TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
A. Keluarga Berencana
Definisi
Menurut Dyah Noviawati, (2011) Keluarga berencana adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui:
a. Pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran.
b. Pengaturan kelahiran.
c. Pembinaan ketahanan keluarga.
d. Peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
B. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Sarwono (2014), kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas.
b. Syarat Kontrasepsi
Menurut Proverawati (2010), syarat kontrasepsi adalah :
1) Aman pemakaiannya dan dipercaya.
2) Tidak ada efek samping yang merugikan.
3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) Tidak menganggu hubungan persetubuhan.
5) Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat selama
pemakaian.
6) Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit.
7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
d. Macam-macam kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2015), macam-macam metode kontrasepsi, antara lain sebagai
berikut :
1) Kontrasepsi Metode Sederhana
a) Tanpa Alat
1) KB alamiah (KBA).
2) Coitus interuptus (senggama terputus).
b) Dengan Alat
(1) Mekanisme (barrie), terdiri dari kondom pria dan wanita,
diafragma .
1) Kondom
Kondom adalah selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya latek
(karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produk hewani).
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks
(kater) yang insersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup servik.
3) Kimiawi, yang berupa spermisida (aerosol(busa), tablet vagina,
suppositorial, krim ).
2) Kontrasepsi Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal (implan, pil, suntik).
3) Intra uteri Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.
4) Kontrasepsi Metode Mantap
a) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW): Tubektomi.
b) Pada Pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
C. Definisi Implan
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan
dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. (Affandi, 2012).
Metode ini dikembang kan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknoligi kontrasepsi.
(Saifuddin, 2015)
D. Jenis-jenis Implan
Berbagai jenis kontrasespsi hormonal implant yakni sebagai berikut:
1) Norplant
Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg levonorgestrel
dengan panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar
antara 50 – 85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30
– 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. (Saifuddin, 2015)
2) Implanon
Implanon adalah kontrasepsi subdermal kapsul tunggal yang mengandung
etonogestrel, merupakan metabolit desogestrel yang efek androgeniknya lebih
rendah dan aktivitas progestational yang lebih tinggi dari levonorgestrel. Kapsul
polimer mempunyai tingkat pelepasan hormone yang lebih stabil dari kapsul silastik
Norplant sehingga variabilitas kadar hormone dalam serum menjadi lebih kecil.
(Saifuddin, 2015)
3) Implant lainnya
The Population Council telah mengembangkan implant-1 menggunakan Nestorone.
Nestorone adalah progestin kuat yang dapat menghambat ovulasi dan tidak terkait
dengan seks hormone-binding globulin serta tanpa efek estrogenic atau androgenic.
Nesttorone menjadi tidak aktif bila diberikan per oral karena segera dimetabolisme
dalam hati sehingga aman bagi bayi yang mendapat ASI dari ibu pengguna hormone
subdermal. (Saifuddin, 2015)
E. Mekanisme Kerja
Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti kontrasepsi
progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan mucus serviks
sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Progestin akan mengentalkan mucus
serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant. Progestin juga menekan
pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH) dari
hipotalamus dan hipofise. Lonjakan LH direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh
levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi
ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan implant. ((Saifuddin, 2015)
Penggunaan progestin jangka panjang juga menyebabkan hipotropisme
endometrium sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Perubahan pertumbuhan
dan maturasi endometrium, juga menjadi penyebab terjadinya perdarahan ireguler.
Dalam implant, pengeluaran hormone levonogestrel di dalam tubuh terjadi secara
terus-meenrus dan stabil selama 3-4 tahun. Metode kontrasepsi subdermal ini setara
dengan 1095-1460 pil progestin yang diminum tiap hari. (Saifuddin, 2015)
Masa pakai
Implant bekerja efektif mencegah kehamilan hingga 3-4 tahun. Kapsul yang
dipasang harus dicabut menjelang akhir masa 3-4 tahun (masa pakai). Kapsul yang
baru dapat dipasang kembali setelah pencabutan apabila dikehendaki oleh klien.
(Saifuddin, 2015)
Efektifitas Implan
Implant merupakan salah satu kotrasepsi efektif yang pernah dibuat. Angka
kehamilan pada tahun pertama hanya 0.2 per 100 perempuan dan angka kumulatif pada
tahun ketiga hanya 1,6. Tidak ada metode kontrasepsi lain yang seefektif kontrasepsi
subdermal levonogestrel atau etonogestrel. Berdasarkan hasil dari seluruh Negara,
indeks dari Pearl (yaitu jumlah kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2
dan 0,9 untuk dua tahun pertama. 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga
sampai tahun kelima. (Saifuddin, 2015)
Efektivitas dan Berat Badan
Penelitian awal menunjukkan peningkatan angka kehamilan kumulatif secara
keseluruhan pada perempuan dengan berat badan lebih dari 70kg (9.3 berbanding 4.5
pada pemakai dengan berat badan 60-69 kg). penelitian ini dilakukan pengguna
implant dengan kapsul densitas tinggi. Pada penelitian lanjutan dengan kapsul densitas
rendah, ternyata angka kehamilan juga lebih rendah. Implant-2 yang dipakai diseluruh
dunia adalah jenis lunak untuk densitas rendah, oleh sebab itu, petugas pelayanan tidak
perlu khawatir lagi untuk menganjurkan pemakaian implant-2 pada perempuan yang
gemuk (>70 kg). (Saifuddin, 2015)
Efek samping
Keuntungan utama dari implant adalah tidak mengandung estrogen yang
,menyebabkan berbagai efek samping pada pemakaian pil kontrasepsi. Efek samping
yang paling sering terjadi pada pemakaian implant adalah perubahan pola haid. Dapat
terjadi perdarahan berak atau terus-menerus pada 6-9 bulan pertama. Efek samping
lainnya yakni sakit kepala (1,9%), perubahan berat badan (1,7%), perubahan suasana
hati (1,1%), depresi (0,9%), lain-lain (mula, perubahan selera makan, payudara
lembek, jerawat) (1,8%). (Saifuddin, 2015)
F. Klasifikasi pengguna
a. Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Implant
Menurut Ari Sulistyawati (2014), indikasi pemakaian implant :
1) Perempuan pada usia reproduksi.
2) Telah memiliki anak ataupun belum.
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
6) Pasca keguguran.
7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
8) Riwayat kehamilan ektopik.
9) Tekanan darah dibawah 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah/ anemia bulan sabit.
10) Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
11) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
G. Waktu pemasangan
Kapsul implant norplant dapat dipasang setiap saat selama siklus haid, bila sudah
dipastikan klien tidak hamil. Waktu yang optimal untuk memasang implant Norplant
adalah:
Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid),
Pascapartum (3-4 minggu), bila tidak menyusukan bayinya,
Pascakeguguran (segera dalam 7 hari pertama),
Sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (lebih dari 6 minggu pascapersalinan
dan sebelum 6 bulan pascapersalinan)
Bila klien sedang memakai kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan
implant, maka waktu pemasangan akan tergantung dari metode yang sedang dipakai.
Metode barrier harus dipakai paling sedikit 7 hari bila klien tidak menggunakan
kontrasepsi dan datang setelah hari ketujuh siklus haid. Bila klien masih menggunakan
kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan implant maka waktu pemasangan
terbaik dapat dilihat pada tabel berikut.
Metode yang sedang Waktu pemasangan
dipakai
KB alamiah atau barrier Sebelum hari ke-7 siklus haid
Pil kontrasepsi kombinasi Setelah pil aktif terakhir (hari ke-21) dan untuk 7 hari
berikutnya
Pil progestin (minipil) Pada hari terakhir pil diminum
Suntikan progestin/kombinasi Setiap saat sampai jadwal suntik berikutnya
AKDR AKDR sudah dicabut: sebelum hari ke-7 dari siklus
haid
AKDR masih terpasang: Setiap saat, tetapi AKDR
jangan dicabut selama 7 hari setelah pemasangan
3) Riwayat kesehatan
Pada penggunaan metode KB Implant riwayat kesehatan yang perlu dikaji
antara lain riwayat hipertensi, diabetes mellitus, ginjal, dan epilepsi
(Estiwidani, 2008).
4) Riwayat Haid
Untuk mengetahui menarche umur berapa, haid teratur atau tidak, siklus
lama haid, banyaknya darah, sifat darah (cair atau beku, warnanya, baunya)
dan ada disminorhoe atau tidak (Estiwidani, 2008).
5) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui dari data ini akan mendapatkan gambaran mengenai
rumah tangga pasangan, kawin umur berapa tahun, status perkawinan, lama
pernikahan, dan suami keberapa (Sulistyawati, 2011).
6) Riwayat KB
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek
samping, alasan berhenti, lamanya menggunakan kontrasepsi (Estiwidani,
2008).
1) Data Obyektif
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, kurang
(Sulistyawati, 2011).
b) Tekanan darah
Tekanan darah yang normal adalah 90/60 mmHg sampai 140/90 mmHg.
Klien yang diperbolehkan untuk menggunakan metode kontrasepsi implant
adalah klien dengan tekanan darah kurang dari 180/110
c) Suhu badan
Suhu badan normal adalah 36,50C sampai 37,50C. bila suhu lebih tinggi dari
37,50C kemungkinan ada infeksi (Walyani, 2015).
d) Nadi
Nadi berkisar antara 70-100x/menit
e) Respirasi
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 16-
24x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
f) Berat badan
Di kaji adaya perubahan berat badan atau tidak. Informasikan pada klien
bahwa perubahan berat badan 1 – 2 kg adalah normal (Saifuddin, 2015).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
USG (Walyani,2015). Pada kasus amenore pemeriksaan data penunjang yang
bisa dilakukan antara lain : tes kehamilan, kadar hormon sedangkan pemeriksaan
laboratorium adalah USG. (Nugroho dan Utama, 2014)
V. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi pasien yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari,
2008).
Menurut Saifuddin (2010), rencana tindakan yang dapat dilakukan pada
akseptor baru KB implan adalah
1) Lakukan pendekatan pada ibu/klien dan suami serta keluarga.
Rasional : membangun kepercayaan ibu dan keluarga serta suami terhadap tenaga
kesehatan dan menjalin hubungan yang baik (Saifuddin, 2015).
2) Jelaskan tentang implan (definisi, cara kerja, indikasi dan kontraindikasi,
keuntungan dan kekurangan, efek samping implan) (Varney, 2007).
Rasional : untuk menambah pengetahuan klien tentang alat kontrasepsi yang akan
digunakannya (Sulistyawati, 2011).
3) Lakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan yang
akan dilakukan.
Rasional : setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan
tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan, yaitu klien
yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental (Saifuddin, 2015).
4) Jelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan.
Rasional : menurut Tresnawati (2013), kontra indikasi implan yaitu hamil atau
diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, benjolan /
kanker payudara atau riwayat kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak
dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, menderita mioma uterus dan
kanker payudara, penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, penyakit
tromboemboli, gangguan toleransi glukosa. Hal ini yang akan dicegah sehingga
dilakukan pemeriksaan yang lengkap pada calon akseptor.
5) Lakukan tehnik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai standar yang
berlaku.
Rasional : semua tahap proses pemasangan harus dilakukan secara berhati-hati dan
lembut, untuk mencegah infeksi maupun ekspulsi (Saifuddin, 2015).
6) Berikan terapi obat amoxcillin 3x500 mg dan asam mefenamat 3 x 500 mg.
Rasional mengantisipasi terjadinya infeksi serta mengurangi rasa sakit karena insisi
pemasangan implan (Sulistyawati, 2011).
7) Lakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan luka insisi dirumah dan
kapan kunjungan ulang klien tersebut.
Rasional : untuk mengantisipasi terjadinya infeksi (Affandi, 2012).
VI. Pelaksanaan
1) Melakukan pendekatan pada ibu/klien dan suami serta keluarga.
2) Menjelaskan tentang implan (definisi, cara kerja, indikasi dan kontraindikasi,
keuntungan dan kekurangan, efek samping implant)
3) Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan.
4) Menjelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan.
5) Melakukan tehnik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai standar yang
berlaku.
6) Memberikan terapi obat amoxcillin 3x500 mg dan asam mefenamat 3 x 500 mg.
7) Melakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan luka insisi dirumah
dan kapan kunjungan ulang klien tersebut.