Disusun oleh:
NIM : 15901191012
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan berkeluarga atau menempuh hidup dalam sebuah pernikahan
adalah harapan dan niat yang wajar serta sehat dari setiap lakilaki dan
perempuan. Salah satu unsur fitrah manusia ialah adanya hubungan tarik menarik
yang alami antara dua jenis yang berbeda, lelaki dan perempuan. Tuhan Yang
Maha Esa telah memperingatkan kita bahwa daya tarik manusia kepada lawan
jenisnya dan rasa saling cinta antara kedua jenis itu adalah alami dan sejalan
dengan Hukum atau Sunnah-Nya.
Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang lelaki dengan seorang
perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan
lahir batin dalam definisi ini menunjukkan bahwa hubungan suami istri tidak
boleh semata berupa ikatan lahiriah saja hidup bersama dalam ikatan formal,
akan tetapi keduanya harus membina ikatan batin. Ikatan lahir mudah sekali
terlepas jika tidak diikuti oleh ikatan batin. Ikatan lahir dan batinlah yang
menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun dan membina keluarga yang
bahagia dan kekal (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka hal yang perlu dilakukan sebelum
memasuki gerbang pernikahan yaitu, menyiapkan kesehatan fisik. Setiap lelaki
dan perempuan yang hendak menikah, sebaiknya mempersiapkan kesehatan
fisiknya sebaik mungkin dengan melakukan pola hidup sehat, diantaranya
dengan makan makanan bergizi seimbang. Selain itu, sangat dianjurkan setiap
pasangan melakukan pemeriksaan kesehatan berupa pemeriksaan kesehatan
umum dan pemeriksaan laboratorium (TORCH, Hepatitis B, dan lain-lain).
Namun, seringkali banyak pasangan yang enggan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatannya karena akan menambah daftar kesibukan, ribet, pemborosan karena
terlalu banyak memakan biaya dalam sekali pemeriksaan (Kusmiran, 2012).
Indonesia telah menetapkan peraturan yang mengatur terkait kesehatan
calon pengantin. Peraturan tersebut diatur dalam Instruksi Bersama Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan
Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan No: 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi
Tetanus Toksoid Calon Pengantin. Setiap pasangan yang hendak menikah, harus
melampirkan bukti surat keterangan dari puskesmas atau rumah sakit bahwa
telah melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) kepada KUA. Kewajiban
imunisasi ini hanya dibebankan pada mempelai wanita. Imunisasi TT biasanya
diberikan kepada perempuan yang akan menikah atau ibu hamil.
Peraturan ini merupakan salah satu bentuk wujud perlindungan
pemerintah terhadap tetanus. Tetanus menduduki peringkat teratas sebagai
penyebab kematian bayi berusia di bawah satu bulan pada tahun 1980-an.
Vaksinasi tetanus pada perempuan yang hendak menikah akan meningkatkan
kekebalan tubuh dari infeksi tetanus. Kekebalan tubuh itu akan diwariskan
kepada bayinya ketika proses persalinan, dan membuat bayi yang baru lahir
aman dari infeksi tetanus. Saat ini tidak hanya penyakit tetanus saja yang perlu
kita waspadai, namun kini sudah banyak bermunculan penyakit-penyakit menular
berbahaya yang bahkan saat ini masih belum ditemukan obatnya seperti penyakit
HIV/AIDS yang telah menelan banyak korban jiwa. Laju pertumbuhan dan
penularan HIV/AIDS di Indonesia sudah menduduki peringkat tertinggi di Asia
Tenggara terhitung pada tahun 2007. Indonesia menduduki peringkat tiga sebagai
negara dengan penularan HIV/AIDS tertinggi di dunia (Prawirohardjo, 2016).
Dunia kedokteran telah memberikan rekomendasi kepada para calon
pengantin yang hendak menikah untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan
pranikah (premarital check up) terlebih dahulu. Melakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum menikah merupakan suatu bentuk pencegahan guna menjaga
kesehatan terlebih lagi bagi dampaknya juga bagi keturunan kita selanjutnya.
Dalam sebuah kaidah fiqh disebutkan menjaga kesehatan dengan pencegahan itu
lebih baik daripada berobat setelah sakit.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah yang diambil
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengerrtian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ?
2. Apa saja manfaat imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ?
3. Apa pengertian pemeriksaan kesehatan pranikah (Premarital Check Up) ?
4. Apa saja macam-macam pemeriksaan kesehatan pranikah (Premarital Check
Up) ?
5. Apa saja tujuan dan manfaat pemeriksaan kesehatan pranikah (Premarital
Check Up) ?
6. Bagaimana prosedur pemeriksaan kesehatan pranikah (Premarital Check
Up)?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
2. Untuk mengetahui manfaat imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
3. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan kesehatan pranikah (Premarital
Check Up).
4. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan kesehatan pranikah
(Premarital Check Up).
5. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pemeriksaan kesehatan pranikah
(Premarital Check Up).
6. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan kesehatan pranikah
(Premarital Check Up).
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas
Nama : Nn. F Nama Suami : Tn. P
Umur : 24 Tahun Umur : 24 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tempel 5/10 Joho, Mojolaban
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
c. Data Kebidanan
1. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Warna : Merah kehitaman
Siklus : Teratur Jenis : Encer
Lama : 7 hari Keluhan : Dysminorhea
2. Status perkawinan
Kawin/ tak kawin : Belum Kawin
Berapa kali :-
Usia Kawin pertama : - tahun
Lama perkawinan : - tahun
Persalinan Nifas
Hamil
ke- Tgl Jenis
UK Penolong Komplikasi JK BBL Laktasi Komplikasi
Lahir Persalinan
- - - - - - - - - -
d. Data Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak memiliki riwayat penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, TBC atau difteri..
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun, menular dan
menahun.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal, TBC atau difteri.
f. Keadaan Psikososial
Keluarga dari kedua belah pihak mendukung pernikahan, calon pengantin
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak menunda
kehamilan setelah menikah. Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan
dengan pernikahan.
4. Pemeriksaan Antropometri
BB : 50 kg IMT : 22,2 kg/m2
TB : 150 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1. Infeksi
Kepala : Kulit bersih (+), rambut hitam (+), rontok (-), ketombe (-)
Muka : Bersih (+), kloasma (-).
Mata : Simetris, Konjungtiva agak pucat, sklera putih, ikterus (-),
reflek pupil baik.
Hidung : Bersih, polip (-), secret (-), perdarahan (-).
Mulut : Bibir pucat (-), bersih, karies gigi (-), gusi berdarah (-),
bibir segar, sariawan (-).
Telinga : Bersih, simetris, serumen (-), perdarahan (-).
Dada : Simetris, pernafasan teratur, sesak nafas (-), tidak ada
retraksi dinding dada.
Ekstremitas : Simetris, sindaktili maupun polidaktili (-), odema (-),
varises (-), gerakan bebas.
2. Palpasi
Kepala : Benjolan abnormal (-)
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe
dan vena jugularis
Axila : Tidak dilakukan
Mammae : Tidak dilakukan
3. Perkusi
Reflek patella :+/+
IV. PENATALKSANAAN
Tanggal : 23 Januari 2020 Pukul : 10.00 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien bahwa secara umum keadaannya
baik, tanda- tanda vital dalam batas normal, klien mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
2. Menganjurkan klien menjaga pola makan seimbang, mengurangi makanan
yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi,
mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan, menghentikan
kebiasan merokok, melakukan olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan
secara rutin, klien mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
3. Memberikan konseling kelas calon pengantin tentang kesehatan reproduksi
pranikah, yaitu :
a. Konsep pernikahan
b. Hak reproduksi dan seksual
c. Persiapan pranikah
d. Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
e. Solusi mengatasi tindakan kekerasan
f. Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
g. Organ reproduksi perempuan dan organ reproduksi laki-laki
h. Kehamilan ideal, Metode kontrasepsi, Proses kehamilan
i. Informasi tentang kehamilan, termasuk tanda-tanda kehamilan,
memeriksakan kehamilan, menjaga kehamilan, menu makanan selama
kehamilan, tanda bahaya kehamilan, kondisi emosional ibu hamil, tips
relaksasi ibu hamil.
j. Masa subur seorang perempuan, yaitu dekat dengan pertengahan siklus
haid (14 hari sebelum haid berikutnya atau antara kedua waktu dari siklus
terpanjang dikurang 11 dan siklus terpendek dikurangi 18, jadi perkiraan
masa subur Nn. I pada siklus hari ke- 9 s.d. 22) atau terdapat tanda-tanda
kesuburan, diantaranya:
- Peningkatan suhu tubuh ± 0,5 0C.
- Pembesaran pada payudara, dapat disertai rasa nyeri/tidak nyaman.
- Perubahan cairan serviks menjadi lebih banyak, bening dan teksturnya
licin.
k. Tanda-tanda persalinan, persalinan di tolong tenaga kesehatan, perawatan
pasca persalinan, IMD dan ASI eksklusif, manfaat ASI
l. IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan HIV/AIDS, Kanker pada
perempuan, kehidupan seksual suami istri klien mengerti penjelasan yang
diberikan.
4. Menjelaskan kepada klien bahwa status imunisasi TT saat ini sudah TT 3 yang
masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah 10 tahun dan
belum seumur hidup, sehingga klien masih perlu diberikan suntik imunisasi
TT dua kali lagi, klien mengerti keadaannya.
5. Menjelaskan tujuan dan efek samping dari imunisasi TT, klien setuju
dilakukan penyuntikkan imunisasi TT
6. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri klien dan
menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang yaitu TT 3 yang masa
perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah 5 Tahun, sehingga klien
dikemudian hari harus kembali lagi; klien mengerti dan tidak ada reaksi alergi
7. Mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan, klien sepakat untuk
merencanakan kehamilan segera setelah menikah, berencana memiliki 2 anak
dengan jarak 3 tahun.
8. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi kafein (batas mengkonsumsi
kafein sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan kopi, yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan, klien mengerti dan
mau melaksanakan anjuran yang diberikan
9. Menganjurkan kepada klien untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan
mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum
susu yang terdapat kandungan asam folat, dapat juga meminum suplemen
asam folat 0,4 mg setiap hari minimal 1 bulan sebelum menikah untuk
persiapan kehamilan; klien bersedia mengikuti saran bidan.
10. Menganjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan,
klien bersedia.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Temuan Kasus
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan secara terus
menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Pada kasus ini, Nn. F usia 24
tahun mengatakan ingin melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT).
Berdasarkan anamnesa yang dilakukan, pada data psikososial klien
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak menunda
kehamilan setelah menikah. Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 –
30 tahun bagi pria. Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada Nn. F didapati hasil
dalam batas normal. Namun, terjadi sedikit peningkatan pada tekanan darah. Hal
ini dinyatakan bahwa klien takut pada jarum suntik.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) pada Nn. F diharapkan dapat
menjadi perlindungan dan mencegah penyakit tetanus. Sehingga Nn. F memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi dirinya dan bayi terhadap penyakit
tetanus. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn A diantaranya dengan
pemberian konseling pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan
reproduksi, khususnya persiapan kehamilan dan masa subur. Pengetahuan
tentang masa subur pada pasangan calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan sangatlah penting. Karena masa subur adalah suatu masa dalam siklus
menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila
perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan secara terus
menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan.
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Adapun manfaat pemberian imunisasi TT adalah melindungi bayi yang
baru lahir dari tetanus neonatorum, melindungi ibu terhadap kemungkinan
tetanus saat terluka dalam proses persalinan, mencegah terjadinya toksoplasma
pada ibu hamil, mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan
tali pusat.
B. Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diharapkan untuk dapat terus mengikuti anjuran yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan kulitas dan mutu kesehatan diri
sendiri agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus
ditingkatkan, dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena
melahirkan generasi yang cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan
pemberian vaksin sebelum pranikah seperti HPV, dan Hepatitis B.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika