SKIZOFRENIA PARANOID
(F20.0)
DISUSUN OLEH :
GIAVANNY EKA RANI PUTERI
1320221102
PEMBIMBING :
dr. MARDI SUSANTO, SpKJ (K)
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan untuk
kontrol dan obatnya sudah habis.
Selain itu pasien juga merasa bahwa penyiar diseluruh stasiun TV juga
menyindirnya, begitu juga dengan status kontak BBM teman-temannya. Pasien
juga merasa tetangganya pun membicarakan pasien. Bila sedang dijalan, pasien
merasa dilihati oleh orang-orang sekitar dan apabila pasien bertemu dengan polisi,
pasien akan merasa diikuti oleh mobil polisi. Pasien juga merasa ada suatu pihak
atau oknum yang akan berbuat jahat kepada pasien, walaupun sampai sekarang
pasien masih belum tahu siapa pihak atau oknum tersebut. Pasien merasa semua
orang bisa membaca ataupun menebak pikirannya. Pasien merasa orang-orang
sekelilingnya menganggap dirinya aneh.
Pasien memiliki kebiasaan merokok dari saat SMK kelas 3, tetapi tidak
pernah menggunakan zat-zat psikoaktif maupun alkohol. Pasien menyangkal
adanya halusinasi visual, halusinasi auditorik, halusinasi gustatorik, halusinasi
olfaktorius maupun halusinasi taktil.
Uji daya ingat pasien baik. Daya ingat jangka panjang pasien baik, hal ini
terbukti dengan pasien dapat mengingat bahwa saat SD, SMP dan STM pasien
bersekolah di daerah Kelender. Daya ingat jangka pendek pasien baik, hal ini
terbukti dengan pasien ingat saat datang tadi ke Poliklinik Psikiatri RSUP
Persahabatan dengan diantar oleh mobil kantor. Daya ingat segera pasien baik,
hal ini terbukti ketika pemeriksa meminta pasien untuk menyebutkan kembali
lima nama kota yang telah disebutkan, yaitu Jakarta, Cirebon, Semarang, Jogja,
Surabaya secara berurutan.
Daya abstrak pasien baik, pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai apa
arti dari peribahasa ‘tong kosong nyaring bunyinya’ dan ‘air susu dibalas dengan
air tuba’ yaitu ‘banyak omong’ dan ‘kebaikan dibalas dengan kejahatan’.
Daya nilai pasien baik, terbukti dengan saat pasien diberikan suatu
permasalahan apabila pasien bertemu dengan anak kecil yang ingin menyebrang,
maka pasien akan membantu anak kecil itu untuk menyebrang.
Pasien sempat tidak masuk kerja selama satu bulan akibat keluhan-keluhan
diatas. Saat diminta untuk menyebutkan tiga keinginan, pasien hanya berharap
agar dapat terus bekerja.
3. Pembicaraan
Kuantitas : baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter
dengan baik
Kualitas : bicara tidak spontan, volume bicara pelan, artikulasi
jelas, pembicaraan dapat dimengerti.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Afek (Mood) : Rendah diri
2. Ekspresi (Afektif) : Menyempit
3. Keserasian : Mood dan afektif sesuai
4. Empati : pemeriksa tidak dapat merasakan perasaan pasien
2. Daya Konsentrasi
Baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal hingga selesai.
Pasien dapat menjawab dengan benar pertanyaan 100 -7 = 93.
3. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat siang hari
Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di Poliklinik
Psikiatrii RSUP Persahabat
Orang : Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang diwawancara
4. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat didaerah mana SD, SMP dan SMK
pasien bersekolah.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat ingat tadi pasien diantar berobat ke RSUP Persahabatan
dengan menggunakan mobil kantor.
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat menyebutkan kembali lima nama kota yang telah
disebutkan oleh pemeriksa.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini.
5. Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa yang diberikan oleh pemeriksa
yaitu tong kosong nyaring bunyinya dan air susu dibalas dengan air tuba.
6. Bakat Kreatif
Pasien dapat sedikit bermain alat musik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan Ilusi
Halusinasi : pada pasien tidak terdapat halusinasi
Ilusi : pada pasien tidak terdapat ilusi
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Produktivitas : kurang, pasien hanya berbicara bila diberikan
pertanyaan oleh pemeriksa
Kontinuitas : baik
Hendaya : tidak terdapat hendaya berbahsa pada pasien
2. Isi Pikiran
Preokupasi : tidak terdapat preokupasi
Gangguan pikiran : pada pasien ini terdapat waham kejar, thought
broadcasting dan delusion of reference
F. Pengendalian Impuls
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan
wawancaranya dengan baik.
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial
Kurang, pasien kurang dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
2. Uji Daya Nilai
Baik, karena ketika pasien diberikan suatu permasalah bertemu dengan
seorang anak yang ingin menyebrang, maka pasien akan membantu anak
tesebut untuk menyebrang.
3. Penilaian Realita
Tidak baik, pada pasien terdapat waham kejar, thought broadcasting dan
delusion of reference.
I. Tilikan/Insight
Tilikan derajat 4, dimana pasien sadar bahwa ia sedangp sakit namun pasien
tidak mengetahui penyebabnya.
B. Status Neurologis
1. Saraf cranial : kesan dalam batas normal
2. Saraf motorik : kesan dalam batas normal
3. Sensibilitas : kesan dalam batas normal
4. Susunan saraf vegetative : kesan dalam batas normal
5. Fungsi luhur : kesan dalam batas normal
6. Gangguan khusus : tidak ada
A. Diagnosis Aksis I
Pada pasien tidak ditemukan riwayat trauma kepala atau penyakit yang dapat
mengakibatkan disfungsi otak. Penilaian tersebut berdasarkan tingkat
kesadaran, daya ingat, fungsi kognitif, dan orientasi pasien yang masih baik
sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental Organik (F.0).
Pada pasien tidak ditemukan riwayat penggunaan obat psikoaktif (NAPZA)
secara berturut-turut dalam jumlah besar dan riwayat konsumsi alcohol
sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Zat Psikoaktif dan Alkohol (F.1).
Berdasarkan autoanamnesa, pada pasien ini didapatkan gangguan menilai
realita yang ditandai dengan waham kejar, thought broadcasting dan delusion
of reference, maka pasien ini penderita Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
B. Diagnosis Aksis II
Tumbuh kembang pasien normal dan sesuai dengan usia dejak masa kanak-
kanak hingga dewasa. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain sebagaimana
orang nirmal lain sehingga pada pasien ini tidak ada gangguan kepribadian.
Pasien menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SMK. Selama sekolah,
pasien dapat mengikuti kegiatan dengan baik, prestasi pasien biasa saja, dan
fungsi kognitif baik sehingga pasien tidak memiliki gangguan retardasi
mental. Oleh karena tidak ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan
retardasi mental pada pasien ini, maka pada aksis II tidak ada diagnosis.
D. Diagnosis aksis IV
Pasien seorang laki-laki berumur 27 tahun. Pasien belum menikah. Saat ini
pasien tinggal bersama ibunya. Orang tua pasien sudah bercerai 7 tahun yang lalu.
Hubungan pasien dengan keluarga kurang harmonis. Pasien masih bekerja dan
gaji pasien mencukupi kebutuhan pasien. Pasien hanya mengenal beberapa
tetangganya dan hanya memiliki beberapa teman dekat. Maka pada aksis IV
terdapat masalah sosial (masalah keluarga dan kurang dapat bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar).
E. Diagnosis Aksis V
Pada pasien ini didapatkan beberapa disabilitas dalam hubungan realitas dan
komunikasi, disabilitas sedang dalam beberapa fungsi. Maka pada aksis V
didapatkan GAF Scale 60-51.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F.20.0)
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : terdapat masalah sosial (masalah keluarga dan kurang dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
Aksis V : GAF Scale 60-51
IX. PROGNOSIS
A. Prognosis ke arah baik :
Pasien bersedia berobat ke rumah sakit dan meminum obat secara rutin
Pasien memiliki keinginan ingin sembuh dan kembali produktif
Pasien mau mendekatkan diri kepada Tuhan YME
B. Prognosis ke arah buruk :
Pasien kurang mendapatkan perhatian dari keluarga
Pasien masih dapat berselisih paham dengan keluarga
Pasien sedikit memiliki teman yang dapat membantu keadaan pasien
C. Kesimpulan :
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah :
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
X. TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidon 2 x 2 mg
Lorazepam 1 x 1 mg
Enervon C 1 x 1
B. Psikoterapi
Pada pasien
o Edukasi agar pasien rutin kontrol dan minum obat secara teratur
o Menyarankan pasien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME agar pasien lebih banyak mendapatkan ketenangan
o Menyarankan pasien untuk banyak bergaul
o Menyarankan pasien untuk banyak berjalan-jalan
o Bila ada masalah, ceritakan ke orang dekat
o Menyarankan pasien untuk terus semangat berkerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. FK UI. Jakarta. 2003
2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama.
PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
3. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT.
Nuh Jaya. Jakarta. 2007.