Anda di halaman 1dari 137

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY “ “

MULAI MASA KEHAMILAN SAMPAI KB

DI PUSKESMAS PATTINGALOANG

Laporan Tugas Akhir Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan

Program Pendididikan Diploma III Kebidanan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Megarezky Makassar

Oleh

JULIANA UMANAHU

NIM. 183145106086

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY

TAHUN 2021
PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY “ “


MULAI MASA KEHAMILAN SAMPAI KB
DI PUSKESMAS PATTINGALOANG

Laporan Tugas Akhir Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan

Program Pendididikan Diploma III Kebidanan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan Universitas Megarezky Makassar

Oleh

JULIANA UMANAHU

NIM. 183145106086

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
TAHUN 2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui oleh Tim Prodi DIII Kebidanan Fakultas Keperawatan

dan Kebidanan Universitas Mega Rezky

NAMA : JULIANA UMANAHU

NIM : 18 3145 106 086

Disetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Sutrani Syarif, S.ST.,M.Keb Awaluddin, S. Pd., M. Pd


NIDN : 0927068704 NIDN : 0901108503

Diketahui

Ketua Prodi DIII Kebidanan

Fadjriah Ohorella, S.ST.,M.Kes.,M.Keb


NIDN : 0917098802

iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI PROPOSAL

Proposal ini telah diperiksa dan di sahkan oleh panitia Ujian Akhir dan Tim Penguji

Universitas Megarezky yang di laksanakan pada tahun 2021

Tim Penguji

Penguji I : Sumarni, S.ST.,M.Keb (………………………)

Penguji II : Awaluddin, S. Pd., M. Pd (.…...……….…………)

Penguji III : Sutrani Syarif, S.ST.,M.Keb (……………………….)

Mengetahui

Ketua Prodi DIII Kebidanan

Fadjriah Ohorella, S.ST.,M.Kes.,M.Keb


NIDN : 0917098802

iv
BIODATA PENULIS

A. IDENTITAS

1. Nama : Juliana Umanahu

2. NIM : 183145106086

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Tempat/Tanggal lahir : Buya, 03 Agustus 1997

6. Suku/Bangsa : Sula/Indonesia

7. Alamat : Jl. Ujung Bori Lama

8. Nama Orang Tua

a. Ayah : Syukur Umanahu

b. Ibu : Hafifah Gorontalo

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 4 Magoli Selatan berijazah Tahun 2011

2. SMP Negeri 4 Magoli Selatan berijazah Tahun 2014

3. SMA Negeri 01 Sanan berijazah Tahun 2017

4. Mengikuti Pendidikan Diploma III Kebidanan Universitas MegaRezky

Tahun 2018 sampai sekarang.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meneyelesaikan

proposal ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program studi

DIII Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan dengan judul “Asuhan

Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny “ “ Mulai Masa Kehamilan Sampai KB Di

Puskesmas Pattingalloang

Meskipun dalam penyusunan proposal ini banyak mengalami kesulitan dan

hambatan, namun berkat kasih sayang Allah SWT, melalui bimbingan dan dorongan

moral maupun materi dari berbagai pihak sehingga dapat di selsailkan tepat pada

waktunya meskipun masih banyak kekurangan oleh karena itu, penulis

mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang konstrukif guna

penyempurnaan proposal ini.

Terima kasis kepada Ayahanda Syukur Umanahu Ibunda tercinta Hafifah

Gorontalo serta kakak Sudiman Umanahu, Julaiha Umanahu, Sudin Umanahu dan

Haslina yang tercinta,serta keluarga yang penuh kasih sayang memberikan

motivasi,dan doa dan pengorbanan materi maupun non materi yang di berikan kepada

penulis selama mengikuti pendidikan.

vi
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat serta terima kasih

dan penghargaan yang sedalam dalamnya kepada bapak/ibu/sdr(i):

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH, MH., M.Kn selaku Pembina Yayasan Pendidikan

Islam Universitas Mega Rezky Makassar

2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH selaku ketua yayasan pendidikan Islam Universitas

Mega Rezky Makassar

3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD., Sp. JP (K) selaku rektor

Universitas MegaRezky.

4. Ibu Dr. Syamsuriyati, SST., SKM., M.Kes selaku Dekan Falkutas Keperawatan

dan Kebidanan Universitas MegaRezky

5. Ibu Fajriah Ohorella, S.ST.,M.Kes.,M.Keb selaku ketua prodi DIII Kebidanan

Universitas MegaRezky

6. Ibu Sutrani Syarif, S.ST.,M.K selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan serta meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

7. Bapak Awaluddin, S. Pd., M. Pd selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga

proposal ini selesai dalam penyusunan

8. Ibu Sumarni S.ST.,M.Keb selaku penguji yang telah banyak memberikan

masukan yang membangun sehingga proposal ini dapat di selesaikan.

9. Seluruh dosen dan staf Universitas MegaRezky bekal ilmu dan pengetahuan yang

tak ternilai harganya

vii
10. Terima kasih atas teman-teman saya Anisa Fitri Arman, Nurhalisa Maulida,

Eunike Kelbulan, Merty Sarpumpuain, Syamsiana, Merry Alfionita Jafar,

Huliyani dan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu.

Terimakasih atas motivasi yang di berikan selama di bangku perkuliahan dan

semoga kesuksesan selalu menyertai hidup kita semua

Akhir kata,penulis berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang

setimpal atas bantuan dan jasa-jasanya dan proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan rekan-rekan mahasiswa.

Makassar, Maret 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ............................................................................................. i

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI PROPOSAL ................................ v

BIODATA ..........................................................................................................vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Tujuan Pengkajian ...........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................9

A. Tinjauan Umum Tentang Asuhan Berkelanjutan ............................ 9

1. Pengertian Asuhan Berkelanjutan .............................................. 9

2. Tujuan Asuhan Berkelanjutan .................................................... 8

3. Mamfaat Asuhan Berkelanjutan ................................................. 10

4. Peran Bidan dalam Pelayanan Asuhan Berkelanjutan .............. 10

ix
B. Ruang Lingkup Asuhan Berkelanjutan ...........................................11

1. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan .......................................11

2. Tinjauan Umum Tentang Persalinan ........................................45

3. Tinjauan Umum Tentang Nifas ................................................ 57

4. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir ............................... 67

5. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana (KB) .............. 88

C. Tinjaun Umum Manajemen Asuhan Kebidanan ............................. 105

1. Pengertian Asuhan Kebidanan................................................ 105

2. Manajemen Asuhan Kebidanan .............................................. 106

3. Langkah-Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan ............... 107

4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan .................................111

BAB III METODE PENGKAJIAN ...................................................................114

A. Karangka konsep kegiatan asuhan berkelanjutan............................ 114

B. Desain Pengkajian ..........................................................................115

C. Tempat Dan Waktu Pengkajian....................................................... 116

D. Objek Pengkajian ...........................................................................116

E. Teknik Pengambilan Data ............................................................... 116

F. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 117

G. Etika Penelitian ............................................................................... 117

H. Alur Pengkajian ............................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 120

LAMPIRAN ......................................................................................................12

x
DAFTAR TABEL

Hamalan

Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada Trimester III dan Cara Mengatasi .............. 30

Tabel 2.2 Kunjungan Antenatal Care ................................................................ 34

Tabel 2.3 Pengukuran Tinggi Fundus ................................................................ 36

Tabel 2.4 Rentang Waktu Pemberian Imunisasi TT dan Lama

Perlindungannya................................................................................. 37

Tabel 2.5 Pemantauan Kala VI ..........................................................................51

Tabel 2.6 Frekuensi Kunjungan Nifas ............................................................... 60

Tabel 2.7 Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR……..…77

Tabel 2.8 Kunjungan BBL Normal ....................................................................79

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengukuran Tinggi Fundus (TFU)…………………………36

Gambar 2.2 Kondom Pria……………………………………………….89

Gambar 2.3 Kondom Wanita……………………………………………90

Gambar 2.4 KB Suntik 3 Bulan…………………………………………92

Gambar 2.5 KB Suntik 1 Bulan…………………………………………94

Gambar 2.6 Kontrasepsi PIL……………………………………………95

Gambar 2.7 Kontrasepsi Implant………………………………………..96

Gambar 2.8 Kontrasepsi IUD…………………………………………...98

Gambar 2.9 Kontrasepsi Tubektomi…………………………………....99

Gambar 2.10 Kontrasepsi Vasektomi…………………………………...100

xii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Metode Pendokumentasian Asuhan Kebidanan…………………….112

Bagan 3.1 Karangka Konsep Kegiatan Asuhan Berkelanjutan…………………113

Bagan 3.2 Alur Asuhan Kebidanan Berlanjutan………………………………..117

xiii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : Word Healt Organization

AKI : Angka Kematian Ibu

SDGs : Sustainable Development Goals

ANC : Antenatal Care

KN : Kunjungan Neonatal

KF : Kunjuungan Nifas

PN : Persalinan Normal

AKB : Angka Kematian Bayi

PAP : Pintu Atas Panggul

TT : Tetanus Toxoid

ASI : Air Susu Ibu

BB : Berat Badan

TD : Tekanan Darah

TFU : Tinggi Fundus Uteri

KIA : Kesehatan IBU dan Anak

IMD : Inisiasi Menyususi Dini

HB : Haemoglobin

DM : Diabetes Melitus

KB : Keluarga Berancana

xiv
BAK : Buang Air Kecil

BAB : Buang Air Besar

SC : Secpion Caesarea

BBL : Bayi Baru Lahir

BCG : Bacille Calmette-Guerin

PUS : Pasangan Usia Subur

IM : Intaramusculer

IUD : Intra Uterine Device

UK : Umur Kehamilan

JK : Jenis Kelamin

PB : Panjang Badan

BB : Berat Badan

HPHT : Hari Petama Hari Terakhir

TP : Tafsiran Persalinan

TBJ : Tafsiran Berat Janin

LP : Lingkar Perut

LD : Lingkar Dara

TTV : Tanda-Tanda Vital

DJJ : Denyut Jantung Janin

KU : Keadaan Umum

APD : Alat Pelindung Diri

VT : Vagina Toucher

xv
KIE : Komunikasi, Informasi Edukasi

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan berkelanjutan merupakan upaya bidan di Indonesia untuk

memberikan asuhan yang berkelanjutan, bidan dapat memantau kondisi ibu

dan bayi sehingga mencegah terjadi komplikasi yang tidak segera ditangani.

Pemantauan tersebut secara intensif sangatlah diperlukan untuk mendeteksi

secara dini apabila terdapat penyulit atau kelainan dengan tujuan menyiapkan

wanita hamil secara komprehensif baik fisik maupun mental serta

menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan, persalinan, nifas, sehingga

tidak terjadi penyulit dan komplikasi (Purwaseh, 2019).

Asuhan kebidanan yang komprehensif dapat mengoptimalkan deteksi

risiko tinggi maternal dan neonatal. Upaya ini dapat melibatkan berbagai

sektor untuk melaksanakan pendampingan pada ibu hamil sebagai upaya

promotif dan preventif, dimulai sejak ditemukan ibu hamil, sampai ibu dalam

masa nifas, berakhir dengan KB dan konseling informasi dan edukasi serta

kemampuan identifikasi resiko pada ibu hamil sehingga mampu melakukan

rujukan (Yanti, 2017).

Kehamilan merupakan penyatuan spermatozoa dan ovum yang

dilanjitkan dengan tertanamnya hasil konsepsi kedalam ondemetrium Masa

1
2

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Rasida Ning

Atiqoh,2020).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin zmelalui

jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Rukiyah,dkk,2019).

Masa nifas (purperium) di mulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir setelah ketika alat kandung kembali seperti semula sebelem hamil,

yang berlangsung selama 6 minggu atau ±40 hari (Fitri,2017).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang di lahirkan pada usia

kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram

(Suparmi,dkk,2018).

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak

anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah

beberapa cara alternative untuk mencegah ataupun menunda kehamilan

(Rahayu,2017).

Menurut WHO (Word Health Organization) di tahun 2015 angka

kematian ibu (AKI) tercatat 216 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan pada tahun 2016 sekitar 830 wanita meninggsl setiap hari kareana

komplikasi kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ini terjadi

dipengaturan sumber daya yang rendah, dan sebagian besar dapat dicegah

(WHO,2016).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengukur status kesehatan suatu negara. AKI adalah jumlah
3

kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan

oleh kehamilan, persalinan dan nifas di setiap 100.000 kelahiran hidup.

Peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup . AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305

kematiaan ibu per 100.000 kelahiran hidup, peringatan AKI yang singnifikan

yaitu menjadi 359 kematiaan ibu per 100.000 kelahiran hidup, AKI kembali

menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 (Profil

Kesehatan Indonesia 2016).

Tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs (Sustainable Development

Goals) 2015-2030, diharapkan 2030 dapat mengurangi resiko AKI hingga

kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2030 mengakhiri

kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha

menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 100.000

kelahiran hidup dan angka kematian balita 25 per kelahiran hidup (Panduan

SDGs, 2019).

Pada tahun 2019 di Provinsi Sulawesi Selatan kunjungan ANC

cukupan K4 sebesar 91,13% dari yang ditargetkan sebesar 93%. Cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 94,05% dari yang

ditargetkan 96%. Cakupan KF sebesar 91,48% dari yang ditargetkan 89%.

Cakupan KN sebesar 98,54% dari yang ditargetkan 97%. Jumlah kasus

keamatian ibu di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 115 jiwa, jumlah kasus
4

kematian bayi baru lahir di Provinsi Sulawesi selatan sebesar 1.059 jiwa,

jumlah peserta KB aktif sebesar 72,39% dari yang ditargetkan 67% (Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2019).

Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2020

kunjungan ANC cakupan K1 Kota Makassar sebesar 30.032 jiwa atau

96,81%. Untuk cakupan K4 Kota Makassar sebesar 28,658 atau 92,4%

.Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga Kesehatan Kota Makassar

sebesar 29.513 jiwa atau 92,1%. Cakupan kunjungan nifas ketiga (KF3) Kota

Makassar sebesar 27.192 jiwa atau 92,1%. Cakupan kunjungan neonatus

pertama (KNI) Kota Makassar sebesar 26.515 jiwa tau 100%. (Dinas

Kesehatan Kota Makassar, 2020).

