Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN KB SUNTIK KOMBINASI


PUSKESMAS KENDALKEREP
1 - 13 DESEMBER 2014

Oleh :
JULIA WIDIANATA
(1202100011)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2014

LEMBAR PENGESAHAN

MAHASISWA

JULIA WIDIANATA
NIM : 1202100011

DOSEN PEMBIMBING

SRI RAHAYU S.Kp.Ners., M.Kes.


NIP : 19671010 199003 2 002

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI KONTRASEPSI SUNTIK


A. Pengertian
1. Keluarga Berencana (KB) Secara Umum
Suatu usaha mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa bagi ibu dan
bagi ayahnya serta keluarga akibat langsung dari kelahiran tersebut.
( Hanafi, 2005 )
2. Keluarga Berencana (KB) Secara Khusus
Suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya pembuahan atau
mencegah pertemuan antara sperma dan ovum.
( Manuaba, 2007 )
Jadi kesimpulan KB adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya pembuahan, sehingga dapat mengatur jumlah kelahiran bagi ibu dan ayah.
B. Jenis KB Suntik
1. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan
5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan
50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M.
sebulan sekali.
( Saifuddin, 2006 : MK-34 )
2. Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
a.) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah
bokong).
b.) Depo Noretisteron Asetat (Depo Noristerat), yang mengandung 200mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
(Saifuddin, 2006 : MK-41 )
II. KONSEP TEORI KB SUNTIK KOMBINASI
1. Mekanisme Kerja
Menekan ovulasi.
Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
Perubahan pada endometrium ( atrofi ) sehingga implantasi terganggu.
Menghambat transportasi.
(Saifuddin, 2006 : MK-34 )
2. Efektivitas
Sangat efektif ( 0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan ) selama tahun pertama
penggunaan.

(Saifuddin, 2006 : MK-34 )


3. Keuntungan Kontrasepsi
Risiko terhadap kesehatan kecil.
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
Jangka panjang.
Efek samping sangat kecil.
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
(Saifuddin, 2006 : MK-34 )
4. Keuntungan Nonkontrasepsi
Mengurangi jumlah perdarahan.
Mengurangi nyeri saat haid.
Mencegah anemia.
Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium.
Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
Mencegah kehamilan ektopik.
Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause.
(Saifuddin, 2006 : MK-34 )
5. Kerugian
Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spotting,
atau perdarahan sela sampai 10 hari.
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga.
Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30
hari untuk mendapatkan suntikan.
Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat epilepsi
(Fenitonin dan Barbiturat) atau obat tuberkulosis (Rifampisin).
Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
Penambahan berat badan.
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.
(Saifuddin, 2006 : MK-35 )
6. Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi
Usia reproduksi.
Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.
Pascapersalinan dan tidak menyusui.
Anemia.
Nyeri haid hebat.
Haid teratur.

Riwayat kehamilan ektopik.


Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(Saifuddin, 2006 : MK-35 )
7. Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
Hamil atau diduga hamil.
Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
Penyakit hati akut ( virus hepatitis ).
Usia > 35 tahun yang merokok.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi ( > 180/110
mmHg ).
Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun.
Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.
Keganasan pada payudara.
(Saifuddin, 2006 : MK-35 )
8. Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi
Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke -7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari.
Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual
untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama
masa waktu 7 hari.
Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama
dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
Bila pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, suntikan
pertama dapat diberikan pada siklus haid 1 dan 7
Bila pascapersalinan <6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan kombinasi
Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat
diberi.
Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7
hari.
Ibu yang sedang menggunakan metode kontrassepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrassepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut
menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
segera diberikan tanpa menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji
kehamilan terlebih dahulu.

Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrassepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat
diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.
Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan, asal
saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain
tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunkan AKDR dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1 7 siklus
haid. Cabut segera AKDR.
(Saifuddin, 2006 : MK-36 )
9. Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuscular dalam.
Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih
awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan
setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak
hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
(Saifuddin, 2006 : MK-37)
10. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus
Keadaan
Tekanan darah tinggi

Anjuran
< 180/110 mmHg dapat diberikan, tetapi perlu

Kencing manis

pengawasan
Dapat diberikan pada khasus tanpa komplikasi
dan kencing manisnya terjadi < 20 tahun. Perlu

Migrain

Menggunakan

diawasi
Bila tidak

ada

berhubungan

dengan

gejala
sakit

neurologic

yang

kepala,

boleh

diberikan.
obat Berikan pil kontrasepsi kombinasi dengan 50 g

tuberculosis/ obat epilepsi


etiniliestradiol atau cari metode kontrasepsi lain
Mempunyai penyakit anemia Sebaliknya jangan menggunakan suntikan
bulan sabit (sickle cell)

kombinasi
(Saifuddin, 2006 : MK-37 )

11. Penanganan Efek samping yang sering terjadi.


Efek samping
Amenorea

Penanganan
Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan
tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa
darah haid tidak berkumpul dalam rahim. Anjurkan
klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya haid
masih menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan, dan jelaskan bahwa hormone
progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada

Mual/pusing/muntah

janin.
Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila
tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa

Perdarahan/perdarahan

dan akan hilang dalam waktu dekat.


Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab

bercak(spotting)

perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang


terjadi merupakan hal biasa. Bila perdarahan berlanjut
dan mengkhawatirkan klien, metode kontrasepsi lain
perlu dicari.
(Saifuddin, 2006 : MK-37 )

12. Instruksi Untuk klien


a. Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap
4 minggu
b. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter / klinik untuk
memastikan hamil atau tidak
c. Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa yang
harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala
atau nyeri payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut sering
ditemukan dan biasanya akan hilang pada suntikan ke 2 atau ke 3
d. Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberculosis atau obat epilepsy,
obat-obat tersebut dapat mengganggu efektifitas kontrasepsi yang sedang
digunakan.
(Saifuddin, 2006 : MK-38 )
13. Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan suntikan kombinasi

a. Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah di paru,
atau serangan jantung.
b. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke ,
hipertensi atau migraine
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada
tungkai.
d. Tidak terjadi perdarahan atau spottimg selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya,
kemungkinan terjadi kehamilan.
(Saifuddin, 2006 : MK-38 )

DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Manuaba. 2007. Operasi kebidanan Kandungan dan KB. Jakarta:EGC


Saifuddin, Abdul Bari, 2006. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai