Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA BERENCANA (KB PIL)

OLEH

I GUSTI AYU CINTYA ADIANTI

P07120214012

PRODI D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2017
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA BERENCANA (KB PIL)

A. Definisi
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

B. Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk
menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka
diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda,
dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu
dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).

C. Manfaat KB
1. Jumlah anak yang sedikit berarti lebih banyak makanan bagi setiap anak.
2. Ibu dan anak akan lebih sehat, karena kehamilan yang penuh resiko akan dihindari.
3. Jumlah anak yang sedikit berarti lebih banyak waktu bagi keluarga.
4. Menunggu kehamilan bisa memberi kesempatan kepada wanita muda dan pria
untuk menuelesaikan pendidikan.
5. Membantu menikmati hubungan suami istri, dan mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan.

D. Sasaran Program KB

1. Sasaran langsung

Pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
2. Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga
yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani,2010; 29).

E. Ruang lingkup Program KB


Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup program KB,meliputi:
a. Komunikasi informasi dan edukasi.

b. Konseling.

c. Pelayanan infertilitas.

d. Pendidikan seks.

e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.

f. Konsultasi genetik

F. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara
kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:

a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu


cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti
aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan
aturan pemakaian dan sebagainya.

3. Memilih Metode Kontrasepsi


Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi


yaitu:

a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.

b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.

G. Memilih cara KB
1. Cara hambatan yang menghambat kehamilan dengan cara menghambat
bertemunya sel terlur wanita dengan sperma pria.
2. Cara hormonal yang menunda kehamilan dengan cara mencegah indung telur
untuk melepaskan sel telur, membuat sel sperma sukar untuk bertemu sel telur,
dan menjaga agar dinding rahim tidak bisa menjadi lahan kehamilan
3. IUD yaitu alat dalam rahim yang menghambat pembuahan sel sperma dengan
sel telur.
4. Cara alami yang membantu wanita untuk mengetahui kapan waktu yang subur,
sehingga dia tidak melakukan hubungan intim pada waktu tersebut.
5. Cara permanen ini merupakan tidakan operasi yang menghentikan kesempatan
bagi pria dan wanita bisa mempunyai anak.

H. Macam-macam KontrasepsI
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus
Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu
Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan
lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi

progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan


suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron
terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Metode
kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon
Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya
kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau
mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara
ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga
cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani,2010).

I. Kontrasepsi Hormonal
a. Definisi Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad,2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi
(Manuaba, 2010).
b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan
hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating
Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf
tidak terjadi. Di

samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone


Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil
konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk
menerima implantasi (Manuaba, 2010). Selama siklus tanpa kehamilan,
kadar estrogen dan progesteron bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu
hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback)
menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse
mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi
dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila
terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat
bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak
siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara
primer untuk membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus,
membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan
merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer
menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan
mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium,
serta juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri
pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang
disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat
meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan.
Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan
diuretik. Kadang- kadang efek samping demikian mengganggu akseptor,
sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam
kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi
hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah.
Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga
memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai
bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang
payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus
yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan
progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi
dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air,
dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala,
perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran
leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron
menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering,
menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
c. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal
1. Kontrasepsi Pil
1) Pengertian
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan
releasing- factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi
juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan
palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri
(Hartanto, 2002).
2) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
J. Contoh Jenis KB Pil kombinasi (KB yang mengandung estrogen dan
progestin)
a. Pengertian
Menurut (Saifudin, 2006) Pil di bagi menjadi 2 yaitu:
A. Pil kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi antara
hormon estrogen dan progesteron di mana pil kombinasi ini di bagi
menjadi beberapa jenis yaitu:
Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang
mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam dosis
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
Bifaasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
Trifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet yang mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis yang berbeda
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
B. Pil progestin / minipil adalah pil yang hanya mengandung
progesteron saja dimana jenis minipil yaitu:
Kemasan dengan isi 35 pil: 300 mg levonorgestrel atau 350 mg
noretindron.
Kemasan dengan isi 28 pil: 75 mg desogestrel
b. Cara Kerja
1) Pil Kombinasi
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Lendir servik mengental sehingga sehingga sulit di lalui sperma.
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula

2) Pil progestin
a) Menekan sekresi gonodotropin dan sintesis steroid seks di ovarium
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
c) Mengentalkan lendir servik
Mengubah mortilitas tuba sehingga transformasi sperma terganggu

c. Efektifitas Kontrasepsi Hormonal


1) Kombinasi :1 kehamilan per 1000 perempuan dalam 1 tahun
penggunaan. (Saifudin,2003)
2) Minipil : sangat efektif 98,5%. (Setyaarum,2009)

d. Keuntungan dan Kerugian/Keterbatasan


1) Pil Kombinasi:
Menurut (Saifudin, 2006) Keuntungan dan kerugian pil meliputi:
a) Keuntungan
(1) Tidak mengganggu hub sex
(2) Dapat di gunakan jangka panjang
(3) Mudah di hentikan setiap saat
(4) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil di
hentikan
(5) Dapat di gunakan sebagai kontrasepsi darurat
b) Kerugian/keterbatasan
(1) Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
(2) Tidak boleh di berikan pada perempuan yang menyusui
(3) Harus mengingat untuk minum pil
(4) Tidak mencegah IMS/HIV, HBV
2) Pil Progestin/Minipil
a) Keuntungan
(1) Tidak menggangu hub sex
(2) Tidak mempengaruhi ASI
(3) Kesuburan cepat kembali
(4) Nyaman/ mudah di gunakan
(5) Sedikit efek samping
(6) Dapat di hentikan setiap saat
(7) Tidak mengandung estrogen
b) Kerugian/keterbatasan
(1) Harus di gunakan setiap hari pada waktu yang sama
(2) Bila lupa 1 pil saja kegagalan menjadi lebih besar
(3) Efektifitasnya menjadi rendah bila di gumakan bersamaan dengan
obat epilepsi/tuberkolusis
(4) Tidak melindungi dari HIV/IMS

e. Indikasi dan Kontraindikasi


1) Pil kombinasi
Menurut (Billing E, 2006) indikasi dan kontraindikasi pil meliputi:
a) Indikasi:
(1) Usia reproduksi karena Pil KB tidak direkomendasikan bagi
wanita yang berumur > 35 tahun karena dapat meningkatkan
resiko bagi kesehatan wanita tersebut
(2) Telah memiliki anak atau belum memiliki anak baik , yang
sudah maupun yang belum memiliki anak dapat menggunakan
pil kombinasi,karena pengunaan KB Pil cepat mengembalikan
kesubursn seteleh pemakaian dihentikan
(3) Gemuk atau kurus, karena memiliki efek samping yang
berbeda-beda pada penggunanya
(4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
pilkombinasi merupakan metode kontrasepsi dengan efektifitas
yang tinggi
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui, karena dengan
penggunaan pilkombinasi maka dapat menyeimbangkan
hormon yang ada didalam tubuh dan dapat menekan kwantitas
ASI sehingga tidak terjadi penumpukan produksi ASI (kadar
estrogen lebih tinggi)
(6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan asi
eksklusif sedangkan semua cara kontrasepsi yang di anjurkan
tidak cocok bagi ibu tersebut, dibolehkan karena tidak
memberikan ASI esklusif maka tidak menjadi masalah dalam
penggunaan Pil kombinasi (kadar progestin lebih tinggi)
(7) Pasca keguguran, anemia karena haid berlebihan, karena pil
bisa untuk alat kontrasepsi pasca keguguran karena dapat
menyeimbangkan kadar hormon dalam tuduh, pil kombinasi
juga dapat menyeimbangkan hormon yang dapat memperbaiki
kelaianan menstruasi hypermenhorea (haid
berlebihan) (http//www.klinik.com)
(8) Nyeri haid hebat, salah satu penyebab nyeri haid adalah
keseimbangan hormon dengan pil kombinasi bisa membantu
menyeimbangkan hormon
(9) Siklus haid tidak teratur, siklus haid yang tidak teratur salah
satu disebabkan karena ketidak seimbangan hormon, pil
kombinasi dapat menyeimbangkan hormon sehingga siklus
menstruasi menjadi teratur
(10) Riwayat KET, karena penggunaan progesteron dapat
meningkatkan resiko kehamilan ektopik maka disarankan
untuk menggunakan pil kombinasi
(11) Kelainan payudara jinak, berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan penggunaan pil kombinasi pada wanita yang
menderita kelainan payudara bersifat menetap dan tidak
menyebar dari pada bukan pengguna pil
b) Kontraindikasi:
(1) Hamil atau di curigai hamil, seorang wanita yang merasa
dirinya hamil jangan mengkonsumsi pil KB karena mungkin
akan membuat cacat bayi yang dikandung.
(2) Menyusui eksklusif karena penggunaan pil dapat
mengurangi kualitas dan kwantitas ASI
(3) Perdarahan pervaginam yang belum di ketahui
penyebabnya karena pada perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya, mungkin saja perdarahan itu dapat
disebabkan karena adanya penyakit yang akan bertambah parah
jika mengkonsumsi Pil (Ca Serviks dll)
(4) Penyakit Hepatitis karena estrogen dalam pil KB dapat
menyebabkan perubahan metabolisme ,dalam hati, jadi pada
wanita yang menderita penyakit hati sebaiknya tidak
menggunakan pil KB kombinasi
(5) Perokok dengan usia > 35 tahun karena wanita yang
memiliki usia >35 tahun dan perokok serta pengguna pil
kombinasi dapat memiliki kesempatan untuk terkena stroke.
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, TD > 180/110 mmHg
karena wanita yang menggunakan pil KB resiko lebih tinggi
terkena serangan jantung jika mempunyai salah satu faktor
resiko diantaranya riwayat penyakit jantung, stroke dll dan
unsur progesteron dalam pil KB dapat meningkatkan tekanan
darah dan disarankan untuk menggunakan pil KB dengan
progesteron dosis rendah.
(7) Kanker payudara atau di curigai kanker payudara karena
estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stroma
payudara
(8) Penyakit epilepsi karena penggunaan pil kombinasi dapat
mengganggu penggunaan obat epilepsi karena pada penderita
epilepsi disarankan untuk menggunakan kadar estrogen yang
lebih tinggi karena tidak mengganggu kerja obat epilepsi
(9) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari, jika
tidak dapat menggunakan pil secara teratur keefektifitasannya
juga akan berkurang.

2) Pil Progestin/ Minipil


a) Indikasi:
(1) Usia reproduksi karena Pil KB tidak direkomendasikan
bagi wanita yang berumur > 35 tahun karena dapat
meningkatkan resiko bagi kesehatan wanita tersebut
(2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki
anak yang sudah maupun yang belum memiliki anak dapat
menggunakan mini pil, karena pengunaan KB Pil cepat
mengembalikan kesuburan seteleh pemakaian dihentikan
(3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui karena KB pil efektiftas cukup tinggi
dan progestin tidak mengganggu kwantitas maupun kwalitas
ASI
(4) Mempunyai TD tinggi < 180/110 mmHg, hormone
progesterone dapat meningkatkan tekanan darah, dapat
diberikan progesterone dalam dosis rendah dan perlu
pengawasan
(5) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan estrogen
b) Kontraindikasi
(1) Hamil atau di duga hamil seorang wanita yang merasa
dirinya hamil jangan mengkonsumsi pil KB karena mungkin
akan membuat cacat bayi yang dikandung.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya karena pada perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya, mungkin saja perdarahan itu dapat
disebabkan karena adanya penyakit yang akan bertambah parah
jika mengkonsumsi Pil (Ca Serviks dll)
(3) Kanker payudara atau riwayat kanker
payudara karena penggunaan Pil KB menyebabkan
perkembangan jaringan stroma payudara
(4) Sering lupa menggunakan pil, karena jika tidak dapat
menggunakan pil secara teratur keefektifitasannya juga akan
berkurang.
(5) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus
(6) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan
spasme/penyempitan pembuluh darah

f. Penanggulangan / Penangana Efek Samping Kontrasepsi Hormonal


Menurut (Saifudin, 2006) penanganan efek samping kontrasepsi pil
meliputi:
1) Pil kombinasi
a)Amenorea (tidak ada perdarahan)
Penanganan: Tes kehamilan, bila tidak hamil dan klien minum pil
dengan benar, tenanglah. Tidak datang haid kemunkinan besar karena
tidak adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu
pengobatan khusus berikan pil dengan dosis estrogen 50mg, atau dosis
estrogen tetap, tetapi dosis progestin di kurangi. Bila klien hamil intra
uterin, hentikan pil, dan yakinkan pasien, bahwa pil yang telah di
minumnya tidak punya efek pada janin
b)Mual, pusing atau muntah.
Penanganan: tes kehamilan, bila tidak hamil sarankan minum pil
saat makan malam, atau sebelum tidur
c)Perdarahan pervaginam/spotting
Penanganan: tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologi. Sarankan
minum pil pada waktu yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan/spotting
hal yang bisa terjadi pada 3 bulan pertama dan lambat laun akan
berhenti. Bila perdarahan /spotting tetap saja terjadi, ganti pil dengan
dodis estrogen lebih tinggi 50mg sampai perdarahan teratasi, lalu
kembali ke dosis awal. Bila perdarahan/spotting timbul lagi, lanjutkan
lagi dengan dosis 50mg, atau ganti dengan metode kontrasepsi yang
lain.

2) Pil progestin(minipil)
a) Amenorea
Penanganan: pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil tidak perlu
tindakan khusus cukup konseling saja. Bila amenorea berlanjut atau hal
tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil,
dan kehamilan di lanjutkan. Jelaskan pada klien bahwa minipil sangat
kecil menimbulkan kelainan pada janin. Bila di duga kehamilan ektopik,
klien perlu di rujuk, jangan memberikan pbat-obatan hormonal untuk
menimbulkan haid. Kalaupun di berikan tidak ada gunanya.
b) Perdarahan tidak teratur
Penanganan: bila tidak menimbulkan masalah kesehatan /tidak
hamil, tidak perlu tindakan khusus, bila klien masih tidak menerima
kejadian tersebut, perlu di cari metode kontrasepsi lain
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB IUD
tersebut antara lain amenorea/perdarahan tidak terjadi, perdarahan
bercak, keputihan, nyeri saat berhubungan.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB IUD dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB
tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
f. Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak.
g. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
h. Riwayat Kesehatan Keluargga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
i. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB,
suhu badan, kesadaran.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
2) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
3) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
4) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba
adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
5) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
(Nanda : 2015-2017)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


o (NOC)
1. Ansietas berhubungan NOC : NIC
dengan perubahan dalam - Anxiety Control Anxiety Reduction
status kesehatan - Coping ( Penurunan kecemasan )
- Vital Sign Status - Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
- Klien mampu mengiden- - Nyatakan dengan jelas harapan
tifikasi dan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan gejala - Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang dirasakan selama
- Mengidentifikasi, prosedur
mengung-kapkan dan - Pahami perspektif pasien
menunjukkan tekhnik terhadap situasi stres
untuk mengontrol cemas - Temani pasien untuk
- Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
normal mengurangi takut
Postur tubuh, ekspresi - Lakukan back / neck rub
wajah, bahasa tubuh dan - Dengarkan dengan penuh
tingkat aktivitas perhatian
menunjukkan - Identifikasi tingkat kecemasan
berkurangnya kecemasan - Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
2. Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan - Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurang pajanan process - Berikan penilaian tentang
informasi - Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
Behavior tentang proses penyakit yang
Kriteria Hasil : spesifik
- Pasien dan keluarga - Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal ini
tentang penyakit, kondisi, berhubungan dengan anatomi
prognosis dan program dan fisiologi, dengan cara yang
pengobatan tepat.
- Pasien dan keluarga - Gambarkan tanda dan gejala
mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang
secara benar tepat
- Pasien dan keluarga - Gambarkan proses penyakit,
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang - Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya. tepat
- Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
- Hindari harapan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. BAB II. http://eprints.ums.ac.id/35879/6/BAB%20II.pdf. Diakses


pada 19 Maret 2017 pukul 23.00 wita

Carpenito, Lynda Juall.1999.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: FKUI

NANDA NIC-NOC.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA NIC-


NOC.Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus. 2003. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates

Burns, August, dkk.2000. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan.


Yogyakarta: Andi

Hamilton, Persis Mary.1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: ECG

Pillitteri, Adele.2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai