Anda di halaman 1dari 3

NAMA : YUNIA WARDAH

NPM : 07200200052
KELAS : C
TUGAS : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA, PRANIKAH, DAN PRAKONSEPSI
DOSEN : MARYAM SYARAH MARDIYAH, S.ST., MKM

Kenakalan remaja bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum,
tapi juga termasuk didalamnya yang melanggar norma masyarakat. factor
penyebabnya diantaranya lkingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.

Pada tahun 2018, saya memiliki pengalaman tentang kenakalan remaja yang saya
temui saat saya bertugas di Puskesmas .
Kunjungan Pertama
Anak “S” usia 14 tahun, jenis kelamin laki-laki datang ke Puskesmas seorang diri. Dia
mendaftarkan diri ke Poli Umum. Keluhan yang disampaikan adalah gatal disekitar
kemaluan hingga ke anus dan sudah berlangsung selama 2 minggu. Ia malu-malu
menceritakan hal tersebut ke Dokter. Oleh Dokter, dilakukan wawancara mendalam
tentang riwayat kesehatan, keluarga dan pergaulan.
Hasil dari wawancara adalah Anak “S” merupakan anak yang broken home. Ia
tinggal dengan neneknya. Ia ditinggalkan ayahnya sejak usia 6 tahun. Ibunya bekerja
di Jakarta dan ada dirumah hanya pada hari sabtu dan minggu. Ia sekolah di salah
satu SMP swasta yang ada di Kota Bogor.
Ia kerap kali pergi bersama teman-temannya hingga larut malam. Dan ia berteman
dengan siapa saja tanpa memandang usia. Ia memberanikan diri ke Puskesmas
karena keluhan yang dirasa sudah sangat tidak nyaman dan atas saran dari
temannya, ia datang ke Puskesmas.
Ia mengaku pernah beberapa kali berhubungan seks dengan “wanita karaoke” dan
tidak menggunakan kondom. Ia melakukan hubungan seks karena awalnya sering
menonton film porno dan mendengar cerita teman-temannya tentang betapa
nikmatnya melakukan hubungan seks.
Dokter merujuk Anak “S” ke Poli IMS dimana yang bertugas pada saat itu adalah saya
dan Bidan “T”.
Oleh Dokter kami mendapatkan advice Dokter berupa pengobatan herpes kelamin.
Saat akan dilakukan pengobatan, Anak “S” merasa malu dan ketakutan. Tapi Bidan
memberikan keterangan bahwa pengobatan ini bisa menyembuhkan asal disertai
dengan disiplin dan kepatuhan pasien untuk diobati.
Kemudian pasien diobati dan terlihat ia merasa kesakitan dan tidak nyaman.
Setelah itu, Bidan memberikan konseling tentang penyakit yang diderita Anak “S”, ia
mendengarkan dengan seksama walaupun tidak ada pertanyaan yang terlontar dari
dirinya saat dilakukan konseling. Bidan meminta pasien datang kembali untuk
pengobatan kedua yaitu 1 minggu kemudian dan pasien diminta datang dengan orang
tuanya.

Kunjungan Kedua
Pada hari Sabtu, tahun 2018 Anak “S” datang kembali untuk pengobatan kedua. Ia
datang bersama dengan Ibunya.
Setelah dilakukan anamnesa oleh Dokter di Poli Umum, ia dirujuk ke Poli IMS untuk
dilakukan pengobatan kedua.
Sebelum dilakukan pengobatan, Bidan melakukan wawancara kepada Anak “S”
karena ia sudah berani datang bersama Ibunya.
Anak ‘S” menceritakan semuanya kepada Ibunya mulai dari awal kejadian kenapa ia
bisa terkena penyakit ini sampai dengan pengobatan pertama yang ia telah dapati di
Puskesmas.
Ibunya terlihat malu dan kecewa, namun ia mencoba kuat dan memeberikan support
kepada anaknya. Ibunya pun merasa menyesal karena ia kurasng memberikan
perhatian kepada anaknya. Ia terpaksa bekerja di Jakarta demi untuk biaya anaknya
karena ayahnya meninggalkan mereka begitu saja sejak anaknya usia 6 tahun.
Didepan Bidan, anak “S” merasa sangat bersalah, dan berucap kepada ibunya bahwa
dia sangat menyesal dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Ia berjanji akan
bertaubat dan menjauhi perbuatan yang bisa merugikan dirinya lagi. Ibunya
menangis. Bidan mencoba menguatkan.
Bidan memberikan konseling bahwa yang penyakit yang diderita Anak “S” bisa
sembuh apabila ia bisa disiplin dan patuh serta menepati janjinya tidak akan
mengulangi perbuatannya lagi. Serta memberikan masukkan kepada Ibunya agar bisa
memberikan perhatian yang lebih lagi kepada anknya. Tetap memberikan perhatian,
kasih sayang sebagai seorang ibu seutuhnya. Karena anak usia 14 tahun adalah usia
dimana anak mencoba mencari jati diri. Peran keluarga terutama orang tua adalah
hal yang penting dalam menumbuhkan hal-hal yang positif untuk anak. Komunikasi
yang baik dengan anak.
Kepada Anak “S” Bidan memberikan masukkan untuk benar-benar menjauhi
pergaulan yang tidak baik, tidak mengulangi perbuatan yang bisa merugikan diri,
mulai memilih teman agar tidak terjerumus dengan hal yang sama serta lebih
mendekatkan diri dengan Tuhan.
Bidan memberikan pengobatan kepada Anak “S” lalu dianjurkan datang pada
kunjungan ketiga 1 minggu yang kan datang.

Kunjungan Ketiga
Anak “S datang kembali bersama Ibunya. Ia terlihat lebih relaks walaupun masih
terlihat malu-malu setiap kali mau diobati.
Ibunya bercerita bahwa ia membawa pindah anaknya ke Jakarta sebagai salah satu
cara untuk bisa tetap memberikan perhatian, bisa selalu dekat dengan anaknya dan
bisa memantau anaknya secara langsung.
Bidan hanya bisa memberikan support dan mendoakan semoga keadaan semua akan
lebih membaik.
Ibu meminta surat keterangan kepada Bidan pengobatan apa saja yang telah
diberikan di puskesmas ini dan meminta surat agar pengobatan anaknya bisa tetap
dilakukan walaupun mereka sudah pindah ke Jakarta.
Bidan melakukan pengobatan kepada Anak “S”, memberikan surat-surat yang
dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai