4. Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan klimakterium seperti dapat dilihat dalam skema dibawah ini
meliputi :
A. Penatalaksanaan Umum
Perlu ditekankan bahwa masa ini bukan berarti berakhirnya suatu kehidupan melainkan
justru berarti mulainya suatu tingkat kehidupan yang baru. Proses menjadi tua serta
menopause ini sedapat mungkin diterangkan dalam bahasa yang dapat dimengerti. Hubungan
erat yang saling percaya antara dokter pasien dan sebaliknya sangat membantu mengatasi
masalah ini dan mencegah terjadinya kesalahpahaman. Usaha ini dilakukan pada fase dengan
gejala-gejala yang ringan saja. Beberapa peneliti mengatakan bahwa psikoterapi dangkal saja
sudah akan sangat banyak menolong.
B. Pengobatan simtomatik non-hormonal
Gejala klimakterium yang cukup berat harus diobati baik secara medikamentosa ataupun
dengan cara lain. Pengobatan yang tepat disesuaikan dengan keadaan penderita. Untuk
gejala yang ringan maka sering dipakai sedatif, spasmolitika, dan bermacam-macam obat
turunannya. Bagi gejala yang berat seperti gejolak panas yang berat, maka sedatif dan
obat depresan lainnya tidak banyak pengaruhnya.
C. Pengobatan hormonal
Pada dasarnya menopause adalah suatu defisiensi hormonal yang terjadi secara fisiologis.
Tujuan pengobatan adalah mencapai keseimbangan hormonal kembali. Pada umumnya
yang harus diobati adalah defisiensi estrogen.
Dengan pengobatan substitusi estrogen dapat ditemukan beberapa keuntungan disamping
beberapa kerugian :
Pengendalian reaksi vasomotor
Pengurangan reaksi emosional
Pencegahan dan pengobatan genetalia
Pemeliharaan kulit yang baik
Pencegahan dan pengendalian osteoporosis
Berkurangnya resiko terjadinya aterosklerosis
Pencegahan dan pengendalian perdarahan tak teratur.
Mengingat bahwa defisiensi estrogen dalam waktu lama mempunyai pengaruh yang
buruk maka pengobatan substitusi adalah pilihan pengobatan yang terbaik. Sedangkan
sedatif dan obat tranquilizer merupakan obat yang mempunyai cara kerja yang
berlainan sehingga hanya dapat dipakai pada kasus dengan gejala ringan
saja.Pengobatan dengan estrogen konjugasi 1,25 mg perhari selama 20 hari dengan
interval 7-8 hari sebagai pengobatan awal selama bulan pertama, dilanjutkan dengan
dosis sama setiap 4 hari untuk 3 minggu dengan interval 7-8 hari selama bulan ke 2
dan kemudian 1,25 mg setiap 7 hari, untuk 3 minggu dengan interval yang sama pada
bulan ke 3 dan seterusnya, pengobatan ini merupakan cara yang efektif untuk
penanganan kasus-kasus klimakterium. Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina
untuk mencegah penipisan lapisan vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya
infeksi saluran kemih dan beser) dan untuk mencegah timbulnya nyeri ketika
melakukan hubungan seksual. Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen
tanpa progesteron memiliki resiko menderita kanker endometrium. Resiko ini
berhubungan dengan dosis dan lamanya pemakaian estrogen.
Jika terjadi perdarahan abnormal dari vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim.
Mengkonsumsi progesteron bersamaan dengan estrogen dapat mengurangi resiko
terjadinya kanker endometrium.
Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang menderita :
a. Kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
b. Perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti
c. Penyakit hati akut
d. Penyakit pembekuan darah Porfiria intermiten akut.
Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti-cemas, progesteron atau klonidin untuk
mengurangi hot flashes. Untuk mengurangi depersi, kecemasan, mudah tersinggung dan
susah tidur bisa diberikan anti-depresi.