Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
A. Keluarga Berencana
Definisi
Menurut Dyah Noviawati, (2011) Keluarga berencana adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui:
a. Pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran.
b. Pengaturan kelahiran.
c. Pembinaan ketahanan keluarga.
d. Peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

B. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Sarwono (2014), kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas.
b. Syarat Kontrasepsi
Menurut Proverawati (2010), syarat kontrasepsi adalah :
1) Aman pemakaiannya dan dipercaya.
2) Tidak ada efek samping yang merugikan.
3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) Tidak menganggu hubungan persetubuhan.
5) Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat selama
pemakaian.
6) Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit.
7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

c. Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi


Menurut Proverawati (2010), factor yang berperan dalam pemilihan
kontrasepsi adalah :
1) Faktor pasangan dan motivasi
a) Umur.
b) Gaya hidup.
c) Frekuensi senggama.
d) Jumlah keluarga yang diinginkan.
e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu.
2) Faktor kesehatan
a) Status kesehatan.
b) Riwayat haid.
c) Pemeriksaan fisik dan panggul.
3) Faktor metode kontrasepsi
a) Efektifitas.
b) Efek samping.
c) Biaya.

d. Macam-macam kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2015), macam-macam metode kontrasepsi, antara lain sebagai
berikut :
1) Kontrasepsi Metode Sederhana
a) Tanpa Alat
1) KB alamiah (KBA).
2) Coitus interuptus (senggama terputus).
b) Dengan Alat
(1) Mekanisme (barrie), terdiri dari kondom pria dan wanita,
diafragma .
1) Kondom
Kondom adalah selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya latek
(karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produk hewani).
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks
(kater) yang insersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup servik.
3) Kimiawi, yang berupa spermisida (aerosol(busa), tablet vagina,
suppositorial, krim ).
2) Kontrasepsi Metode Modern
a) Kontrasepsi hormonal (implan, pil, suntik).
3) Intra uteri Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.
4) Kontrasepsi Metode Mantap
a) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW): Tubektomi.
b) Pada Pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.

C. Definisi Implan
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan
dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. (Affandi, 2012).
Metode ini dikembang kan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknoligi kontrasepsi.
(Saifuddin, 2015)

D. Jenis-jenis Implan
Berbagai jenis kontrasespsi hormonal implant yakni sebagai berikut:
1) Norplant
Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg levonorgestrel
dengan panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar
antara 50 – 85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30
– 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. (Saifuddin, 2015)
2) Implanon
Implanon adalah kontrasepsi subdermal kapsul tunggal yang mengandung
etonogestrel, merupakan metabolit desogestrel yang efek androgeniknya lebih
rendah dan aktivitas progestational yang lebih tinggi dari levonorgestrel. Kapsul
polimer mempunyai tingkat pelepasan hormone yang lebih stabil dari kapsul silastik
Norplant sehingga variabilitas kadar hormone dalam serum menjadi lebih kecil.
(Saifuddin, 2015)
3) Implant lainnya
The Population Council telah mengembangkan implant-1 menggunakan Nestorone.
Nestorone adalah progestin kuat yang dapat menghambat ovulasi dan tidak terkait
dengan seks hormone-binding globulin serta tanpa efek estrogenic atau androgenic.
Nesttorone menjadi tidak aktif bila diberikan per oral karena segera dimetabolisme
dalam hati sehingga aman bagi bayi yang mendapat ASI dari ibu pengguna hormone
subdermal. (Saifuddin, 2015)

E. Mekanisme Kerja
Implant mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara. Seperti kontrasepsi
progestin pada umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan mucus serviks
sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Progestin akan mengentalkan mucus
serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant. Progestin juga menekan
pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH) dari
hipotalamus dan hipofise. Lonjakan LH direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh
levonorgestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi
ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan implant. ((Saifuddin, 2015)
Penggunaan progestin jangka panjang juga menyebabkan hipotropisme
endometrium sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Perubahan pertumbuhan
dan maturasi endometrium, juga menjadi penyebab terjadinya perdarahan ireguler.
Dalam implant, pengeluaran hormone levonogestrel di dalam tubuh terjadi secara
terus-meenrus dan stabil selama 3-4 tahun. Metode kontrasepsi subdermal ini setara
dengan 1095-1460 pil progestin yang diminum tiap hari. (Saifuddin, 2015)

Masa pakai
Implant bekerja efektif mencegah kehamilan hingga 3-4 tahun. Kapsul yang
dipasang harus dicabut menjelang akhir masa 3-4 tahun (masa pakai). Kapsul yang
baru dapat dipasang kembali setelah pencabutan apabila dikehendaki oleh klien.
(Saifuddin, 2015)
Efektifitas Implan
Implant merupakan salah satu kotrasepsi efektif yang pernah dibuat. Angka
kehamilan pada tahun pertama hanya 0.2 per 100 perempuan dan angka kumulatif pada
tahun ketiga hanya 1,6. Tidak ada metode kontrasepsi lain yang seefektif kontrasepsi
subdermal levonogestrel atau etonogestrel. Berdasarkan hasil dari seluruh Negara,
indeks dari Pearl (yaitu jumlah kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2
dan 0,9 untuk dua tahun pertama. 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga
sampai tahun kelima. (Saifuddin, 2015)
Efektivitas dan Berat Badan
Penelitian awal menunjukkan peningkatan angka kehamilan kumulatif secara
keseluruhan pada perempuan dengan berat badan lebih dari 70kg (9.3 berbanding 4.5
pada pemakai dengan berat badan 60-69 kg). penelitian ini dilakukan pengguna
implant dengan kapsul densitas tinggi. Pada penelitian lanjutan dengan kapsul densitas
rendah, ternyata angka kehamilan juga lebih rendah. Implant-2 yang dipakai diseluruh
dunia adalah jenis lunak untuk densitas rendah, oleh sebab itu, petugas pelayanan tidak
perlu khawatir lagi untuk menganjurkan pemakaian implant-2 pada perempuan yang
gemuk (>70 kg). (Saifuddin, 2015)
Efek samping
Keuntungan utama dari implant adalah tidak mengandung estrogen yang
,menyebabkan berbagai efek samping pada pemakaian pil kontrasepsi. Efek samping
yang paling sering terjadi pada pemakaian implant adalah perubahan pola haid. Dapat
terjadi perdarahan berak atau terus-menerus pada 6-9 bulan pertama. Efek samping
lainnya yakni sakit kepala (1,9%), perubahan berat badan (1,7%), perubahan suasana
hati (1,1%), depresi (0,9%), lain-lain (mula, perubahan selera makan, payudara
lembek, jerawat) (1,8%). (Saifuddin, 2015)
F. Klasifikasi pengguna
a. Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Implant
Menurut Ari Sulistyawati (2014), indikasi pemakaian implant :
1) Perempuan pada usia reproduksi.
2) Telah memiliki anak ataupun belum.
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
6) Pasca keguguran.
7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
8) Riwayat kehamilan ektopik.
9) Tekanan darah dibawah 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah/ anemia bulan sabit.
10) Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
11) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.

b. Kontra Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Implant


Menurut Ari Sulistyawati (2014), yang tidak diperkenankan menggunakan
kontrasepsi imlant adalah :
1) Hamil atau diduga hamil.
2) Perempuan dengan pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4) Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5) Memiliki miom uterus dan kanker payudara.
6) Mengalami gangguan toleransi glukosa.
Kondisi pasien yang sesuai untuk menggunakan implant
KONDISI ALASAN
Menyukai metode jangka panjang yang Sekali kapsul implant dipasang, klien
tidak perlu diingatkan setiap hari atau tidak perlu melakukan apa-apa selain
disiapkan sebelum senggama (klien yang datang ke klinik untuk control dan
pelupa atau merasa terganggu dengan mengganti kapsulnya 3 tahun sekali.
metode barrier)
Tidak ingin tambah anak, tetapi saat ini Implant dapat digunakan 3 tahun dan
belum mau menggunakan kontrasepsi dapat dipasang ulang selama klien tidak
mantap. (MOP/MOW) mengalami masalah kesehatan yang
serius.
Sedang menyusukan bayinya yang Produksi ASI tidak berkurang akibat
berusia 6 minggu atau lebih dan penggunaan hormone progestin.
menginginkan kontrasepsi. Hormone implant disekresikan juga
melalui ASI, walaupun tidak ada bukti
gangguan tumbuh kembang bayi yang
berusia dibawah 6 minggu tetapi kondisi
ini perlu dipertimbangkan.
Merokok Walau sejumlah kecil progestin, tidak
berpengarug terhadap kardiovaskuler
atau masalah pembekuan darah, tetapi
penggunaan implant pada perempuan
perokok dapat meningkatkan risiko
kardiovaskuler.
(Saifuddin, 2015)
Kondisi yang harus dipertimbangkan
KONDISI HATI-HATI ALASAN
Hamil (diketahui atau Implant tidak boleh LNG tidak meningkatkan
diduga) dipasang selama risiko cacat atau kematian
kehamilan dan harus janin atau abortus spontan.
segera dicabut bila Walaupun terbukti aman,
kehamilan dapat sebaiknya implant dicabut
dibuktikan (mencegah salah persepsi)
jika ada kelainan kongenital
pada bayi yang dilahirkan.
Perdarahan pervaginam Perdaraha atau Perdarahan ireguler pada
yang tidak diketahui bercak darah klien dengan penyakit serius
penyebabnya pervaginam dapat dapat dikelirukan sebagai
diakibatkan oleh efek samping implant.
kelainan yang serius Kondisi pasien terabaikan.
dan ditangani secara Pada kondisi sehat,
seksama levonorgestrel justru
memberikan perlindungan
terhadap beberapa penyakit
ginekologik.
(Saifuddin, 2015)

