Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan.
Biasanya wanita menggunakan kontrasepsi untuk menunda kehamilan pertamanya dahulu
atau menjarangkan kelahiran dengan anak berikutnya.
Dengan adanya kontrasepsi maka bisa membuat menjadi keluarga sejahtera dan
kontrasepsi disediakan dengan system kafetaria. Ditahun 2000 program KB telah berhasil
mencegah kehamilan 80 juta jiwa. Bila terjadi peningkatan program KB baik untuk
penduduk Indonesia sudah mencapai 2,27 jiwa. Komposisi penduduk Indonesia ditahun 1971
sekitar 118 juta dan ditahun 2008 mencapai 227 juta jiwa.
Wanita di Indonesia berkontrasepsi paling diminati KB suntik dan yang terendah KB
kondom. Menurut kepala BKKBN dr. Sugiri Sjarief, MPA mengatakan sebagai suatu
kebutuhan kontrasepsi terkait dengan kebutuhan fisik dan sosial. Sebagai kebutuhan fisik,
kontrasepsi
memiliki
peranan
dalam
setiap
reproduksi
yaitu
menunda
kehamilan,menjarangkan atau mengakhiri kesuburan sehingga kontrasepsi yang digunakan
sesuai dengan tujuan pengaturan kelahirannya dan kondisi fisik biologisnya.
Salah satu bentuk alat kontrasepsi pertama dalam sejarah vagianal supossitori yang
dipublikasikan dengan menggunakan madu oleh wanita Mesir tempo dulu. Kondom banyak
digunakan pada peradaban kuno dan kebanyakan terbuat dari kain linen dan jaringan
binatang.
Pil KB pertama kali mendapat izin edar di Amerika tahun 1960an dan digunakan oleh
setengah juta wanita. Sekitar 85% wanita aktif secara seksual yang tidak menggunakan
kontrasepsi akan hamil dalam waktu 1 tahun, alasan wanita tiddak menggunakan alat tersebut
karena kurangnya kesadaran akan tingginya resiko terjadinya kehamilan. Harga dari alat
kontrasepsi dijadikan alasan 1/3 wanita untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Pravalensi peserta KB di Indonesia adalah mencapai 66,2% dengan angka prevalensi
peserta KB tertinggi di Bali 77% dan terendah di Papua 44%. Salah satu berita di situs milik
BKKBN 2,3 juta aborsi tiap tahun dilakukan di indonesia. Angka kepesertaan KB pria di
Indonesia mencapai 5%

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengenal jenis kontrasepsi Spesrmisida,
dan pembahasan dalam makalah ini meliputi beberapa hal sebagai berikut :
Untuk mengetahui definisi Spermisida
Untuk mengetahui jenis kontrasepsi spermisida
Untuk mengetahui cara kerja kontrasepsi spermisida
Untuk mengetahui apa saja pilihan kontrasepsi spermisida
Untuk mengetahui apa saja manfaat kontrasepsi spermisida

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka
yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan
intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan. (Suratun, 2008).
2. Macam-macam Metoda Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari
hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk
mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim
sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan
endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi,
angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.
2) Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3
bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka
panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.
3) Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya dilengan
atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan
dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali
segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD


1. Pengertian
Alat kontrasepsi yang teknik pemasangan di insersikan ke dalam rongga rahim,
terbuat dari plastik fleksibel khusus yang diberi benang pada ujungnya yang berguna
untuk pemeriksaan atau kontrol (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Beberapa jenis IUD
dililit tembaga atau tembaga campur perak yang dapat dipakai 5-10 tahun (Glasier dan
Gebbie, 2005).
2. Syarat umum
Menurut Siswosudarmo dkk (2001), sebagaimana alat kontrasepsi pada
umumnya, AKDR harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
a. Kemampuannya untuk mencegah kehamilan
Kemampuan mencegah bagi AKDR yang inert berbanding lurus dengan luas
permukaan endometrium yang kontak dengan bahan.
b. Tidak mudah lepas spontan (ekspulsi)
Salah satu masalah yang ada pada AKDR yang menyebabkan angka
kegagalan naik adalah ketidakmampuannya untuk tetap berada dalam rongga
rahim. 19
c. Kemudahannya untuk dipasang
AKDR harus dapat dipasang tanpa anestesi dan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya AKDR dipasang adalah
lebarnya kanalis servikalis.
d. Mudah untuk dilepas
Sebagaimana saat memasang, AKDR harus dapat dilepas dengan mudah tanpa
menimbulkan rasa sakit. Minimal efek samping, serta mudah untuk
mendeteksi bahwa AKDR masil terletak ditempatnya
e. Bahan dasar
Bahan dasar pembuatkan AKDR bersifat sangat fleksibel, bisa diregang,
dibengkokkan sedemikian rupa mengikuti insertor dan akan kembali ke
bentuk semula setelah menempati cavum uteri.

