Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

SKIZOPHRENIA PARANOID

Pembimbing :

dr.

Pendamping:

dr.

Disusun Oleh :
dr. Wahyu B. Putra

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS SUKAINDAH
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. APR

No. eRekam Medis : 01817288

Usia : 23 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Pendidikan : MA

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Pulo Gelatik, Desa Sukaindah

II. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Keluhan Utama

Pasien diantar suaminya ke BP Poli Umum Puskesmas Sukaindah tanggal 15 September


2022 dengan keluhan terus merasa curiga dengan suaminya serta sering mendengar bisikan-
bisikan dalam beberapa bulan terakhir ini.

B. Riwayat Gangguan Sekarang (Alloanamnesa 27/09/22)

Wanita, 23 tahun, diantar suaminya ke BP Poli Umum Puskesmas Sukaindah tanggal


15 September 2022 dengan terus merasa curiga dengan suaminya serta sering
mendengar bisikan - bisikan. Sebelum dibawa ke Puskesmas Sukaindah pasien sering
terlihat berbicara sendiri, marah-marah tanpa sebab, melamun, lalu pada saat suami
pasien pulang dari berdagang ia selalu merasa curiga dengannya, curiga jika suaminya
selingkuh dan maen di belakang tanpa sepengetahuan dirinya.
Pasien juga sempat ingin bunuh diri lompat dari motor karena selalu mendengar
bisikan- bisikan yg mengajaknya ke arah sana. Pasien paham betul jika dirinya sakit dan
ingin berobat, pasien merupakan pasien rujukan RSUD Cibitung bekasi dan rutin
berobat 1 bulan sekali di sana, namun belakangan ini gejala - gejala tersebut mulai
dirasakan kembali saat dirinya putus obat (1 bulan) saat akan melangsungkan proses
persalinan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pertama kali pasien merasakan hal ini pada tahun 2015 7 tahun yang lalu saat kelas 2
MA, tiba - tiba pasien menangis dengan keadaan jilbab yang sobek lalu mengurung diri di
kamar, jika ditanya, pasien mudah marah dan cepat tersinggung. Setelah ditanya oleh
ibunya ternyata dirinya telah dibully oleh teman - teman sekolahnya. Setelah kejadian
tersebut pasien selalu menangis sehabis pulang sekolah. Dua tahun setelahnya tahun 2017
saat pasien lulus MA sudah mulai mendengar bisikan - bisikan, halusinasi, serta terlihat
pasien senang berbicara sendiri. Saat itu pasien dibawa oleh orang tuanya ke Apotek di
bogor dengan ada psikiater didalamnya, lalu berobat selama 7 bulan, namun setelahnya
pasien dibawa ke puskesmas untuk diminta rujukan ke RSUD cibitung lalu dibawa ke RSJ
islam klender hingga sekarang

b. Riwayat Gangguan Medis

- Pasien tidak ada riwayat gangguan medis, dan pasien belum pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya.

- Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat diabetes mellitus dan riwayat sakit
hipotiroid.

c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol

Riwayat merokok, riwayat menggunakan zat-zat psikoaktif, dan konsumsi alkohol


disangkal

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat pranatal

Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal dan lahir di puskesmas. Selama
kehamilan dan kelahiran tidak ada masalah, ibu pasien sering mengontrol kehamilannya
dengan bidan di posyandu. Saat melahirkan ibu pasien sempat mengalami baby blues,
diketahui pula neneknya mengalami hal yang sama.

b. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal. Pasien minum ASI
sejak 0 bulan sampai usia 2 tahun didampingi dengan makanan lunak dan susu formula.

c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan padan masa ini normal. Pasien berkembang menjadi
anak yang biasa saja, setiap pulang ke rumah pasien selalu membantu ibunya di rumah
dan jarang keluar rumah. Pasien merupakan anak yang pendiam, tidak banyak berbicara,
jarang bermain keluar rumah, sehingga tidak memilik banyak teman.

d. Riwayat masa remaja

Pasien pada saat remaja memiliki teman-teman. Walaupun demikian, pasien tidak
memiliki teman dekat disekolah, pasien dalam bergaul memilih-milih teman dan jarang
pergi bermain keluar rumah dengan teman- teman sekolahnya. Pasien sering dibully
temannya

e. Riwayat dewasa muda

Pasien tidak mempunyai teman, pasien sering mengurung diri di rumah karena merasa
malas bertemu dengan teman-temanya yang dulu sekolah bersama dengannya.Setelah
itu di umur 20-an pasien menikah

f. Riwayat pendidikan

Pasien sekolah SD, SMP, MA.

g. Riwayat pekerjaan

Pasien tidak pernah bekerja, setelah menikah pasien menjadi Ibu Rumah Tangga

h. Riwayat pernikahan

Pasien telah menikah 2 tahun yang lalu

i. Riwayat kehidupan beragama

Pasien beragama Islam. Sebelum muncul keluhan, pasien rutin beribadah sholat 5
waktu, dan melaksanakan puasa Ramadhan. Setelah keluhan tersebut muncul, pasien
menjadi malas ke gereja.

j. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam masalah hukum

k. Aktivitas sosial

Pasien jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tetangga. Pasien jarang
keluar rumah, pasien tidak pernah mengobrol dan bercengkrama dengan tetangga.
Pasien hanya tersenyum jika ada tetangga yang menegurnya saat ia menyapu teras
rumah, tetapi tidak pernah mengobrol dengan tetangga atau teman di sekitar rumah.

E. Riwayat Keluarga

Pasien tinggal bersama orang tuanya (ibunya) sebelumnya, ayahnya telah meninggal. Pasien
merupakan seorang yang ceria, baik, rajin dan senang berbagi kepada orang-orang sekitar.
Setelah menikah pasien tinggal dengan suaminya.

F. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal dengan suaminya. Pasien dirujuk ke RSUD untuk menerima obat-obatan.
Saat ini pasien tidak bekerja dan setiap hari melakukan pekerjaan rumah seperti
mencuci, menyapu, memasak dan membersihkan rumah (Ibu Rumah Tangga)

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya

Pasien sekarang merasa bahwa dirinya memang sakit dan memerlukan pengobatan.
Oleh karena itu, pasien kontrol ke Puskesmas untuk menerima obat-obatan selanjutnya
dilakukan rujukan. Pasien tidak terlalu sering mengobrol dengan tetangga sekitar dan
merasa tidak nyaman karena terganggu dengan suara-suara yang didengar.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan dilakukan Autoanamnesa tanggal 15 September 2022 dan Alloanamnesa


dengan suami pasien tanggal 27 September di rumah pasien pada, hasil pemeriksaan ini
menggambarkan situasi keadaan pasien saat home visite.

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan

Wanita 23 tahun, paras sesuai umur dengan postur tubuh yang astenikus (kurus),
kesan gizi pasien cukup. Penampilan dan keadaan kebersihan pasien cukup.

2. Kesadaran

Kompos mentis

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak bertujuan,
gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.

1. Pembicaraan
• Kuantitas : Pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan isi
hatinya dengan jelas.
• Kualitas : pasien menyambung jika ditanya, dan menjawab pertanyaan dengan
spontan agak lambat, pengucapan kata jelas dan pembicaraan dapat dimengerti.
• Tidak ada hendaya berbahasa.

Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif, kontak mata tidak adekuat. Pasien sering kali menjawab
pertanyaan tidak melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : stabil
2. Afek : menyempit
3. Keserasian : serasi
C. Gangguan Persepsi
Pasien memiliki halusinasi auditorik dengan isi suara yang tidak jelas. Terkadang
suara sering mengingatkan pasien mengenai masalah yang pernah terjadi berulang
kali dan menyuruh pasien untuk bunuh diri lompat dari motor
D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : autistik atau non realistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan, namun
terkadang pasien saat ditanya tiba-tiba terdiam (blocking).

b. Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan

c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa

3. Isi pikiran : Waham curiga (+), pasien merasa bahwa suaminya selingkuh dan
main belakang tanpa sepengetahuan pasien. Waham kendali (+), pasien terkadang
merasa suara-suara yang didengar menyuruhnya untuk melakukan sesuatu, suara-
suara tersebut umumnya menyuruh pasien untuk melakukan hal yang tidak jelas
seperti bunuh diri dengan lompat dari motor.
E. Fungsi Intelektual / Kognitif
1. Taraf pendidikan
Pasien merupakan lulusan MA
2. Daya konsentrasi dan perhatian

Konsentrasi pasien kurang, pasien tidak dapat mengurangkan angka 7 dikurang 100,
pasien juga tidak bisa mengalikan angka seperti 4x5 atau 5x10.
3. Orientasi
- Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat siang hari

- Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di puskesmas

- Orang : Baik, pasien mengetahui siapa saja saudaranya, suaminya, siapa saja
yang tinggal serumah dengannya, dan mengetahui sedang diwawancara oleh siapa.

- Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan wawancara.

4. Daya Ingat

Daya ingat jangka pendek, menengah, panjang, dan segera masih baik.

5. Kemampuan baca tulis: baik

6. Kemampuan visuospasial: baik

7. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan apel dan jeruk

8. Kemampuan beraktivitas sehari-hari : baik, pasien dapat melakukan perawatan diri


sehari- hari secara mandiri seperti mandi, makan, minum, dan melakukan pekerjaan
rumah sendiri. Walaupun demikian, pasien cenderung tidak mengurus dirinya sendiri
apabila suara-suara tersebut menyuruhnya untuk melakukan hal lain

F. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara dapat mengontrol emosinya
dengan baik (tidak mengamuk atau menangis)
G. Tilikan

Tilikan derajat 4 (pasien mengetahui bahwa dirinya sakit, namun tidak tahu penyebab
pasti dari keluhan-keluhan tersebut).

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

• KU : Tampak Sehat

• Sensorium : Kompos mentis

Tanda vital

TD : 118/54 mmHg

Nadi : 87 x/menit

RR : 21 x/menit

Suhu : 36,5 oC

Tinggi badan : 153 cm

Berat badan : 50 kg

Status Interna

Kepala : Normocephali, rambut tidak mudah dicabut, pertumbuhan rambut


merata, dan warna rambut hitam.

Mata: Sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-, edema palpebra -/-

Hidung: dalam batas normal

Telinga: dalam batas

normal Mulut: dalam batas


normal

Leher: dalam batas normal, tiroid tidak membesar

Toraks: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

Tidak ada

VI. RESUME

Wanita 23 tahun, belum menikah, tidak bekerja, dan tinggal serumah dengan suaminya

Penampilan cukup bersih dan sesuai dengan usia

 Pasien kooperatif, kontak mata inadekuat, pembicaraan pasien koheren

 Mood pasien stabil, afek pasien menyempit dan serasi

 Terdapat halusinasi auditorik, waham curiga dan waham kendali

 Keluhan pertama kali muncul saat pasien berusia kurang lebih 16 tahun dan sudah
berlangsung selama kurang lebih 7 tahun

 Gangguan pada aktivitas sosial, pasien menjadi malas bersosialisasi dengan orang lain

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I
F 20.0 Skizofrenia tipe Paranoid
Aksis II
Tidak ada diagnosis
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Masalah dukungan keluarga
Aksis V
GAF scale 70 – 61
VII. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : dubia ad bonam

Quo Ad Functionam : dubia ad malam

Quo Ad Sanationam : dubia ad malam

VIII. TERAPI

KIE RUJUK POLI JIWA RSUD KAB BEKASI

• Psikoterapi & Edukasi

Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif,


dan terapi kognitif-perilaku.

- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan)


pasien terhadap stres.

- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap


penyakitnya serta mengembangkan kemampuannya untuk menunjang penyembuhan
dirinya. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung
kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik terhadap
pasien maupun keluarga.

- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik


nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan struktur luas kepribadian.

- Edukasi

o Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan


membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang
dapat meningkatkan stresor.

o Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain itu
kembali menyibukkan diri seperti aktivitas dulu, kembali melakukan hal-hal yang
menyenangkan, jangan menyimpan emosi, bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan


persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan mencakup
waham dan halusinasi.1 Emil Kraepelin membagi skizofrenia dalam beberapa jenis,
menurut gejala utama yang terdapat pada pasien, salah satunya adalah skizofrenia
paranoid. Skizofrenia paranoid merupakan subtipe yang paling umum (sering ditemui)
dan paling stabil, dimana waham dan halusinasi auditorik jelas terlihat. Pada pasien
skizofrenia paranoid, pasien mungkin tidak tampak sakit jiwa sampai muncul gejala-
gejala paranoid.2

2.2 Epidemiologi

Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat dan area geografis dan angka
insidensi serta prevalensinya secara kasar merata di seluruh dunia. Insidensi tahunan
skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai 5,0 per 10.000 dengan beberapa variasi
geografik. Skizofrenia yang menyerang kurang lebih 1 persen populasi, biasanya
bermula di bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari
semua kelas sosial.3
Skizofrenia terjadi pada 15 - 20/100.000 individu per tahun, dengan risiko morbiditas
selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir masa remaja atau
awal dewasa.2Awitan skizofrenia di bawah usia 10 tahun atau di atas usia 60 tahun
sangat jarang. Laki-laki memiliki onset skizofrenia yang lebih awal daripada wanita.
Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, dan untuk wanita usia
puncak onsetnya adalah 25 sampai 35 tahun.4