Kondisi yang memerlukan asuhan lanjutan


KONDISI TINDAKAN ALASAN
Diabetes Melitus Penderita diabetes Implant tidak berpengaruh
terkontrol yang dapat banyak terhadap metabolism
menggunakan karbohidrat dan resiko
implant thrombosis. Penderita
diabetes tanpa gangguan
vaskuler gula darahnya harus
terkontrol baik
Hipertensi Hipertensi moderat Secara statistic, levonogestrel
Moderat (T<180/105) memerlukan tidak menyebabkan terjadinya
pemantauan ketat kenaikan tekanan darah
apabila ingin secara bermakna.
menggunakan
implant
Hipertensi Berat Efek menguntungkan Secara teoritis bahwa
(dengan atau tanpa masalah implant lebuh banyak implanon dapat menurunkan
vaskuler, T>180/105) daripada kerugian HDL sehingga meningkatkan
atau resiko dapat risiko kardiovaskuler,
timbul apabila klien neuropati dan retinopati.
menjadi hamil
Sefalgia (berat, vaskuler, Pastikan implant Sedikit sekali informasi
atau migraine berulang) tidak menjadi tentang sefalgia terkait
penyebab atau dengan implant. Bila sefalgia
memperberat sering terjadi hingga
migraine. penglihatan kabur, maka
implant harus diabut.
Depresi Ada hubungan Depresi mungkin berkaitan
depresi dan implant. dengan progestin (LNG)
Tetapi belum jelas dalam implant
sebab akibatnya
Terganggu akibat adanya Klien terganggu oleh Perubahan pola haid adalah
perubahan pola perdarahan perubahan pola haid, alasan utama klien
haid tawarkan untuk menghentikan metode
memakai pil hormonal. Pastikan klien tahu
progestin selama 3 tentang masalah ini sebelum
bulan sebelum memakai implant.
menggunakan
Implan
(Saifuddin, 2015)

Kondisi aman untuk menggunakan implant


KONDISI ALASAN
Penyakit kantung emedu (dengan atau Implant tidak berpengaruh terhadap
tanpa gejala) timbil atau berkembangnya penyakit
kantung empedu
Riwayat Pre-Eklampsia Implan boleh dipakai apabila tidak ada
gangguan vaskuler.
Merokok Penggunaan progestin pada perokok
yang tidak melebihi 15 batang per hari
dan tanpa risiko lainnya masih
diperbolehkan
Operasi (dengan atau tanpa perawatan di Tak ada larangan memakai implant,
tempat tidur) kontrasepsi progestin tak menambah
resiko pembekuan darah
Penyakit tromboembolik Estrogen lebih terkait dengan
thrombosis, bukan progestin. Klien
dengan riwayat/sedang menderita
pemnyakit tromboembolik dapat
memakai implant.
Penyakit katup jantung Progestin tidak menambah resiko
pembekuan darah sehingga klien dengan
hipertensi pulmonal, gangguan irama
jantung atau riwayat Subaute Bacterial
Endcarditis boleh memakai implant.
(Saifuddin, 2015)

G. Waktu pemasangan
Kapsul implant norplant dapat dipasang setiap saat selama siklus haid, bila sudah
dipastikan klien tidak hamil. Waktu yang optimal untuk memasang implant Norplant
adalah:
 Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid),
 Pascapartum (3-4 minggu), bila tidak menyusukan bayinya,
 Pascakeguguran (segera dalam 7 hari pertama),
 Sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (lebih dari 6 minggu pascapersalinan
dan sebelum 6 bulan pascapersalinan)
Bila klien sedang memakai kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan
implant, maka waktu pemasangan akan tergantung dari metode yang sedang dipakai.
Metode barrier harus dipakai paling sedikit 7 hari bila klien tidak menggunakan
kontrasepsi dan datang setelah hari ketujuh siklus haid. Bila klien masih menggunakan
kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan implant maka waktu pemasangan
terbaik dapat dilihat pada tabel berikut.
Metode yang sedang Waktu pemasangan
dipakai
KB alamiah atau barrier Sebelum hari ke-7 siklus haid
Pil kontrasepsi kombinasi Setelah pil aktif terakhir (hari ke-21) dan untuk 7 hari
berikutnya
Pil progestin (minipil) Pada hari terakhir pil diminum
Suntikan progestin/kombinasi Setiap saat sampai jadwal suntik berikutnya
AKDR AKDR sudah dicabut: sebelum hari ke-7 dari siklus
haid
AKDR masih terpasang: Setiap saat, tetapi AKDR
jangan dicabut selama 7 hari setelah pemasangan

Cara yang tepat untuk memastikan klien tidak hamil


Klien dipastikan tidak hamil bila tidak ada tanda-gejala kehamilan (misalnya ngidam,
pembesaran payudara, morning sickness, dsb) dan:
 Tidak melakukan senggama sejak haid terakhir
 Sedang memakai metode kontrasepsi efektif secara benar dan konsisten
 Sedang dalam 7 hari pertama haid
 Sedang dalam 4 minggu pascapersalinan (perempuan tidak menyusui)
 Sedang dalam 7 hari pertama pascakeguguran
 Sedang menyusui seara penuh, kurang dari 6 bulan pascapersalinan dan tidak haid
(Saifuddin, 2015)
H. Penanganan Efek Samping Implan
Efek samping dan penanggulangan pemakaian kontrasepsi implant Menurut
Saifuddin (2015) efek samping dan penanggulangan KB Implant antara lain:
1) Amenorea
a) Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan
penanganan khusus, cukup konseling saja.
b) Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implan dan anjurkan
menggunakan kontrasepi lain.
c) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut implan
dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga
terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat
hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.
2) Perdarahan bercak (Spotting) ringan
a) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun
pertama, bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan
tindakan apapun.
b) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan
pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen
3 x 800 mg selama 5 hari.
c) Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi
habis.
d) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3 – 7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus
pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol, atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21 hari.
3) Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat,
dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan
kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada tempat
insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang
kapsul baru pada lengan yang lain, atau anjurkan klien menggunakan metode
kontrasepsi lain.
4) Infeksi pada daerah insersi
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau
antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan dilepas dan
klien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak membaik, cabut implan dan
pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi yang
lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan
pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik oral 7
hari.
5) Berat badan naik
Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1–2 kg adalah
normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau
lebih. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari
metode lain.

I. Teknik Pemberian Atau Pemasangan Implant


Menurut Manuaba (2010), teknik pemberian atau pemasangan implan yaitu :
a. Dipasang pada lengan kiri atas.
b. Rekayasa tempat pemasangan dengan tepat seperti berbentuk V..
c. Tempat pemasangan dilengan kiri atas dipatirasa dengan lidokain 2%.
d. Dibuat insisi kecil, sehingga trokar dapat masuk.
e. Kapsul dimasukan kedalam trokar, dan didorong dengan alat pendorong sampai terasa
tertahan.
f. Untuk menempatkan kapsul, trokar ditarik keluar .
g. Untuk menyakinkan bahwa kapsul telah ditempatnya, alat pendorong dimasukan
sampai terasa tidak ada tahanan.
h. Setelah implant dipasang, bekas insisi ditutup dengan menggunakan plester.

Keuntungan Menggunakan Kontrasepsi Implant


Saifuddin (2015), menyatakan bahwa keuntungan implan dibagi atas dua
yaitu keuntungan sebagai kontrasepsi dan nonkontrasepsi. Adapun keuntungan
implan sebagai kontrasepsi menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013: 105), yaitu daya
guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak
mengganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat
dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan nonkontrasepsi yaitu
mengurangi rasa nyeri dan jumlah darah haid serta menurunkan angka kejadian
endometriosis (Saifuddin, 2015).

Kerugian Menggunakan KB Implan Antara Lain :


Kerugian implan menurut Tresnawati (2013: 124), yaitu tidak memberikan
efek protektif terhadap penyakit menular seksual, termasuk AIDS, membutuhkan
tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor tidak dapat
menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan akan tetapi harus
pergi ke klinik untuk pencabutan, memiliki semua resiko sebagai layaknya setiap
tindak bedah minor (infeksi, hematoma dan perdarahan), pada kebanyakan klien
dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola haid. Keluhan-keluhan yang mungkin
berhubungan dengan pemakaian susuk norplan seperti peningkatan/penurunan berat
badan, dermatitis atau jerawat (Saifuddin, 2015).
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan
I. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
Data ini bisa didapat dengan cara anamnesa yaitu tanya jawab antara klien dengan
petugas kesehatan maupun antara petugas kesehatan dengan orang lain yang
mengetahui keadaan / kondisi klien). Anamnesa dapat dilakukan pada pertama kali
klien datang (secara lengkap) dan anamnesa selanjutnya / ulang untuk hal yang
diperlukan saja setelah melakukan review data yang lalu. Data subjektif adalah
data yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga
(Sulistyawati, 2011).
Hal – hal yang perlu dikaji dalam dat subjektif, meliputi :
1) Biodata
a) Nama klien
Dimaksudkan agar lebih mengenal klien sehingga tercipta hubungan
interpersonal yang baik, sehingga bidan lebih mudah dalam memberikan
asuhannya karena klien lebih kooperatif.
b) Umur
Dikaji menurut tanggal lahir ibu. Untuk mengetahui apakah umur
klien termasuk dalam usia produktif atau usia beresiko sehingga bidan
dapat menentukan prioritas KB yang sesuai dengan umur ibu.
c) Pendidikan
Dikaji menurut ijazah terakhir ibu. Dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat pendidikan dan tingkat intelegensi klien, sehingga bidan bisa
menyesuaikan cara pemberian Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE)
dengan kemampuan daya tangkap klien.
d) Pekerjaan
Dikaji untuk menyesuaikan konseling bidan yang berhubungan
dengan pekerjaan ibu dan metode KB yang digunakan. Pada metode
implant, setelah pasien dipasang implant, ibu tidak boleh bekerja terlalu
berat untuk mengurangi ekspulsi pada kapsul.
e) Agama atau kepercayaan
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui agama atau kepercayaan
yang dianut klien, sehingga bidan dapat menyesuaikan pemberian KIE
yang sesuai dengan ajaran-ajaran maupun norma-norma agama atau
kepercayaan yang dianut.
f) Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan
bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan
dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan lingkunganya. Dengan
tujuan untuk mempermudah menghubungi keluarganya, menjaga
kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan saat
kunjungan rumah

2) Alasan Datang atau Keluhan Utama


Perlu dikaji untuk mengetahui hal apa saja yang dikeluhkan dalam
pemakaian metode KB. Keluhan utama adalah untuk mengetahui alasan
pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2011).
Keluhan utama yang bisa dikemukakan oleh pasienakseptor KB implan
adalah perubahan pola haid berupa amenorea, perdarahan bercak
(spotting),meningkatnya jumlah darah haid (hipermenorea)
(Sulistyawati,2013).

3) Riwayat kesehatan
Pada penggunaan metode KB Implant riwayat kesehatan yang perlu dikaji
antara lain riwayat hipertensi, diabetes mellitus, ginjal, dan epilepsi
(Estiwidani, 2008).

4) Riwayat Haid
Untuk mengetahui menarche umur berapa, haid teratur atau tidak, siklus
lama haid, banyaknya darah, sifat darah (cair atau beku, warnanya, baunya)
dan ada disminorhoe atau tidak (Estiwidani, 2008).
5) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui dari data ini akan mendapatkan gambaran mengenai
rumah tangga pasangan, kawin umur berapa tahun, status perkawinan, lama
pernikahan, dan suami keberapa (Sulistyawati, 2011).

6) Riwayat KB
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek
samping, alasan berhenti, lamanya menggunakan kontrasepsi (Estiwidani,
2008).

7) Riwayat Obstetri yang lalu


Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu menurut
(Estiwidani, 2008) meliputi :
(1) Kehamilan
Dikaji jumlah kehamilan dan kelahiran G(gravida), P (para), A(abortus),
H(hidup ).
(2) Persalinan
Dikaji jarak antar 2 kelahiran atau kelahiran sebelumnya.
(3) Nifas
Dikaji tentang berapa lama ibu memasuki masa nifas, apakah ibu
menyusui atau tidak, apakah ibu sudah haid sesudah masa nifas.
(4) Anak
Dikaji mengenai jumlah anak, jarak kelahiran, serta umur anak terakhir.

8) Pola Kebiasaan Sehari-hari


(1) Pola Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan
mengamati adalah penurunan berat badan atau tidak pada pasien
(Susilowati, 2008).
(2) Aktivitas
Aktivitas perlu dikaji untuk memberikan konseling yang berhubungan
dengan pemakaian KB implant. Biasanya pada KB implant, klien
dianjurkan untuk tidak mengangkat beban yang berat untuk
menghindarkan dari resiko ekspulsi kapsul.
(3) Seksual
Pola seksual perlu dikaji mengenai adanya nyeri atau perdarahan saat
maupun sesudah melakukan hubungan seksual. (Varney, 2007)

1) Data Obyektif
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, kurang
(Sulistyawati, 2011).
b) Tekanan darah
Tekanan darah yang normal adalah 90/60 mmHg sampai 140/90 mmHg.
Klien yang diperbolehkan untuk menggunakan metode kontrasepsi implant
adalah klien dengan tekanan darah kurang dari 180/110
c) Suhu badan
Suhu badan normal adalah 36,50C sampai 37,50C. bila suhu lebih tinggi dari
37,50C kemungkinan ada infeksi (Walyani, 2015).
d) Nadi
Nadi berkisar antara 70-100x/menit
e) Respirasi
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 16-
24x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
f) Berat badan
Di kaji adaya perubahan berat badan atau tidak. Informasikan pada klien
bahwa perubahan berat badan 1 – 2 kg adalah normal (Saifuddin, 2015).

Pemeriksaan sistematis Pemeriksaan sistematis meliputi:


1) Pemeriksaan Sistematik
a) Inspeksi
(1) Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda,
sklera warna putih, adakah kelainan atau tidak, adakah
gangguan penglihatan seperti rabun jauh atau dekat
(Sulistyawati, 2011).
(2) Mammae
Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan
payudara, mendeteksi awal adanya kanker payudara (Elizabeth,
2014).
(3) Axilla
Untuk mengetahui ada nyeri, pembesaran nodus limfe,
konsistensi (Elizabeth, 2014).
b) Palpasi
a. Abdomen
Mengetahui bentuk, tempat nyeri tekan organ-organ dalam
rongga perut s e r t a benjolan dalam perut (Elizabeth, 2014).
c) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memperjelas pendengaran, tenaga medis
menggunakan stetoskop untuk untuk mengukur tekanan darah dan
denyut jantung (Priharjo, 2007).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
USG (Walyani,2015). Pada kasus amenore pemeriksaan data penunjang yang
bisa dilakukan antara lain : tes kehamilan, kadar hormon sedangkan pemeriksaan
laboratorium adalah USG. (Nugroho dan Utama, 2014)

II. Interpretasi Data


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan
kebutuhanm pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan
data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar
fakta (Sulistyawati, 2011).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur,
ibu, dan keadaan selama kehamilan (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Diagnosa
yang dapat ditegakkan pada kasus amenore adalah Ny. X P…A… akseptor KB
implan dengan amenore.
b. Data Dasar
1) Data Subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,
keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Data subjektif pada pasien amenore adalah pasien mengeluh
tidak menstruasi selama 3 bulan berturut-turut (Prawiroharjo, 2011).
2) Data Objektif
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien dan pengeluaran pervaginam
(Ambarwati dan Wulandari, 2008). Pada pasien dengan amenore data objektif
menurut Varney (2007) , meliputi:
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Tes Kehamilan
d) TTV
e) Pemeriksaan fisik
c. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Masalah yang sering timbul pada pasien dengan amenore adalah
pasien merasa distres emosional (cemas dan khawatir) dengan keadaan yang
dialaminya karena tidak mendapatkan menstruasi (Varney,2007).
d. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya. Kebutuhan bagi pasien dengan amenore adalah memberikan informasi
tentang amenore dan memberikan dukungan moral pada pasien (Sulistyawati, 2009).

III. Identifikasi diagnose dan masalah potensial


Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan (Ambarwati dan
Wulandari,2008). Langkah inimempunyai antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan,sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
biladiagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi (Hidayat, 2012).
Diagnosa potensial yang kemungkinan terjadi pada kasus akseptor baru KB implan
setelah pemasangan akan terdapat memar, bengkak dan nyeri di daerah insisi selama
beberapa hari adalah kemungkinan adanya tanda-tanda infeksi pada luka bekas insisi.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Indentifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Pada kasus implan dengan amenore tindakan segera adalah pemberian
obat-obat yang menggabungkan estrogen dan progesteron (Irianto,2015).

V. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien
atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi pasien yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari,
2008).
Menurut Saifuddin (2010), rencana tindakan yang dapat dilakukan pada
akseptor baru KB implan adalah
1) Lakukan pendekatan pada ibu/klien dan suami serta keluarga.
Rasional : membangun kepercayaan ibu dan keluarga serta suami terhadap tenaga
kesehatan dan menjalin hubungan yang baik (Saifuddin, 2015).
2) Jelaskan tentang implan (definisi, cara kerja, indikasi dan kontraindikasi,
keuntungan dan kekurangan, efek samping implan) (Varney, 2007).
Rasional : untuk menambah pengetahuan klien tentang alat kontrasepsi yang akan
digunakannya (Sulistyawati, 2011).
3) Lakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan yang
akan dilakukan.
Rasional : setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan
tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan, yaitu klien
yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental (Saifuddin, 2015).
4) Jelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan.
Rasional : menurut Tresnawati (2013), kontra indikasi implan yaitu hamil atau
diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, benjolan /
kanker payudara atau riwayat kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak
dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, menderita mioma uterus dan
kanker payudara, penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, penyakit
tromboemboli, gangguan toleransi glukosa. Hal ini yang akan dicegah sehingga
dilakukan pemeriksaan yang lengkap pada calon akseptor.

5) Lakukan tehnik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai standar yang
berlaku.
Rasional : semua tahap proses pemasangan harus dilakukan secara berhati-hati dan
lembut, untuk mencegah infeksi maupun ekspulsi (Saifuddin, 2015).
6) Berikan terapi obat amoxcillin 3x500 mg dan asam mefenamat 3 x 500 mg.
Rasional mengantisipasi terjadinya infeksi serta mengurangi rasa sakit karena insisi
pemasangan implan (Sulistyawati, 2011).
7) Lakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan luka insisi dirumah dan
kapan kunjungan ulang klien tersebut.
Rasional : untuk mengantisipasi terjadinya infeksi (Affandi, 2012).

VI. Pelaksanaan
1) Melakukan pendekatan pada ibu/klien dan suami serta keluarga.
2) Menjelaskan tentang implan (definisi, cara kerja, indikasi dan kontraindikasi,
keuntungan dan kekurangan, efek samping implant)
3) Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan.
4) Menjelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan.
5) Melakukan tehnik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai standar yang
berlaku.
6) Memberikan terapi obat amoxcillin 3x500 mg dan asam mefenamat 3 x 500 mg.
7) Melakukan konseling pasca pemasangan tentang perawatan luka insisi dirumah
dan kapan kunjungan ulang klien tersebut.

VII.Langkah VII : Evaluasi


Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan
bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi
belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Pada pasien akeptor kb implan dengan amenore hasil evaluasi atas
pelaksanaan yang dilakukan menurut Varney (2007) yaitu aliran mentruasi terjadi setelah
penghentian siklus pengobatan, kemungkinan patensi saluran keluar akan tecapai. Jika
aliran menstruasi tidak terjadi dugaan selanjutnya terjadi sumbatan saluran keluar dan
secepatnya di rujuk ke pelayanan kesehatan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai