Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, pasangan calon pengantin yang akan menikah harus menyiapkan
banyak hal. Pasangan yang akan menikah sudah akrab dengan premarital test atau
tes kesehatan pranikah. Dimana pasangan calon pengantin akan melakukan tes
kesehatan dengan lengkap. Salah satu yang harus dipenuhi dan merupakan aturan
wajib dari pemerintah adalah imunisasi tetanus toksoid (TT). Calon pengantin yang
perduli akan kesehatan tentunya akan mendapatkan imunisasi tetanus toksoid. Suntik
ini direkomendasikan bagi calon pengantin wanita (Kemenkes RI,2012).
Target pemberian vaksin ini tidak hanya pada perempuan yang akan
menikah saja, tetapi juga pada wanita usia subur. Imunisasi ini dahulu ditujukan bagi
kaum wanita di daerah pedesaan dan terpencil. Namun demikian di lapanganjustru
kaum wanita pedesaan lebih banyak untuk melakukan imunisasi dibandingkan di
daerah perkotaan karena beberapa wanita tidak mendapat suntik tetanus toksoid
karena pernikahan yang terpaksa (sedang dalam keadaan hamil) dan takut bahan
berbahaya yang terdapat di dalam vaksin tetanus toksoid tersebut (Kemenkes
RI,2012).

Suntik tetanus toksoid yang terakhir kali wanitadapatkan ialah pada saat
kelas 6 SD dan harus diulang kembali. Bukan hanya sekali namun dua kali dengan
jeda waktu satu bulan. Tujuannya dilakukan imunisasi ini adalah untuk memberikan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, baik saat terjadi luka di hubungan suami-
istri yang pertama kali maupun saat mengandung dan melahirkan bayi. Betapa
pentingnya suntik tetanus toksoid ini, pemerintah memasukkannya dalam salah satu
syarat untuk mengurus surat pernikahan di catatan sipil (Kemenkes RI,2012).
Program imunisasi sebagai sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan yang
lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif, selain itu imunisasi

1
merupakan upaya yang sangat penting dalam mencegah penyakit serta merupakan
public good (barang publik) karena manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh
seluruh masyarakat (Depkes RI, 2006).
Upaya promotif yang dilakukan oleh pemerintah ialah penyuluhan tentang
gizi pada pra nikah dan sex education, sedangkan pelayanan imunisasi tetanus
toksoid pada calon pengantin sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah
penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus
menerus, menyeluruh dan dilaksanakan sesuai dengan standar, sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan dapat memutus mata rantai penularan, yang
dilakukan pada usia balita maupun pada orang dewasa (Depkes RI, 2006).
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh eksotoksin produksi
kuman Clostridium Tetani. Gejala awal tetanus yang khas yaitu kejang dan kaku
secara menyeluruh, otot dinding perut akan teraba keras dan tegang, mulut kaku dan
sulit dibuka, kesulitan untuk menelan, berkeringat bahkan demam. Gejala berikutnya
ialah kejang yang hebat dan tubuh akan menjadi kaku. Komplikasi dari tetanus
ialah patah tulang karena kejang, pneumonia serta infeksi lainnya yang akan
menimbulkan kematian (DepKes, 2006).
Tetanus sendiri merupakan infeksi yang disebabkan bakteri Clostridium
tetani. Bakteri ini biasanya ditemukan di kotoran hewan dan manusia, tanah, debu
dan tempat-tempat kotor lainnya. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh lewat luka pada
kulit. Bakteri Clostridium tetani akan berkembang biak dalam tubuh dan
mengeluarkan racun yang berpotensi merusak sumsum tulang belakang dan sistem
syaraf. Sehingga efeknya, si penderita akan mengalami kejang atau kaku otot. Dalam
tahap lebih parah, infeksi tetanus dapat meningkatkan risiko kematian (DepKes,
2006).
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat dimiliki melalui kekebalan buatan.
Kekebalan buatan secara pasif dilakukan dengan suntikan serum (anti tetanus serum),
sedangkan kekebalan secara aktif dilakukan dengan pemberian imunisasi. Vaksin

2
yang digunakan adalah terbuat dari toksin tetanus yang dilemahkan (detoksifikasi)
yang terdapat pada kemasan vaksin monovalen tetanus toksoid maupun kombinasi
(DT,TD dan DPT). Pemberian imunisasi tersebut secara terus menerus digerakkan
melalui pelayanan kesehatan dasar di puskesmas (Atkitson,2006).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) hingga tahun
2009 sudah 151 negara yang eliminasi tetanus maternal neonatal. Per Desember
2010 masih terdapat 38 negara yang belum mencapai eliminasi tetanus maternal dan
neonatal, terutama berada di Afrika dan Asia Tenggara. Hingga Februari 2011 masih
terdapat 34 negara yang belum tereliminasi tetanus maternal dan neonatal termasuk
Indonesia (WHO, 2012).
Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018,
cakupan imunisasi Td pada wanita usia subur tidak hamil menurut provinsi Sumatera
Utara tahun 2018 sebesar 242 (0,01 %). Sedangkan jumlah wanita usia subur tidak
hamil di provinsi Sumatera Utara sebanyak 2.503.713. Hal ini jauh dari target yang
ditetapkan oleh Kemenkes RI (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul mengenai “Asuhan Kebidanan Pra Nikah dan Pra Konsepsi Pada NN. D Umur
28 Tahun di Puskesmas Kampung Baru”

B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif berupa konseling pada Nn. D
umur 28 tahun di Puskesmas Kampung Baru. Atas dengan pendekatan manajemen
kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

B.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengantin wanita tentang imunisasi TT
di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru

3
2. Untuk mengetahui asuhan kebidanan berupa konseling pada NN. D umur 28
tahun di Puskesmas Sukaramai dengan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian SOAP.

C. Ruang Lingkup
1. Lokasi dan Waktu :
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan Komprehensif
ini adalah di Puskesmas Kampung Baru, sedangkan waktu dan penyusunan
Laporan Komprehensif di mulai bulan Desember 2019 – Januari 2020.
2. Subjek Laporan Kasus :
Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah Ny. D
umur 28 Tahun.
3. Teknik/Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik
wawancara dan observasi
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis
dengan pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan pasien yang
akan dijadikan sebagai bahan laporan,sehingga diperoleh data yang
akurat.
b. Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada catin setelah diberikan konseling.
c. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun jurnal
yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang
diambil.
Studi kepustakaan dalam tugas ini diambil dari buku-buku sumber dan
jurnal

4
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan (Klinik)
Menjadikan bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan dan pelayanan
imunisasi TT pada calon pengantin, khususnya dalam memberikan
pendidikan kesehatan tentang imunisasi TT pada calon pengantin.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program study
Profesi Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Penulis
Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan,
memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika
menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi
penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pra nikah dan pra
konsepsi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Kajian Masalah Kasus


A.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan memberikan zat kekebalan terhadap beberapa penyakit
melalui pemberian vaksin yang nantinya akan melindungi kesehatan Ibu dan anak
(BKKBN, 2007).
b. Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin (Catin)
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah kuman yang dilemahkan atau dimurnikan,
vaksin tetanus adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah
dimurnikan atau terabsorbsi ke dalam 3 mg alumunium fosfat. Imunisasi TT (Tetanus
Toksoid) tujuan utamanya ialah melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan
terkena kejang akibat infeksi pada tali pusat (Tetanus Neonatrium). Imunisasi ini
harus diberikan melalui ibunya, karena janin belum dapat membentuk kekebalan
sendiri (Kemenkes RI, 2012).

Imunisasi TT akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus


toksoid. Vaksin TT juga salah satu syarat yang harus dipenuhi saat mengurus surat-
surat atau kelengkapan administrasi di KUA. Kepada calon pengantin Wanita
imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu. Imunisasi TT
diberikan kepada catin wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan
dilahirkan dari penyakit tetanus neonatrium (Gunawan Rahman, 2006).
Bila pasangan usia subur melakukan imunisasi TT1 dan TT2, jika dalam
waktu tiga tahun ia melahirkan, bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus
neonaturum. Sedangkan bila ia melakukan imunisasi sampai dengan TT5, ia akan
memberi perlindungan selama 25 tahun atau seumur hidup. Imunisasi TT dapat
dilakukan ditempat pelayanan kesehatan pemerintah, praktek bidan atau RS swasta.

6
Sebenarnya target pemberian imunisasi TT ini adalah bukan wanita yang akan
menikah saja, tapi adalah wanita usia subur.
Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun
2013 tentang penyelenggaraan imunisasi dijelaskan dalam BAB II mengenai jenis
imunisasi bahwa berdasarkan penyelenggaraannya imunisasi dikelompokkan
menjadi imunisasi wajib dan pilihan. Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
menular tertentu (PERMENKES RI NO. 42 Tahun 2012).
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang diberikan kepadaseseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas munisasi rutin, imunisasi
tambahan, dan imunisasi khusus (PERMENKES RI NO. 42 Tahun 2012).
Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi
lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan
atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan pada
anak usia di bawah tiga tahun anak usia sekolah dasar wanita usia subur.
(PERMENKES RI NO. 42 Tahun 2012).
c. Tujuan Imunisasi TT

Tujuan pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur adalah untuk


mengeliminasi penyakit tetanus pda bayi baru lahir (Tetanus Neonaturum).
Pemberian imunisasi TT ini dalam beberapa jenjang yang dapat dicapai seperti murid
perempuan kelas 6 SD, saat akan menikah dan pada saat hamil. Vaksin TT juga
dapat diberikan pada laki-laki dewasa. Karena hal ini dapat melindunginya dari
bahaya penyakit tetanus (Wahab, 2007).

7
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi
1) Umur
Penilaian status bisa dimulai pada saat bayi atau apabila tidak ada register
yangmencatat riwayat sebelumnya maka dihitung mulai WUS berusia 15 tahun
denganstatus TT 0 (Kemenkes RI. 2009).
2) BIAS di SD/MI
Apabila ada dokumentasi yang sah seperti kartu atau register pada
petugaskesehatan maka imunisasi pada saat program BIAS bisa dihitung
sebagaiimunisasi TT (Kemenkes RI. 2009).
3) Status Perkawinan
Adanya program imunisasi pada calon pengantin bisa dijadikan pedoman
bahwaWUS dipastikan telah mendapatkan imunisasi TT (Kemenkes RI. 2009).
4) Jumlah anak
Program imunisasi TT 1 dan TT 2 pada ibu hamil bisa dijadikan
pedomanpenentuan status imunisasi TT WUS (Kemenkes RI. 2009).

e. Jadwal Pemberian Imunisasi TT Catin


Imunisasi TT catin diberikan sebanyak 2x kepada calon pengantin wanita
dengan interval 4 minggu sebelum pernikahannya (Depkes RI, 2006).

Tabel 2.1Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Pemberian Waktu Masa Dosis


Imunisasi Perlindungan
TT 1 - - 0,5 ml

4 minggu setelah
TT 2 TT 1 3 tahun 0,5 ml

8
TT3 6 bulan setelah 5 tahun 0,5 ml
TT 2

1 tahun setelah
TT4 TT 3 10 tahun 0,5 ml

1 tahun setelah
TT5 TT 4 25 tahun 0,5 ml

f. Efek Samping Imunisasi TT


Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan
pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari,
ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan atau pengobatan (Depkes RI,
2006).

g. Penyakit Yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi TT


Imunisasi TT mencegah penyakit tetanus yaitu penyakit yangmenyerang
system syaraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh
clostridium tetani. Penyakit ini masuk melalui luka yang dimasuki kuman gigitan
serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas gigitan dan pemotongan tali pusat.
Toksin yang dihasilkan seperti tetanospasmin yang secara umum menyebabkan
kekakuan pada tubuh (Syaifudin, 2006).

B. Kajian Teori
B.1 Asuhan Kebidanan Pra Nikah
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

9
Masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang
menurut perundang-undangan yang berlaku. Menikah merupakan tahapan yang
penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan belahan jiwa. Setelah cukup
lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-
ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah persiapan yang matang
untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk
dilakukan. Waktu, tenaga dan dana yang besar diberikan untuk melakukan persiapan
pernikahan. Kesibukan menjelang pernikahan tidak hanya dirasakan oleh pasangan
yang akan menikah namun pihak keluarga juga dibuat pusing olehnya.

Namun seringkali ada yang luput dari list persiapan pra nikah. Selain
persiapan pesta pernikahan, sudah sewajarnya pasangan mempersiapkan diri untuk
menghadapi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya. Pernikahan tidak semudah
apa yang diceritakan oleh cerita-cerita dongeng putri ketika masih kecil. Putri yang
cantik dan baik hati yang bertemu dengan pangeran yang tampan akhirnya menikah
dan bahagia selama hidupnya (“happily ever after”).

Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga harus
diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan kesehatan
pasangan. Tidak hanya sehat secara fisik yang harus diperhatikan namun juga sehat
menurut definisi yang luas. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan. Jadi kesehatan pasangan pra nikah
penting sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari
tua. Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah
yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa.

Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan
pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan

10
belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada masalah maka
pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.

B.1.2 Tes Kesehatan bagi Pasangan yang akan Menikah

a. Program Pre-Marital Screening

Pre-Marital Screening atau Pre-Marital Check Up terdiri atas beberapa


kelompok tes yang dirancang untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan saat
ini atau masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari saat pasangan hamil
dan memiliki anak. Rangkaian pemeriksaan kesehatan tersebut adalah sebagai
berikut

 Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum

Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :

1. Pemeriksaan fisik / klinis lengkap


Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui
status tekanan darah seseorang. Tekanan darah yang normal adalah salah satu
kunci kesehatan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat
perempuan hamil, karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Pemeriksaan fisik juga bisa mendeteksi gejala obesitas, karena
obesitas dapat mempengaruhi tingkat kesuburan. Obesitas selama kehamilan
dapat menyebabkan munculnya beberapa resiko seperti diabetes, pre-
eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk melahirkan tepat waktu, juga
meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat melahirkan.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb),
hematokrit, sel darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah

11
(trombosit). Para calon ibu perlu mengetahui kadar hb-nya untuk mendeteksi
gejala anemia, juga perlu mengetahui adanya ganguan faktor pembekuan
darah. Dari hasil pemeriksaan darah dapat diketahui kondisi kadar kolesterol
tinggi yang meningkatkan resiko penyakit jantung koroner dan stroke.
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak
puasa, dapat mengetahui adanya diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang
dapat berkembang menjadi diabetes mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu
hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa
masalah seperti janin yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi,
hydramnions atau meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan resiko
kelahiran prematur, serta macrosomia –yaitu bayi menerima kadar glukosa
yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar.
3. Golongan darah dan rhesus
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi
antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam
darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Kebanyakan warga
bangsa Asia memiliki rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga
bangsa Eropa memiliki negatif (-). Banyak pasangan suami istri tidak
mengetahui rhesus darah pasangan masing-masing. Padahal, jika rhesus
mereka bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang
perempuan (rhesus negatif) menikah dengan laki-laki (rhesus positif), bayi
pertamanya memiliki kemungkinan untuk memiliki rhesus negatif atau
positif.
Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika
bayi memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan
berikutnya. Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang
memiliki rhesus positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus

12
dari ibu dapat memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah
jika perempuan memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus negatif.
Apabila ibu bergolongan darah O sedangkan bayi bukan bergolongan
darah O adalah salah satu faktor resiko jaundice atau kuning pada bayi (ABO
Incompatibility). Bila diketahui janin memiliki rhesus positif (+) sedangkan
ibu memiliki rhesus negatif (-), akan menimbulkan inkompatibilitas rhesus
yang bisa mengakibatkan kematian pada janin. Dengan mengatahui rhesus
sebelum hamil, dokter dapat segera mengatasinya.
4. Urinalisis lengkap
Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya
infeksi saluran kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain
yang menunjukkan adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat kehamilan
beresiko baik bagi ibu maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat janin
yang rendah, bahkan resiko kematian saat persalinan.
 Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas

Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari


orangtua. Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau
garis keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti bisa
beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini meliputi:

1. Thalasemia

Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit ini
tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Thalasemia telah menjadi
salah satu isu kesehatan di Indonesia karena 3 – 10 % populasi di Indonesia adalah
carrier atau pembawa gen thalasemia beta, dan 2,6 - 11 % adalah pembawa gen
thalasemia alfa.

13
Jika diasumsikan terdapat 5% saja carrier dan angka kelahiran 23 per mil dari
total populasi 240 juta jiwa di Indonesia, maka diperkirakan terdapat 3.000 bayi
penderita thalassemia setiap tahunnya. Saat ini paling tidak tercatat 5.000 pasien
thalasemia di Indonesia dan diperkirakan angka ini jauh lebih rendah dibandingkan
dengan jumlah penderita thalasemia di Indonesia yang tidak terdata.

Talasemia mayor merupakan jenis talasemia yang disebabkan “sifat” darah


yang dibawa kedua orang tua. Penyakit ini membuat seseorang menjadi tergantung
pada transfusi darah dan kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain, talasemia minor
tidak menyebabkan gejala berat dan penderitanya dapat hidup normal, tapi ia tetap
membawa “sifat” penyakit talasemia dalam tubuhnya. Jika kedua orang tua mengidap
talasemia minor, 25 % kemungkinan anaknya akan mengidap talasemia mayor, 50 %
akan mengidap talasemia minor, dan 25 % akan normal.

Jika hanya salah satu orang tua mengidap talasemia minor, 50 %


kemungkinan si anak akan mengidap talasemia minor dan 50 % akan normal. Rumus
penurunan talasemia berlaku juga pada penyakit hemofilia dan albino. Dengan
pengecekan darah, kita dapat memprediksi kemungkinan yang akan muncul dan
mencegah hal yang tidak kita inginkan.

2. Hemofilia

Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan


sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia
tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia lebih banyak
membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.

14
3. Sickle Cell Disease

Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit, merupakan
penyakit kelainan sel darah merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan
anemia. Secara statistik penyakit ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika, Timur
Tengah dan beberapa kasus di Asia, terutama India.

 Ketiga, pemeriksaan penyakit menular

Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah, di


antaranya adalah:

1. HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)

Menurut data WHO, saat ini terdapat 4,1 juta jiwa di dunia yang terinfeksi
HIV, dimana 95% diantaranya berada di negara berkembang seperti sub-sahara
Afrika dan Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI, pada
tahun 2012 ditemukan 21.511 penderita HIV, dan jumlah ini jauh lebih banyak
dibanding tahun sebelumnya. Untuk penderita Hepatitis B saat ini diperkirakan
sebanyak 1,8 milyar manusia di dunia, dengan 350 juta jiwa sudah mengalami
infeksi kronis; dan diperkirakan 170 juta jiwa di dunia terinfeksi virus Hepatitis C.

Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa


manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan
cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi
organ tubuh. Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada
pemakai obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis penyakit
infeksi ini sangat penting karena virus-virus ini dapat ‘diam’ atau ‘tidur’ dalam jangka
waktu yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah dengan seseorang
yang membawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan juga calon bayi.

15
Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya
harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan
mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan pranikah.

2. TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)

Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh yang
terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam
kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.

3. Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS

Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang


ditularkan melalui hubungan seksual —sexually transmitted infections (STI), infeksi
saluran reproduksi (ISR) atau infeksi menular seksual (IMS)— selain dapat
mendeteksi adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan pengobatan
sekaligus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Penyakit seperti chlamydia, gonorrhea, dan HPV atau Human papillomavirus,


herpes, penyakit ini semua dapat menimbulkan masalah kesuburan dan masalah saat
kehamilan. Jika salah satu calon pengantin atau keduanya menderita ISR/IMS/STI,
sebelum menikah ia harus berobat dulu sampai sembuh.

Sebuah survei yang dilakukan Durex, mengungkapkan fakta bahwa 21 %


masyarakat Indonesia tidak mengetahui apakah pasangan mereka pernah mengidap
infeksi menular seksual (IMS) atau tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak mengetahui
bahwa pasangan mereka pernah menderita IMS dan hanya 13 % perempuan yang
tidak mengetahui bahwa pasangannya pernah mengidap IMS.

16
 Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ
reproduksi dan kesuburan

Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan


kesuburan ini dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.

1. Untuk perempuan
Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui kondisi
rahim, saluran telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG
(Hysterosalpingogram) untuk mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah
sumbatan akibat kista, polip endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain.
Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang siklus
haidnya tidak teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon yang diperiksa
misalnya hormon FSH (follicle stimulating hormone), LH (lutenizing
hormone) dan Estradiol (hormone estrogen).
2. Untuk laki-laki
Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis,
skrotum, prostat juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan
dalam proses pembentukan sperma serta kadar hormon testosteron. Dapat
dilakukan juga analisis semen dan sperma.
 Kelima, pemeriksaan tambahan

Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa


pemeriksaan dan tindakan kesehatan lainnya, seperti :

1. Alergi
Salah satu yang sering terlewatkan adalah alergi. Alergi adalah sistem
kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap beberapa substansi
(alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian besar manusia. Kecenderungan
seseorang memiliki alergi adalah karena faktor keturunan, walaupun tidak

17
selalu orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya kepada
anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu alergi dari
kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang pernah mengalami reaksi
anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
2. Vaksinasi Dewasa
Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin
hepatitis B, tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air),
influenza, serta vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang
dikeluarkan oleh petugas Satgas Imunisasi Dewasa.
 Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu

Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga


direkomendasikan untuk dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena mereka
akan menjadi calon ibu, juga penting dilakukan oleh para ibu yang sudah memiliki
anak, yaitu:

1. Pemeriksaan periodontal
Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi
untuk menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta
penyakit. Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi serta
kemungkinan adanya peradangan di sekitar gusi.
Hal ini menjadi penting karena perempuan yang memiliki penyakit
gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan prematur. Selain itu pada ibu
hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi akibat adanya perubahan
hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering memeriksakan diri ke dokter
yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika sering mengalami gusi berdarah.
2. Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid
seseorang kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid).

18
karena kadar hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan perempuan.
Pemeriksaan ini penting karena gangguan tiroid dapat mengganggu
kesempatan seseorang untuk hamil, misalnya perempuan yang mengalami
hipotiroid akan terganggu proses ovulasinya sedangkan hipertiroid bisa
meningkatkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.
3. Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik sumsum
tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel darah putihnya
tinggi, hal ini menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar hemoglobin rendah,
menunjukkan adanya anemia, dan jika kadar platelet rendah menunjukkan
adanya masalah dalam pembekuan darah.
Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung memiliki
periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan terhadap
anemia. Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam jumlah
komponen darahnya.
4. Pap smear
Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau
kanker pada leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel
cairan di leher rahim dan memeriksakannya di laboratorium. Pemeriksaan ini
penting dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah. Deteksi dini bisa
menjegah kondisi yang lebih serius seperti kanker leher rahim.
5. Pemeriksaan kepadatan mineral tulang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral
tulang yang dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang mulai
tipis dan lemah. Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin yang
disebut dengan dual energy photon absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini
lebih penting lagi untuk dilakukan bagi perempuan yang memiliki riwayat
osteoporosis, atau mengkonsumsi obat tiroid dan steroid.

19
Masalah bisa bertambah parah saat seorang ibu menyusui. Jika ia
tidak mendapatkan kalsium yang cukup, maka tubuh akan mengambilnya dari
tulang dan diberikan pada bayi. Karenanya penting untuk mengetahui apakah
kepadatan mineral tulangnya masih baik atau sudah berkurang.

B.1.3. Upaya-Upaya Promosi Kesehatan Pada Pasangan Pranikah

Menurut Pratiwi 2011, upaya-upaya promosi kesehatan pada pasangan


pranikah sebagai berikut:

A. Upaya promotif
1. Penyuluhan tentang gizi pada pranikah
Pasangan pranikah banyak mengesampingkan nutrisi nya dengan
alasan sibuk mempersiapkan pernikahannya yang sebenarnya tidak perlu
terlalu dipusingkan. Al ini sering tejadi pada wanita yang sibuk dengan
program diet nya yang nanti akan berdampak pada psikologisnya.u. untuk
itu penyuluhan tentang gizi seimbang sanat diperlukan agar tidak terjadi
kekurangan nutrisi
2. Sex Education
Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada pasangan
pranikah agar hubungan nya tetap harmonis. Karena fakta membuktikan
banyak pasangan yang bercerai karena kurangnya pendidikan seks
sebelum nikah. Pendidikan seks ini dapat kita lakukan dengan cara
penyuluhan seperti pendidikan tentang kesehatan reproduksi, PMS
(Penyakit Menular Seksual), cara dan waktu berhubungan yang sehat, dan
lain-lain.
3. Personal Hygiene
Merupakan salah satu yang menjadi prioritas utama bagi pasangan
pranikah. Dimana biasanya pasangan pranikah terutama wanita lebih
sering melakukan perawatan yang terdiri dari perawatan payudara, kulit,

20
rambut, kuku, genitalia dll. Tetapi hal ini terkadang tergantung pada
budaya masing-masing daerah.
4. Imunisasi CATIN
Imunisasi bertujuan untuk mencegah pasangan terutama pada wanita
agar tidak terserang oleh virus clostridium teteani, apabila nanti wanita
tersebut hamil dan terjadi perlukaan saat persalinan maka si ibu tidak
akan mudah mengalami infeksi dan perdarahan postpartum.

B. Upaya Preventif
1. Pemeriksaan papsmear
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya seseorang
itu terjangkit kanker serviks. Dapat disarankan pada pasangan melakukan
pemeriksaan ke laboratorium atau ke rumah sakit.
2. Pemeriksaan Hematologi
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidak nya seseorang
menderita kelainan darah. Seperti terjangkit HIV, TB, virus rubella ,virus
toxoplasma dan sebagainya. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukakan 6
bulan sebelum pernikahan karna dalam jarak waktu yang cukup akan
keluar hasil pemeriksaan dan jika ada kelainan dapat dilakukan
penanggulangan permasalahannya.

C. Upaya kuratif
Pengobatan TORCH dan kanker seviks pada wanita yang akan menikah
dengan memberikan pengobatan secara intensif. Menyakinkan pada pasangan kalau
terjangkitnya penyakit tersebut bukan berarti tidak dapat menikah dan menjalani
hidup sebagai seorang istri Perbaikan nutrisi pada pasangan pra nikah untuk
memperbaiki tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya infertilitas.

21
D. Upaya Rehabilitatif
Di dalam upaya rehabilitatif promosi kesehatan pra nikah, dapat mengenai
perawatan kanker serviks tingkat lanjut. Memberikan perawatan pada wanita yang
akan menikah dan telah menjalani pengobatan lanjutan. Disini dilakukan pemulihan
fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan kepercayaan diri pasien sehingga
dapat menjalani hidupnya sebagai seorang istri dan ibu nantinya.

B.2. Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi

B.2.1 Pengertian Prakonsepsi


Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum
dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi
pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan
ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang
waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum
konsepsi. Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi

B.2.2 Tujuan Prakonsepsi


Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya
berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya
kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin
tidak tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun
kehamilan bagi beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan
yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan
prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi
bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan
kehamilan.

22
B.2.3 Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi,
ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat
prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang
menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat
melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu
asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk :
a. Identifikasi keadaan penyakit
b. Penilaian keadaan psikologis
c. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
d. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
B.2.4 Pengkajian Data Asuhan Prakonsepsi
Adapun beberapa pengkajian data yang perlu dilakukan
1. Riwayat individu dan sosial
a. Usia
b. Latihan dan aktifitas
c. Penggunaan alkohol dan rokok
d. Penggunaan obat-obat terlarang
e. Keadaan lingkungan termasuk lingkungan keluarga
2. Riwayat kesehatan keuarga
a. Diabetes
b. Hipertensi
c. Cancer
d. Jantung
e. Retardasi mental
f. Kehamilan kembar
g. Thalasemia

23
h. Haemophilia
i. Anak lahir cacat
j. Down sindrom
k. Anemia sick cell
l. Still birth 3x atau lebih
3. Riwayat kesehatan/penyakit ibu
a. Diabetes
b. Hipertensi
c. Cancer
d. Jantung
e. Retardasi mental
f. Kehamilan kembar
g. Thalasemia
h. Haemophilia
i. Anak lahir cacat
j. Down sindrom
k. Anemia sick cell
l. Still birth 3x atau lebih
4. Riwayat reproduksi
a. Menarche, siklus, lamanya haid dl
b. Riwayat obstetric (persalinan yang lalu )
c. KB ( jenis, waktu penggunaan, efek samping )
d. Riwayat hubungan sex ( pernikahan ke berapa, frekuensi, masalah dll )

24
BAB III
PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN CATIN PADA NN. D


DI PUSKESMAS KAMPUNG BARU

Tanggal Pengkajian : 11 Desember 2019 Pukul : 09.30 WIB


Tempat Pengkajian : Poli KIA No RM :-
Oleh : Ade Sudana Br Purba

A. Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. D
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Seto Gg. Kijang No. 7 A
Tegal Sari II Medan Area
2. Alasan datang
Ingin mendapatkan sertifikat layak kawin dari Puskesmas.
3. Keluhan Utama
tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 30 hari, lama 4-5 hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 2-3 kali/hari saat terasa penuh

25
d. Dismeorhe : Tidak pernah
e. HPHT : 7-12-2019
f. Fluor Albus : Ada, setelah menstruasi, warna putih jernih,
tidak bau, tidak gatal

5. Riwayat Pernikahan
Pernikahan yang pertama, rencana menikah tanggal 22-12-2019. Belum
pernah berhubungan badan selama pacaran. Ini merupakan pacar kedua.
6. Penyuluhan yang pernah didapat
Nutrisi bagi tubuh
7. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma,
DM, ginjal, TBC, Kelainan darah. Belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS. Tidak ada alergi obat.
Riwayat status TT 4 (saat SD)
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Ada riwayat penyakit jantung dan hipertensi, DM, ginjal, jantung, asma,
alergi, TBC, HIV, Hepatitis maupun kanker.
9. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
Insomnia
10. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang,buah. Minum
air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada pantangan/alergi
makanan.
b. Eliminasi : Tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali
sehari.
c. Istirahat : Tidur malam 7-8 jam, tidak pernah tidur siang
d. Aktivitas : Kerja sejak pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB

26
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali/hari.
Tidak pernah menggunakan sabun pembersih
kewanitaan.

11. Riwayat Psikososial Budaya


Keluarga dari dua belah pihak merestui rencana pernikahan. sudah siap secara
mental dan financial untuk menikah. Calon Pengantin Wanita dan pasangan
ingin segera mempunyai keturunan setelah menikah. Tidak ada budaya/tradisi
tertentu yang berpengaruh buruk bagi kehidupan sehari-hari maupun persiapan
pernikahan.

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 57 kg TB : 157 cm
LILA : 25 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 97/68 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
- Bentuk tubuh : Normal
- Wajah : Wajah tidak pucat
- Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering

27
- Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid, limfa
- Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan yang abnormal,
tidak ada retraksi dada,tidak ada ronkhi dan
wheezing
- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba massa,
tidak teraba ballotement.
- Ekstremitas : Tidak ada oedema

a. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
- Golongan Darah : AB Rhesus : (+)
- HB : 13 g/dL ( Normal 12 – 16 g/dL)
- Planotest : Negatif
- HIV & IMS : Negatif
- Protein Urine : Negatif
- Glukosa Urine : Negatif

C. Analisa Data
Wanita usia Subur Umur 28 tahun sehat dengan prakonsepsi

D. Penatalaksanaan
1. Kolaborasi dengan dokter mengenai hasil pemeriksaan darah. Hasil normal
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Calon Pengantin Wanita bahwa secara
umum keadaan baik, tanda- tanda vital, hasil pemeriksaan fisik dan darah
dalam batas normal. Calon Pengantin Wanita mengerti dan lega
mendengarkan hasil pemeriksaan.
3. Menjelaskan pada calon pengantin wanita bahwa status imunisasi TT belum
lengkap yaitu TT4 sehingga saat ini perlu mendapatkan suntik TT lagi dengan

28
perlindungan selama 25 tahun dari suntik TT terakhir, Calon Pengantin
Wanita mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk
disuntik TT 5
4. Menyiapkan alat dan melakukan injeksi TT, TT sudah diberikan
5. Memberikan konseling :
- Menganjurkan untuk Calon Pengantin Wanita setelah menikah untuk
intens berhubungan badan saat masa subur.
- Mengajarkan cara menghitung masa subur jika:
Siklus teratur : siklus – 14
Siklus tidak teratur tentukan siklus terpendek dan terpanjang selama 3
bulan. Siklus pendek – 18, siklus terpanjang – 11.
- Catin harus mengetahui tentang kesehatan diri dan pasangan yaitu
kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual : HIV, AIDS dan Infeksi
Menular Seksual (IMS), Pelayanan Kontrasepsi (KB).
- Dalam Perencanaan Kehamilan, Hindari “4 Terlalu” yaitu Terlalu Muda (<
20 Tahun), Terlalu Tua ( > 35 Tahun), Terlau dekat jarak kehamilan (< 2
Tahun), Terlalu banyak (> 3 Anak)
- Mengatur jarak anak demi terciptanya generasi platinum.
(Calon Pengantin Wanita mengerti dan bisa menghitung masa subur,
mengenali tanda-tanda masa subur dan berencana ingin memiliki 2 orang
anak dengan jarak 4-5 tahun ).
- Hak reproduksi dan seksual
- Persiapan pranikah
6. Menganjurkan memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan. Calon Pengantin
Wanita mengerti dan bersedia untuk memeriksakan kesehatannya.
7. Memberikan Kartu Calon Pengantin Sehat bagi calon Pengantin untuk dibaca
dirumah. Calon Pengantin Wanita mengerti dan berjanji akan membacanya
kembali dirumah.

29
8. Memberikan Tablet Penambah Darah sebanyak 30 tablet diminum 1 x 1
9. Memberikan Sertifikat Layak Kawin kepada Calon Pengantin Wanita.

30
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk
mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua. Pernikahan yang
bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa mengatasi masalah yang dihadapinya
dengan bijaksana dan dewasa. Idealnya tes kesehatan pra nikah dilakukan enam
bulan sebelum dilakukan pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan
kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata
ditemui ada masalah maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah.
Prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau
pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga
bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu
saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan yang
diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi. Tujuan asuhan prakonsepsi
adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam status kesehatan fisik
dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan.
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah kuman yang dilemahkan atau dimurnikan,
vaksin tetanus adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah
dimurnikan atau terabsorbsi ke dalam 3 mg alumunium fosfat. Imunisasi TT (Tetanus
Toksoid) tujuan utamanya ialah melindungi bayi baru lahir dari kemungkinan
terkena kejang akibat infeksi pada tali pusat (Tetanus Neonatrium). Imunisasi ini
harus diberikan melalui ibunya, karena janin belum dapat membentuk kekebalan
sendiri

31
B. Saran
a. Bagi responden (calon pengantin)
Bagi responden diharapkan agar tetap senantiasa memperdulikan status
imunisasi TT ataupun imunisasi lainnya untuk diri maupun anak yang nantinya akan
dilahirkan, sehingga akan menciptakan kesehatan yang sejahtera.

b. Bagi tenaga kesehatan


Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk dapat memberikan pelayanan berupa
pendidikan kesehatan secara maksimal tentang imunisasi tetanus toksoid pada calon
pengantin.
c. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk terus memberikan fasilitas-fasilitas
yang mendukung untuk penelitian lain seperti buku,jurnal dan lain-lain.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Putri Rahayu. 2019. SOAP Catin Ujian.


https://id.scribd.com/document/421727336/Soap-Catin-Ujian (Diakses
tanggal 29 Desember 2019)

Atkinson. 2006. Pengantar Psikologi. Jakarta : Interaksara.

Depkes,RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta : Direktorat


Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Kemenkes RI. 2012. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional. Jakarta :


Kemenkes RI.

Profil Kesehatan Indonesia. 2018


https://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
(Diakses tanggal 29 Desember 2019)

Sari, Wulan Natalia. 2018. Asuhan Pra Konsepsi.


https://id.scribd.com/document/373003228/ASUHAN-PRAKONSEPSI
(Diakses tanggal 29 Desember 2019)

Suryani, Lieliss. 2019. Makalah Asuhan Kebidanan Pra Nikah


https://id.scribd.com/document/421288539/Makalah-Asuhan-Kebidanan-Pranikah
(Diakses tanggal 29 Desember 2019)

World Health Organization (WHO). 2012. Angka Kematian Bayi. Amerika :


WHO.

33

Anda mungkin juga menyukai