2.3 Manifestasi Klinis dan Kriteria Diagnosis

Pada DSM-IV (Diagnostic and statistical manual) menyebutkan bahwa tipe paranoid
ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar
yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
terdisorganisasi atau katatonik.5 Skizofrenia paranoid secara klasik ditandai oleh adanya
waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran.6

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), agar


bisa didiagnosis menderita skizofrenia, tiga kriteria diagnostik harus dipenuhi:

1. Gejala karakteristik: Dua atau lebih dari gejala berikut, masing-masing hadir dengan
frekuensi sering selama periode satu bulan (atau kurang, jika gejala berkurang
karena pengobatan).

o Waham

o Halusinasi

o Bicara tidak teratur, yang merupakan manifestasi gangguan pemikiran formal

o Perilaku yang tidak teratur secara kasar (misalnya berpakaian yang tidak sesuai, sering
menangis) atau perilaku katatonik

o Gejala negatif: Tumpulnya emosi (kurang atau menolak memberikan respons


emosional), alogia (kurang atau menolak bicara), atau avolisi (kurang atau menolak
motivasi)

Jika waham dinilai aneh, atau halusinasi meliputi mendengar satu suara yang
berpartisipasi dalam komentar yang terus menerus terhadap tindakan pasien atau
mendengar dua atau lebih suara yang bercakap-cakap satu sama lain, hanya gejala di
atas yang diperlukan. Kriteria bicara tidak teratur hanya dipenuhi jika cukup parah
untuk mengganggu komunikasi secara substansial.

2. Disfungsi sosial atau okupasional: Selama suatu waktu yang signifikan sejak
mulainya gangguan, satu atau lebih daerah fungsi seperti kerja, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, menjadi sangat rendah dibandingkan level yang
dicapai sebelum gangguan.

3. Durasi yang signifikan: Tanda-tanda gangguan yang kontinu bertahan selama


setidaknya enam bulan. Periode enam bulan ini harus termasuk setidaknya satu
bulan gejala (atau kurang, jika gejala berkurang karena pengobatan).

Skizofrenia tidak dapat didiagnosis jika gejala gangguan suasana hati hadir secara
substansial (meskipun dapat didiagnosis gangguan skizoafektif, atau jika gejala
gangguan perkembangan pervasif hadir kecuali waham atau halusinasi yang menonjol
juga hadir, atau jika gejala adalah hasil fisiologis langsung dari suatu kondisi medis atau
zat yang umum, seperti penyalahgunaan narkoba atau pengobatan. 7

2.4 Tatalaksana

Pemberian obat anti-psikosis pada pasien skizofrenia (sindrom psikosis fungsional)


merupakan penatalaksanaan yang utama. Pengobatan anti-psikosis diperkenalkan awal
tahun 1950-an. Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis
yang dominan (fase akut atau kronis) dan efek samping obat. Fase akut biasanya

ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau yang kambuh) yang perlu segera
diatasi.8

Obat anti-psikosis tidak bersifat menyembuhkan, namun bersifat pengobatan


simtomatik. Obat anti-psikosis efektif mengobati “gejala positif” pada episode akut
(misalnya halusinasi, waham, fenomena passivity) dan mencegah kekambuhan. Obat-
obat ini hanya mengatasi gejala gangguan dan tidak menyembuhkan skizofrenia.
Pengobatan dapat diberikan secara oral, intramuskular, atau dengan injeksi depot jangka
panjang.8

Untuk pasien yang baru pertama kali mengalami episode skizofrenia, pemberian obat
harus diupayakan agar tidak terlalu memberikan efek samping, karena pengalaman yang
buruk dengan pengobatan akan mengurangi ketaatanberobatan (compliance) atau
kesetiaberobatan (adherence). Dianjurkan untuk menggunakan antipsikosis atipikal atau
antipsikosis tipikal, tetapi dengan dosis yang rendah.8
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien didiagnosis dengan skizofrenia paranoid dengan adanya manifestasi


klinis yang sesuai dengan diagnosis. Pada saat pertama kali muncul, pasien memiliki
halusinasi auditorik yang menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu yaitu bunuh diri
dengan melompat dari motor serta memiliki gangguan perilaku yang terus-menerus
selama 6 bulan. Pada saat mengalami keluhan tersebut, pasien sering mengalami emosi
tinggi yang mengakibatkan perilaku yang mengganggu hubungannya dengan suaminya.
Pasien memiliki gangguan sosial (malas berbicara dengan teman dan orang lain) dan
okupasi (pasien tidak dapat bekerja karena keluhannya dan keluhan menjadi bertambah
parah apabila pasien dalam tekanan mental yang berat).
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,perubahan
dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana
perasaan baik itu manik maupun depresif. Pada pasien didapatkan gejala
psikosis berupa gejala postif yaitu kesan umum pasien tampak penampilan tidak
wajar, roman muka sesuai umur dengan kontak visual maupun verbal kurang. Pasien
juga memiliki kesadaran yang jernih dan mood/afek irritable. Proses pikir pasien
tampak kesan bentuk piker nonlogis nonrealis, arus pikir inkoheren, isi pikir dengan
waham paranoid
Penyebab dari skizofrenia belum diketahui secara pasti, namun terdapat
beberapa penyebab yang mendasari. Faktor genetik dan lingkungan merupakan salah
satu contohnya. Resiko skizofrenia meningkat pada 1% pada keluarga yang tidak
memiliki riwayat, 10% pada keturunan pertama dari keluarga yang memiliki riwayat,
dan
50% pada saudara kembar identik.
Pada kasus ini ibu dan nenek pasien penah mengalami gejala Baby blues, yang
mana menunjukkan bahwa genetic keluarga pasien rentan mengalami gangguan jiwa
Stresor yang terjadi pada pasien dapat mencetuskan terjadinya skizofrenia.
Stresor tersebut dapat diperoleh dari permasalahan dalam keluarga, sosial, ekonomi, dan
lain-lain. Adanya komorbiditas gangguan kejiwaan yang lain juga dapat meningkatkan
gejala- gejala skizofrenia
Tatalaksana pada pasien ini ialah dilakukan Rujuk ke RSUD Bekasi lalu ke RSJ
ISLAM untuk mendapatkan terapi yang adekuat. Terapi medikamentosa yang dapat
diberikan pada pasien dengan skizofrenia adalah obat antipsikosis atipikal sebagai
lini pertama yaitu haloperidol. Haloperidol sering memberikan efek samping ekstra-
piramidal. Oleh sebab itu, trihexyphenidil diberikan sebagai pencegahan. Diazepam
dapat dikombina- sikan dengan obat anti psikosis pada fase akut. Hal ini bertujuan
untuk
memperoleh efek sedasi pada pasien schizophrenia gejala positif.

Edukasi pada pasien dan keluarga yang penting adalah mengenai kepatuhan
obat. Skizofrenia memiliki gejala residu yang perlu dikontrol dengan obat dan tidak
dapat sembuh dengan total. Selain itu, pasien juga mungkin memerlukan terapi non-
farmakologis untuk memperbaiki fungsi sosial pasien supaya dapat menjauhkan pikiran
dari suara-suara yang ada. Pasien diharapkan dengan terapi non-farmakologis yang
berupa edukasi dapat hidup dengan mandiri sambil melanjutkan kontrol obat-obatan

Prognosis dari skizofrenia akut, ad vitam dubius ad bonam, ad functionam


dubius ad bonam, karena telah terdeteksi dan mendapat terapi sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's Concise Textbook of


Clinical Psychiatry: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins;
2008.
2. Picchioni MM, Murray RM. Schizophrenia. BMJ (Clinical research ed).
2007;335(7610):91-5.
3. Messias EL, Chen C-Y, Eaton WW. Epidemiology of schizophrenia: review of
findings and myths. The Psychiatric clinics of North America.
2007;30(3):323- 38.
4. Mura G, Petretto DR, Bhat KM, Carta MG. Schizophrenia: from epidemiology
to rehabilitation. Clinical practice and epidemiology in mental health : CP &
EMH. 2012;8:52-66.
5. Jablensky A. The diagnostic concept of schizophrenia: its history, evolution,
and future prospects. Dialogues in clinical neuroscience. 2010;12(3):271-87.
6. Haller CS, Padmanabhan JL, Lizano P, Torous J, Keshavan M. Recent
advances in understanding schizophrenia. F1000prime reports. 2014;6:57-.
7. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders: DSM-IV-TR:
American Psychiatric Association; 2000.
8. Lally J, MacCabe JH. Antipsychotic medication in schizophrenia: a review.
British medical bulletin. 2015;114(1):169-79

Anda mungkin juga menyukai