3. Cara kerja
Menurut Syaifuddin dkk (2003), cara kerja AKDR adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
4. Kelebihan
Kelebihan dari metode kontrasepsi AKDR yaitu:
(1) dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
(2) Sangat efektif (0,60,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama,
atau 1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan) segera setelah pemasangan.
(3) Reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti).
(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
(5) Meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
(6) Dengan AKDR CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal.
(7) Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI.
(8) Dapat dipasang segera setelah abortus bila tidak ada infeksi.
(9) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
(10) Dapat digunakan sampai menopause, 1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir (Pinem, 2009).
5. Kekurangan
Kerugian atau kekurangan metode kontrasepsi AKDR yaitu:
(1) Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklus haid (umumnya
pada 3 bulan pertama dan setelah itu akan berkurang), haid lebih lama
dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid
lebih sakit.
(2) Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS.
(3) Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti
(4) pasangan atau yang menderita IMS.

(5) Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan


IMS menggunakan AKDR.
(6) Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam
pemasangan AKDR.
(7) Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan
AKDR, tetapi biasanya hilang dalam 1-2 hari (Pinem, 2009).
6. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan IUD
1. Faktor internal
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi
merupakan dasar bagi pasangan suami istri sehingga diharapkan semakin
banyak yang memilih metode IUD (Nomleni dkk, 2014).
Hasil penelitian Putri dan Ratmawati (2015), menyimpulkan
bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan pemilihan alat
kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di wilayah kerja Puskesmas
Pagentan 2 dan dibuktikan secara statistik (p = 0,004). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan cukup lebih memilih
untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD daripada menggunakan
kontrasepsi lain.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses perubahan dan peningkatan
pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir dan perilaku masyarakat.
Adanya dinamika berbagai aspek maka proses pendidikan akan terus
menerus dan berkesinambungan sehingga masyarakat mampu menerima
gagasan invasif secara rasional dan bertanggungjawab (BKKBN, 2008).
Pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku sehari-hari, orang yang
berpendidikan tinggi belum tentu menggunakan KB yang efektif.

c. Paritas
Menurut Subiyatun dkk (2009), jumlah anak mempengaruhi
pemilihan kontrasepsi yang akan digunakan. Semakin banyak anak yang
dimiliki maka akan semakin besar kecenderungan untuk menghentikan
kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih metode kontrasepsi
jangka panjang.
d. Usia
Usia seseorang memempengaruhi jenis kontrasepsi yang dipilih.
Responden berusia di atas 20 tahun memilih AKDR karena secara fisik
kesehatan reproduksinya lebih matang dan memiliki tujuan yang berbeda
dalam menggunakan kontrasepsi. Usia diatas 20 tahun merupakan masa
menjarangkan dan mencegah kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi lebih
ditujukan pada kontrasepsi jangka panjang. Responden kurang dari 20
tahun lebih memilih Non AKDR karena usia tersebut merupakan masa
menunda kehamilan sehingga memilih kontrasepsi selain AKDR yaitu pil,
suntik, implan, dan kontrasepsi sederhana.
2. Faktor eksternal
a. Dukungan suami
Lingkungan sosial mempengaruhi penggunaan dan pemilihan alat
kontrasepsi (BKKBN, 2008). Dorongan atau motivasi yang diberikan
kepada istri dari suami, keluarga maupun lingkungan sangat
mempengaruhi ibu dalam menggunakan suatu metode kontrasepsi
(Manuaba, 1998). Seorang wanita jika suaminya mendukung kontrasepsi,
kemungkinan dia menggunakan kontrasepsi meningkat, sebaliknya ketika
wanita merasa gugup berkomunikasi dengan suaminya tentang kontrasepsi
atau suaminya membuat pilihan kontasepsi, kemungkinan dia
menggunakan metode kontrasepsi menurun (Widyawati dkk, 2012).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nuryati dan
Fitria (2014), diketahui bahwa terdapat pengaruh dukungan suami dalam
menggukan MKJP (p = 0,0001). Hal tersebut menunjukkan bahwa
dukungan suami sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi
yang dipakai istrinya. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan Nomleni dkk (2014) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD yang dibuktikan
secara statistik (p = 0,018).

