Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA PASIEN KB

Praktik Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pembimbing : Suratiah, S.Kep., Ners., M.Biomed

Oleh:

Nama : Ni Putu Kerti Sutami


Absen : 35
NIM : P07120121078
Kelas : 3.2 D-III Keperawatan

KEMENTERIAN KEMENKES RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2022/2023
A. KONSEP DASAR KB

1. DEFINISI
Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan mengaturwaktu, jarak, jumlah
kehamilan, sehingga dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan ibu hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin (Kemenkes RI, 2014).
Keluarga berencana adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi,
perlindungan dan bantuan dalam hak-hak reproduksi untuk membentuk keluarga dengan
usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak kehamilan, membina ketahanan serta
kesejahteraan anak.
Keluarga Berencana (Family Planning) dapat memungkinkan pasangan usia subur
(PUS) untuk mengantisipasi kelahiran, mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan
mengatur jarak serta waktu kelahiran. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode
kontrasepsi dan tindakan infertilitas. Jadi, Keluarga Berencana (Family Planning) adalah
suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan alat kontrasepsi yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia
sejahtera.

2. TUJUAN KONTRASEPSI
Menurut Kemenkes, tujuan dari program keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi
adalah :
1) Mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan cara menekan Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP). Pertambahan penduduk yang tidak terkendali akan mengakibatkan
kesenjangan bahan pagan kaena perbandingan yang tidak sesuai dengan jumlah
penduduk
2) Mengatur kehamilan dengan cara menunda usia perkawinan hingga benar-benar
matang, menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan. Serta untuk menghentikan
kehamilan bila dirasakan telah memiliki cukup anak.
3) Membantu dan mengobati kemandulan atau infertilisasi bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun dan ingin memiliki anak tetapibelum mendapat
keturunan.
4) Sebagai married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan menikah. Dengan harapan nantinya pasangan tersebut memiliki pengetahuan
untuk membentuk keluarga yang sejahtera dan berkualitas
5) Tercapainya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sertamembentuk
keluarga yang berkualitas.
3. RUANG LINGKUP PROGRAM KB
Dalam Panduan BKKBN (2010) Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai
berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

4. SASARAN PROGRAM KB
a. Sasaran langsung yaitu: Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya
berusia antara 15–44 tahun
b. Sasaran tidak langsung yaitu :
1) Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).
2) Organisasi–organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah
maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat
memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun, 2008).

5. AKSEPTOR KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang salah seorang dari padanya
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan
kehamilan baik melalui program maupun non program. Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010). Akseptor adalah orang
yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan program keluarga berencana. Jenis-
jenis Akseptor KB Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut
1) Akseptor KB baru Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir
dengan keguguran atau kelahiran.
2) Akseptor KB lama Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat
kontrasepsi kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka yang
pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang berbeda.
3) Akseptor KB aktif Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada
saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.
4) Akseptor KB aktif kembali Perserta KB aktif kembali adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang telah berhenti menggunakan selam tiga bulan atau lebih yang tidak
diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik
dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling
kurang tiga bulan berturutturut dan bukan karena hamil.

6. KLASIFIKASI
Macam-macam Kontrasepsi
Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penissebagai
tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga
tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum
dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang
sudah ada jenis kondom untukwanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom
ini 5- 21%
2) Coitus interruptus
atau senggama terputus adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis
dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah
tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita
dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode ini
cukup tinggi
3) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasarutamanya
yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu :
metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
4) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai
serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alatreproduksi bagian
atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.
5) Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan
danmenghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga
tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan
jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan
kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.

Kontrasepsi Hormonal
• Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari
hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk
mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut
rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan
endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk
minipil.
Manfaat Pil KB :
b. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai efektifitas tubektomi),
bila digunakan tiap hari.
c. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
d. Tidak mengganggu hubungan seksual.
e. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegahanemia), tidak terjadi nyeri haid.
f. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin menggunakannya untuk
mencegah kehamilan.
g. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
h. Mudah dihentikan setiap saat.
i. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
j. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
k. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium,
kista ovarium, penyakit radang panggul.
Efek Samping :
a. Gangguan siklus haid
b. Tekanan darah tinggi
c. Kenaikan berat badan
d. Jerawat
e. Bercak bercak coklat pada wajah

• Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan
(DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian
jangka panjang bisa terjadi penurunanlibido, dan densitas tulang.
Jenis Kontrasepsi Suntik KB :
1) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA
yangdiberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik (di daerah pantat).
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik.
Cara Kerja Kontrasepsi Suntik KB :
1) Mencegah embuahan sel telur
2) Mengentalkan lendir pada leher rahim sehingga menurunkan
kemampuansperma dapat membuahi sel telur
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis
4) Menghambat transportasi sel telur.
Keuntungan Suntik KB :
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka
panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen
sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak
perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun
sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah
beberapapenyebab penyakit radang panggul.
Kerugian Suntik KB :
1) Gangguan haid
2) Leukorhea atau Keputihan
3) Galaktorea/mengeluarkan ASI mesti tidak sedang menyusui
4) Jerawat
5) Rambut Rontok
6) Perubahan Berat Badan
7) Perubahan libido atau keinginan untuk berhubungan seksual

• Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya di lengan
atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel.
Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan
akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%.
Jenis Implant :
1) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Ketodesogestrel
danlama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara Kerja Kontrasepsi Implant :
1) Lendir leher rahim menjadi kental
2) Mengganggu proses pembentukan Rahim yang menebal sehingga sulit hamil
3) Mengurangi transportasi sperma
3) Menekan terjadinya pembuahan oleh sperma
Keuntungan Kontrasepsi Implant :
1) Perlindungan jangka panjang
2) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jenis Implan Jedena,Indoplant,
atau Implanon
3) Nyaman dan daya guna tinggi
4) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
6) Aman dipakai pada masa laktasi.
7) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam saat pemasangan.
8) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
9) Mengurangi nyeri dan jumlah darah saat haid
Kerugian Kontrasepsi Implant :
1) Perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting)
2) Hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid
3) Amenorrhea/tidak mens selama >3 bulan.
Wanita yang tidak boleh menggunakan Implant, antara lain :
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya
3) Tidak dapat menerima perubahan pola haid
4) Gangguan penyerapan gula oleh tubuh
5) Benjolan/karsinoma payudara atau riwayat karsinoma payudara
6) Mempunyai Mioma pada rahim dan kanker payudara

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik
(polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag)
dan ada pula yang batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya,
meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim
endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi
sehinggaterjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan
lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka
kegagalannya 1%.
Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Kontrasepsi mantap adalah suatu tindakan untuk membatasi kehamilan dalam
jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari
pasangan suami istri atas permintaan oleh yang bersangkutan,secara mantap dan
sukarela. Kontap dapat diikuti oleh pria maupun wanitayang yang sehat tanpa
adanya kontra indikasi. Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap) dibagi menjadi:
1) Metode Operatif Wanita (MOW) sering dikenal dengan tubektomi karena
prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii
sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
2) Metode Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi
yaitu memotong atau mengikat saluran sperma vas deferens,sehingga cairan
sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi.
Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan
caramengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur
ke rahim), efektivitasnya mencapai 99 %. Tubektomi atau Tubal Ligation adalah
tindakan memotong kedua saluran sel telur (tuba palupi) dan menutup kedua-
duanya sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula masuk
bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan. Sebelum melakukan
operasi tubektomi, dokter akan memeriksa kesehatan lebih dahulu, untuk
memastikan cocok atau tidak, kemudian operasi dilakukan oleh dokter, saluran telur
yang membawa sel telur dalam rahim akan dipotong atau diikat. Setelah operasi
syang dihasilkan akan diserap kemabali oleh tubuh tanpa menimbulkan penyakit.
Perawatan tubektomi hanya 6 jam setelah operasi untuk menunggu reaksi anti bius
saja. Luka yang diakibatkan sebaiknya tidak kena air selama 3-4 hari. Pemeriksaan
ulang dilakukan oleh dokter, setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun
setelah operasi dilakukan.
Kelebihan Tubektomi :
1) Tidak mengganggu ASI
2) Jarang menimbulka keluhan sampingan
3) Angka kegagalan hampir tidak ada
4) Tidak mengganggu gairah seksual.
Kekurangan Tubektomi :
1) Tindakan operatif seringkali menakutkan
2) Kesuburan tidak dapat kembali lagi dengan cepat.
3) Nyeri setelah dioperasi
4) Pasangannya harus memakai metode kontrasepsi yang lain.
Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vasdefferent) sehingga
sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.
Kelebihan Vasektomi :
1) Termasuk dalam kategori operasi ringan
2) Tidak perlu rawat inap di Rumah Sakit
3) Tidak mengganggu kehidupan seksual. Nafsu seks dan potensi lelaki tetap,dan
waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi, tetapi yang keluar hanya
semacam lendir (cairan semen) yang tidak mengandung sperma.
4) Termasuk dalam metode kontrasepsi yang sangat aman, sederhana, dansangat
efektif. Dalam pelaksanaan operasi sangat singkat dan tidak memerlukan
anestesi umum.
5) Jarang ada keluhan sampingan untuk seterusnya
6) Pasangan terhindar dari kehamilan
Kekurangan Vasektomi :
1) Tindakan operatif seringkali menakutkan
2) Nyeri setelah dioperasi
3) Pasangannya harus memakai metode kontrasepsi yang lain
AKDR/IUD
Cara kerja IUD adalah mencegah terjadinya pembuahan dengan penghambatan
bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba
fallopi dan menonaktifkan sperma. Selain itu, IUD dapat menimbulkan infeksi
benda asing sehingga akan terjadi migrasileokosit, makrofag dan menimbulkan
perubahan susunan cairan endometrium yang akan menimbulkan gangguan
terhadap spermatozoa sehingga gerakannya menjadi lambat dan akan mati dengan
sendirinya.
Keuntungan Pemakaian Kontrasepsi IUD :
1) Dapat segera aktif setelah pemasangan
2) Metode jangka panjang (5-10 tahun), tidak mempengaruhi produksi dan jumlah
ASI
3) Kesuburan cepat kembali setelah IUD dilepas.
4) Dapat di pasang segera setelah melahirkan.
5) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap
resiko kehamilan Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan / 100 perempuan dalam 1
tahun pertama pemakaian.
6) Dapat segera aktif setelah pemasangan.
7) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
8) Tidak ada efek samping hormonal.
9) Dapat digunakan hingga menopause.
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
Kerugian Pemakaian Kontrasepsi IUD :
1) Haid lebih banyak dan lama
2) Nyeri saat haid
3) Perdarahan berupa bercak/spoting
4) Kehamilan In Situ
5) Infeksi dapat terjadi saat pemasangan yang tidak steril
6) Ekspulsi (IUD yang keluar atau terlepas dari rongga rahim)
7) Wanita yang pernah mengalami pedarahan yang hebat
Kontra Indikasi Pemakaian Kontrasepsi IUD :
1) Wanita yang sedang hamil
2) Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia
3) Perdarahan vagina yang tidak diketahui
4) Wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi IUD
5) Wanita yang menderita PMS
6) Wanita yang pernah menderita infeksi Rahim

7. MANFAAT PROGRAM KB
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak keuntungan. Salah satunya
adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus
dan ovarium.Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal.
Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata salah
satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium,
penggunaan kondom dapat mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.
Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko yang
kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian keuntungan penggunaan alat/obat
kontrasepsi tersebut akan lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang
memberikan risiko kesakitan dan kematian maternal.
Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama
dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi
risiko kematian bayi.
Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab dalam
kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan keuntungan seseorang
mengikuti program KB.

8. KEKURANGAN KB
Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak semua Posyandu di
pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan keahlian pemeriksaan KB, ditambah lagi
dengan kurangnya presentasi tentang pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga
kebanyakan masyarakat indonesia yang berdomisili di pedesaan masih kurang
pengetahuaannya tentang Program KB dan manfaatnya, mereka masih beranggapan
bahwa banyak anak banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan harus diimbangi
dengan pemikiran yang semakin maju pula.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN (menggunakan 3S: SDKI, SLKI, SIKI)

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
c. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
d. Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah,
Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan lalu
Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus,
umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi,
kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
e. Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana
penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
f. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suarasuara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,
rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah.
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy,
suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan
distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang.
7) Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr
rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
8) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan peningkatan paparan organisme pathogen
lingkungan (D.0142)
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,
meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi,
2012). Rencana keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan label pada buku
SDKI, SLKI dan SIKI dengan diagnosis keperawatan antara lain:

Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Nyeri Akut (D.0077) Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
Penyebab: keperawatan selama ..... x ..... Observasi
1) Agen pencedera diharapkan tingkat nyeri ▪ Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis (mis. (L.08066) menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
inflamasi, iskemia, kriteria hasil: nyeri
neoplasma) • Kemampuan menuntaskan ▪ Identifikasi skala nyeri
2) Agen pencedera aktivitas meningkat ▪ Identifikasi faktor yang memperberat
kimiawi (mis. • Keluhan nyeri menurun dan memperingan nyeri
terbakar, bahan kimia • Meringis menurun ▪ Identifikasi pengetahuan dan
iritan) • Sikap protektif menurun keyakinan tentang nyeri
3) Agen pencedera fisik • Gelisah menurun ▪ Identifikasi pengaruh budaya
(mis. abses, amputasi, • Kesulitan tidur menurun terhadap respon nyeri
terbakar, terpotong, ▪ Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
• Menarik diri menurun
mengangkat berat, kualitas hidup
• Berfokus pada diri sendiri
prosedur operasi, ▪ Monitor keberhasilan terapi
menurun
trauma, latihan fisik komplementer yang sudah diberikan
• Diaforesis menurun
berlebihan) ▪ Monitor efek samping penggunaan
• Perasaan depresi analgetik
(tertekan) menurun
• Perasaan takut mengalami Terapeutik
cedera berulang menurun ▪ Berikan tehnik nonfarmakologis
• Anoreksia menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
• Perineum terasa tertekan TENS, hypnosis, acupressure, terapi
menurun music, biofeedback, terapi pijat,
• Uterus terasa membulat aromaterapi, teknik imajinasi
menurun terbimbing, kompres hangat/dingin,
• Ketegangan otot menurun terapi bermain)
• Pupil dilatasi menurun ▪ Kontrol lingkungan yang
• Muntah menurun memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
• Mual menurun rungan, pencahyaan, kebisingan)
• Frekuensi nadi membaik ▪ Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pola napas membaik ▪ Pertimbangkan jenis dan sumber
• Tekanan darah membaik nyeri dalam pemilihan strategi
• Proses berpikir membaik meredakan nyeri
• Fokus membaik
Edukasi
• Fungsi berkemih membaik
• Perilaku membaik ▪ Jelaskan penyebab, periode dan
• Nafsu makan membaik pemicu nyeri
• Pola tidur membaik ▪ Jelaskan strategi meredakan nyeri
▪ Anjurkan memonitr nyeri secara
mandiri
▪ Anjurkan menggunakan analgeti
secara tepat
▪ Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Risiko Infeksi (D.0142) Setelah diberikan asuhan Pencegahan Infeksi (I.14539)
Faktor Risiko: keperawatan selama ..... x ..... Observasi
1) Penyakit kronis (mis. diharapkan tingkat infeksi ▪ Monitor tanda dan gejala
diabetes melitus) (L.14137) menurun dengan infeksi lokal dansistemik
2) Efek prosedur invasif kriteria hasil:
3) Malnutrisi • Kebersihan tangan Terapeutik
4) Peningkatan paparan meningkat ▪ Batasi jumlah pengunjung
organisme patogen • Kebersihan badan ▪ Berikan perawatan kulit pada
lingkungan meningkat area edema
5) Ketidakadekuatan • Demam menurun ▪ Cuci tangan sebelum dan
pertahanan tubuh primer: • Kemerahan menurun sesudah kontak dengan
1. Gangguan peristaltik • Nyeri menurun pasien dan lingkungan
2. Kerusakan integritas • Bengkak menurun pasien
kulit ▪ Pertahankan teknik aseptik
• Vesikel menurun
3. Perubahan sekresi pH pada pasien berisiko tinggi
• Cairan berbau busuk
4. Penurunan kerja siliaris
menurun
5. Ketuban pecah lama Edukasi
• Sputum berwarna hijau
6. Ketuban pecah sebelum ▪ Jelaskan tanda dan gejala
menurun
waktunya infeksi
7. Merokok • Drainase puluren menurun ▪ Ajarkan cara cuci tangan
8. Statis cairan tubuh • Piuna menurun dengan benar
6) Ketidakadekuatan • Periode malaise menurun ▪ Ajarkan etika batuk
pertahanan tubuh sekunder: • Periode menggigil menurun ▪ Ajarkan cara memeriksa
1. Penurunan hemoglobin • Letargi menurun kondisi luka atau luka operasi
2. Imununosupresi • Gangguan kognitif menurun ▪ Anjurkan meningkatkan
3. Leukopenia • Kadar sel darah putih asupan nutrisi
4. Supresi respon membaik ▪ Anjurkan meningkatkanasupan
inflamasi • Kultur darah membaik cairan
5. Vaksinasi tidak adekuat • Kultur urine membaik
Kolaborasi
• Kultur sputum membaik ▪ Kolaborasi pemberian
• Kultur area luka membaik imunisasi, jika perlu
• Kultur feses membaik
• Nafsu makan membaik

Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Defisit Pengetahuan Setelah diberikan asuhan Intervensi Standar Intervensi
(D.0111) keperawatan selama ..... x ..... Keperawatan Indonesia (SIKI)
Penyebab: diharapkan tingkat Intervensi utama :
1) Keterbatasan kognitif pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
2) Gangguan fungsi meningkat dengan kriteria Observasi
kognitif hasil: ▪ Identifikasi kesiapan dan
3) Kekeliruan mengikuti • Perilaku sesuai anjuran kemampuan menerima informasi
anjuran meningkat ▪ Identifikasi faktor-faktor yang dapat
4) Kurang terpapar • Verbalisasi minat dalam meningkatkan dan menurunkan
informasi belajar meningkat motivasi perilaku hidup bersih dan
5) Kurang minat dalam • Kemampuan menjelaskan sehat
belajar pengetahuan tentang suatu
6) Kurang mampu topik meningkat Terapeutik
mengingat • Kemampuan ▪ Sediakan materi dan media
7) Ketidaktahuan menggambarkan pendidikan kesehatan
menemukan sumber pengalaman sebelumnya ▪ Jadwalkan pendidikan kesehatan
informasi yang sesuai dengan topik sesuai kesepakatan
meningkat ▪ Berikan kesempatan untuk bertanya
• Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat Edukasi
• Pertanyaan yang sesuai ▪ Jelaskan faktor risiko yang dapat
dengan masalah yang mempengaruhi kesehatan
dihadapi menurun ▪ Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
• Persepsi yang keliru
▪ Ajarkan strategi yang dapat
tentang masalah menurun
digunakan untuk meningkatkan
• Menjalani pemeriksaan
perilaku hidup bersih dan sehat
yang tidak tepat menurun
• Perilaku membaik
Denpasar, 25 Juli 2023
Nama Mahasiswa

Ni Putu Kerti Sutami


NIM : P07120121078

Nama Pembimbing / CT

Suratiah, S.Kep., Ners., M.Biomed


NIP : 197112281994022001
DAFTAR PUSTAKA
AD Ardyani. (2017). Teori Medis Kontrasepsi . Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Semarang : Jawa Tengah
Ningsih, Anox. -. Laporan Pendahuluan KB. https://www.scribd.com/document/362534472/LP-
KB Diakses pada 25 Juli 2023
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai