Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) adalah intervensi kesehatan yang cost effectivedan
menyelamatkan nyawa perempuan dan anak. keluarga berencana
menyumbangkeuntungan jangka panjang terhadap pembangunan nasional dan
pemberantasan kemiskinan.KB merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita.Untuk mengoptimalkan program KB maka
programtersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara 2 menggabungkan dan
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi. Peningkatan dan perluasan
program KB merupakan salah satu usaha untuk mencegah kehamilan (BKKBN,2011).
Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah
terjadinya kehamilan. KB Pasca Persalinan adalah penggunaan alat kontrasepsi pada
masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan. Alasan pelaksanaan KB pasca
persalinan antara lain termasuk kembalinya fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan,
jarak kehamilan yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta ketidak tersediaan
kontrasepsi. KB pasca keguguran adalah Pelayanan KB yang diberikan segera pada ibu
pasca keguguran sampai dengan 14 hari setelahnya
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kontrasepsi pasca keguguran
2. Bagaimana cara kerja kontrasepsi pasca keguguran
3. Apa saja keuntungan kontrasepsi pasca keguguran
4. Apa saja keterbatasan kontrasepsi pasca keguguran
5. Apa saja indikasi kontrasepsi pasca keguguran
6. Apa saja kontraindikasi kontrasepsi pasca keguguran
7. Kapan waktu pemasangan kontrasepsi pasca keguguran

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kontrasepsi pasca keguguran
2. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja kontrasepsi pasca keguguran
3. Untuk mengetahui apa saja keuntungan kontrasepsi pasca keguguran
4. Untuk mengetahui apa saja keterbatasan kontrasepsi pasca keguguran
5. Untuk mengetahui apa saja indikasi kontrasepsi pasca keguguran
6. Untuk mengetahui apa saja kontraindikasi kontrasepsi pasca keguguran
7. Untuk mengetahui kapan waktu pemasangan kontrasepsi pasca keguguran

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kontrasepsi Pasca Keguguran
Keluarga Berencana adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur
interval waktu kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga
Berencana memiki tujuan yang baik untuk memajukan kesejahteraan keluarga maupun
Negara (Sulistyawati, 2014).
Keluarga Berancana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui
promosi, perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta
penyelenggara pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin ideal, mengatur jumlah, jarak anak dan usia ideal melahirkan
anak, pengaturan kehamilan dan melahirkan anak dan membina ketahanan dan
kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2014). Menurut Manuaba (2009) keluarga berencana
adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencakanan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi.
Kontrasepsi berasal dari kata kontra : mencegah atau melawan. Konsepsi : pertemuan
antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang mangakibatkan kehamilan (Yetti, 2012).
Metode Kontrasepsi Modern :
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjang
yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan
pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. Penggolongannya
terdiri dari alat kontrasepsi IUD, Implan, MOW.
2. Metode Kontrasepsi Non Jangka Panjang
Metode Kontrasepsi non Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi yang tidak
berjangka panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat

3
kelangsungan pemakaiannya yang rendah dengan angka kegagalannya yang tinggi.
Penggolongannya terdiri dari alat kontrasepsi suntikan dan pil (BKKBN,2014).
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
Intra Uterine Devices (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), jenis AKDR
adalah sebagai berikut :
1) Un-Medicated Devices : Generasi Pertama seperti Lipes Loop, Margulies coil dll
2) Medicated Devices : Generasi Kedua
a) Yang mengandung logamyaitu : AKDR-CU Generasi pertama seperti : CaT-
200 = Tahun T, Cu-7 =Gravigard, MLCu-250
b) AKDR-Cu Generasi kedua seperti:CaT-380= Para Gard,CuT-380Ag, CuT-
220Cn,Nova-T, Delta-T, MLCu-375
c) Mengandung Hormon Progestrone atau Levonorgestrel. Selanjutnya yang
akan diuraikan disini khusus mengenai AKDR CaT – 380A (yang banyak
dipakai di Indonesia)AKDR CaT – 380A.
2. Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah kontrasepsi yang
diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas jenis
Implan adalah sebagai berikut :
a. Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm
diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 5
tahun.
b. Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm.
Diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg 3 Keto desogestrel dengan lama kerja 3
tahun.
c. Jadena dan indoplant; terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun
3. Tubektomi / MOW (Metode Operasi Wanita)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentika kesuburan jenis :
Minilaparatomi dan laparakopi.

4
4. Metode Kontrasepsi Non-MKJP
a. Suntikan
Kontrasepsi yang di berikan melalui suntikan intramuskuler (dalam otot) di
daerah bokong yang mengandung hormon progestin. Terdapat 2 jenis alat KB
suntik yang sering digunakan masyarakat yaitu suntikan/bulan (cyclofem) dan
suntikan/3 bulan, (depo provera, devogeston). Pengguna suntikan harus selalu
datang perbulan atau pertiga bulan untuk suntik kembali.
b. Pil Progestin (Minipil)
Kontrasepsi yang diberikan secara oral dalam bentuk pil yang mengandung
hormon progestin atau dikenal dengan istilah minipil. Penggunaan pil harus selalu
mengingat untuk meminumnya setiap hari, bila terjadi lupa minum pil saja,
kegagalan menjadi lebih besar.
c. Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasaran utama dari gerakan KB
Nasional. PUS adalah pasangan suami dan istri dengan umur istrinya antara 15-49
tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan fertilitas yang tinggi, sasaran
PUS ini ditekankan pada PUS dengan paritas rendah, khususnya PUS yang
berusia muda dan paritas rendah sebagai sasaran prioritas. Sasaran ini diarahkan
untuk menggunakan kontrasepsi efektif sehingga jumlah anak yang dilahirkan
dapat mendukung pelembagaan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
B. Cara Kerja
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba falopi,mencegah
pertemuan sperma dan ovum
b. Mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
c. Mempengaruhi fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
2. Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
a. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan spermatozoa.
b. Mencegah ovulasi.
c. Menghambat perkembangan siklus dari endometrium.

5
3. Tubektomi / MOW (Metode Operasi Wanita)
Dengan menutup atau oklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.
C. Keuntungan
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
a. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
b. Sangat efektif (0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama,atau 1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).Efektif segera setelah pemasangan
c. Reversibel, berjangka panjang yaitu 10 tahun
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e. AKDR CaT – 380Atidak ada efek samping hormonal
f. Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI
g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus bila tidak ada
infeksi
h. Mencegah kehamilan ektopik
i. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
2. Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
a. Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).
b. Memberi perlindungan jangka panjang (5 tahun).
c. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut.
d. Tidak perlu dilakukan periksaan dalam.
e. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu produksi ASI.
f. Bebas dari pengaruh estrogen. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada
keluhan.
g. Dapat dicabut setiap saat jika meurut kebutuhan.
3. Tubektomi / MOW (Medis Operasi Wanita)
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan).
b. Permanen.

6
c. Tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui.
d. Tidak mempengaruhi faktor sanggama.
e. Baik bagi klien dimana kehamilan menjadi resiko yang serius.
f. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
g. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
h. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium).
i. Keuntungan nonkontrasepsi berkurangnya resiko kanker ovarium.
D. Keterbatasan
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
a. Efek samping yang umum terjadiperubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan
pertama dan setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih
banyak,pendarahan (spotting) antar menstruasi
b. Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.
c. Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti pasangan atau
yang menderita IMS.
d. Penyakit Radang Panggul (PRP).
e. Diperlukan prosedur medis,termasuk pemeriksaan pelvik dalam pemasangan
AKDR.
f. Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan AKDR,tetapi
biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
g. Klien tidak dapat melepas sendiri AKDR (harus dilepaskan oleh petugas
kesehatan terlatih) Kemungkinan AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
klien(sering terjadi bila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
h. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu dengan cara
memasukkan jarinya ke dalam vagina.
2. Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
a. Nyeri kepala, pening atau pusing kepala.
b. Peningkatan atau penuruanan berat badan.
c. Nyeri payudara.
d. Perubahan mood atau kegelisahan.

7
e. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS.
f. Memerlukan tindak pembedahan minor untuk memasang atau insersi dan
pencabutannya,sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya
sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
g. Efektivitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan penggunaan
obat untuk epilepsi dan tuberkulosis.
3. Tubektomi / MOW (Medis Operasi Wanita)
a. Karena bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan
rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan.
b. Klien (akseptor) dapat menyesal di kemudian hari.
c. Ada rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
d. Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (dokter spesialis ginekologi atau
spesialis bedah).
e. Tidak melindungi terhadap IMS yaitu HIV/AIDS.
E. Indikasi
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
a. Usia produktif.
b. Ingin kontrasepsi jangka panjang.
c. Setelah melahirkan dan menyusui ataupun tidak meyusui bayinya.
d. Setelah mengalami abortus.
e. Resiko rendah dari IMS.
f. Tidak menyukai metode hormonal.
g. Tidak menyukai harus minum pil setiap hari.
h. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari pasca persalinan.
Pada umumnya perempuan dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan
efektif. AKDR juga dapat digunakan pada perempuan dengan segala kemungkinan
keadaan seperti berikut ini : perokok, sedang memakai antibiotik atau anti kejang,
gemuk atau kurus, penderita tumor jinak payudara, penderita kanker payudara, sakit
kepala, tekanan darah tinggi, varises di vulva atau tungkai, penderita penyakit
jantung,pernah menderita stroke, penderita diabetes, penderita penyakit hati atau

8
empedu, penderita malaria, penderita skistosomiasis tanpa anemia, penyakit tiroid,
penderita epilepsi, penderita nonpelvik TBC, setelah kehamilan ektopik, setelah
pembedahan pelvik.
2. Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
a. Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak.
b. Menginginkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi dan jangka panjang.
c. Menyusui dan memerlukan kontrasepsi.
d. Pasca persalinan.
e. Pasca keguguran.
f. Tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak mau sterilisasi.
g. Tekanan darah <180/110 mmHg,masalah pembekuan darah atau anemia.
h. Tidak boleh menggunakan kontarasepsi yang mengandung progeston.
i. Riwayat kehamilan ektopik.
j. Sering lupa minum pil.
3. Tubektomi / MOW (Medis Operasi Wanita)
a. Usia >26 tahun, paritas >2.
b. Yakin telah mempunyai jumlah keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
c. Kehamilannya akan menimbulkan resiko yang serius.
d. Pascapersalinan dan pascakeguguran.
e. Memahami prosedur, sukarela dan setuju menjalaninya.
F. Kontraindikasi
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
a. Kemungkinan hamil atau sedang hamil.
b. Pendarahan vagina yang belum jelas penyebabnya.
c. Sedang mengalami infeksi alat genital seperti: vaginitis.
d. Dalam 3 bulan terakhir sedang mengalami radang panggul atau abortus septik.
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
f. Penyakit trofoblas ganas.
g. Diketahui menderita TBC pelvik.
h. Kanker alat genital.

9
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
2. Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Pendarahan pervaginaan yang tidak diketahui penyebabnya.
c. Tromboflebilitis aktif atau penyakit trombo-emboli.
d. Penyakit hati akut,tumor hati jinak atau ganas.
e. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
f. Gangguan toleransi glukosa.
g. Benjolan atau karsinoma payudara atau riwayat karsinoma payudara.
h. Tumor.
3. Tubektomi / MOW (Medis Operasi Wanita)
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Pendarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya.
c. Infeksi sistemik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih dikontrol.
d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e. Belum mantap/kurang pasti dengan keinginannya untuk fertilitas di masa depan.
f. Belum memberikan persetujuan tertulis.
G. Waktu pemasangan
1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
a. Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
b. Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah minggu pasca
persalinan.
c. Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) bila tidak ditemukan
gejala infeksi.
d. Selama 1 – 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.
2. Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
a. Yang terbaik pada saat siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 atau jangan
melewati 5-7 hari setelah haid dimulai.
b. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

10
c. Setiap saat (diluar siklus haid) asal dapat dipastikan ibu tidak hamil. Bila impian
diinsersikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan sanggama atau
menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari.
d. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, insersi dapat
dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak dibutuhkan penggunaan
kontrasepsi lain.
e. Bila setelah 6 minggu persalinan terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan
setiap saat tetapi ibu jangan melakukan sanggama selama 7 hari atau
menggunakan metoda kontrasepsi lain selama 7 hari saja.
f. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
implan, asal saja kontrasepsi terdahulu digunakan dengan benar dan ibu dapat
tidak hamil, maka insersi dapat dilakukan setiap saat.
g. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, implan dapat diberikan setiap saat
sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain.
h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal kecuali alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan dapat diinsersikan pada saat siklus haid
hari ke-7 dan klien jangan melakukan sanggama selama 7 hari, atau menggunakan
metoda kontrasepsi selama 7 hari saja.
i. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan.
3. Tubektomi / MOW (Medis Operasi Wanita)
a. Setiap waktu selama siklus haid, bila diyakini klien tidak hamil.
b. Hari ke-6 hingga ke-13 siklus haid.
c. Pascapersalinan: minilap dalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
sedangkan laparaskopi: tidak tepat untuk klien pascapersalinan.
d. Pasca keguguran.
e. Triwulan pertama dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ditemukan infeksi pelvis
untuk minilap dan laparaskopi.
f. Triwulan keduadalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvis.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan konrasepsi (Ari Sulistyawati, 2011).
Dalam program Keluarga Berencana, terdapat berbagai jenis Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) diantaranya Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK) dan Kontrasepsi Mantap seperti Vasektomi (MOP) dan Tubektomi
(MOW). Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin memiliki
anak lagi.Perlu prosedur bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang
klien sesuai untuk menggunakan metode ini (Affandi, dkk, 2011).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra : mencegah atau melawan. Konsepsi : pertemuan
antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang mangakibatkan kehamilan (Yetti, 2012).
B. Saran
Mengingat banyaknya keuntungan dan peluang yang timbul dari program KB, kita
sebagai anak bangsa harus turut mensukseskan program ini. Pemerataan kesehatan dan
pendidikan harus disiapkan oleh pemerintah agar program KB ini cepat tercapai. Selain
itu lapangan pekerjaanpun juga harus dipenuhi untuk menekan angka pengangguran, agar
angka kriminalitas pun berkurang dan masyarakat indonesia menjadi masyarakat yang
maju dan bermutu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC

Rahmania, D, 2014, Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Metode
Operatif Wanita (MOW) Pada Akseptor Keluarga Berencana (KB) Di Desa Bejalen
Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.

Setya Arum, Dyah N. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB terkini. Jogjakarta : Nuha
Medika

Witjaksono.2012. Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Tahun 2012-
2014, Jakarta: BKKBN

Anda mungkin juga menyukai