b. Kenyamanan seksual
Menurut Widyawati dkk (2012), penggunaan AKDR dapat
berpengaruh pada kenyamanan seksual karena menyebabkan nyeri dan
pendarahan post coitus ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
mengesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan dan keputihan. Akan tetapi, pendarahan yang muncul hanya
dalam jumlah yang sedikit. Pada beberapa kasus efek samping ini menjadi
penyebab bagi akseptor untuk melakukan drop out, terutama disebabkan
dukungan yang salah dari suami.
c. Kepercayaan
Meskipun program KB sudah mendapat dukungan departemen agama dalam
Memorandum of Understanding (MoU) nomor 1 tahun 2007 dan nomor
36/HK.101/FI/2007 setiap agama mempunyai pandangan yang berbeda terhadap
KB sesuai agamanya (Yanti dkk, 2012). Kepercayaan yang positif disertai dengan
pengetahuan yang baik akan meningkatkan probabilitas individu untuk
menggunakan IUD.
d. Budaya
Budaya adalah pandangan serta pemahaman masyarakat tentang tubuh,
seksualitas, dan kesehatan perempuan berkontribusi terhadap kerentanan tubuh
dan kesehatan reproduksi perempuan. Akseptor yang budayanya mendukung
menggunakan metode kontrasepsi IUD dan sebaliknya.
b. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
1) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim),
efektivitasnya mencapai 99 %.
2) Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel
sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Suratun, 2008).
8

B. Konsep KB Suntik 3 Bulan


1. Definisi
Kontrasepsi suntik KB 3 bulan adalah Depo Medroksiprogesteron Asetat
(Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA. Diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikkan intramuskuler (IM) di daerah bokong. (Saifuddin, 2006)
Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan
kontrasepsi perenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif.
Noresterat juga termasuk dalam golongan ini. (Sarwono, 2006).
2. Jenis KB Suntik
Jenis-jenis KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antara lain:
a. Suntikan / 1 bulan, contoh : cyclofem
b. Suntikan / 3 bulan, contoh : - Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)
- Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)
3. Mekanisme Kerja
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir servik dan menjadi sedikit sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi
d. Menghambat transportasi gamet dan tuba
e. Mengubah endometrium menjadi tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi.

4. Keuntungan atau Kelebihan


Keuntungan atau kelebihan dari metode kontrasepsi suntik ini antara lain :
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak memiliki pengaruh pada ASI
d. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
e. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
f. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
g. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
h. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
i. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

5. Kerugian atau Efek Samping


a. Gangguan haid seperti siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak
atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali
b. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
c. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
d. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
e. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas)
g. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.

10

Tabel 2.1 Hubungan


Sistem
Efek Samping
Reproduksi
dengan Kandungan
Hormon Hormon
Kelebihan Estrogen
- Kista payudara
Defisiensi Estrogen
- Ekstrofi serviks
Kelebihan Progestin
- Disminorea
Defisiensi Progestin - Hipermenorea,
Kelebihan Androgen
menoragia, dan
penggumpalan darah
menstruasi
- Pembesaran payudara
- Mukorea
- Pembesaran uterus
- Berkembangnya
fibroid uterus
- Tidak ada perdarahan
lepas-obat perdarahan
dan perdarahan bercak
selama penggunaan pil
hari ke-1 hingga ke-9
- Perdarahan bercak
terus-menerus
- Perdarahan menstruasi
berkurang,
hipomenorea
- Gejala relaksasi
panggul
- Vaginitis atrofik
- Servisitis
- Lama perdarahan
menstruasi berkurang
- Moniliasis
- Perdarahan
menyerupai
menstruasi dan
perdarahan bercak
pada penggunaan pil
hari ke 10 21
- Hipermenorea

Sindrom
Pramenstruasi
- Kembung
- Limbung, sinkope
- Edema
- Sakit kepala (siklis)
- Iritabilitas
- Kram tungkai
- Mual, muntah
- Gangguan penglihatan
(siklis)
- Kenaikan berat badan
(siklis)
-

Umum

Sistem Kardiovaskular

- Kloasma
- Kerapuhan kapiler
Faringitis
nasal - Stroke
kronis
- Trombosis vena
- Influenza lambung dan - Profunda
varisela
- Hemiparesis
- Hay fever dan rhinitis (kelemahan dan baal
alergika
unilateral)
- Infeksi saluran kemih - Telangiektasis
- Gelisah
- Penyakit
- Gejala vasamotor
tromboembolik
Hipertensi dan dilatasi
- Peningkatan Nafsu
vena tungkai
Makan
- Depresi
- Keletihan
- Gejala Hipoglikemia
- Penurunan Libido
- Neurodermatitis
- Kenaikan Berat
Badan
- Berjerawat
- Ikterus Kolestasis
- Hirsutisme

- Menoragia

c. Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai
tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak
tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma
atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis
kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.
2) Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama dengan
mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara
ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita
dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup
tinggi.
12

3) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu
: metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
4) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.
5) Spermisida
Spermisida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak
dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly,
aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi
lain seperti kondom dan diafragma.
5.1 Pengertian Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non-oksinol
9) yang digunakan untuk membunuh sperma. Spermisida merupakan alat kontrasepsi
sederhana yang mengandung zat kimia untuk membunuh sperma, dimasukkan kedalam
vagina sebelum melakukan hubungan seksual untuk mencegah kehamilan. Sebagai alat
kontrasepsi, spermisida dapat digunakan sendiri.
Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan alat kontrasepsi
lain seperti kondom, diafragma, dan sebagainya. Bentuk spermisida bermacam-macam
antara lain : aerosol (busa), krim dan jeli maupun supositorial.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka kegagalan dari alat kontrasepsi
spermesida ini 18% per tahun apabila digunakan dengan benar dan konsisten dan 29%
apabila digunakan tidak sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.

13

5.2 Jenis Spermisida


Jenis spermisida terbagi menjadi :

Aerosol (busa)
Tablet vagina, suppositorial atau dissolvable film
Krim

5.3 Cara Kerja


Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut :

Menyebabkan sel selaput sperma pecah


Memperlambat motilitas sperma
Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur

5.4 Pilihan
1) Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi)
2) Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode
kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien
3) Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaanya
dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan insersi sebelum hubungan
seksual.
4) Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma
5.5 Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi. Adapun manfaat kontrasepsi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Efektif seketika (busa dan krim)


Tidak mengganggu produksi ASI
Sebagai pendukung metode lain
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Mudah digunakan
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medic
14

Manfaat non-kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

5.6 Keterbatasan
1) Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk,angka
kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu
menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan
akan hamil setiap tahun).
2) Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misalnya
kondom).
3) Keefektifan tergantung pada kepathuan cara penggunaannya.
4) Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan
seksual.
5) Penggunaan harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan sebelum
melakukan hubungan seksual.
6) Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
7) Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan
Penilaian klien meskipun tidak memerlukan pemeriksaan khusus, namun perlu
diperhatikan kondisi pengguna alat kontrasepsi spermisida. Hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :

15

5.7 Cara Pemakaian Spermisida


Petunjuk Umum :
Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum
melakukan hubungan seksual.

Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau
krim) dan insersi spermisida
Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan
seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu
karena langsung larut dan bekerja efekfit.
Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida,baik cara pemakaian maupun cara
penyimpanan dari setiap produk (missal : kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke
aplikator)
Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi
senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
Menempatkan spermisida jauh kedalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara
keseluruhan
Dibawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi spermisida sesuai dengan bentuknya :
a) Aerosol
Cara pemakaian :

Sebelum digunakan kocok tempat aerosol 20-30 menit.


Tempatkan container dengan posisi keatas, letakkan aplikator pada mulut
container dan tekan untuk mengisi busa.
Masukkan aplikator kedalam vagina mendekati serviks dengan posisi berbaring.
Dorong sampai busa keluar

16

Ketika menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong


karena busa dapat masuk kembali ke pendorong.
Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan.
Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi
Spermisida aerosol dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum
melakukan hubungan seksual

b) Krim dan jeli


Cara pemakaian :

Krim dan jeli dapat dimasukkan kedalam vagina dengan aplikator dan mengoles
diatas penis
Krim atau jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap servik, atau dapat
juga digunakan bersama kondom
Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Isi aplikator dengan krim atau jeli
Masukkan aplikator kedalam vagina mendekati serviks
Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar
Tarik aplikator keluar dari vagina
Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian dikeringkan

c) Kontrasepsi vagina film / tissue


Cara pemakaian :

Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir
Spermisida bentuk film/tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larut dalam
serviks
Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudian letakkan diujung
jari
Masukkan jari anda kedalam vagina dan dorong film kedalam vagina mendekati
serviks

17

Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin kedalam
vagina, akan membantu penempelan dan jari tidak lengket
Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif

d) Suppositoria
Cara pemakaian :

Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang dapat larut dalam


vagina
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum membuka kemasan
Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan
Sambil berbaring, masukkan suppositoria jauh kedalam vagina
Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual
Sediakan selalu tablet vagina atau suppositoria

5.8 Penanganan Efek Samping


Beberapa perempuan yang memakainya mengeluh gatal-gatal atau lecet dalam
vagina. Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan
masalah lain. Dibawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalah-masalah
yang timbul akibat pemakaian spermisida :
Bila spermisida langsung dipakai kedalam vagina dalam bentuk tablet, masukkan 1015 menit sebelum melakukan hubungan seksual
Spermisida dalam bentuk busa dan jeli atau krim sebaiknya diolesi persisi sebelum
berhubungan seks
Bila anda memasukkan spermisida kedalam vagina, tapi sudah lebih dari satu jam
berlalu dan hubungan seks belum berlangsung juga maka tambahkan lagi tabletnya
Jika anda melakukan hubungan seks berkali-kali secara berurutan tambahkan lagi
spermisida setiap kalinya

18
o Efektifitas kehamilan terjadi pada 6-26/100 wanita
o Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai pelumas dan dapat
mencegah PMS bacterial
o Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan tranmisi virus HIV, hanya
efektif 1-2 jam dan rasanya tidak enak

19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan dan Saran
Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Pada hakekatnya KB bertujuan untuk mewujudkan
keluarga dengan anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak

reproduksinya. Secara garis besar dalam pelayanan kependudukan atau KB mencakup beberapa
komponen yaitu:
(1) komunikasi, informasi dan edukasi (KIE),
(2) konseling,
(3) pelayanan kontrasepsi,
(4) pelayanan infertilitas,
(5) pendidikan seks,
(6) konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan,
(7) konsultasi genetik,
(8) tes keganasan, dan
(9) adopsi (Pinem, 2009).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti melawan atau mencegah dan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud
dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi
adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki
kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan. (Suratun, 2008)

20
Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai
tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak
tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma
atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis
kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.
2) Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama
dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan

dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan
wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode ini
cukup tinggi.
3) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar
utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu
: metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
4)Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma
mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.
5) Spermisida
Spermisida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan
menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak
dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly,
aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain
seperti kondom.
Spermisida adalah agen yang menghancurkan membran sel sperma dan
menurunkan motilitas (pergerakan) sperma. Tipe spermisida mencakup foam aerosol,
krim, vagina suppositoria , jeli dan busa yang dimasukkan kedalam vagina sebelum
melakukan hubungan seksual.
Gerakan pada waktu berhubungan seksual akan menyebarkan busa sehingga busa
akan meliputi leher Rahim dan mencegah masuk nya sperma kedalam Rahim. Bahan
kimia yang diakndungnya dapat terdiri atas nonoxcynol 9 atau nonilfenoksi polietanol.
Pengggunaan spermisida kurang efektif bila tidak dikombinasikan dengan kontrasepsi
lain seperti kondom.

21
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.(1991).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek I. PT Rineka Cipta.Jakarta.
Arikunto, S.(1995).Metode Penelitian. Penerbit Bina Aksara. Bandung.
Maryatun.(2009).Analisis Faktor-Faktor pada Ibu yang Berpengaruh terhadap Pemakaian IUD di
Kabupaten Sukoharjo.[Online].Tersedia http://www.google.com.[5 November 2013].
Ely.(2011).Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan tentang Kontrasepsi
Implan . [online].http://www.googel.com/Gambar + KB+ susuk. html.[28 Oktober 2013].

Linda.(2008).Sistem Reproduksi. Erlangga Medical Series. Jakarta Marge.(1996). Kesehatan


Wanita Sebuah Prospektif Global. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.Notoatmodjo, S.
(2003).Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip- Prinsip Dasar. Rineka Cipta, Jakarta.Pendit.
(2007).Ragam Metode Kontraseps. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Sabri.(1999).Ilmu
Pendidikan. CV.Pedoman IlmuJaya. Jakarta
Birth-control-comparison.info/spermicide.htm diunduh 8 Maret 2010, 05:56
Emidecinehealth.com/birth-control-spermicides/article_em.htm diunduh 9 maret 2010

PM.

Saifuddin (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul Alat Kontrasepsi Spermisida ini dapat
diselesaikan. Makalah ini diajukan sebagai mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana didalamnya
masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistsystemulisan maupun isi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya
dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Bukittinggi, November 2016

(Penulis)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.2 Tujuan . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep Kontrasepsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Definisi kontrasepsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Macam-macam metoda kontrasepsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
a. Kontrasepsi Hormonal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
b. Metoda Kontrasepsi Mantap . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Konsep KB suntik 3 bulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Kontrasepsi sederhana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pengertian Spermisida . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jenis Spermisida . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2
2
2
2
8
9
12
13
14

BAB III PENUTUP


Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .
Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

ii

20
21

Anda mungkin juga menyukai