkkbn.go.id/po-
content/uploads/Final.JK.Edisi.Ketiga.2018.Min.pdf. (diakses pada 20
November 2020 pukul 19.00 WIB)

Dinas Kesehatan Kota Kediri. 2018. Profil Kesehatan Kota Kediri 2018. Kediri:
Dinas Kesehatan Kota Kediri.

Dinkes Provinsi, Jatim. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2017.
https://dinkes.jatimprov.go.id/read/umum/bkkbn-Jatim-targetkan-
kampung-kb-rampung-akhir-april-, (diakses pada 20 November 2020
pukul 19.00 WIB)

Fitri Imelda. 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarg Berencana Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hartono Hanafi. 2015. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi Cetakan Kelima.


Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data: Contoh Aplikasi Studi Kasus Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan RI, 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016.


Http://www.depkes.go.id/. (diakses tanggal 1 Desember 2020 pukul
18.00)
Notoadmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Noviawati, Dyah. 2018. Panduan Lengkap Pelayanan KB terkini Cetakan


Keempat. Yogyakarta: Nuha Medika

Setiyawati, Erna. Dkk. 2017. Pemilihan Kontrasepsi Berdasarkan Efek Samping


Pada Dua Kelompok Usia Reproduksi. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol. 6,
No.3, 62-63.

Setyaningrum Erna. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana Cetakan Pertama.


Jakarta: Trans Info Media.

Sutanto. 2017. Asuhan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

Timotius, Kris H. 2017. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Uliyah, Musrifatul. dkk. 2015. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk


Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

World Health Organization (WHO). 2018. Family Plannig / Contraception.


http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/family-planning-
contraception. (Diakses pada 22 November 2020 pukul 18.30 WIB)

Yuliani, Musdalifah, dkk. 2017. Buku Ajar Kehmilan. Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai