Anda di halaman 1dari 20

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Defenisi

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan,
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kebidanan.
Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor lingkungan
meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual terhadap
kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan,
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.
1. System pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan
komponen system pelayanan kesehatan.
3. Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil
pendidikan dan penelitian yang melandasi praktik.
4. Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.

Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar


yang melibatkan komunitas secara aktif dans sesuai keyakinan komunitas.
Beberapa keyakinan yang mendasari praktik kebidanan komunintas adalah
sebagai berikut.

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat


diterima semua orang.

1
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam
hal ini komunitas.
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu menjalin kerja sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang
mendukung maupun mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

B. Riwayat Bidan Komunitas

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan


persalinan dilakukan oleh dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita
pribumi di Batavia kemudian tahun 1953 kursus tambahan bidan (KTB) di
masyarakat jogyakarta dan berkembang didaerah lain. Seiring dengan pelatihan
ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan pelayanan
antenatal care, post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intra natal dirumah,
kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952 diadakan pelatihan secara formal untuk
kualitas persalinan, tahun 1967 Kursus tambahan bidan (KTB) ditutup, kemudian
BKIA terintegrasi dengan Puskesmas.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah
kerja. Bidan di Puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
termasuk keluarga berencana (KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan keluarga
dan posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan, KB, Imunisasi, gizi dan
kesehatan lingkungan. Tahun 1990 merata pada semua masyarakat.
Instruksi presiden secara lisan pada sidang kabinet tahun 1992 tentang
perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana
KIA. Tahun 1994 merupakan titik tolak dari konferensi kependudukan dunia di
Kairo yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan antara
lain Safe Motherhood, Keluarga berencana, Penyakit Menular Seksual (PMS),
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi orang tua.

2
Sebagian besar wanita lebih menyukai persalinan di rumah dari pada di
institusi pelayanan kesehatan (Rumah sakit). Hasil penelitian McKee (1982)
menggambarkan bahwa, jika persalinan dilakukan di komunity dan dilaksanakan
oleh bidan maka akan terjadi peningkatan kunjungan antenatal ,penurunan
frekuensi Persalinan dengan induksi, penurunan frekuensi Persalinan prematur,
BBLR, IUGR, persalinan forsep, frekuensi SC dan pemeriksaan rutin Antenatal
dan Intranatal di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya masa
kehamilan, persalinan dan nifas dikembalikan ke komunitas sebagai asal dari
childbirth tersebut.
C. Fokus / Sasaran Bidan Komunitas

Komuniti adalah sasaran pelayanan kebidanan komunitas. Di dalam


komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok
masyarakat. Dan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan
anak.
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya.
Ibu : pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval.
Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita,
pra sekolah dan sekolah.
Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan
anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan
kelompok usila (gangrep).
Masyarakat (community) : remaja, calon ibu dan kelompok ibu.
Fokus/Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan
masyarakat baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan
secara umum (Meilani, Niken dkk, 2009 : 9).

3
D. Tujuan Kebidanan Komunitas

Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan


masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus
kebidanan komunitas sebagai berkut.

1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat


dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
2. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
3. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.
4. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat
yang optimal.
5. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan
masyarakat.

E. Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik


yang aktual maupun potensial.Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada
saat pengkajian sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin
timbul kemudian (American Nurses of Association (ANA).
Diagnosa kebidanan mengandung komponen utama yaitu :
a Problem (Masalah)
b Etiologi (Penyebab)
c Sign or Symptom (Tanda atau Gejala)
Sedangkan diagnosa kebidanan menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
a. Masalah,Sehat,Sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan (Epidemiologi triagle)

4
F. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang


berguna untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka
meningkatkan kesehatan dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan
anak. Kemitraan dibentuk dengan klien, keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan
komponen tersebut sangat penting demi keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang
dilakukan kebidanan.

Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan


pengembangan komunitas. Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya
untuk mengarahkan para akademisi, pemuka masyarakat, dan pemberi pelayanan
kesehatan untuk bersama-sama mencapai perubahan. Unsur yang penting dalam
menjalin jaringan di komunitass adalah sensitivitas terhhadap aspek kultural, yang
berarti bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan presepsi masyarakat.

Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat


digunakan untuk menjamin praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.

1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan


melalui pengkajian komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau
profil risiko.
2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal
yang dapat membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan
melekat di komunitas.
3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai
issue.
4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi
dan memecahkan masalah kesehatan contoh, mendiskusikan dan
memfasilitasi kelompok komunitas untu promosi kesehatan.
5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan
kounitas individu.

5
6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan
yang melindungi dan menjamin keamanan.
7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan
personal yang dibutuhkan dan memastikan penyediaan layanan kesehatan
tersebut
8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat
atau individu masyarakat
9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan
individu dan masyarakat.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan
solusi terhadap masalah kesehatan masyarakat.

Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima masyarakat


setidaknya seorang bidan harus memliki profil berikut:

1. Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan


kebidanan, kesehatan masyarkat dan pengetahuan social.
2. Terampil dalam teknik kebidanan.
3. Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas pemecahan
masalah kesehatan.
4. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain
(hubungan antar manusia).
5. Luwes dan melakukan pendekatan kepada masyarakat.
6. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).
7. Memiliki kemampuan berorganisassi.
8. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa


strategi umum dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:

1. Pendekatan pada masyarakat

6
- Pengenalan masyarakat (dengan cara survey tentang keberadaan
masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan ibu bayi, dan anak serta
kesehatan reproduksi dengan mengikutsertakan masyarakat).
- Bersama masyarakat menganalisis survey dan melihat masalah yang
ada di masyarakat.
- Bersama masyarakat menentukan proritas masalah kesehatan yang ada.
- Penanganan masalah kesehatan bersama dengan masyarakat.
2. Pemasaran social
3. Menginformasikan pelayanan kebidanan tingkat dasar dan rujukan.
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta
pelaksanaan program kesehatan di masyarakat.

Ruang lingkup kerja dikomunitas meliputi upaya peningkatan kesehatan


(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pemeliharaan atau pengobatan
(kuratif), pemulihan embali (rehabilitaif), serta mengembalikan serta
memfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok masyarakat ke lingkungan
social dan masyarakatnya (resosiantitatif). Bidan dapat melakukan asuhan primer
meliputi :

1. Pencegahan penyakit
2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.
3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
4. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.
5. Pengobatan ringan.
6. Asuhan pada kondisi kronik.
7. Memberikan pendidikan kesehatan.
8. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Selain memberikan asuhan primer kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang


dilakukan bidan di komunitas adalah sebagai berikut :

1. Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok


khusus.

7
2. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah.
4. Penemuan kasus
5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
6. Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah,
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan.
7. Mengadakan koordinasi.
8. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.

G. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah melaksanakan rencan asuhan


kebidanan secara komprehensif. Efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence
based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaknsakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Kriteria:
a) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial –
spiritual – kultural
b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
d) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
e) Menjaga privacy klien
f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
h) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
i) Melakukan tindakan sesuai standar
j) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

8
BAB II

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Anamnesis Lengkap

Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap


dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan.
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan
objektif.Data subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh
melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer adalah
data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat
kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan hasil pemeriksaan dan komunitas. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan
riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
Cara pengumpulan data terdiri dari tiga cara yaitu dengan wawancara atau
anamnase, pengamatan dan pemeriksaan fisik.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, social ekonomi dan spiritual serta factor lingkungan yang
mempengaruhinya.Oleh karena itu data tersebut harus akurat dan dapat dilakukan
analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :

9
1. Data inti
1 Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di
komunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut.Uraikan termasuk
data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan
komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas (masyarakat rusal atau urban),
keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola
perubahan komunitas.
2. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status
perkawinan, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan,
agam dan komposisi keluarga.
3. Vital statistic
Jabarkan atau uraikan data tentang : angka kematian kasar atau CDR,
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
4. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic
antara lain : dari angka mortalitas, morbiditas, IMR. MMR, cakupan imunisasi.
Selanjutnya status kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok
umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada kelompok khusus di
masyarakat : ibu hamil, pekerja industri, kelompok penyakit kronis, penyakit
menular. Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawahini :
a Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
b Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh
c Kejadian penyakit (dalam 1 tahun terakhir) :ISPA, Penyakit asthma, TBC
paru, Penyakit kulit dan lain- lain.
d Riwayat penyakit keluarga
e Pola pemenuhan sehari-hari :Pola pemenuhan nutrisi, Pola pemenuhan
cairan dan elektrolit, Pola istirahat dan tidur, Pola eliminasi, Pola aktivitas
gerak, Pola pemenuhan kebersihan diri

10
f Status psikososial :Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan,
Hubungan dengan orang lain, Peran di masyarakat, Kesedihan yang
dirasakan, Stabilitas emosi, Penelantaran anak atau lansia, Perlakuan yang
salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan kekerasa
g Status pertumbuhan dan perkembangan
h Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
i Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
j Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
berlebihan, mengkonsumsi alcohol, penggunaan obat tanpa resep,
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan
purin.

2 Data lingkungan fisik


Pemukiman
a. Luas bangunan
b. Bentuk bangunan
c. Jenis bangunan
d. Atap rumah
e. Dinding
f. Lantai
g. Ventilasi
h. Pencahayaan
i. Penerangan
j. Kebersihan
k. Pengaturan ruangan dan perabot
l. Kelengkapan alat rumah tangga
Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK)
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air

11
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana
cara pengolahannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya, sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah atau suara/kebisingan
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya, sebutkan.
Fasilitas
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain
b. Pekarangan
c. Sarana olahraga
d. Taman, lapangan
e. Ruang pertemuan
f. Sarana hiburan
Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur, dan selatan

3 Pelayanan kesehatan dan social


a) Pelayanan kesehatan
1. Lokasi sarana kesehatan
2. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader)
3. Jumlah kunjungan
4. System rujukan
2 Fasilitas social (pasar, took ,swayalan)
1. Lokasi
2. Kepemilikan
3. Kecukupan
4. Ekonomi

4 Jenis Pekerjaan
a) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
b) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
c) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lansia

12
5 Keamanan dan transportasi
a) Keamanan
1. Sistem keamanan lingkungan
2. Penanggulangan kebakaran
3. Penanggulangan bencana
4. Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah
b) Transportasi
1. Kondisi jalan
2. Jenis transportasi yang dimiliki
3. Sarana transportasi yang ada

6 Politik dan pemerintahan


a) Sistem pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

7 Sistem komunikasi
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi

8 Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal): Jenis
pendidikan yang diadakan di komunitas, Sumber daya manusia, tenaga
yang tersedia
c) Jenis bahasa yang digunakan

13
9 Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi

B. Diagnosa Masalah Kebidanan

Sebagai seorang bidan yang bekerja di komunitas, harus mengetahui dan


memahami beberapa pokok permasalahan yang terjadi di komunitas, diantaranya :

1. Kematian ibu dan bayi


2. Kehamilan remaja
3. Unsafe abortion
4. Angka kejadian BBLR
5. Tingkat kesuburan PUS
6. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan
7. Infeksi Menular Seksual (IMS) pada masyarakat
8. Perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan
komunitas.

Dengan mengetahui dan memahami masalah-masalah di atas, diharapkan


bidan dapat berkontribusi dalam upaya pemecahan masalah tersebut. Lebih lanjut,
Akan Dibahas Satu Persatu.

a. Kematian Ibu Dan Bayi

Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa
kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia
dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau
incidental (faktor kebetulan). (Depkes RI, 2009)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan


ibu, yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri

14
dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia
tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI
menurut SDKI tahun 2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut
sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar
102/100.000 kelahiran hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua
komponen untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam
tatanan pelayanan kebidanan komunitas di lini terdepan, mempunyai peranan
penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.

Angka kematian ibu dikatakan masih tinggi karena :

1. Jumlah kematian ibu yang meninggal mulai saat hamil hingga 6 minggu
setelah persalinan per 100.000 persalinan tinggi
2. Angka kematian ibu tinggi adalah angka kematian yang melebihi dari
angka target nasional
3. Tingginya angka kematian, berarti rendahnya standar kesehatan dan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan, dan mencerminkan besarnya
masalah kesehatan.

Berdasarkan penyebabnya, kematian ibu dibedakan menjadi 2 penyebab,


yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003,
AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS
tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s
2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi meliputi :
Gangguan perinatal (34,7%), Sistim pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim
pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%).

Untuk mencegah terjadinya kematian bayi, maka beberapa upaya yang


dapat dilakukan yaitu :

15
1. Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi
2. Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan
tumbuh kembang
3. Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi
4. Program manajemen tumbuh kembang balita sakit dan manajemen tumbuh
kembang balita muda
5. Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan BBL dengan tepat
6. Program asuh
7. Keberadaan bidan desa
8. Perawatan neonatal dasar, meliputi perawatan tali pusat, pencegahan
hipotermi dengan metode kanguru, menyusui dini, usaha bernafas spontan,
pencegahan infeksi, penanganan neonatal sakit, audit kematian neonatal.

b. Kehamilan Remaja
c. Unsafe Abortion
d. BBLR

BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang
diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia
kehamilan. (Depkes RI, 1999)

Menurut Saifudin, dkk (2000), berkaitan dengan penanganan dan harapan


hidup bayi, BBLR diklasifikasikan menjadi :

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) à berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) à berat lahir < 1500 gram
3. Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) à berat lahir < 1000 gram

Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah
diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah
pemberian ASI, Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan.

16
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya BBLR
adalah :

1. Upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan rujukan apabila


ditemukan kelainan
2. Meningkatkan gizi masyarakat
3. Tingkatkan penerimaan gerakan KB
4. Tingkatkan kerjasama dengan dukun paraji

e. Tingkat Kesuburan

Tingkat kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi


pasangan suami istri. Tingkat kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan
dan infertilitas/ketidaksuburan. Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang
serius dalam tatanan komunitas. Untuk itu bidan di komunitas harus mampu
mengenal masalah kesuburan dan ketidaksuburan pada pasangan suami istri.

f. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan

Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun


masih memegang peranan yang sangat penting. Pertolongan persalinan oleh
tenaga non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non
kesehatan yang biasa disebut dukun paraji. Adanya asumsi pada masyarakat kita
bahwa melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab
terjadinya pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.

g. Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual merupakan salah satu dari tiga tipe infeksi saluran
reproduksi (ISR), yaitu infeksi dan penyakit menular seksual, infeksi-infeksi
endogen vagina dan infeksi-infeksi yang berhubungan dengan saluran reproduksi.

Infeksi menular seksual berhubungan dengan keadaan akut, kronik dan


kondisi-kondisi lain yang berhubungan dengan kehamilan, seperti Gonore,

17
Chlamidya, Sifilis, Herpes kelamin, Hepatitis, Kutil HPV kelamin,
Trichomoniasis, HIV/AIDS.

Infeksi endogen vagina meliputi Vaginosis bacterial dan Candidiasis,


keduanya merupakan hasil dari pertumbuhan berlebihan dari organisme-
organisme yang secara normal memang ada di vagina. Infeksi berhubungan
dengan prosedur dapat meliputi saluran reproduksi atas dan bawah, serta dapat
mengebabkan komplikasi-komplikasi jangka panjang karna infertile.

Bidan harus dapat memberikan asuhan kepada masyarakat terkait dengan


infeksi menular seksual, dan perlu memperhatikan semua jenis infeksi saluran
reproduksi, sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.

C. Intervensi

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang


berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau
pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk
beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal. Intervensi kebidanan yang
dilakukan mencakup pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan keterampilan
dasar yang dapat dilakukan oleh komunitas, melalui intervensi kebidanan yang
memerlukan keahlian bidan (konseling pasangan yang akan menikah, melakukan
kerja sama lintas-program dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah
komunitas serta melakukan rujukan kebidanan dan non kebidanan jika perlu.

Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu


sebagai berikut.

1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang


sebenarnya, ketika teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan
primer mencakup peningktan kesehatan pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit, health promotion, health education, specific

18
protection dan environmental protection. Contoh kegiatan di bidang
prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan
penyuluhan untuk mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini
dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga
memperpendek waktu sait dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit,
contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita
atau memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan
atau ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai
tujuan pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses
penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan
kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan kolostomi di
rumah atau membantu keluarga yang mempunyai anak dengan
kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara teratur di rumah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas


Teori dan Praktik, edisi 3. Jakarta : EGC

Dermawan, Deden. 2012. Buku AjarKeperawatan Komunitas. Yogyakarta


:Gosyen Publishing
Gunawijaya, J. 2010. Kuliah Umum tentang Budaya dan Perspektif Transkultural
dalam Keperawatan Mata Ajar KDK II 2010, semester genap: FK UI
Leininger, M dan McFarland.M.R. 2002. Transkultural Nursing :
Concepts,Theories, Research and Practice, edisi 3.USA : Mc.Graw Hill
Companies

Linda V Walsh. 2001. Midwivery Community Based Care. Philadelpia: WB


Saunders Company.

Mubarak, WahitIqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori.Jakarta


:SagungSeto

Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Varney H. 1997. Varney Midwifery. London: Jones&Barlet Publisher.

20

Anda mungkin juga menyukai