Anda di halaman 1dari 12

Nama Mahasiswa : Yunia Wardah

NPM : 07200200052
Kelas : C
Tugas : Mata Kuliah ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
: Shinta Mona Lisca. SST, MKM

FILOSOFI KEBIDANAN KOMUNITAS


Definisi:

Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang


digunakan sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan.

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan

Bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual


maupun kelompok dalam pelayanan sehari-hari baik pelayanan di rumah
maupun di tempat ia bekerja.

Kerangka Kerja Kebidanan Komunitas


Kerangka kerja kebidanan komunitas adalah kerangka ide yang
mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Komponen dasar ilmu kebidanan komunitas, mencakup :


1. Ilmu Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai
disiplin ilmu yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya,
ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen untuk dapat
memberikan pelayanan kepada ibu dari masa pra konsepsi, masa hamil,
ibu bersalin/ post partum, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi
pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan
konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan
masyarakat.
2. Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-
usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk : (Notoatmodjo, 2003)

1. Perbaikan sanitasi lingkungan


2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang
terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya.

Tantangan Dalam Komunitas


1. Sosial Budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
3. Fasilitas , seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan
rujukan
4. Lingkungan seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong
(daerah yang terisolir), kumuh, padat, dll

Tujuan Kebidanan Komunitas

Tujuan Umum :
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga
masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu
memecahkan masalahnya secara mandiri.

Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko
kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal
d. Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait

Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas


1. Ibu : Pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa
interval, menopause
2. Anak : Meningkatkan kesehatan janin dalam kandungan, bayi, balita,
prasekolah, dan anak usia sekolah
3. Keluarga : Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi,
pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan
gizi, imunisasi
4. Kelompok penduduk : Kelompok penduduk rumah kumuh, daerah
terisolir, daerah tidak terjangkau
5. Masyarakat : Dari satuan masyarakat terkecil sampai masyarakat
keseluruhan : remaja, calon ibu, kelompok ibu

Prinsip Pelayanan Kebidanan Komunitas


1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus,
jumlah balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri
oleh bidan. Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1
RT atau 1 kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan,
tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-
ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial,
dll
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan
klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan
wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Komunitas


1. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan
diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi
melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses
rujukan tidak mengalami keterlambatan. Promotif adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
2. Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/ penykit.
3. Kuratif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit
atau pengendalian kecacacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
4. Rehabilitative adalah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam mesyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan msyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
5. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi
sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk
mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.
Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi
seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan injecting
drug user (IDU).
KODE ETIK

Pengertian

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai - nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.

Kode etik bidan indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkan dalam kongres nasional ikatan bidan indonesia X tahun 1988,
sedangkan petunjuk pelaksanaan nya di sahkan dalam rapat kerja
nasional (rakernas) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan
disahkan dalam kongres nasional ibi ke XII tahun 1998, sebagai pedoman
dalam berperilaku kode etik bidan indonesia mengandung beberapa
kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah dan tujuan bab.

Secara umum kode etik tersebut berisi tujuh BAB. Ketujuh BAB tersebut
dapat dibedakan atas tujuh bagian, yaitu :
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
3. Kewajiban bidan terhadap teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
(2 butir)
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
6. Kewajiban terhadap pemerintah bangsa dan tanah air (2 butir)
7. Penutup (1 butir)

Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk


memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi 8
yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat,
yang meliputi :

1. Pengetahuan Dasar
a. Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.
b. Masalah kebidanan komunitas.
c. Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga,
kelompok dan masyarakat.
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
e. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
dalam keluarga dan masyarakat.
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
g. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.

2. Pengetahuan Tambahan
a. Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)
b. Pemasaran sosial
c. Peran serta masyarakat
d. Audit maternal perinatal
e. Perilaku kesehatan masyarakat
f. Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan
ibu dan anak (Safe Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).
g. Paradigma sehat tahun 2010

3. Keterampilan Dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi,
balita dan KB di masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
d. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta
masyarakat untuk mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.
e. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan

4. Keterampilan Tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c. Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan
kewenangannya.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna.

Peraturan yang mengatur kewenangan bidan PERMENKES RI


NOMOR 1464 /MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan

A. Pasal 14
Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang dalam
memberikan pelayanan yang meliputi :
• Pelayanan kebidanan
• Pelayanan keluarga berencana
• Pelayanan kesehatan masyarakat

B. Pasal 20
• Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat
sebagai mana dimaksud dalam pasal 14 huruf C, berwnang
untuk:
• Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu
dan anak
• Memantau tumbuh kembang anak
• Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
• Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan
pertama, merujuk, dan memberikan penyuluhan IMS,
penyuluhan nafsa serta penyakit lainnya.
BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis merupakan seni gambaran sikap seseorang dalam


menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di
dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta
aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan
memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini.

Berpikir kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan


manajemen asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan
dan tepatnya asuhan yang diberikan. Berpikir kritis harus diintegrasikan
kepada seluruh profesi bidan dan dimulai pada mahasiswa kebidanan
untuk setiap manajemen asuhan kebidanan yang akan dilakukan sehingga
menghasilkan asuhan yang tepat dan bermutu.

Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi


dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru
dalam manajemen asuhan kebidanan.

Berpikir kritis meningkatkan kemampuan verbal dan analitik yang


sistematis sehingga mengeksplorasikan gagasan-gagasan, menganalisis
masalah hingga memahami masalah khususnya dalam manajemen asuhan
kebidanan.

Sebagai bidan, dinyatakan berpikir kreatif jika seorang bidan mampu


menemukan hal baru dengan mempertimbangkan manfaat, tujuan dan
melahirkan atau menata kembali ide yang lama membentuk suatu ide yang
baru. Seorang bidan yang professional harus memiliki karakteristik dalam
berpikir kritis. Hal ini meliputi seorang bidan mampu mempertimbangkan
sesuatu sesuai dengan alasan yang rasional dan logis, bersifat reflektif,
mampu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi bukti-bukti yang ada
terkait masalah yang akan dipecahkan. Seorang bidan mampu membuat
suatu kesimpulan dari berbagai informasi yang diperoleh, dari berbagai
hasil pemeriksaan yang telah dikumpulkan dengan adanya bukti, membuat
argument yang beralasan untuk mendukung kesimpulan dan menjelaskan
pola fikir yang telah terbentuk dari hasil kegiatan

CLINICAL JUDGEMENT
Clinical Judgement (Penilaian klinis) merupakan penerapan informasi
berdasarkan pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan
data subjektif dan objektif yang mengarah pada kesimpulan akhir/
analisis/ diagnosis.
Dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana bidan menetapkan
data-data mengenai keadaan klien yang akan dikumpulkan, kemudian
membuat interpretasi data dan diakhiri dengan penetapan diagnosis
kebidanan, kemudian mengidentifikasi tindakan kebidanan dengan tepat.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif
terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Proses pengambilan
keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu
profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan
tindakan selanjutnya.
Beberapa model pengambilan keputusan ketika bidan akan memutuskan
suatu masalah klien :
1. MODEL THOMPSON
a) Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan
b) Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral
c) Klarifikasi dan terapkan nilai personal
d) Pahami teori dan prinsip etika
e) Gunakan sumber komponen interdisiplin
f) Ajukan alternatif tindakan
g) Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan
h) Partisipasi aktif dalam memecahkan isu
i) Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada
j) Evalusi tindakan yang telah ditentukan

2. Model Cassells and Redman (sama seperti model Thompson)


Bidan dalam pengambilan keputusan juga bisa menggunakan langkah
seperti berikut ini:
• Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan
• Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral.
• Klarifikasi dan terapkan nilai personal
• Pahami teori dan prinsip etika
• Gunakan sumber komponen interdisiplin
• Ajukan alternatif tindakan.
• Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan.
• Partisipasi aktif dalam memecahkan isu
• Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada
• Evaluasi tindakan yang telah ditentukan.

3. MODEL SINGLE
Pada model ini, dalam pemecahan masalah melalui 6 tahapan, yaitu:
• Clearly state the problem (menyatakan masalah dengan jelas/tepat)
• Get the facts (mencari fakta)
• Consider the four priinciples (mempertimbangkan 4 prinsip) dalam
prinsip etika yaitu otonomi, benefisien, non-malefisien dan keadilan.
• Identify ethical conflicts (identiikasi konflik etika)
• Consider the law (mempertimbangkan hukum)
• Making the ethical decision. (membuat keputusan etik)

PROBLEM SOLVING
Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu
dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah
yang mungkin tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120).
Pendapat lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan.

Tindakan Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemecahan Masalah


1. Tindakan selalu ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan dan
kesejahteraan klien.
2. Menjamin tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu (ommision)
disertai rasa tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan
pasien/klien.

Penerapan critical thinking, cinical judgement, problem solving dalam


asuhan kebidanan:
• Penerapan berpikir kritis, penilaian klinis, dan pemecahan masalah
tertuang dalam manajemen kebidanan. Dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan menggunakan SOAP dan 7 langkah Varney
• Dapat diartikan juga sebagai suatu proses dimana perawat/ bidan
menetapkan data-data mengenai keadaan klien yang akan dikumpulkan,
kemudian membuat interpretasi data, dan diakhiri dengan penetapan
diagnosis keperawatan/ kebidanan, kemudian mengidentifikasi tindakan
keperawatan/ kebidanan yang tepat. Hal ini termasuk proses
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan berfikir kritis. Maka,
disimpulkan bahwa penilaian klinis merupakan bagian dari proses
berfikir kritis.
MANAJEMEN LINGKUNGAN

MANAJEMEN adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,


memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses
penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi-
organisasi yang telah ditetapkan. (menurut Stoner & Winkel. 1986)

LINGKUNGAN menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar


subyek manusia yang terkait dengan aktifitasnya

 Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi


manajemen (termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa
pada implementasi kebijakan lingkungan.

 Manajemen lingkungan juga dapat diartikan sekumpulan aktifitas


merencanakan, mengorganisasiakn dan menggerakkan sumber daya
manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan
lingkungan yang telah ditetapkan

Lingkungan dibagi menjadi 2 , yaitu


1. Lingkungan Fisik adalah bagian dari lingkungan manusia yang
mencakup faktor murni seperti tanah, iklim pasokan air (Merriam-
Webster)
LINGKUNGAN FISIK meliputi tanah, udara, air, tanaman, hewan,
bangunan dan infrastruktur lainnya dan semua sumber daya alam yang
menyediakan kebutuhan dan peluang dasar kita untuk pembangunan
sosian dan ekonomi

2. Lingkungan Non Fisik adalah lingkungan yang tidak mampu disentuh


atau dilihat
a. Lingkungan Sehat
b. Lingkungan Tidak Sehat
c. Lingkungan Sosial
d. Lingkungan Ekonomi
e. Lingkungan Bisnis

Permasalahan Lingkungan Hidup;


 Pemanasan global
 Pencemaran lingkungan, udara, air, tanah.
 Penipisan sumber daya alam.
 Punahnya keanekaragaman hayati (tumbuhan/satwa liar.
 Penggundulan hutan dan deforestasi.
 Pengasaman laut, akibat produksi C02 yang berlebihan.
 Penipisan lapisan ozon dan efek rumah kaca.
 Hujan asam yang disebabkan karean proses pembakaran bahan bakar
fosil / meletusnya gunung berapi.
 Rekayasa genetika umtuk memproduksi makanan / pertanian yang
dapat meningkatkan racun / penyakit

Pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan dilaksanakan


oleh :
1. Pemerintah Pusat yang berperan dalam perumusan kebijakan
pengelolaan sumber daya alam yang harus dapat dioptimalkan
sehingga pendapatan negara meningkat melalui mekanisme pajak,
retribusi, dan bagi hasil yang jelas serta adil, dan perlindungan dari
bencana ekologis.
2. Pemerintah Daerah sebagai pelaksana dari kebijakan pemerintah pusat
dalam pengelolaan sumber daya alam dengan cara meningkatkan
peran masyarakat lokal dan tetao terjaganya fungsi lingkungan.
3. Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan sesuai dengan
kewenangan, peran dan tanggung jawab masing-masing

Anda mungkin juga menyukai