Berdasarkan data Rekam Medik di Puskesmas Pattingalloang pada

tahun 2020 kunjungan ANC cukupan K1 sebesar 405 jiwa atau 97,1% ibu

hamil, cakupan K4 sebesar 392 jiwa atau 94% ibu hamil. Cakupan persalinan

yang ditolong oleh tenaga Kesehatan Puskesmas Pattingalloang sebesar 352

jiwa atau 88,6%. Cakupan KFI sebesar 352 jiwa atau 88,6% ibu nifas,

cakupan KF2 sebesar 342 jiwa atau 85,8% ibu nifas, cakupan KF3 sebesar

339 jiwa atau 85,3% ibu nifas, cakupan KNI sebesar 348 jiwa atau 100% bayi,

cakupan KN2 sebesar 342 jiwa atau 97,9% bayi, cakupan KN3 sebesar 338

jiwa atau 97,1%. Jumlah peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yaitu;

pil sebesar 50 jiwa, suntik sebesar 210 jiwa, implant sebesar 262 jiwa,
5

kondom sebesar 5 jiwa, AKDR sebesar 70 jiwa dan MOW sebesar 6 jiwa

(Puskesmas Pattingalloang, 2020).

Berdasarkan data diatas yaitu masih tingginya AKI dan AKB sehingga

bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan

kebidanan yang terfokus pada perempuan maka pengkaji tertarik melakukan

asuhan kebidanan berkelanjutan mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, dan keluarga berencana serta melakukan pendokumentasian

kebidanan yang telah dilakuka.

B. Tujuan Pengkajian

1.Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan kebidanan secara berkelanjutan mulai dari

masa kehamilan sampai dengan masa KB. Yang di dokumentasikan dalam

bentuk asuahan kebidanan berdasarkan Kepmenkes Nomor 938 Menkes

SK/VIII 2007.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan identifikasi data dasar Ny” “mulai dari masa

kehamilan sampai dengan masa KB di Puskesmas Pattingalloang.

b. Mampu melakukan permusuhan diagnosa masa aktual pada Ny”

“mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa KB di Puskesmas

Pattingaloang
6

c. Mampu melakukan perumusan diagnosa masalah potensial pada Ny”

“ mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa KB di Puskesmas

Pattingalloang

d. Mampu melakukan tindakan segera/kolaborasi pada Ny” “mulai dari

masa kehamilan sampai dengan masa KB di Puskesmas

Pattingalloang

e. Mampu melakukan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny”

“mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa KB di Puskesmas

Pattingaloang

f. Mampu melakukan penatalaksanaan asuahan kebidanan pada Ny” “

mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa KB di Puskesmas

Pattingalloang

g. Mampu melakuakn pendokumentasi asuhan kebidanan pada Ny”

“mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa KB di Puskesmas

Pattingalloang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Asuhan Berkelanjutan

1. Pengertian Asuhan Berkelanjutan

Asuhan berkelanjutan yaitu pemberian asuhan kebidanan sejak

kehamilan, bersalin, nifas, neonatus hingga memutuskan menggunakan KB

(Zuria, 2016).

Asuhan berkelanjutan dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan

peladenan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga

berencana. Hubungan pelayanan kontinuitas adalah hubungan terapeutik

antara perempuan dan petugas kesehatan khususnya bidan dalam

mengalokasikan pelayanan serta pengetahuan secara komprehensif

(Ningsih DA, 2017).

2. Tujuan Asuhan Berkelanjutan

Tujuan dari melakukan asuhan berkelanjutan adalah upaya untuk

memberikan asuhan yang berkelanjutan dan memantau kondisi ibu dan

bayi sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang tidak segera ditangani,

pemantauan tersebut dilakukan secara intensif untuk mendeteksi secara dini

apabila terdapat penyulit atau kelainan dengan tujuan menyiapkan wanita

hamil secara komprehensif baik fisik maupun mental (Zuria, 2016).

7
8

3. Manfaat Asuhan Berkelanjutan

a. Manfaat Bagi Pengkaji

Agar pengkaji menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah

didapatkan selama mengikuti pendidikan serta di harapkan dapat

menambah wawasan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan

kebidanan berkelanjutan secara komprehensif.

b. Klien dan Keluarga

Dapat menambah pengetahuan klien dan keluarga dalam

perawatan kehamilan, persalinan, nifas, perawatn bayi baru lahir dan

keluarga berencana.

c. Manfaat Bagi Institusi

Dapat menambah dokumentasi bagi institusi dan dapat

digunakan sebagai bahan pustaka dan sarana belajar.

d. Manfaat Bagi Rumah Sakit / Puskesmas

Sebagai motivasi untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan

terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara

komprehensif.

e. Manfaat Bagi Mahasiswa


9

Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat selama

perkuliahan dan mengetahui lebih dalam tentang asuhan kebidanan yang

komprehensif serta mampu berinteraksi secara langsung dengan klien.

4. Peran Bidan dalam Pelaksanaan Asuhan Berkelanjutan

Bidan mempunyai peran penting dalam menurunkan angka

kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan

kebidanan. Dalam pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk

memberikan asuhan kebidanan klien dengan tujuan menciptakan

kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan

sebagai provider (Mamik, 2017).

B. Ruang Lingkup Asuhan Berkelanjutan

1. Tinjauan Umum Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah proses mata rantai yang bersinambungan dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Sholichah

dan Nanik, 2017).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan


10

berlangsung dalam waktu 40 minggu (Fatimah dan Nuryaningsih,

2017).

Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu,

karena itu ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,

terutama suami agar dapat menjalani proses kehamilan sampai

melahirkan dengan aman dan nyaman (Yuliana, 2017).

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa

dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi (implantasi) yang

berlangsung sampainya aterm selama 280 hari (40 minggu).

b. Proses terjadinya Kehamilan

1) Pengangkutan ovum ke oviduktus

Pada ovulasi ovum dibedakan ke dalam rongga abdomen tapi

langsung diambil oleh oviduktus, ditangkap fimbrie. Fimbrie dilapisi

oleh silia yaitu tonjolan-tonjolan halus mirip rambut yang bergetar

seperti gelombang ke arah interior oviduktus (Fatimah dan

Nuryaningsih, 2017).

2) Pengangkutan sperma ke oviduktus

Setelah ditaruh di vagina saat ejakulasi, sperma - sperma

tersebut harus berjalan melewati kanalis servikalis, uterus dan

kemudian menuju telur di sepertiga atas oviduktus. Rintangan

pertama adalah melewati kanalis servikalis. Sewaktu kadar estrogen

tinggi seperti yang terjadi saat folikel matang akan berovulasi, mucus
11

serviks menjadi cukup tipis dan encer untuk dapat ditembus oleh

sperma. Setelah sampai uterus, kontraksi miometrium akan

mengaduk sperma, saat mencapai oviduktus sperma harus bergerak

melawan silia, gerak ini dipermudah oleh kontraksi antipristaltik otot

polos oviduktus (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

3) Fertilisasi

Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang

dilepaskan dan sperma yang diletakkan di vagina bertemu di tempat

ini. Ovum yang telah dibuahi mulai membelah diri secara mitosis.

Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi menjadi

sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi. Sementara itu,

endometrium telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan

dipenuhi oleh simpanan glikogen di bawah pengaruh progesterone

fase luteal. Blastokista terbenam di lapisan yang telah dipersiapkan

tersebut melalui kerja enzim - enzim yang dikeluarkan oleh lapisan

luar blastokista. Enzim ini mencernakan jaringan endometrium kaya

nutrient, melaksanakan dua fungsi yaitu membuat lubang di

endometrium untuk implantasi blastokista sementara pada saat yang

sama membebaskan nutrient dari sel endometrium agar dapat

digunakan oleh mudigah yang sedang berkembang (Fatimah dan

Nuryaningsih, 2017).
12

4) Nidasi (Implantasi)

Adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada

stadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan.

Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel - sel besar yang

banyak mengandung glikogen, serta mudah dihancurkan oleh

trofoblas. Blastula dengan bagian yang berisi masa sel dam (inner-

cell mass) akan mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka

kecil yang kemudiam sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya,

terkadang saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua

(tanda hartman). Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau

belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri (Hatini, 2018).

c. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil

1) Sistem Reproduksi

Uterus akan membesar pada bulan - bulan pertama dibawah

pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Berat

uterus itu normal lebih kurang 30 gram, Pada akhir kehamilan (40

minggu), berat uterus itu menjadi 1.000 gram.

Perubahan uterus pada minggu ke-16 dari luar, fundus uteri

kira - kira terletak diantara setengah jarak pusat ke simfisis, pada

minggu ke-20 fundus uteri terletak kira-kira dipinggir bawah pusat,

pada minggu ke-24 fundus uteri berada tepat dipinggir atas pusat,

pada minggu ke-28 fundus uteri terletak kira - kira 3 jari diatas pusat
13

atau sepertiga jarak antara pusat ke prosessus xifodeus, pada minggu

ke-39 fundus uteri terletak diantara setengah jarak pusat dari

prosessus xifodeus, pada minggu ke-36 fundus uteri terletak kira -

kira 3 jari dibawah prosessus xifodeus, pada minggu ke-40 fundus

uteri turun kembali, hal ini disebabkan oleh kepala janin turun dan

masuk ke dalam rongga panggul.

pada vagina, pembuluh darah vagina bertambah hingga warna

selaput lendirnya membiru (tanda chadwick), kekenyalan (elastis)

pada vagina bertambah artinya daya direnggang bertambah, sebagai

persiapan persalinan (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

2) Payudara

Diakhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara,

progesterone menyebabkan putting lebih menonjol dan dapat

digerakkan. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat

diproduksi karena hormone prolactin ditekan oleh prolactin inhibiting

hormone. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan

kehitaman (Rismalinda, 2016).

3) Sistem Endokrin

a) Hormon plasenta

Sekresi hormon plasenta dan HCG dari plasenta janin

mengubah organ endokrin secara langsung. Peningkatan kadar

estrogen mnyebabkan produksi globulin meningkat dan menekan


14

produksi tiroksin, kortikosteroid dan steroid. Akibatnya plasma

yang mengandung hormon ini akan meningkat jumlahnya, tapi

kadar hormon bebas tidak mengalami peningkatan yang besar

(Syaiful Y dan Lilis Fatmawati, 2019).

b) Kelenjar hipofisis

Berat kelenjar ini meningkat hingga 50% yang

menyebabkan wanita hamil merasa pusing. Sekresi prolaktin,

adrenokortikotropik, dan melanocyt stimulating hormone

meningkat (Syaiful Y dan Lilis Fatmawati, 2019).

c) Kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid pada saat kehamilan akan mengalami

pembesaran hingga 13% karena adanya hyperplasia dari jaringan

glandula dan peningkatan vaspolaritas. Secara fisiologis akan

terjadi peningkatan iodine sebagai kompensasi kebutuhan ginjal

terhadap iodine yang meningkatkan laju filtrasi glomerulus.

Terkadang kehamilan juga menunjukan hipertiroid namun

fungsinyaakan tetap normal (Syaiful Y dan Lilis Fatmawati,

2019).

d) Kelenjar adrenal

Karena dirangsang oleh hormon estrogen, kelenjar adrenal

memproduksi lebih banyak kortisol plasma bebas dan juga

kortikosteroid, termasuk ACTH dan hal ini terjadi dari usia 12


15

minggu kehamilan hingga aterm. Hal ini menyebabkan penurunan

kemampuan ginjal untuk mengatur kadar garam selama

kehamilan, menyebabkan retensis cairan dan edema (Syaiful Y

dan Lilis Fatmawati, 2019).

4) Sistem Perkemihan

Pembesaran ureter kiri dan kanan dipengaruhi oleh hormon

progesteron, tetapi kanan lebih membesar karena uterus lebih sering

memutar ke kanan hidroureter dextra dan pielitis dextra lebih sering.

Poliuria karena peningkatan filtrasi. Trimester III, bila kepala janin

mulain turun ke PAP, keluhan sering kencing timbul lagi karena

kandung kemih tertekan (Hatini EE, 2018).

5) Sistem Pencernaan

Peningkatan hormon estrogen mengakibatkan terdapat

perasaan enek (nausea). Gejala muntah (emesis) dijumpai pada bulan

pertama kehamilan yang terjadi pada pagi hari (morning sickness).

Emesis yang berlebihan (hiperemesis gravidarum) merupakan situasi

patologis. Tonus otot-otot traktus digestivusmenurun, motilitas

seluruh traktus digestivus menurun sehingga makanan lama berada di

usus. Hal ini baik untuk reabsobsi, tetapi menyebabkan obstipasi

karena penurunan tonus otot-otot traktus digestivus (Hatini EE,

2018).

6) Sistem Integumen
16

Dari akhir bulan kedua sampai dengan ater, terjadi

peningkatan pituitary melanin simulating hormone yang

menyebabkan bermacam tingkat pigmentasi meskipun masih

tergantung pada warna kulit ibu hamil. Tempat yang umumnya

terpengaruh adalah areola, garis tengah abdomen, perineum dan

aksila hal ini terjadi karena beberapa daerah tersebut kadar

melanositnya lebih tinggi. Hampir semua wanita hamil mempunyai

garis pigmentasi yang disebut linea (Syaiful Y dan Lilis Fatmawati,

2019).

7) Sistem Berat Badan

Pada trimester I terjadi pertambahan berat badan selama

kehamilan yang sebagian besar diakibatkan oleh uterus dan isinya

payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler.

Sebagian kecil pertambahan berat badan tersebut diakibatkan oleh

perubahan metabolik yang menyebabkan pertambahan air seluler dan

penumpukan lemak serta protei baru, yang disebut cadangan ibu.

Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat badan ibu kurang

lebih 1 kg.

Pada trimester II kenaikan berat badan ibu terus bertambah

terutam oleh karena perkembangan janin dalam uterus.

Pada trimester III pertambahan berat badan ibu pada masa ini

dapat mencapai 2 kali lipat bahkan lebih dari berat badan pada awal
17

kehamilan. Pitting edema dapat timbul pada pergelangan kaki dan

tungkai bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu. Akumulasi cairan

ini juga disebabkan oleh peningkatan tekanan vena dibagian yang

lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena kava (Syaiful Y

dan Lilis Fatmawati, 2019).

8) Sistem Pernapasan

System respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi

kebutuhan O2. Karena pembesaran uterus terutama pada bulan -

bulan terakhir kehamilan dan kebutuhan oksigen yang meningkat ±

20% untuk metabolism janin. Oleh karena diafragmanya tidak dapat

bergerak bebas menyebabkan bagian thorax juga melebar kesisi luar

terjadi desakan rahim oleh kebutuhan O2 meningkat, bumil akan

bernafas lebih cepat 20-25% dari biasanya (Rama Zakii, 2018).

d. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Kehamilan

1) Trimester I

Timester pertama ini sering dirujuk pada masa penentuan.

Penentuan membuat fakta wanita bahwa ia hamil, segera setelah

konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan

meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada

pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara (Febiola G, 2016).

Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda

– tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil, setiap


18

perubahan dalam tubuhnya selalu diperhatikan dengan seksama.

Seringkali juga mersa cemas atau khawatir dengan kehamilannya dan

perubahan pada dirinya untuk itu pada masa ini wanita hamil sangat

memerlukan dukungan atau motivasi terutama dari suami, keluarga,

serta orang- orang terdekatnya (Febiola G, 2016).

2) Trimester II

Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan,

ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan

terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Trimester kedua dapat

dibagi menjadi 2 fase yaitu (Febiola G, 2016).

a) Fase prequickening

Selama akhir trimester pertama dan masa prequeckening

pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya

dan segala aspek di dalamnya dengan ibunya yang telah terjadi

selama ini.

Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini

adalah perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari

ibunya) menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang

ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil

untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberi kasih

sayang kepada anak yang akan dilahirkannya.

b) Fase postqickening
19

Setelah ibu hamil merasa quickening, identitas keibuan

yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya

dan persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Pada

saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena

perhatian utama adalah kesejahteraan janin (kecuali beberapa suku

yang menganut sistem patrilineal / matrilineal.

3) Timester III

Pada trimester ketiga, ibu hamil mulai realistis terhadap

persiapan kelahiran bayinya. Periode ini merupkan penantian dengan

penuh kewaspadaan. Ibu hamil akan mencari informasi tentang

kesejahteraan bayinya lebih intesif. Ia kan semakin waspada dengan

tanda - tanda persalinan, mengingat bayinya dapat lahir kapanpun

dalam periode ini. Ibu hamil akan kembali merasakan

ketidaknyamanan fisik pada trimester ini, selain itu timbul juga

perasaan khawatir sehubungan dengan kesempurnaan fisik bayinya

dan proses persalinannya. (Rustikayanti, 2016)

Biasanya ibu hamil akan menghilangkan kekhawatirannya

dengan menyibukan diri mencari informasi seputar persalinannya

kepada lingkungan sosialnya, maupun ke bidan. Segera setelah

periode ini ibu hamil akan memasuki tahapan terminasi atau

pengahiran masa kehamilan (Rustikayanti et al, 2016). Suami juga

mempunyai peran penting dalam memberikan dukungan dan


20

ketenangan bagi ibu yang sedang hamil terutama dalam

mempersiapkan rencana persalinan (Dewi, 2017).

e. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

1) Nutrisi

Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15% dibandingkan

dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan

untuk pertumbuhan ibu dan janin. Makanan dikonsumsi ibu hamil

40% digunakan untuk pertumbuhan janin dan sisanya 60% digunakan

untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal kenaikan berat badan ibu

hamil 11 – 13 kg (Lily Yunita, 2016).

Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna

untuk :

a) Pertumbuhan dan perkembangan janin

b) Mengganti sel – sel tubuh yang rusak

c) Sumber tenaga

d) Mengatur suhu tubuh dan cadangan makanan.

2) Personal Hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah untuk mengurangi

kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor yang banyak

mengandung kuman - kuman. Kesehatan pada ibu hamil untuk

mendapatkan ibu dan anak yang sehat dilakukan selama ibu dalam
21

keadaan hamil. Hal ini dapat dilakukan diantaranya dengan

memperhatikan kebersihan diri, pada ibu hamil itu sendiri, sehingga

dapat mengurangi hal-hal yang dapat memberikan efek negatif pada

ibu hamil (Dartiwen dan Yati, 2019).

3) Pakaian

Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman, mudah

menyerap keringat, mudah dicuci, tanpa sabuk atau pita yang

menekan dibagian perut/pergelangan tangan, pakaian juga tidak baik

terlalu ketat dileher, stoking tungkai yang sering digunakan oleh

sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi

darah (Hatini EE, 2018).

4) Eliminasi

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan

cukup lancar, untuk memperlancar dan mengurangi infeksi saluran

kandung kemih yaitu minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin

perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar,

sehingga buang air besar mengalami obstipasi (sembelit). Sembelit

dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya

gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk

meningkatkan gerak, banyak makan makanan berserat (sayur dan

buah - buahan). Sembelit dapat menambah gangguan wasir menjadi

lebih besar dan berdarah (Megasari Miratu, dkk, 2016).


22

5) Seksual

Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis

yang tidak dapat di tawar, tetapi perlu di perhitungkan bagi mereka

yang hamil, kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan

hubungan seksual (Lily Yunita, 2016).

Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin

dihindari, bila terdapat keguguran berulang atau mengamcam

kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan mengeluarkan air. Pada

kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu di hindari

hubungan seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila

kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa terangsang

karena, sperma mengandung prostaglandin (Lily Yunita, 2016).

6) Mobilisasi

Dengan bertambahnya usia kehamilan, tubuh akan

mengadakan penyesuaian fisik dengan pertumbuhan ukuran janin.

Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung

bertambah lordosis karena tumpuan tubuh bergeser lebih ke belakang

dibandingkan sikap tubuh tidak hamil. Secara anatomi, ligament

sendi putar dapat meningkatkan pelebaran/pembesaran rahim pada

ruang abdomen. Nyeri pada ligament ini terjadi karena pelebaran dan

tekanan pada ligament karena adanya pembesaran rahim (Sutanto AV

dan Fitriana Y, 2017).


23

7) Senam Hamil

Menurut Miratu Megasari dkk (2016), Secara umum tujuan

utama persiapan fisik dari senam hamil sebagai berikut :

a) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara

fungsi hati untuk dapat menahan berat badan yang semakin naik,

nyeri kaki, varices, bengkak dan lain-lain.

b) Melatih dan menguasai teknik pernafasan yang berperan penting

dalam kehamilan dalam proses persalinan. Dengan demikian

proses relaksasi dapat berlangsung lebih cepat dan kebutuhan O2

terpenuhi.

c) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas untuk otot-otot

dinding perut, otot-otot dasar panggul dan lain-lain.

d) Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.

e) Memperoleh relaksasi yang sempurna dengan latihan kontraksi

dan relaksasi.

f) Mendukung ketenangan fisik

Menurut Miratu Megasari dkk (2016), Beberapa

persyaratan yang harus di lakukan untuk melakukan senam hamil

sebagai berikut :

a) Kehamilan normal yang dimulai pada umur kehamilan 5 bulan (22

minggu)
24

b) Diutamakan kehamilan pertama atau pada kehamilan berikutnya

yang menjalani kesakitan persalinan atau melahirkan anak

prematur pada persalinan sebelumnya

c) Latihan harus secara teratur dalam suasana yang tenang

d) Berpakaian cukup longgar

e) Menggunakan kasur atau matras

8) Istrahat/Tidur

Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang

melelahkan, tapi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk

menghindari pekerjaan yang tidak disukainya. Wanita hamil juga

harus menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat

lama. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istrahat dan tidur

yang mendukung kesehatan sendiri, maupun kesekatan bayinya

(Prawirohardjo Sarwono dan Kartika, 2017).

9) Imunisasi

Kehamilan bukan saat untuk memakai program imunisasi

terhadap berbagai penyakit yang dapat di cegah. Hal ini karena

kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin. Imunisasi

harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi TT untuk

mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT harus

diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal
25

1 bulan, dan ibu hamil harus sudah di imunisasi lengkap pada umur

kehamilan 8 bulan (Hatini EE, 2018).

10) Persiapan Laktasi

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal

yang penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan

siap untuk menyusui bayinya. Persiapan psikologis ibu untuk

menyususi pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau

sikap yang positif harus sudah terjadi saat kehamilan atau bahkan

jauh sebelumnya (Hatini EE, 2018).

11) Persiapan Kelahiran Bayi

Bidan serta petugas kesehatan lainnya bekerja sama dengan

ibu dan keluarganya dalam mempersiapkan persalinan serta membuat

rencana persalinan yaitu: tempat persalinan, memilih tenaga

kesehatan yang terlatih, bagaimana menghubungi tenaga kesehatan,

serta bagaimana transportasi ke tempat persalinan, dan berapa banyak

biaya yang di butuhkan (Dartiwen dan Yati. 2019).

12) Memantau Kesejahteraan Janin

Memantau kesejahteraan janin dapat dilakukan ibu hamil

dengan cara menghitung gerakan janin dan menimbang pertumbuhan

berat badan ibu setiap trimesternya apakah mengalami peningkatan

atau tidak. Ketidaknyamanan dan cara mengatasi (Dartiwen dan Yati.

2019).
26

f. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

1) Perdarahan pervaginam

Pada kehamilan lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi pada

usia kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi lahir.

Perdarahan setelah 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih

berbahaya. Perdarahan antepartum yang berbahaya umunya

bersumber pada kelainan plasenta, perdarahan pervaginam pada

kehamilan lanjut, dua kondisi yang mengancam jiwa adalah: plasenta

previa dan solusio plasenta (Sari Anggrita, dkk, 2016).

2) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius

adalah sakit kepala yang hebat, yang menetap dan tidak hilang

dengan beristirahat. Sakit kepala selama trimester III lebih sering

dikaitkan dengan postur tubuh yang memburuk akibat tambahan

berat dari janin. Sakit kepala pada trimester III juga karena

disebabkan oleh kondisi yang disebut preeklampsia, yang merupakan

tekanan darah tinggi selama kehamilan(Sari Anggrita ,dkk, 2016).

3) Penglihatan kabur

Perubahan penglihatan atau pandangan kabur atau berbayang,

melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang dapat menjadi tanda

pre-eklampsia. Gangguan penglihatan selama hamil disebabkan oleh

tiga hal: pertama memang akibat gangguan pada mata, yang tidak
27

berhubungan sama sekali dengan kehamilan, yang kedua, akibat

penumpukan cairan dalam tubuh karena kehamilan, dan yang ketiga,

akibat hormone kehamilan (Sunarti, 2016).

4) Bengkak pada muka atau tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan

pertanda anemia, gagal jantung atau pre eklampsia (Sunarti, 2016).

5) Nyeri perut yang hebat

Keluhan nyeri perut dapat merupakan penyakit atau

komplikasi yang fatal. Keadaan ini dapat terjadi pada kehamilan

mudah kurang 22 minggu atau kehamilan lanjut lebih 22 minggu.

Selama masa kehamilan nyeri perut hebat dapat menunjukan

kehamilan ektopik, pre-eklampsia, persalinan premature, solusio

plasenta, abortus(Sutanto AV dan Fitriana Y, 2017).

6) Gerakan janin berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan

18-20 minggu pada kehamilan yang pertama, dan usia kehamilan 16-

18 minggu pada kehamilan berikutnya. Salah satu pedoman yang

dapat diterima untuk menghitung gerakan janin ialah 10 gerakan

dalam periode 12 jam, artinya jika bayi bergerak kurang dari 10 kali
28

dalam 12 jam ini menunjukan adanya sesuatu yang patologis pada

bayi tersebut(Sari Anggrita, dkk. 2016).

7) Ketuban Pecah Dini

Ketuban yang pecah pada kehamilan aterm dan disertai

dengan munculnya tanda-tanda persalinan adalah normal. Pecahnya

ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu

jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban

pecah dini. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung

antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan

terjadinya infeksi. Makin lama periode laten (waktu sejak ketuban

pecah sampai terjadi kontraksi rahim), makin besar kemungkinan

kejadian kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam rahim (Marjati

Kusbandiyah Jiarti, Julifah Rita, 2016).

8) Kejang

Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena

eklampsi (24%).Pada umumnya kejang didahului oleh makin

memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala,

mual, nyeri ulu hati sehingga muntah.Bila semakin berat, penglihatan

semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang.Kejang dalam

kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia (Saifuddin, 2016).


29

9) Selaput kelopak mata pucat

Merupakan salah satu tanda anemia.Anemia dalam kehamilan

adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gr%

pada trimester III.Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh

defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya

saling berinteraksi.Anemia pada Trimester III dapat menyebabkan

perdarahan pada waktu persalinan dan nifas, BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah yaitu kurang dari 2500gram) (Saifuddin, 2002).

10) Demam Tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam

kehamilan merupakan suatu masalah.Demam tinggi dapat merupakan

gejala adanya infeksi dalam kehamilan.Menurut SDKI tahun 2015

penyebab kematian ibu karena infeksi (11%). Penanganan demam

antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres

untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2016).


30

g. Ketidaknyamanan pada kehamilan

Tabel 2.1 : Ketidaknyaman Pada Trimester III dan Cara Mengatasi

No Ketidaknyaman Cara Mengatasi

1 Mual dan Muntah a. Melakukan pengaturan pola makan

b. Menghindari stress

c. Menghindari meminum kopi/kafein,

tembakau dan alkohol

2 Sering buang air a. Kurangi asupan karbohidrat murni

kecil dan makanan yang mengandung gula

b. Batasi minum kopi, teh dan soda

3 Keputihan a. Tingkatkankebersihan denganmandi

tiap hari

b. Memakai pakaian dalam dari bahan

katun dan mudah menyerap

c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan

makan buah dan sayur

4 Sembelit a. Minum 3 liter air tiap hari terutama

air putih atau sari buah

b. Makan makanan yang kaya serat dan

juga minum vitamin C


31

c. Lakukan senam hamil

d. Membiasakan buang air besar secara

teratur

5 Napas sesak a. Jelaskan penyebab fisiologisnya

b. Merentangkan tangan diatas kepala

serta menarik nafas panjang

c. Mendorong postur tubuh yang baik

6 Nyeri ligamentum a. Berikan penjelasan mengenai

rotundum penyebab nyeri

b. Tekuk lutut kearah abdomen

c. Mandi air hangat

d. Gunakan sebuah bantal untuk

menopang uterus dan bantal lainnya

letakkan diantara lutut dalam posisi

berbaring miring

7 Hemoroid a. Makan makanan yang berserat, buah

dan sayuran serta banyak minum air

putih dan sari buah

b. Lakukan senam hamil untuk

mengatasi hemoroid

c. Jika hemoroid menonjol keluar,


32

oleskan lotion witch hazel

8 Pusing/sakit kepala a. Bangun secara perlahan dari posisi

istirahat

b. Hindari berbaring dalam posisi

terlentang

9 Sakit punggung a. Posisi/sikap tubuh yang baik selama

atas dan bawah melakukan aktifitas

b. Hindari mengangkat barang berat

c. Gunakan bantal ketika tidur untuk

meluruskan punggung.

Sumber: (Sari Anggrita, dkk, 2016).

h. Antenatal Care

1) Pengertian

Antenatal Care (ANC) merupakan suatu pelayanan yang

diberikan oleh Bidan kepada wanita selama hamil, misalnya dengan

pemantaun kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan

dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan


33

kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orang tua

(Wagiyo & Putrono, 2016).

2) Tujuan ANC

Menurut Megasari Miratu dkk (2016), pelayanan antenatal

care dikemukakan menjadi beberapa tujuan yaitu:

a) Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,

sosial, ibu dan bayi.

c) Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat

penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI eksklusif.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.

g) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana.

h) Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal


34

3) Standar asuhan kehamilan

Model ANC WHO 2016, bertujun untuk memberikan

perawatan yang terpusat, individual dan berpusat pada wanita hamil

dan memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu,

menawarkan dukungan psikososial dan emosional. WHO juga

merekomendasikan minimal 8 kali kunjungan pada, yaitu lima kali

kunjungan pada trimester 3, dua kali kunjungan pada trimester 2, dan

satu kali kunjungan pada trimester 1 (WHO, 2016).

Tabel 2.2: Adapun Kunjungan antenatal care sebagai berikut:

Trimester Jumlah Kali Waktu Kunjungan

Kunjungan Minimal yang Dianjurkan

I 1x <16 minggu

II 1x 24-28 minggu

III 2x 30-32 minggu

36-38 minggu

(Sumber : Yuliani, dkk, 2017)

4) Standar pelayanan antenatal care (ANC) pada kehamilan

Sesuai dengan kebijakan Kementrian Kesehatan, pelayanan

antenatal ibu hamil diupayakan agar memenuhi standar kualitas “10

T”, yaitu :

a) Ukur tinggi badan dan berat badan


35

Tinggi badan diukur sekali saat ibu datang pertama untuk

mendeteksi resiko bila hasil pengukuran <145 cm. kenaikan berat

badan normal ibu hamil rata-rata 6,5-16 kg.

b) Pengukuran tekanan darah

Pemeriksaan tekan darah sangat penting untuk mengetahui

standar normal, tinggi, atau rendah.

Mendeteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai

gejala hipertensi. Apaila turun, dipikirkan kearah anemia.

c) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran TFU dengan menggunakan pita cm diukur dari

tepi atas simfisis hingga fundus uteri.


36

Tabel 2.3 Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan

1 12 minggu
𝑑𝑖 atas simfisis
3

1 16 minggu
antara simfisis-pusat
2

2 20 minggu
di atas simfisis
3

Setinggi pusat 24 minggu

1 28 minggu
di atas pusat
3

1 32 minggu
antara pusat-prosesus
2

xifoideus
Setinggi prosesus xifoideus 36 minggu

2 jari (4 cm) dibawah 40 minggu


prosesus xifoideus
(Sumber : Yuliani, dkk 2017)

Gambar : 2.1 Pengukuran Tinggi Fundus

Sumber: Sunarti, 2016)


37

d) Pemberian imunisasi TT

Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi

janin dari tetanus neonatorum. Efek sampingnya adalah

kemerahan dan bengkak 1 - 2 hari.

Tabel 2.4 Rentang waktu pemberian imunisasi TT dan lama

perlindungannya:

Imunisasi Selangwaktu minimal Lama

TT perlindungan

TT 1 Langkah awal

pembentukan

kekebalan tubuh

terhadap penyakit

tetanus

TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 Tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 Tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 Tahun

TT 5 12 bulan setelah TT 4 < 25 Tahun

(Sumber : Buku KIA Kemenkes RI, 2018).


38

e) Pemberian tablet Fe

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk ibu hamil dan

nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat

seiring pertumbuhan janin. Pemberian tablet sesegera mungkin

setelah mual hilang, satu tablet per hari selama 90 hari.

f) Temu wicara/konseling

Tujuan konseling adalah untuk membantu ibu hamil

memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap

hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu untuk membantu ibu

hamil menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong

persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang

mungkin diperlukan.

g) Tes/pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu yang

pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia

pada ibu hamil.

h) Tes/pemeriksaan protein urine

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein

dalam urine ibu hamil. Adapun pemeriksaanya dengan asam asetat

2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah


39

tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan urine protein ini untuk

mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.

i) Tes reduksi urine

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu

dengan indikasi penyakit DM atau riwayat penyakit DM pada

keluarga ibu atau suami.

j) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil).

Senam hamil dapat bermanfaat untuk membantu ibu

mempersiapkan persalinan serta mempercepat pemulihan setelah

melahirkan.

5) Jadwal pemeriksaan antenatal care

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 8 kali kunjungan,

yaitu lima kali kunjungan pada trimester 3, dua kali kunjungan pada

trimester 2, dan satu kali kunjungan pada trimester 1 (Wagiyo dan

Putrono, 2016).

a) Kunjungan I (0 - 12 minggu)

(1)Anamnesis lengkap, termasuk mengenai riwayat obstetric dan

ginekologi

(2)Pemeriksaan fisik mencapuk tekanan darah, nadi, pernafasan,

suhu, bunyi jantung, pernafasan bayi, refleks patella, oedema,

dll.
40

(3)Pemeriksaan obstetric mencakup usia kehamilan, tinggu fundus

uteri, djj (kehamilan lebih dari 12 minggu), dan pengukuran

panggul luar.

(4)Menentukan tafsiran berat badan janin

(5)Pemeriksaan laboratorium mencakup urin lengkap dan darah

(Hemoglobin, leokosit, diff, golongan darah, rhesus, sitologi,

dan gula darah)

(6)Penilaian status gizi, dilihat dari keseimbangan antara berat

badan dan tinggi badan

(7)Penilaian risiko kehamilan

(8)KIE pada ibu hamil tentang kebersihan diri dengan gizi ibu

hamil

(9)Pemberian imunisasi TT1

b) Kunjungan II dan III (28 - 32 minggu)

(1)Anamnesis meliputi keluhan dan perkebangan yang dirasakan

oleh ibu

(2)Pemeriksaan fisik (pengukuran panggul luar tidak perlu

dilakukan lagi)

(3)Pemeriksaan USG, biometri janin (besar dan usia kehamilan)

aktifitas janin, kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta

keadaan plasenta.

(4)Penilaian risiko kehamilan


41

(5)KIE tentang perawataan payudara

(6)Pemberian imunisasi TT2 dan vitamin bila perlu

c) Kunjungan IV (34 minggu)

(1)Anamnesis keluhan dan gerakan janin

(2)Pengamatan gerakan janin

(3)Pemeriksaan fisik (pemeriksaan panggul dalam bagi kehamilan

pertama)

(4)Penilaian risiko kehamilan

(5)Pemeriksaan laboratorium ulang meliputi hb, ht, dan gula

darah.

(6)Nasihat senam hamil, perawatan payudara, dan gizi

d) Kunjungan V (36 minggu), kunjungan VI (38 minggu), kunjungan

VII (40 minggu, 2 minggu 1 kali)

(1)Anamnesis meliputi gerakan janin dan keluhan lainnya.

(2)Pemeriksaan laboratorium ulang (hb dan gula darah)

(3)Pemeriksaan fisik dan obstetric

(4)Penilaian risiko kehamilan

(5)USG ulang pada kunjungan keempat

(6)KIE tentang senam hamil, perawatan payudara, dan persiapan

persalinan.

(7)Pengawasan penyakit yang mengertai kehamilan dan

komplikasi trimester III


42

(8)Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna

e) Kunjungan VIII (41 minggu), kunjungan IX (42 minggu, 1

minggu sekali)

(1) Pemeriksaan anamnesis dan keluhan lainnya

(2) Pengamatan gerak janin

(3) Pemeriksaan fisik dan obstetric

(4) Pemeriksaan USG yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan

jantung janin sehubungan dengan timbulnya kontraksi.

(5)Memberi nasihat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan, dan rencana untuk melahirkan

6) Pemeriksaan Palpasi Abdomen

Menurut Sutanto dan Yuni (2019), tahapan pemeriksaan

palpasi abdomen adalah sebagai berikut :

a) Tahap Pemeriksaan menurut Leopold

(1) Ibu tidur terlentang dengan kepala janin lebih tinggi

(2) Kedudukan tanggan pada saat pemeriksaan dapat diatas

kepala atau membujur di samping badan

(3) Kaki di tekukan sedikit sehingga dinding perut lemas

(4) Bagian perut penderita di buka seperlunya

(5) Pemeriksa menghadap kemuka penderita saat melakukan

pemeriksaan leopold I sampai III, sedangkan saat melakukan

pemeriksaan leopold IV pemeriksa menghadap ke kaki.


43

b) Tahap pemeriksaan Leopold

(a) Leopold I

(1) Kedua telapak tanggan berada pada fundus uteri untuk

menentukan tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan usia

kehamilan dapat di sesuaikan dengan tanggal haid

terakhir.

(2) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak

membujur sungsang, kepala bulat keras dan melenting

pada goyangan; pada letak kepala akan teraba bokong

pada fundus: tidak keras tak melenting, dan tidak bulat,

pada letak lintang, fundus uteri tidak di isi oleh bagian-

bagian janin.

(b) Leopold II

(1) Kemudian kedua tanggan di turunkan menelusuri tepi

uterus untuk menetapkan bagian apa yang terletak di

bagian samping

(2) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang

teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci

(3) Pada letak lintang dapat di tetapkan dimana kepala janin.

(c) Leopold III

(1) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis

pubis
44

(2) Kepala akan teraba bulat dank eras sedangkan bokong

teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang

dapat ditetapkan dimana kepala janin

(d) Leopold IV

(1) Pada pemeriksaan leopold IV, pemeriksa menghadap

kearah kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin

yang masuk ke pintu atas panggul

(2) Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui

lingkaran terbesarnya, maka tanggan yang melakukan

pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran

terbesarnya belum masuk PAP maka tanggan pemeriksa

konvergen.

2. Tinjauan Umum Tentang Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses yang fisiologis, dimana terjadi

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup diluar

kandungan dimulai dengan adanya kontraksi uterus, penipisan dan

pembukaan serviks, kelahiran bayi dan plasenta melalui jalan lahir

(Walyani S.E & Purwoastuti E.T, 2020).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi


45

kepala belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi

dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat

yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan

untuk melahirkan janin (Walyani S.E & Purwoastuti E.T, 2020).

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan

aterm (bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan

(tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat

awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak kepala,

terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta

lahir normal (Walyani S.E & Purwoastuti E.T, 2020).

b. Istilah-istilah pada Masalah Partus

1. Menurut cara persalinan

a. Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan adalah partus

lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan

alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam.

b. Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan

bantuan alat-alat atau melalui dinding perut pada opresi section

ceasare.
46

2. Menurut Tua (Umur) Kehamilan

a. Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1000gr, umur

kehamilan di bawah 28 minggu.

b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada

kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat

janin antara 1.000-2.500 gr.

c. Partus matures atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500

gr.

d. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu partus yang ditafsir.

e. Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat,

mungkin yang di kamar mandi, di atas mobil atau sebagainya.

f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan

untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi

sefalopelvik.

Menurut Manuaba (1999), bentuk-bentuk persalinan dapat

digolongkan mejadi:

i. Persalinan spontan, yaitu bila persalinan berlangsung dengan

tenaga sendiri.
47

ii. Persalinan buatan, yaitu bila persalinan dengan rangsangan

sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan (Walyani S.E &

Purwoastuti E.T, 2020).

c. Sebab-sebab Terjadinya Kehamilan

Sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan teori-

teori yang komplek. Faktor-faktor hormonal, proses prostaglandin,

struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai

faktor yang mengakibatkan partus mulai.

Menurut Diana S, dkk (2019), sebab terjadinya persalinan adalah

sebagai berikut :

1) Penurunan kadar progesterone

Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron

bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan

menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila

kadar progesteron menurun.

2) Teori oxytocin

Pada akhir kehamilan, kada oxytocin bertambah. Oleh karena itu,

timbul kontraksi otot-otot rahim

3) Keregangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila

dindingmya teregang karena isinya bertambah maka timbul kontraksi


48

untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka

dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin

rentan.

4) Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan desidua, disangka menjadi salah

satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukan

bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra

dan extraminal menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur

kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin

yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu

hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

d. Tahapan Persalinan

Pada proses persalinan menurut (Mochtar, R, 2001) terdapat empat

tahapan dalam persalinan meliputi :

1. Kala I (kala pembukaan)

Dimulai dari pembukaan 1 sampai pembukaan 10 (lengkap),

ditandai dengan terjadinya kontraks, keluar lendir bercampur darah

(bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan menipis

(effacement). Kala satu pembukaan dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

a. Fase laten

Dimana pembukaan berlangsung lambat, dari pembukaan 1

sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7 -8 jam


49

b. Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :

(a) Akselerasi, berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm

(b) Dilatasi maksimal, berlangsung dengan cepat menjadi 9 cm

dalam waktu 2 jam

(c) Deselerasi, dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 cm

(lengkap).

(d) Pada primigravida kala I berlangsung ±12 jam, sedangkan

pada multigravida ± 8 jam (Sondakh Jenni, 2017).

2. Kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II merupakan kala yang dimulai dari pembungkaan lengkap

(10 cm) sampai pengeluaran janin, ditandai dengan :

(1) Dorongan ibu untuk meneran (doran)

(2) Tekanan pada anus (teknus)

(3) Perineum ibu menonjol (perjol)

(4) Vulva membuka (vulka)

Pada primigravida kala II berlangsung 1-2 jam dan pada

multigravida kala II berlangsung ½ - 1 jam.

3. Kala III (kala pengeluaran plasenta)

Kala III adalah waktu pengeluaran uri (plasenta) dimulai setelah

lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput


50

ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi

lahir.

4. Kala IV (kala pengawasan)

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah proses

tersebut. Selama kala IV, pemantauan dilakukan pada satu jam

pertama setiap 15 menit dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.

Total pemantauan dilaksanakan sebanyak 6 kali selama 2 jam post

partum.

Observasi yang harus dilakukanpada kala IV adalah tekanan

darah, nadi, temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,

kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan kala IV sangat penting,

terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau kesiapan penolong

mengantisipasi komplikasi perdarahan pascapersalinan.


51

Table: 2.5 Pemantauan kala IV

No Pemantauan Kala IV
1 Tekanan darah normal <140/90 mmHg, bila tekanan darah
<90/60 mmHg, kemungkinan yang akan timbul adalah demam
atau perdarhan.
2 Suhu normal 36,5-37,7 ℃ jika lebih dari 38 ℃ kemungkinan
terjadi dehidrasi atau infeksi
3 Denyut nadi biasanya 60-80 x/menit kecuali persalinan dengan
penyulit perdarahan denyut nadi dapat melebihi 100 x/menit.
4 Pernapasan normal 16-24 x/menit.
5 Kontraksi uterus tidak baik maka uterus teraba lembek, TFU
normal sejajar dengan pusat atau dibawah pusat jika uterus
lembek (lakukan masase uterus bila perlu berikan injeksi
oxytosin).
6 Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut
atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal
identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung
kemih.
7 Bila kandung kemih penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
(Sumber : Legawati, 2018).

e. Tanda-tanda Persalinan

a. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

b. Adanya Kontraksi Rahim


52

Secara umum, tanda awal ibu hamil untuk melahirkan adalah

mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontaksi

bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan

meningkatkan aliran darah di dalam palsenta. Setiap kontraksi uteru

memiliki tiga fase yaitu:

(a) Increment : ketika intensitas terbentuk

(b) Acme : Puncak atau maximum

(c) Decement : Ketika otot relaksasi

Kontraksi yang sesungguhya akan muncul dan hilang secara

teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat.perut akan

mengalami kontraksi dan relaksasi, diakhir krhamilan proses kontaksi

akan lebih sering terjadi.

c. Keluarnya Lendir Bercampur Darah

Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks

pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher Rahim,

sumbatan yang tebal pada mulut Rahim terlepas, sehingga

menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur

darh dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut

Rahim yang menandakan bahwa mulut Rahim menjadi lunak dan

membuka.

d. Keluarga Air Ketuban


53

Proses penting terjadinya persalinan adalah pecahnya air

ketuban. Keluarnya air-air dengan jumlah cukup banyak , berasal dari

ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi.

Ketuban pecah sewaktu-waktu sampai pada saat persalinan.

e. Pembukaan Serviks

Penipisan mendahului dilatasi serviks, pertama aktivitas uterus

dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian

aktivitas uterus menghasilkan dilatasi serviks yang cepat. Petugas

akan melakukan pemeriksaan untuk menetukan pematangan,

penipisan dan pembukaan leher rahim. Serviks menjadi matang

selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan, kematangan

serviks mengindikasikan kesiapan untuk persalinan (Walyani S.E &

Purwoastuti E.T, 2020).

f. Memantau persalinan dengan partograf

Partograf merupakan alat untuk memantau kemajuan kala satu,

mencatat informasi pada observasi/riwayat dan pemeriksaan fisik ibu

dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam

mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala satu.

Tujuan penggunaan partograf

a. Menilai penurunan bagian terbawah janin melalui

pemeriksaan persalinan suprasimfisis.


54

b. Mencatat hasil observasi dan memantau kemajuan persalian

(dilatasi serviks).

c. Mendeteksi proses persalinan berjalan secara normal (kondisi

ibu dan janin pada fase aktif kala 1)

d. Mencatat asupan dan luaran ibu selama fase aktif kala 1.

ii. Bagian-bagian partograf:

a. Kemajuan persalianan

i.Pembukaan serviks

ii. Turunnya bagian terbawah dari kepala janin.

iii.Kontraksi uterus (frekuensi dan lamanya kontraksi

uterus).

b. Kondisi janin

(1) Denyut jantung janin.

(2) Warna dan volume ketuban.

(3) Moulase kepala janin.

c. Kondisi ibu

(1) Kondisi selaput, cairan dan warna air ketuban.

(2) Tekanan darah,nadi dan suhu badan.

(3) Voulume produksi urin, aseton dan protein.

(4) Obat dan cairan (Sri rahayu , 2017).


55

f. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

1. Rencana Asuhan Kala I

i. Mempersiapkan ruangan untuk dan kelahiran bayi

ii. Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan esensial

yang diperlukan.

iii. Persiapkan rujukan (bila diperlukan)

iv. Upaya pencengahan infeksi yang diperlukan

v. Memberikan asuhan sayang ibu

Konsep asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut :

a) Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut

meningkatkan kelangsungan hidup ibu.

b) Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman

selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya,

praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu

dan keluarga dalam pengambilan keputusan.

c) Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan

persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu

intervensi tanpa adanya komplikasi.

d) Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan

memberitahu tentang apa yang terjadi dan yang bisa

diharapkan.
56

Prinsip Umum Sayang Ibu sebagai berikut :

1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan

fisiologis.

2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan

intervensi tanpa ada indikasi.

3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi

konstribusi pada keselamatan jiwa ibu.

4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu

5. Menjaga privasi sertaa kerahasian ibu

6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung

secara emosional

7. Memastikan ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan

konseling yang cukup.

8. Mendukung ibudan keluarga untuk berperan aktif dalam

pengambilan keputusan.

9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.

10. Memantau kesehteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial

ibu/keluargannya selama kehamilan, persalinan dan nifas.

11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan

pencegahan pemyakit.
57

Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan

Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga aka nada

perasaan dakat dengan bidan .

(1) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan

dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.

(2) Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses

persalinan yang akan dihadapi oleh ibu dan keluarga.

(3) Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dan ibu dan

keluarga sehubungan dengan proses persalinan.

3. Tinjauan Umum Tentang Nifas

a. Pengertian Nifas

a. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.

b. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang

dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang

umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu.

c. Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat kandungan kembali seperti semulah sebelum hamil, yang

berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari.

d. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Peurperium yaitu dari
58

kat peur yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium

berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai

dari masa persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti pra hamil.

b) Tujuan Asuhan Masa Nifas

Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun

psikis berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya

hubungan antara orang tua dan bayi dengan memberi dukungan. Atas

dasar tersebut perlu dilakukan pendekatan ibu dan keluarga dalam

manajemen kebidanan. Adapun tujuan asuhan masa nifas adalah sebagai

berikut :

i. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik secara fisik maupun psikis

ii. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu

maupun bayi.

iii. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, dan

perawatan bayi sehat.

iv. Memberikan pelayanan KB

v. Untuk mendapatkan kesehatan emosi

vi. Memperlancar pembentukan ASI


59

vii. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri samapi

masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi

dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

(Elisabeth dan Endang, 2020).

c) Tahapan Masa Nifas

1) puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan dimana

ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam

post partum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

2) puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa dimana

pemulihan dan organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama

kurang lebih 6-8 minggu.

3) remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara

bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu

mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,

bulan bahkan tahun (Sri Rahayu, 2017).

Kebijakan mengenai pelayanan nifas (puerperium) yaitu paling

sedikit ada 4 kali kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk :

i. menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

ii. melakukan pencengahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.


60

iii. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas.

iv. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu

kesehatan ibu nifas dan bayi.

Tabel 2.6 Frekuensi Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam a. Mencengah perdarahan masan


setelah nifas karena atonia uteri
persalinan b. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu
dan keluarga tentang cara
pencengahan perdarahan pada
masa nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan IMD antara ibu dan
bayi baru lahir
f. Menjaga kehangatan bayi untuk
mencengah hipotermi
g. Mendampingi ibu dan bayi baru
lahir pertama sampai keadaan
stabil
2 6 hari setelah a. Memastikan invulusio uterus
persalinan berjalan normal (kontraksi uterus
baik, fundus uteri di bawah
61

umbilicus dan tidak ada perdarahan


maupun bau yang abnormal).
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi dan perdarahan ab
normal.
c. Ibu mnedapatkan cukup banyak
makanan, cairan dan istrahat.
d. Ibu menyususi dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu,
mengenai asuhan pada bayi
(perawatan tali pusat dan menjaga
bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari).
3 2 minggu Memastikan Rahim sudah kembali
setelah normal dengan mengukur dan meraba
persalinan bagian Rahim
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang
setelah penyulit-penyulitn yang ibu alami
pesalinan atau bayinya.
b. Memberikan konseling untuk KB
secara dini.
(Sumber : Sari dan Khomatih, 2018)

Tahapan-tahapan selama masa nifas ini, vagina akan terus-

menerus mengeluarkan darah. Biasanya darah tersebut mengandung

trombosit, sel-sel tua, sel-sel mati (nekrosis), serta sel-sel dinding


62

rahim (endometrium), yang disebut lochea. Ibu pasca melahirkan akan

mengalami empat tahapan perubahan lochea dalam masa nifas ini :

(1) merah tua (lochea rubra). Hari ke 1-2 terdiri dari darah segar

bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks

caseosa, lanuga dan meconium.

(2) Merah dan berlendir kecoklatan (lochea sanguinolenta). Hari ke 3-

7 terdiri dari darah bercampur lendir.

(3) Kekuningan lalu merah pudar (lochea serosa) hari ke 7-14.

(4) Kekuningan lalu bening/putih (lochea alba). Hari ke 14-selesai

nifas (Sari dan Khotimah, 2018).

d) Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Merupakan makanan yang dikonsumsi dan mengandung zat-

zat gizi tertentu untuk pertumbuhan dan menghasilkan energi. Pada

dua jam setelah melahirkan jika tidak ada kemungkinan komplikasi

yang memerlukan anastesi, ibu diberikan makan dan minum jika ibu

lapar dan haus. Konsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi

dan mengandung banyak kalori membantu memulihkan tubuh dan

mempertahankan tubuh dari infeksi, mempercepat pengeluaran ASI

serta mencengah konstipasi.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi, ibu nifas dianjurkan untuk :


63

a) Makan dan diet seimbang, cukup berkarbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral.

b) Tambahan 500 kalori tiap hari untuk menghasilkan setiap 100 ml

susu, ibu memerlukan asupan kalori 85 kalori. Paada saat

minggu pertama dari 6 bulan menyusui (ASI esklusif) jumlah

susu yang harus dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap hari

dan mulai minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah

sejumlah 600 ml, jadi tambahan jumlah kalori yang harus

dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.

c) Mengonsumsi vitamin A (200.000 IU) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

d) Minum air putih sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu

minum setelah setiap kali selesai menyusui).

e) Hindari makanan yang mengandung kafein (nikot).

2) Ambulasi Dini

Ambulasi dini disebut juga early ambulation merupakan

kebijakan untuk selekas mungkin membimbing pasien beranjak dari

tempat tidur. Pasien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur

dalam 24-48 jam postpartum.

Keuntungannya antara lain :

a) Penderita merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.

b) Faal usus dan kandung kencing lebih baik


64

c) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat

atau memelihara bayi, memandikan dan lain-lain selama ibu

masih dalam perawatan (Prawirohardjo, 2016).

3) Eliminasi

a) Buang Air Kecil (BAK)

Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan.

Kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8 jam.

Urine dalam jumlah banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36

jam setelah melahirkan. Ureter yang berdilatasi akan kembali

normal dalam waktu 6 minggu.

Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan

diuresis sebagai akibat pengurusan volume darah dan autolysis

serabut otot uterus. Bila ibu tidak dapat buang air kecil sendiri,

perlu dilakukan tindakan :

(1) Merangsang dengan mengalirkan air kran dekat pasien.

(2) Mengompres air hangat di atas simpifis ibu.

b) Buang Air Besar (BAB)

BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena enema

persalinan, diet cairan, obat-obatan analgesis, dan perineum yang

sangat sakit.

Bila lebih dari 3 hari belum BAB, ibu bisa diberikan obat

laksantia. Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu


65

dalam regulasi BAB. Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi

serat sangat dianjurkan.

4) Kebersihan Diri dan Bayi

a) Kebersihan Diri

(1) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh

(2) Ajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan

dengan sabun dan air

(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setiap kali mandi,

BAK/BAB, atau paling tidak setiap 3-4 jam sekali.

(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum menyentuh daerah kelamin.

(5) Anjurkan ibu untuk tidak sering menyentuh luka episiotomy

dan laserasi.

(6) Pada ibu post section caesarea (SC) luka dijaga agar tetap

bersih dan kering.

b) Kebersihan Bayi

Hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap

terjaga kesehatannya :

(1) Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencengah

hipotermia

(2) Memandikan bayi 2 kali sehari setiap pagi dan sore


66

(3) Mengganti pakaian bayi setiap habis mandi dan setiap kali

basah atau kotor karena habis BAK/BAB.

(4) Menjaga bokong dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih

dan kering.

(5) Menjaga tempat tidur bayi agar selalu bersih dan hangat

(6) Menjaga perlengkapan bayi agar tetap bersih.

5) Istrahat

Kurang istrahat pada ibu nifas dapat mengakibatkan :

a) Mengurangi produksi ASI

b) Memperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak

perdarahan

c) Depresi

6) Seksual

a) Aman setelah darah merah berhenti dan ibu dapat memasukka

satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

b) Ada kepercayaan atau budaya yang memperbolehkan melakukan

hubungan seksual setelah 40 hari atau 6 minggu oleh karena itu

perlu dikompromikan antara suami dan istri (Prawirohardjo,

2016).

e) Asuhan Sayang Ibu pada Masa Post Partum

1) Bayi harus selalu barada dekat dengan ibunya dan pemberian ASI

secara on demand
67

2) Pada ibu dan keluarga harus memberikan makanan yang bergizi dan

istrahat yang cukup

3) Asuhan pada bayi baru lahir yang sesuai kebutuhan

4) Keluarga dianjurkan mensyukuri kelahiran bayinya

5) Ibu harus mendapatkan pendidikan kesehatan yang bermamfaat

misalnya konseling mengenai kontrasepsi (Sri Rahayu, 2017).

4. Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan

lahir 2500 gram sampai 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung

menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat

(Sondakh, 2016).

Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus),

melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa

gangguan, menangis kuat, napas secara spontan dan teratur, berat badan

antara 2.500-4.000 gram. Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan

pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi

perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim. Pada masa
68

ini terjadi pematangan organ hamper pada semua sistem (Sondakh,

2016).

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

a. Berat badan 2.500 - 4.000 gram

b. Panjang badan 48 - 52 cm

c. Lingkar dada 30 - 38 cm

d. Lingkar kepala 33 - 35 cm

e. Frekuensi jantung 120 - 160x/menit

f. Pernapasan ±40 - 60x/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genetalia

(1) Pada Perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang serta adanya labia minora dan labia miyora.

(2) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang sudah

masuk dalam skrotum dan penis berlubang

k. Reflaks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Reflekd morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah ada

m. Reflex graps atau mengenggam sudah baik.


69

n. Eliminasi baik, mekanium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekanium berwarna hitam kecoklatan (Sondakh,2016).

3. Tahap Bayi Baru Lahir

a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik

dari scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

b. Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap dua

dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku.

c. Tahap III disebut tahap priodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam

pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Sondakh, 2016).

4. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Proses persalinan dan penatalaksanaan persalinan dikatakan berhasil

ketika seorang ibu berhasil melahirkan dengan baik, dan bayi yang

dilahirkan juga dalam keadaan baik. Setelah proses kelahiran, bayi baru

lahir (BBL) harus mendapatkan penanganan yang baik. Bayi baru lahir

harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar uterus. Pada

saat kandungan, bayi sangat tergantung dengan plasenta. Adaptasi

demikian disebut sebagai periode transisi, yaitu adaptasi dari kehidupan

di dalam rahim ke kehidupan di luar Rahim. Periode transisi ini

berlangsung sampai bayi berumur satu bulan atau lebih (Yuni dan Widy,

2018).
70

1) Adaptasi Pernapasan

Pernapasan yang pertama pada bayi normal adalah 30 detik

pertama sesudah lahir. Pertama kali, bayi terus berusaha untuk

mempertahankan tekanan alveoli. Bayi baru lahir bernapas dengan

diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan

dalamnya pernapasan pada bayi baru lahir belum bisa teratur. Bayi

baru lahir akan mengalami atelectasis apabila alveoli kolaps dan

paru-paru menjadi kaku yang disebabkan oleh berkurangnya

surfaktan (Yuni dan Widy, 2018).

a. Perkembangan Paru-paru

Paru-paru berasal dari sebuah titik tumbuh yang muncul dari

faring yang bercabang. Cabang tersebut kemudian memiliki

cabang kembali dan membentuk sebuah struktur percabangan

bronkus. Proses ini berlanjut sampai bayi berusia sekitar 8 tahun,

sampai bronkus dan alveolus memiliki jumlah yang dapat

berkembang sepenuhnya, meskipun janin memperlihatkan

adanya gerakan napas pada sepanjang trimester II dan III. Paru-

paru yang lahir tidak matang akan mengurangi keberlangsungan

hidup bayi baru lahir sebelum berusia 6 bulan atau 24 minggu.

Hal ini disebabkan adanya permukaan alveolus yang terbatas,

jumlah surfaktan yang tidak tercukupi, dan sistem kapiler paru-

paru yang tidak matang (Yuni dan Widy, 2018).


71

b. Awal Pernapasan Bayi Baru Lahir

a. Faktor Rangsangan Pernapasan Bayi Baru Lahir

Pernapasan bayi baru lahir dapat terjadi karena adanya

rangsangan-rangsangan terhadap sistem pernapasannya.

Berikut faktor yang berperan penting dalam memberikan

rangsangan terhadap pernapasan bayi baru lahir (Yuni dan

Widy, 2018).

(a) Adanya hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan

fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat

pernapasan di otak.

(b) Adanya tekanan pada rongga dada yang terjadi karena

kompresi paru-paru selama persalinan. Tekanan ini akan

merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara

mekanis. Interkasi antara sistem pernapasan,

kardiovaskuler, dan susunan syaraf pusat menimbulkan

pernapasan serta denyut yang dibutuhkan untuk

kehidupan.

(c) Penimbunan karbodioksida (CO2). Setelah bayi lahir,

kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan

merangsang pernapasan. Berkurangnya O2 akan

mengurangi gerakan pernapasan janin, tetapi sebaliknya


72

kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat

gerakan pernapasan janin.

(d) Perubahan suhu biasanya terjadi dari bayi yang baru

dilahirkan akan mengalami perubahan suhu dari hangat

menjadi dingin. Suhu di luar rahim yang dingin secara

tidak langsung akan merangsang bayi untuk bernapas

(Yuni dan Widy, 2018).

2. Surfaktan dan Upaya Respirasi

Upaya pernapasan pertama yang dilakukan oleh bayi

baru lahir berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam

paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-

paru. Alveolus dapat berfungsi dengan baik, harus ada

aliran darah dan surfaktan yang cukup ke paru-paru (Yuni

dan Widy, 2018).

Surfaktan akan mulai diproduksi pada 20 minggu

kehamilan dan jumlahnya meningkatkan sampai paru-paru

menjadi matang. Proses ini terjadi sekitar 30 sampai 34

minggu kehamilan. Surfaktan dapat mengurangi tekanan

permukaan pada paru-paru dan membantu untuk

menstabilkan dinding alveolus agar nantinya agar tidak

kolaps di akhir pernapasan (Yuni dan Widy, 2018).


73

3. Fungsi Sistem Pernapasan dan Kaitannya dengan Fungsi

Kardivaskuler

Bayi baru lahir akan mendapatkan pertukaran udara

yang cukup ketika mendapatkan asupan oksigen yang

memadai. Pembuluh paru-paru akan mengalami vaso

konstriksi jika terdapat hipoksia. Apabila ini akan terjadi,

berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk

menerima oksigen yang berada dalam alveolus. Peristiwa ini

akan menyebabkan penurunan oksigen jaringan dan akan

memperburuk hipoksia. Adanya peningkatan aliran darah

pada paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam

alveolus. Hal ini akan membantu menghilangkan cairan

pada paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin

menjadi sirkulasi luar janin (Yuni dan Widy, 2018).

2) Adaptasi Sistem Sirkulasi

Perubahan sirkulasi ini terjadi karena adanya perubahan

tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah. Darah akan mengalir

pada daerah-daerah yang mempunyai resisten kecil. Sistem pembuluh

dapat mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan

resistensinya dengan adanya oksigen sehingga dapat pula mengubah

aliran darah. Peristiwa penting yang dapat mengubah tekanan dalam

sistem pembuluh darah adalah sebagai berikut :


74

a. Pemotongan Tali Pusat

Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik

meningkat dan tekanan ini menurun karena berkurangnya aliran

darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan

volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Dua kejadian ini

dapat membantu darah dengan kandungan oksigen yang sedikit

mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigensi ulang.

b. Pernapasan Pertama

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir dapat menurunkan

resistensi pembukuh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan

atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini

menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh dalam

paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru. Peningkatan

sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah

dan tekanan pada atrium kanan (Yuni dan Widy, 2018).

3) Adaptasi Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Pada

saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi akan

masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin.

Suhu dingin ini akan menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit,

sehingga mendinginkan darah bayi (Yuni dan Widy, 2018)


75

a. Perawatan Bayi Lahir Normal

(1) Mengeringkan dan membedong bayi dengan handuk hangat

akan mempertahankan suhu tubuh bayi.

(2) Perawatan kunguru membantu mempertahankan bayi tetap

hangat. Bayi mendapatkan kontak langsung ke dada ibu untuk

menstimuasi ibu dalam mengubah suhu tubuhnya.

(3) Suhu minimal janin satu derajat lebih tinggi dibandingkan

suhu tubuh ibu karena pertukaran panas melalui plasenta.

(4) Bayi yang usia bulanannya sudah cukup dan sehat akan

berespon dengan meningkatkan produksi panas

(5) Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi terlahir

dengan kondisi basah dilahirkan ke lingkungan yang dingin

(Yuni dan Widy, 2018).

b. Perlengkapan Perawatan Bayi Baru Lahir

Beberapa perlengkapan yang dapat digunakan adalah sebagai

berikut :

a. Pemanas Radian

Pemanas radian ini dapat memberikan suhu panas dan

kering secara langsung ke kulit bayi. Selain itu, pemanas

radian juga dapat meningkatkan kehilangan panas yang tidak

dirasakan, atau kehilangan panas evaporative dan konveratif.

b. Inkubator
76

Inkubator dapat memberikan ruang yang tertutup dan

terlindungi. Inkubator memungkinkan adanya pemberian

oksigen dan kelembapan untuk memutuskan terjadinya

kehilangan panas evaporasi dan kehilangan cairan. (Yuni

dan Widy, 2018).

4) Adaptasi Metabolisme

Otak dapat difungsikan dengan baik karena adanya glukosa

dalam jumlah tertentu. Upaya mempertahankan kadar glukosa darah

pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan menjepit tali pusat

dengan klem pada saat lahir. Glukosa darah akan turun dalam waktu

yang cepat antara satu sampai dua jam. Bidan dapat melakukan

koreksi terhadap penurunan gula darah bayi baru lahir dengan 3 cara

berikut :

a. Melalui penggunaan ASI

b. Melalui penggunaan cadangan glikogen

c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak

(Yuni dan Widy, 2018).

5. Penilaian APGAR pada Bayi Baru Lahir

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir

dengan menggunakan nilai APGAR (tabel 2.1). APGAR adalah metode

sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat

setelah kelahiran yang dilakukan pada menit pertama, kelima dan


77

kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

asfiksia atau tidak. (Sondakh, 2016).

Tabel 2.7 Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR

Tanda 0 1 2

Frekuensi jantung Tidak ada Kurang dari Lebih dari


(hertrate) 100/menit 100/menit.

Usaha napas Tidak ada Lemah/atau tidak Baik/menangis


(respiration teratur ( slow kuat
offort), irregular )

Tanus otot Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif


(muscle tone) fleksi sedikit

warna kulit Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


(colour) ekstremitas biru kemerahan
(Sumber: Sondakh, 2016).

Keterangan : Apabila nilai APGAR sebagai berikut

7-10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau bayi dalam keadaan

normal

4-6 : Bayi mengalami asfiksia sedang

0-3 : Bayi mengalami asfiksia berat


78

6. Kunjungan Bayi Baru Lahir Normal

Tabel 2.8 Kunjungan BBL normal


Kunjungan Penatalaksanaan
Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) a. Mempertahan suhu tubuh bayi. Hindari
dilakukan dalam kurung waktu 6- memandikan bayi bayi hingga sedikitnya
48 jam setelah bayi baru lahir. 6 jam dan hanya setelah itu jika terjadi
masalah medis dan jika suhu 36,5℃.
Bungkus bayi dengan kain yang kering
dan hangat, kepala bayi harus tertutup.
b. Pemeriksaan Fisik Bayi
c. Dilkukan pemeriksaan fisik
d. Gunakan tempat yang hangat dan bersih
e. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan pemeriksaan
f. Memberikan imunisasi HB0
g. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih
dan kering
Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) a. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih
dilakukan pada kurung waktu hari dan kering
ke-3 sampai dengan hari ke-7 b. Menjaga kebersihan bayi
setelah lahir. c. Pemeriksaan tanda bahaya seperti
kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare berat, badan rendah dan masalah
pemberian ASI.
d. Memberikan ASI (bayi harus disusunkan
minimal 0-15 kali dalam 24 jam) dalam 2
minggu pasca persalinan.
e. Menjaga keamanan bayi
79

f. Menjaga suhu tubuh bayi


g. Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI esklusif
pencegahan hipotermi dan melaksanakan
perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan buku KIA.
h. Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan.
Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) a. Pemeriksaan fisik
dilakukan pada kurung waktu hari b. Menjaga kebersihan bayi
ke-8 sampai dengan hari ke-28 c. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda
setelah lahir. bahay bayi baru lahir.
d. Memberikan ASI (bayi harus disusun
minimal 10-15 kali dalam 24 jam) dalam
2 minggu pasca persalinan.
e. Menjaga keamanan bayi
f. Menjaga suhu tubuh bayi
g. Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASSI esklusif
pencengahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir
di rumah dengan menggunakan buku
KIA.
h. Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG
i. Penanganan dan rujukan kasus bila
diperlukan.
(Sumber : Welyani dan Endang, 2019)
80

7. Asuhan pada Bayi Baru Lahir Normal

a. Menjaga bayi agar tetap hangat

Langkah awal dalam menjaga kehangatan bayi tetap hangat

adalah menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir, tunda

memandikan bayi selama 6 jam atau sampai stabil untuk mencengah

hipotermi.

b. Membersihkan saluran napas

Dengan menghisap lendir yang ada di mulut dan hidung.

Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR

score menit pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera

setelah lahir.

c. Mengeringkan Tubuh Bayi

Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan

menggunakan kain dan handuk yang kerning, bersih dan halus.

Mengeringkan dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya tanpa

membersihkan verniks kasiosa. Verniks kasiosa akan membantu

menghangatkan bayi.

d. Memotong Tali pusat Bayi

Dengan teknik aseptik dan antiseptik. Tindakan ini

dilakukan untuk menilai APGAR score menit kelima. Cara

pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut:


81

(1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

Penyuntikan oxytosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat

dipotong (oksotosin IU intramuscular).

(2) Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT

3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan

tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat

kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan

pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak

2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

(3) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan

yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut

dengan menggunakan gunting DTT (steril).

(4) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi,

kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

(5) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam

larutan klorin 0,5%

(6) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi

menyusui dini.

(7) Melakukan IMD dimulai sedini mungkin eksklusif selama 6

bulan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan


82

pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama

kali dapat dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah

IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu

dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan biarkan

bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusui.

(8) Memberikan identitas diri segera setelah IMD berupa gelang

pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal,

jam lahir, dan jenis kelamin.

(9) Memberikan suntikan Vitamin K1 karena sistem pembekuan

darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru

lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah

terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama

bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione)

sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada

anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah

proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B

(10) Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk

mencegah terjadinya infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya

diberikan 1 jam setelah lahir.

(11) Memberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan

1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular.

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi


83

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

(12) Melakukan pemeriksaan fisik Bayi Baru Lahir

i. Pemeriksaan Umum

(1) Pernapasan

Pernapasan bayi baru lahir normal adalah 30-60

x/menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara

merintih pada fase ekspirasi

(2) Warna Kulit

Warna kulit bayi normal adalah kemerahan,

sedangkan babyi premature kelihatan lebih pucat.

(3) Denyut Jantung

Denyut jantung bayi baru lahir normal antara

120-160 x/menit, tetapi masih dianggap normal bila

lebih dari 160 x/menit.

(4) Suhu Aksila

Suhu bayi normal adalah 36,5 ℃ - 37,5 ℃.

(5) Postur dan Gerakan

Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan

istrahat adalah kepalan tangan longgar, dengan

lengan, panggul dan lutut semifleksi.


84

(6) Tali Pusat

Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada

hari pertama, mulai kering, mengerut dan akhirnya

terlepas setelah 7-10 hari.

(7) Berat Badan

Beberapa hari setelah kelahiran, berat badan

bayi akan turun sekitar 10% dari berat badan lahir.

Pada hari ketiga setelah kelahiran, berat badan bayi

akan naik kembali sampai akhir minggu pertama

dan beratnya akan sama dengan berat badan saat

lahir (Dainty, dkk, 2018).

ii. Pemeriksaan Fisik (head to toe)

(1) Kepala

Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura,

caput succedenium, chephal haematoma,

hidrosephalus.

(2) Muka

Tanda-tanda paralisis.

(3) Mata

Ukuran, bentuk, dan kesimetrisan, kornea

mata, katarak kongenital, keluar nanah, bengkak

pada kelopak mata, perdarahan.


85

(4) Telinga

Jumlah, posisi, dan kesimetrisan dihubungkan

dengan mata dan kepala serta ada tidaknya

gangguan pendengaran.

(5) Hidung

Bentuk dan lebar hidung, pola pernapasan, dan

kebersihan.

(6) Mulut

Bentuk dan kesimetrisan, mukosa mulut

kering atau basah, lidah dan pelatum, ada bercak

putih pada gusi, refleks sucking (mengisap),

kelainan dan tanda abnormal lain.

(7) Leher

Bentuk dan kesimetrisan, adanya

pembengkakan/benjolan, kelainan tiroid, dan

tanda abnormal lain.

(8) Klavikula dan Lengan Tangan

Adanya fraktur klavikula, gerakan dan jumlah jari.

(9) Dada

Bentuk dan kelainan dada, putting susu,

gangguan pernapasan, akultasi bunyi jantung, dan

pernapasan.
86

(10) Abdomen

Penonjolan sekitar tali pusat pada saat

menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh

darah pada tali pusat, bentuk dan kesimetrisan,

serta kelainan lainnya.

(11) Ginetalia

Pada laki-laki : panjang penis, testis sudah turun

berada dalam skrotum, urofisium

uretra di ujung penis, dan

kelainan (phimosis,

hypospadias/epispadia).

Pada wanita : labia mayor dan labia minora,

klitoris, orifisium vagina,

orifisium uretra, secret, dan

kalainan lainnya.

(12) Tungkai dan Kaki

Gerakan, bentuk dan kesimetrisan, jumlah

jari, pergerakan, dan kelainan lainnya.

(13) Anus

Adanya lubang anus, posisi, fungsi, sfingter

ani. Adanya kelainan, seperti atresia ani,

megakolon, dan kelainan lainnya.


87

(14) Punggung

Bayi posisi tengkurap, raba kulvatura

kolumna vertebralis, scoliosis, pembengkakan,

spina bifida, meilomeningokel, dan kelainan

lainnya.

(15) Pemeriksaan Kulit

Verniks kasiosa, lanugo, warna, edema,

bercak, tanda lahir dan memar.

(16) Refleks

Refleks mencari putting (rooting), refleks

mengisap (sucking), refleks menggenggam

(Babinski), refleks moro, dan refleks leher

asimetrik tonik.

(17) Antropometri

Berat badan, panjang badan, lingkar kepala,

lingkar dada, lingkar paha, dan LILA.

(18) Eliminasi

Jumlah BAB dan BAK per hari (Dainty,

dkk, 2018).
88

5. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami

istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kehamilan yang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Yuhendi dan

Kurniawati, 2018).

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia kehamilan, pengaturan

kelahiran, pembinaan keutuhan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

(Yuhendi dan Kurniawati, 2018).

b. Tujuan Keluarga Berencana

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar

terwujudnya masyarakat yang sejahtera dangan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk (Yuhendi dan

Kutniawati, 2019).

Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan

mengkategorikan tiga fase untuk mencapai sasaran tersebut yaitu :


89

1) Fase Menunda Kehamilan

Menunda kehamilan dianjurkan bagi pasangan usia subur (PUS)

dengan usia istri kurang dari 20 tahun.

2) Fase Menjarangkan Kehamilan

Fase ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia 20-30

tahun karena rentang usia tersebut merupakan rentang usia terbaik

mengandung dan melahirkan.

3) Fase Menghentikan/Mencengah Kehamilan

Biasanya dianjurkan pada wanita yang berusia lebih dari 30

tahun (Yuhendi dan Kutniawati, 2019).

c. Jenis-jenis Kontrasepsi

1. Kontrasepsi Kondom

i. Kondom Pria

Kondom adalah kantong kecil yang terbuat dari karet tipis

dan digunakan oleh pria pada penisnya saat melakukan

hubungan seksual.

Gambar 2.2 Kondom Pria


(Sumber : Andina Vita Sutanto, 2019)
90

ii. Kondom Wanita

Kondom wanita dipasang dalam vagina untuk menutupi

bibir luar genetalia, sama halnya dengan kondom pria. Kondom

wanita sifatnya juga sekali pakai karena dapat rusak jika

digunakan kembali.

Gambar 2.3 Kondom Wanita


(Sumber : Andina Vita Sutanto, 2019)

Keuntungan Kontrasepsi Kondom

(1)Sangat praktis dan mudah didapatkan

(2)Dapat mencengah penularan penyakit kelamin

Kekurangan Kontrasepsi Kondom

(1) Dapat menimbulkan alergi dari bahan yang digunakan

(2) Hanya sekali pakai

(3) Mudah robek


91

2. Kontrasepsi Suntik dan Progestin

Kontrasepsi suntikan progestin dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam usia produktif yang sangat efektif cocok untuk

masa laktasi tidak menekan ASI, aman digunakan tetapi kembali

kesuburan lebih lambat.

i. Indikasi kontrasepsi suntik/depo progestin

Menurut BKKBN, indikasi pada pengguna suntik DMPA adalah:

(1) Wanita usia reproduktif

(2) Wanita yang sudah memiliki anak

(3) Pasangan yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang

dan efektivitas tinggi.

(4) Wanita yang sedang menyusui

(5) Setelah melahirkan tetapi tidak menyusui

(6) Setelah abortus dan keguguran

ii. Kontraindikasi kontrasepsi suntik/depo progestin

Menurut BKKBN, indikasi pada pengguna suntik DMPA adalah:

(1) Hamil (dibuktikan dengan pemeriksaan medis atau dicurigai

hamil)

(2) Perdarahan pada pervaginam dan penyebabnya belum jelas

(3) Wanita yang tidak dapat menerima efek samping berupa

gangguan haid

(4) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara


92

(5) Penderita diabetes melitus yang disertai komplikasi

3. KB Suntik 3 Bulan

Kontrasepsi yang mengandung progestin yaitu DEPO

mendroksi progesterone asetat (depo propera) mengandung 150

DMPA yang diberikan setiap 3 bulan sekali dengan cara disuntukkan

intramuscular (IM).

Gambar 2.4 KB suntik 3 bulan


(Sumber : Andina Vita Sutanto, 2019)

(a) Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan :

(1) Risiko terhadap kesehatan kecil

(2) Tidak mempengaruhi hubungan suami istri

(3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

(4) Jangka panjang

(5) Efektif samping sangat kecil

(6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik


93

(b) Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan :

(1) Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang,

perdarahan yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid

sama sekali.

(2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

(3) Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering.

(4) Terlambat kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

(5) Terjadi perdarahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang.

(6) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densita

ulang.

(7) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan

emosi, sakit kepala, nervositas dan jerawat.

4. Kontrasepsi Suntik Kombinasi (1 bulan)

Sesuai dengan namanya, KB ini disuntikkan tiap 30 hari sekali.

Tidak berbeda jauh dnegan suntik KB 3 bulan, tujuan suntik KB 1

bulan adalah mencegah terjadinya kehamilan (Yuhendi dan

Kurniawati, 2018).
94

Gambar 2.5 Kb suntik 1 bulan


(Sumber: Andina vita sutanto, 2019).

(a) Keuntungan Kontrasepsi Suntik 1 Bulan

(1) Praktik karena tidak perlu mengingat-ingat setiap hari

(2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

(4) Klien tidak perlu menyiapkan obat suntik

(b) Kerugian Kontrasepsi Suntik 1 Bulan

(1) Timbulnya perdarahan yang tidak normal

(2) Timbulnya perdarahan yang tidak normal

(3) Kurangnya kesadaran dan himbauan terkait penggunaan

suntik 1 bulan, sehingga dapat menyebabkan seseorang

merupakan jadwal penyuntikan atau cenderung malas untuk

melakukannya

(4) Dapat menyebabkan pusing dan payudara lebih terasa

sensitive atau nyeri.

(5) Dapat membuat perubahan mood


95

5. PIL KB Kontrasepsi Oral Kombinasi

Pil KB berisi dua zat yang berguna untuk mencegah

lepasnya ovum dari tiba falopi wanita. Ada 2 macam kemasan

pil, yaitu kemasan berisi 21 pil dan kemasan berisi 28 pil.

Sebelum meminum pil kesehatan ibu perlu di periksa terlebih

dahulu. Jika menurut hasil ibu dapat memakai pil maka ibu

dapat mulai minum KB (Yuhendi dan Kurniawati, 2018).

Gambar 2.6 Kontrasepsi PIL


(Sumber : Jitowiyono dan Rouf, 2019).

(a) Keuntungan Kontrasepsi PIL

(1) KB PIL efektif untuk mencengah kehamilan bila dipakai

sesuai petunjuk diminum setiap hari secara teratur.

(2) Bila ingin mempunyai anak lagi maka ibu dapat hamil

kembali setelah pemakaian pil dihentikan

(3) Siklus menstruasi teratur, banyaknya darah menstruasi

berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri menstruasi


96

(4) Mudah di hentikan setiap saat

(b) Kerugian Kontrasepsi PIL

(1) Membosankan karena digunakan setiap hari

(2) Pusing

(3) Nyeri payudara

(4) Mual terutama pada 3 bulan pertama

(5) Berat badan naik sedikit

6. KB Implant

Implant atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang terdiri dari

enam kapsul kecilberisi hormone lovonorgestrel yang dipasang

dibawah kulit lengan atas bagian dalam. Implant dipakai selama lima

tahun (Mastiningsih, 2019).

Gambar 2.7 Kontrasepsi Implant


(Sumber : Mastiningsih, 2019).
97

(a) Keuntungan Kontrasepsi Implant


(1) Daya guna tinggi

(2) Perlindungan jangka panjang (5 tahun)

(3) Pengambilan tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabuan

(4) Tidak perlu dilakukan periksa dalam

(5) Tidak mengganggu kegiatan senggama

(6) Klien hanya perlu kembali kepelayanan kesehatan hanya jika

merasa ada keluhan

(b) Kerugian Kontrasepsi Implant

(1) Sering ditemukan senggema menstruasi, seperti menstruasi

memanjang dan memendek

(2) Nyeri kepala

(3) Penurunan atau peningkatan berat badan

(4) Perasaan mual

(5) Pening atau pusing kepala nyeri payudara

(6) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan

7. KB IUD/AKDR

Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) merupakan alat

kontrasepsi yang ditempatkan didalam uterus. AKDR dibuat dari

plastik yang khusus diberikan benang pada ujungnya. Benang ini

digunakan untuk meperiksaan control. Ada beberapa macam AKDR,


98

antara lain Lippes loop (bentuk seperti spiral), Cooper-T (bentuk

seperti huruf Y dan dililit tembaga), dan Multi load (bentuk seperti

pohon kepala atau kipas terbuka yang dililit tembaga) (Jitowiyono

dan Rouf, 2019).

Gambar 2.8 Kontrasepsi IUD


(Sumber : Andina Vita Sutanto, 2019).

(a) Keuntungan Kontrasepsi IUD

(1) Praktis

(2) Ekonomis

(3) Aman

(4) Mudah diperiksa (kontrol)

(5) Efektif untuk proteksi jangka panjang

(6) Tidak mengganggu hubungan suami istri

(7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

(8) Tidak dapat di pasang segerah setelah melahirkan


99

(b) Kerugian IUD

(1) Perubahan siklus menstruasi (umumnya pada 3 bulan pertama

dan akan berkurang setelah 3 bulan) menstruasi lebih lama

dan banyak.

(2) Rasa nyeri atau mules beberapa saat setelah dipasangkan

(3) Tidak baik digunakan pada wanita IMS atau wanita yang

berganti pasangan.

8. Sterilisasi pada Wanita (Tubektomi)

Sterilisasi pada wanita atau tubektomi merupakan metode

pengikatan dan pemotongan tuba falopi agar ovum tidak dapat

diubah oleh sperma (Masningsih, 2019).

Gambar 2.9 Kontrasepsi Tubektomi


(Sumber : Masningsih, 2019)

(a) Keuntungan Kontrasepsi Tubektomi

(1) Permanen dan efektif

(2) Tidak mempengaruhi proses menyusui


100

(3) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi

lokal.

(4) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

(5) Efek samping jangka panjang dan tidak mengganggu

hubungan seksual.

(b) Kerugian Kontrasepsi Tubektomi

(1) Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan

(2) Rasa sakit atau ketidaknyamanan jangka pendek setelah

tindakan

9. Sterilisasi pada Pria

Sterilisasi pada pria atau vasektomi tindakan pengikatan dan

pemotongan vas deferens agar sperma tidak keluar dari penis (Yuheni

dan Kurniawati, 2018).

Gambar 2.10 Kontrasepsi Vasektomi


(Sumber : Mastiningsih, 2019).
101

(a) Keuntungan kontrasepsi vasektomi

(1) Permanen dan efektif

(2) Tidak ada efek sampinng jangka panjang dan tidak

menganggu hubungan seksual

(3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

(4) Tindakan bedah yang aman dan sederhana

(5) Tidak mengganggu hubungan seksual

(b) Kerugian kontrasepsi vasektomi

(1) Harus ada pembedahan minor

(2) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki

anak.

d. Konseling KB

1. Pengertian Konseling KB

Konseling KB adalah percakapan yang bertujuan untuk

membantu calon peserta KB agar memahami norma keluarga kecil

bahagia sejahtera (NKKBS). Dengan memahami NKKBS,

diharapkan mereka memilih keinginan untuk memilki keluarga

kecil bahagia sejahtera (KKBS), dan untuk bisa memiliki KKBS

mereka akan merasa perlu memakai alat KB. Agar dapat

menolong calon peserta KB untuk nisaa memilih alat KB yang

cocok, perlu diberikan konseling KB, pemilihan dan pemakaian

alat KB yang didahului dengan konseling KB akan membuat


102

peserta KB merasa aman dan nyaman (Yehendi dan Kurniawati,

2018).

2. Tujuan Konseling

Secara detail, tujuan pemberian konseling adalah sebagai berikut :

a) Memberikan informasi yang tepat, lengkap, serta objektif

mengenai berbagai metode kontrasepsi sehingga klien

mengetahui manfaatpenggunaan kontrasepsi bagi diri sendiri

maupun keluarganya.

b) Mengidentifikasi dan menampung perasaan-perasaan negatif,

misalnya keraguan maupun ketakutan-ketakutan yang dialami

klien sehubung dengan pelayanan KB atau metode-metode

kontrasepsi sehingga konselor dapat membantu klien dalam

menanggulanginya.

c) Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi terbaik

bagi mereka. “terbaik” disini berarti metode yang aman dan

yang ingin digunakan klien atau metode yang secara mantap

dipilih oleh klien.

d) Membantu klien agar dapat menggunakan cara kontrasepsi

yang mereka pilih secara aman dan efektif.

e) Memberikan informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan

tempat pelayanan KB.


103

f) Menyeleksi calon akseptor dengan risiko tinggi, khusunya

untuk kontrasepsi mantap, dan membantu mereka memilih

metode kontrasepsi alternatif yang lebih sesuai.

3. Jenis Konseling

a. Konseling KB di lapangan (nonklinik)

b. Konseling KB di klinik

4. Langkah-langkah dalam Konseling

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon peserta

KB yang baru, hendaknya menerapkan enam langkah yang sudah

dikenal dengan kata kunci “SATU TUJU”. Penerapan “SATU

TUJU” tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena

petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.

Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatikan pada

langkah yang satu dibandingkan dengan langkah yang lainnya.

Penjelasan mengenai kata kunci “SATU TUJU” adalah sebagai

berikut:

a) SA : Beri salam, sambut kedatangan, dan berikan

perhatikan.

b) T : Tanyakan apa masalah dan apa yang ingin dikatakan

c) U : Uraian mengenai alat-alat KB yang ingin diketahui

d) TU : Bantu mencocokan alat KB dengan keadaan dan

Kebutuhan.
104

e) J : Jelaskan alat KB apa yang digunakan

f) U : Ukangi, sambutlah dengan baik apabila klien perlu

konseling KB.

