Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa
Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
Disusun oleh :
Fathul Karimah
30101507450
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Tn. AF
b. Usia : 22 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Magelang
e. Pendidikan : Paket C
f. Pekerjaan :-
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. Bangsa : Indonesia
j. Status Perkawinan: Belum menikah
k. Berobat Tanggal : 4 Oktober 2020
A. Keluhan Utama
Mengamuk
B. Keluhan Tambahan
Pasien merasa tidak enak badan, depresi, ada bisikan dan tidak bersemangat, dan
sulit tidur bila tidak mengkonsumsi dekstrometorfan dan minuman beralkohol
Autoanamnesis
Menurut pengakuan pasien, dirinya mulai mengonsumsi alkohol dan dekstro
sejak usia 17 tahun. Pasien mengungkapkan dirinya terbawa oleh ajakan teman-
temannya. Selain itu, pasien juga merasa tidak diperhatikan oleh ibunya, karena
hanya dirinyalah yang ditinggal di tempat neneknya. Pertama kali pasien mengaku
hanya ingin coba-coba karena ajakan temannya yang mengatakan bahwa dengan
meminum alkohol dan dekstro pikiran akan terasa nyaman, masalah menjadi
hilang, dan dapat membangkitkan rasa percaya diri. Awalnya pasien hanya
meminum beberapa gelas alkohol dan sekarang menjadi beberapa botol. Pasien
mengungkapkan bahwa dirinya sering mengoplos minuman alkohol tersebut.
Dextro awalnya dikonsumsi pasien sebanyak 20 biji dan terus bertambah tiap
harinya. Selain dekstro pasien juga pernah mengkonsumsi obat lain seperti inex.
Saat pasien mabuk, pasien diberitahu oleh keluargaanya tentang apa yang
telah dilakukan pasien, yaitu mengamuk, marah-marah, memukul dinding, bahkan
berceramah. Menurut pasien dirinya tidak sadar dengan apa yang telah
dilakukannya.
Pasien mengatakan dirinya sadar bahwa kebiasaannya akan merugikan
kesehatannya. Pasien tau bahwa dirinya harus menghentikan kebiasaan ini, namun
ia tidak berhasil melakukannya. Pasien sempat mencoba untuk berhenti
mengkonsumsi alcohol, akan tetai gagal. Setiap kali ingin mencoba pasien selalu
mendengar bisikan-bisikan. Selain itu, jika berhenti minum alcohol pasien merasa
sulit untuk tidur. Pasien menyangkal pernah melihat bayangan selama
mengkonsumsi dekstro/alcohol atau saat berhenti menggunakannya. Pasien juga
menyangkal adanya rasa gelisah maupun cemas.
F. RIWAYAT KELUARGA
Pasien adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Tidak terdapat riwayat penyakit jiwa
dalam keluarga.
Genogram:
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I :
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat
Psikoaktif Lainnya Sindrom Ketergantungan Kini Abstinen (F19.20)
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunan Alkohol Sindrom Ketergantungan
Kini Abstinen (F10.20)
Aksis II : None
Aksis III : Cedera akibat perkelahian di lengan kiri
Aksis IV : None
Aksis V : GAF scale 80-71 (Pada skala penilaian fungsi secara global, ditemukan
hendaya sementara pada fungsi sosial dan pekerjaan OS)
VI. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit : Dubia ad bonam
Perjalanan Penyakit : Dubia ad bonam
Ciri kepribadian : Dubia ad malam
Stressor psikososial : Dubia ad bonam
Usia saat menderita : Dubia ad malam
Pola keluarga : Dubia ad malam
Aktivitas pekerjaan : Dubia ad bonam
Perkawinan : Dubia ad bonam
Ekonomi : Dubia ad bonam
Lingkungan sosial : Dubia ad malam
Organobiologik : Dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik : Dubia ad bonam
Ketaatan berobat : Dubia ad bonam
Kesimpulan : Dubia ad bonam
3. Epidemiologi
Pada studi kesehatan 2000 di Finlandia diantara 8098 responden dari populasi umum
yang berusia sama atau lebih dari 30 tahun didapatkan prevalensi 0,5 % mengalami
Sindrom Psikotik Akibat Alkohol (Alcohol-induced Psychotic Syndrome) yang terbagi
0,41 % mengalami gangguan psikotik akibat penyalahgunaan alkohol dan 0,18%
mengalami delirium. Pada pasien yang mengalami gangguan psikotik akibat
penyalahgunaan alkohol didapatkan gejala halusinasi pada 30 (97%) pasien, namun 16
(53%) orang diantara dengan gejala tambahan delusi selain halusinasi. (Jonna et al, 2010).
Sedangkan di Amerika Serikat didapatkan sekitar 3% orang mengalami gangguan
psikotik ketika intoksikasi akut atau keadaan putus alkohol( Larson dan Ahmed, 2011)
5. Diagnosis
Dimulai dengan menggali Riwayat Pasien, Penyalahgunaanan Zat sebelumnya,
rrwayat keluarga, riwayat Psikiatri dan riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat pasien
dengan penyalahgunaanan alkohol yang berat dan digali dengan pertanyaan berikut:
a. Apakah pasien sekarang mengalami intoksikasi
b. Apakah pasien mengalami risiko untuk keadaan putus alkohol
c. Apakah pasien dalam keadaan putus alkohol
d. Apakah pasien seorang tunawisma
e. Apakah pasien menggigil
f. Apakah pasien mengalami penurunan kesadaran
g. Adakah halusinasi visual, auditorik dan atau taktil
h. Kapan pasien terakhir meminum alkohol
i. Berapa lama pasien telah minum alkohol selama episode terakhir
j. Kapan pasien pertama kali minum alkohol
k. Sebarapa sering pasien minum alkohol
l. Seberapa banyak alkohol yang pasien minum
m. Pernahkah pasien mengalami keadaan putus alkohol, dan jika pernah, berapa kali?
(Larson dan Ahmed, 2011).
5.1.Pemeriksaan
Pada pasien psikiatrik ketika pemeriksaan awal, diperlukan pemeriksaan fisik,
neurologis dan status mental. Ketika pasien menampakan gejala psikotik atau
intoksikasi, juga dicari perilaku yang membahayakan. (Larson dan Ahmed, 2011)
6. Terapi
Pengobatan awal harus mencakup menstabilkan kondisi medis pasien dengan menilai
sistem pernapasan, peredaran darah, dan saraf. Pasien intoksikasi yang langsung
menngalami gangguan psikotik dianggap sebagai kedaruratan medis karena risiko
kehilangan kesadaran, kejang, dan delirium tremens.
Penanganan medis fokus pada efek alkohol pada tubuh secara keseluruhan. Keadaan
putus alkohol memerlukan rawat inap sampai lebih dari 72 jam setelah risiko delirium
tremens telah mereda (Larson dan Ahmed, 2011; Jordaan, 2007; Johnson dan Daoud,
2005).
a. Gangguan Psikotik terkait alkohol adalah gejala keadaan putus alkohol dan harus
ditangani sebagai keadaan putus alkohol. Pengobatan dimulai dengan pemberian
benzodiazepin PO atau IM. Lorazepam (Ativan) 1-2 mg atau chlordiazepoxide
(Librium) 25-50 mg PO atau IM. Fenobarbital telah terbukti sama efektifnya dengan
Lorazepam untuk pengobatan ringan sampai sedang keadaan putus alkohol.
b. Pada kondisi pasien yang membahayakan diri sendiri atau orang lain, neuroleptisasi
cepat (rapid neuroleptization) harus dimulai dengan obat antipsikotik potensi tinggi
seperti haloperidol (Haldol) 5-10 mg PO atau IM.
c. Gangguan psikotik akibat alkohol merupakan indikasi pemberian antipsikotik.
Antipsikotik yang digunakan adalah Haloperidol 0,5 sampai 2 mg PO atau IM 4 kali
sehari. Sedangkan menurut Wood (2005) Haloperidol 1.5 – 5 mg 2-3 kali sehari PO
atau IM atau untuk gejala psikotik yang parah.
d. Antipsikotik dapat menurunkan ambang kejang dan tidak boleh digunakan untuk
mengobati gejala putus alkohol kecuali benar-benar diperlukan dan digunakan dalam
kombinasi dengan benzodiazepin atau anti kejang, misalnya, asam valproat
(Depakote) atau karbamazepin (Tegretol).
e. Penggunaan fiksasi mekanik jika pasien yang berbahaya melakukan penyerangan dan
melukai diri sendiri.
f. Pengobatan termasuk pemberian tiamin 100 mg IV diikuti suplemen tiamin 100 mg 3
kali sehari PO, asam folat 1 mg dan multivitamin setiap hari (Larson dan Ahmed,
2011).
7. Prognosis
Gangguan psikotik akibat penyalahgunaanan alkohol menunjukkan prognosis buruk,
dari semua kasus psikotik, 10-20% cenderung menjadi permanen(Larson dan Ahmed,
2011)
SIMPULAN
Alkohol adalah neurotoksik yang mempengaruhi otak dengan cara yang kompleks
melalui paparan yang lama. Penyalahangunaan alkohol dapat mengalami gangguan mental
dan perilaku, karena alkohol mengganggu sistem dan fungsi neurotransmitter pada susunan
saraf pusat (otak), yang mengakibatkan terganggunya fungsi berfikir, berperasaan, dan
berperilaku.
Psikotik akibat Penyalahgunaan Alkohol adalah gangguan yang ditandai dengan halusinasi
yang menonjol atau waham akibat efek alkohol. Gejala psikotik biasanya terjadi selama, atau
dalam waktu satu bulan setelah keadaan intoksikasi alkohol atau episode putus alkohol dan
pasien memiliki kesadaran dan orientasi baik, tetapi tilikan diri terganggu bahwa gejala yang
muncul akibat alkohol.
Gangguan psikotik akibat penyalahgunaan alkohol memiliki morbiditas dan mortalitas
yang signifikan sehingga memerlukan perhatian klinis. Morbiditas terkait alkohol meliputi
secara fisik (medis), psikiatrik dan sosial. Menggali riwayat pasien dan pemeriksaan yang
menyeluruh diperlukan agar diperoleh diagnosis yang tepat dan dapat menyingkirkan
gangguan psikotik akibat penyalahgunaan zat lain, gangguan psikotik lainnya dan atau
kondisi medis akibat alkohol yang mungkin menyertainya.
Pengobatan awal harus mencakup menstabilkan kondisi medis pasien dengan menilai
sistem pernapasan, peredaran darah, dan saraf. Pasien intoksikasi yang langsung menngalami
gangguan psikotik dianggap sebagai kedaruratan medis karena risiko kehilangan kesadaran,
kejang, dan delirium tremens. Keadaan putus alkohol memerlukan rawat inap sampai lebih
dari 72 jam setelah risiko delirium tremens telah mereda.Gangguan psikotik akibat
penyalahgunaan alkohol menunjukkan prognosis buruk, dimana 10-20% cenderung menjadi
permanen.
DAFTAR PUSTAKA
Babor, TF, Hernandez-Avila, CA, & Ungemack,JA, 2008, Substance Abuse: Alcohol Use
Disorders in Allan Tasman, Jerald Kay, Jeffrey A. Lieberman, Michael B. First and Mario
Maj. editors Psychiatry, Third Edition John Wiley & Sons, New York, pp 971-999.
Crome and Bloor, 2008, Alcohol problems, in Robin M.Murray, Kenneth S. Kendler,Peter
McGuffin, Simon Wessely & David J. Castle (ed), Essential Psychiatry Fourth Edition,
Cambridge University Press, Cambridge, pp 198-223.
Depkes RI, 2000, Penatalaksanaan Ketergantungan Alkohol dalam Pedoman
Terapi Pasien Ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif lainnya, Jakarta, hal 20-27.
Hibbert, A 2009, Rujukan Cepat Psikiatri (terjemahan), EGC, Jakarta, hal 104 - 113
Husin, al bahri, 2010, Gangguan Penggunaan Zat. dalam Buku Ajar Psikiatri FKUI, Jakarta,
hal. 138-169.
Joewana, S 2005, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Johnson,BA and Daoud NA, 2005, Alcohol: Clinical Aspects in Lowinson, Joyce H.; Ruiz,
Pedro; Millman, Robert B.; Langrod, John G (ed), Substance Abuse 4th Edition,
Lippincott Williams & Wilkins, New York, pp 153-163
Jordaan G, 2007, ‘Alcohol-Induced Psychoticdisorder:A Comparative Study In Patients With
Alcohol Dependence, Schizophrenia And Normal Controls’
Maslim, R, 2007, Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. Edisi III, Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa- FK-Unika Atmajaya, Jakarta.
Puri, BK, Laking PJ, and Treasaden IH 2008, Buku Ajar Psikiatri edisi 2 (Terjemahan),
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 129-140.
Sadock BJ and Sadock VA, 2007, Alcohol Related Disorders. In Sadock BJ & Sadock VA
(ed), Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th ed,
Stewart WF and Klostermann. 2008, Substance Use Disorder. In Maddux JE & Winstead BA
(ed), Psychopathology 2rd ed, Taylor & Francis Group LLC, New York, pp 328-343.
Wood, Valerie M, 2005, Guidelines For The Managementof Alcohol Issues In The Acute
General Hospital Setting, Doncaster and Bassetlaw Hospitals, pp 1-44.
Soetjipto, Fadlian N. Gangguan Psikotik Akibat Penyalahgunaan Alkohol. Universitas
Airlangga