C) Tinjauan Umum Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

a) Pengertian Asuhan Kebidanan 7 Langkah Vernay

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup

praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Asuhan kebidanan juga

menerapkan fungsi dan kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada

klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan

ibu masa hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi setelah lahir serta

keluarga berencana (Jannah, 2017).

b) Tujuan Asuhan Kebidanan

Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan

keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksinya,

mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan

perempuan dan keluarganya dengan menumbuhkan rasa percaya diri

(Jannah, 2017).

c) Lingkup Asuhan Kebidanan

Pelayanan berfokus pada upaya pencengahan, promosi kesehatan,

pertolongan persalinan normal deteksi komplikasi pada ibu dan anak,


105

melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan

lain jika perlukan, serta melaksanakan kegiatan kegawatdaruratan

(Jannah, 2017).

2. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikiran yang di

gunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan,

perencanaan, pelayanan dan evaluasi (Jannah, 2017).

Prinsip Proses Manajemen Kebidanan Menurut Varney, proses

manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American

College of Nurse Midwife (ACNM) terdiri dari:

a. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang

lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif

terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi

data dasar.

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

bersama klien.

d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan

dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.


106

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana

individual.

g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan

selanjutnya.

h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi

darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.

i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan

dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3. Langkah-langkah Manajemen Asuhan Kebidanan :

(a) Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar

(b) Langkah II : Intrepretasi data

(c) Langkah III : Mengidentifikasi diagnose atau masalah

potensial dan mengantisipasi

(d) Langkah IV : Tindakan segera

(e) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

(f) Langkah VI : Pelaksanaan asuhan dengan efisien dan aman

(g) Langkah VII : Mengevaluasi

Standar asuhan kebidanan menurut Kepmenkes Nomor

938/Menkes/SK/Vlll/2007 adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan

dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
107

lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari

pengkajian, perumusan diagnose atau masalah kebidanan, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

1) Langkah I : Pengkajian

(a) Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

(b) Kreteria Pengkajian

(1) Data tepat, akurat dan lengkap

(2) Terdiri dari data subjek (hasil anamnesa biodata, keluhan utama,

riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial

budaya).

(3) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

2) Langkah II : Perumusan diagnose dan atau masalah kebidanan

(a) Pernyataan Standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

(b) Kriteria perumusan diagnosa dan atau Masalah

(c) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

(d) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien


108

(e) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

3) Langkah III: Perencanaan

(a) Pernyataan standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa

dan masalah yang ditegakkan.

(b) Kriteria perencanaan

(1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien. Tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan

secara komprehensif.

(2) Melibatkan klien atau pasien dan atau keluarga.

(3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social budaya klien atau

keluarga.

(4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence bassed dan memastikan bahwa asuhan

yang diberikan bermanfaat untuk klien.

(5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada (Walyani dan Endang,

2019).

4) Langkah IV: Implementasi

(a) Pernyataan standar


109

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence bassed

kepada klien atau pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan.

(b) Kriteria

(1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psio-sosial-

spiritual-kultural.

(2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (inform consent).

(3) Melaksanakan tindakan asuhan evidence bassed.

(4) Melibatkan klien atau pasien dalam setiap tindakan.

(5) Menjaga privacy klien atau pasien.

(6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

(7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan.

(8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

(9) Melakukan tindakan sesuai standar.

(10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan (Walyani dan

Endang, 2019).

5) Langkah V: Evaluasi
110

(a) Pernyataan standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

(b) Kriteria evaluasi

(1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien.

(2) Hasil evaluasi segera dan dikomunikasikan pada klien dan atau

keluarga.

(3) Evaluasi dilakukan sesuai standar.

(4) Hasil evaluasi ditindak lanjut sesuai dengan kondisi klien atau

pasien (Walyani dan Endang, 2019).

4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan

pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang

berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara

tertulis dengan tanggung jawab bidan.

Menurut Grestanti Lidia (2016), prinsip pendokumentasian kebidanan

dengan metode SOAP adalah sebagai berikut :

a. S (subjektif), merupakan segala bentuk pernyataan atau keluhan dari

pasien
111

1) Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien

melalui anamnesa.

2) Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien,

suami atau keluarga serta dari rekam medis

b. O (objektif), data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh bidan atau

tenaga kesehatan lainnya.

1) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil lab dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assessment.

2) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang

dilakukan oleh bidan, dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

c. A (assesment), kesimpulan dari data subjektif dan objektif

1) Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data atau

informasi subjektif dan objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

2) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

d. P (planning), rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.


112

Bagan 2.1 Metode Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Alur fikir bidan Pencatat dan Asuhan Kebidanan

proses manajemen Pendokumentasian


kebidanan Asuhan Kebidanan

7 LANGKAH VAERNEY SOAP NOTES

1. pengumpulan data dasar Subjek (hasil Anamnesis)


Objektif Pemeriksaan)
2. Interpretasidata:diagnosis,ma Assesment (Analisis dan
salah,
interpretasidata)
Kebutuhan
3. Identifikasi masalah/masalah a. Diagnosisdan masalah
potensial
diagnosis
4. Indentifikasi kebutuhan yang b. Diagnosis dan masalah
memerlukan penanganan
segera secara mandiri, potensial
konsultasi atau kolaborasi c. Kebutuhan segera
5. rencana susulan Penatalaksanaan (Dokumentasi
a. melengkapi data
implementasi dan evaluasi)
diangnosis/kolaborasi
b. pendidikan/konseling a. evaluasi mandiri
c. rujukan
b. kolaborasi
d. follow up
c. diagnostic
d. konseling
6. pelaksanaan
e. follow up
7. evaluasi
BAB III
METODE PENGKAJIAN

A. Karangka Konsep Kegiatan Asuhan Berkelanjutan (COC)

Dalam pengkajian ini, pengkaji melakukan asuhan kebidanan kepada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana yang bersifat

berkelanjutan dengan pendekatan manajemen kebidanan dalam membantu

mengatasi masalah kesehatan pasien secara komprehensif (asuhan diberikan

pada satu orang pasien asuhan berkelanjutan dari masa kehamilan sampai

dengan masa keluarga berencana).

Model asuhan kebidanan komprehensif bertujuan unutuk meningkatkan

asuhan yang berkesinambungan selama periode tertentu. Asuhan kebidanan

komprehensif dimana bidan sebagai tenaga professional, memimpin dalam

perencanaan organisasi dan pemberian asuhan selama kehamilan, kelahiran,

bayi periode post partum dan keluarga berencana sehingga mampu

memberikan kontribusi untuk kualitas asuhan yang lebih baik.

Asuhan kebidanan secara berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana ini didokumentasikan dalam

bentuk asuhan kebidanan berdasarkan Kepmenkes No.938/Menkes

/SK/VIII/2007.

112
113

Bagan : 3.1 Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan Berkenajutan

Penerapan Asuhan Kebidanan pada


kehamilan fisiologis

Kunjungan I (UK 34-36 minggu)

Kunjungan II (UK 36-38 minggu)

Kunjungan III (UK 38-40 minggu)


Pemantauan kemajuan persalinan kala I-
IV dengan partograf dan pertolongan
persalinan normal

Kunjungan III (UK 38-40 minggu)

Penerapan asuhan kebidanan Penerapan asuhan KUNJUNGAN I


kebidanan pada ibu nifas (4-7 HARI PP) =
pada BBL- Neonatus KONSELING
FISIOLOGIS PELAYANAN KB
KUNJUNGAN I (Umur 6-48
KUNJUNGAN I (6 jam-3 KUNJUNGAN II
jam) hari PP) (8-14 HARI PP) =
EVALUASI
KUNJUNGAN II (Umur 4-7 KUNJUNGAN II ( 4-7 KONSELING
hari PP) PELAYANAN KB
hari)
KUNJUNGAN III (8-14
KUNJUNGAN III (Umur 8-
B. Desain Pengkajian hari PP)
14 hari)
Jenis pengkajian ini adalah pengkajian dalam bentuk studi kasus yaitu

mengambil 1 orang kasus kebidanan untuk dijadikan subyek penelitian dalam


114

bentuk askeb yang dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dan keluarga berencana dengan pendekatan melakukan manajemen asuhan

kebidanan secara berkelanjutan atau continuity of care dengan mengeksplorasi

secara mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu.

C. Tempat dan Waktu Pengkajian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kassi-kassi, Kec.

Rappocini, Kota Makassar, Prov. Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan

bulan Juli 2021 di Puskesmas Kassi-kassi.

D. Objek Pengkajian

Objek dalam pengkajian ini Ny “ ” di Puskesmas Kassi-kassi dari masa

kehamilan, persalinan, nifas , bayi baru lahir dan keluarga berencana.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data pengkaji melakukan pengumpulan

didasarkan atas rencana peneliti.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui obsevasi pengamatan

langsung pada ibu secara komprehensif.

a. Interview

Wawancara atau tanya jawab dilakukan secara langsung antara

peneliti dengan pihak-pihak terkait, seperti klien, keluarga dan tim


115

kesehatan lainnya (dokter, bidan dan petugas kesehatan lainnya)

umtuk memperoleh data yang dibutuhkan.

b. Obsevasi

Pengkaji mengadakan observasi untuk mengetahui secara

langsung keadaan klien yang meliputi observasi tanda-tanda vital dan

observasi perdarahan.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksanaan fisik dilakukan cara pemeriksaan secara

menyeluruh (head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan pada ibu hamil

dengan asuhan kebidanan secara komprehensif.

F. Metode Pengumpulan Data

Penyajian data menggunakan metode pelaksanaan manajemen asuhan

kebidanan Kep Menkes RI No 938/Menkes/SK/III/2007 (pengkajian, analisis,

masalah/diagnosis potensial, tindakan segera, rencana tindakan, pelaksanaan

dan evaluasi) yang didokumentasikan dengan menggunakan pengkajian

SOAP dan mampu melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara lengkap,

akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir (BBL) dan keluarga berencana (KB).

G. Etika Pengkajian
116

Dalam melakukan penelitian perlu mendapatkan rekomendasi dari

institusi atau pihak lain dengan pengajuan permohonan izin kepada institusi

atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah

melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi

(Efendi, 2016).

1. Informen Consent

Informen Consent adalah persetujuan bebas yang diberikan oleh

terhadap suatu tindakan medis, setelah ia memperoleh semua informasi

yang penting mengenal sifat serta konsekuensi tindakan tersebut.

Informen consent dibuat berdasarkan prinsip autonomi, beneficentia dan

nonmaleficentia yang berakar pada martabat manusia dimana otonomi

dan integrasi pribadi pasien dilindungi dan dihormati.

2. Anonomity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan mencantumkan

identitas (nama) tapi cukup dengan memberikan kode pada masing-

masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Menjelaskan masing-masing responden yang akan dirahasiakan dalam

penelitian. Kerahasiaan oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Aziz, 2016).


117

H. Alur Pengkajian

Bagan : 3.2 Alur Asuhan Kebidanan Berkelanjutan

IBU HAMIL
UK 32/34-40-42
MINGGU

FISIOLOGIS PATOLOGIS

Penerapan Asuhan Kebidanan pada


kehamilan fisiologis RUJUK
Kunjungan I (UK 34-36 minggu
Kunjungan II (36-38 minggu)
Kunjungan III (UK 38-40 minggu)

BERSALIN

FISIOLOGIS PATOLOGIS

Pemantauan kemajuan
persalinan kala I-IV dengan RUJUK
partograf dan pertolongan
persalinan normal u

BAYI BARU NIFAS


LAHIR

FISIOLOGIS PATOLOGIS FISIOLOGIS PATOLOGIS

Pemantauan asuhan Pemantauan asuhan


kebidanan pada BBL- kebidanan pada ibu nifas
RUJUK RUJUK
neonatus fisiologi fisiologis
Kunjungan I (umur 6jam- Kunjungan I (6jam-3hari
3hari) PP)
Kunjungan II (umur 4-7 hari ) Kunjungan II (4-7 hari PP)
Kunjungan III (umur 8-14 Kunjungan III (8-14 hari
hari) PP)
KB

Kunjungan I (4-7 hari PP) = Konseling pelayanan KN II


Kunjungan II (8-14 hari PP) = Evaluasi konseling pelayanan
KB
DAFTAR PUSTAKA

Andina Vita Sutanto, (2019). Keluarga Berencana (KB) dalam Perspeksif

Bidan. Yogyakarta : PT Pustaka Baru Press.

Arantika, P & Fatimah, (2019). Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka

Baru Press.

Astuti, dkk, (2017). Konsep Dasar Asuhan Berkelanjutan. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Aziz, (2016). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Dertiwen & Yanti Nuhayanti, (2019). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.

Yogyakarta : Andi.

Dewi, dkk, (2017). Asuhan Kehamilan dan Nifas untuk Kebidanan. Jakarta :

Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, (2018). Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan.

Elisabeth dan Endang, (2020). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.

Pustaka Baru Press.

Fatimah dan Nuryaningsih, (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan

[Terhubung Berkala]. https://www.elearning.fkkumj.ac.id [November,

2016].
Jannah, (2017). Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Ar-Ruz

Media.

Jitowijoyo & Rouf, (2019). Keluarga Berencana (KB) dalam Persepetif

Bidan. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.

Kartika, (2017). Asuhan Kebidanan Komprehensif Persalinan dan Bayi

Baru Lahir. Jakarta.

Legawati. (2018). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang :

Wineka Media.

Mandang J, dkk, (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor : In

Medika.

Mastiningsih, (2019). Buku Ajar Program Pelayanan Keluarga Berencana.

Bogor : In Media.

Munthe, dkk,(2019). Asuhan Kebidanan Berkelanjutan (COC). Jakarta :

Trans Info Media.

Pratiwi M.A & Fatimah, (2020). Patologi Persalinan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.

Prawiharjo S & Kartika, (2019). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina

Pustaka.

Sari & Khotimah, (2018). Asuhan Masa Nifas dan Menyusui. Bogor : In

Media.

Sondakh. (2016). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.


Sutanto A.V & Fitriani Y, (2019). Asuhan Kebidanan pada Masa

Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Syaiful Y. & Lilis F ,(2019). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.

Tutik & Mega, (2019). Deteksi Dini Preeklamsia dengan Antenatal Care.

Makassar : Yayasan Ahmer Cendekia Indonesia.

Walyani S.E & Purwoastuti E.T, (2020). Asuhan Persalinan dan Bayi

Baru Lahir. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.

WHO (Word Health Organization). Profil Kesehatan Dunia, 2016.

Yuhendi & Kurniawati, (2018). Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan

Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Yuliani, dkk, (2017). Buku Ajaran Aplikasi Asuhan Kehamilan. Jakarta :

CV Trans Media.

Yuni F. & Widy M, (2018). Asuhan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka

Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai