Anda di halaman 1dari 13

PORTOFOLIO

KASUS MEDIK
Konjungtivitis Vernal

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT DALAM


MENEMPUH
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
DI RUMKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
KABUPATEN JEMBER

Oleh:
dr. Natalia Fajar Indah

Pembimbing:
dr. Heny Wijayanti, Sp. M

Pendamping:
dr. Crystalia

RUMKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA


KABUPATEN JEMBER
2019

2|Page
Portofolio Kasus Medik
Nama Peserta : dr. Natalia Fajar Indah
Nama Wahana : Rumkit Tk. III Baladhika Husada Jember
Topik : Konjungtivitis Vernal
Tanggal Kasus: 5 November Nama Presenter:
2019 dr. Natalia Fajar Indah
Tanggal Presentasi : Nama Pembimbing :
dr. Heny Wijayanti, Sp.M
Nama Pedamping :
dr. Crystalia
Tempat Presentasi :
Obyektif Presentasi :
■ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
■ Diagnostik □ Manajemen ■ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi ■ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Deskripsi : Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, datang diantar oleh ayahnya
ke poli spesialis mata dengan keluhan mata merah pada kedua mata sejak 3 hari
ini. Mata merah disertai rasa gatal, panas, keluar air mata dan kotoran mata, mata
terasa mengganjal dan tidak enak. Tidak terasa ada penurunan penglihatan. Orang
tua pasien mengatakan pasien dulu juga pernah mengalami keluhan yang sama
sekitar 1 tahun yang lalu..
Tujuan : Mempelajari cara mendiagnosis dan memberikan terapi pada kasus
Konjungtivitis Vernal
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset ■ Kasus □ Audit
Cara Membahas : ■ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ Email □ Pos
Data Pasien :
Nama : An. FA No. Register : 09.44.31
Nama RS : Rumkit Tk. III Telp : - Terdaftar sejak :
Baladhika Husada Jember 5 November 2019
Data Utama Untuk Bahan Diskusi :

3|Page
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Mata merah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, datang diantar oleh ayahnya ke poli
spesialis mata dengan keluhan mata merah pada kedua mata sejak 3 hari ini.
Mata merah disertai rasa gatal, panas, keluar air mata dan kotoran mata, mata
terasa mengganjal dan tidak enak. Tidak terasa ada penurunan penglihatan.
Orang tua pasien mengatakan pasien dulu juga pernah mengalami keluhan
yang sama sekitar 1 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien belum mendapatkan pengobatan sama sekali
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 14 Maret 2018
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Compos Mentis
Berat badan: 38 kg
Tanda-tanda vital: Nadi = 105x/menit
RR = 22x/menit; suhu = 36,6° C
Kepala/leher: anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea = -/-/-/-
Faring hiperemi (-), Tonsil T1/T1, hiperemi (-)
Mukosa : stomatitis (+) pada mukosa bibir, bucal, palatum
Thorak: Cor = S1S2 tunggal, tidak ada extrasistole, gallop, maupun murmur
Pulmo = vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen: cembung, BU normal, tympani, soepel

4|Page
Extremitas: akral hangat-kering-merah, tidak ada edema,
Status lokalis Oculi Dextra – Sinistra :
VOD : 5/5
VOS : 5/5
Inspeksi : Konjungtiva hiperemis (+), secret (+), tampak cobble stone (+), pupil
bulat, Ø 3 mm, reflek cahaya langsung/tak langsung +/+

DIAGNOSIS
Konjungtivitis vernal

TERAPI
Polidemisin Eye Drops 4 x gtt 1 ODS
Sanbe tears Eye Drops 4 x gtt 1 ODS

KIE :
- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari
tangan
- Menghindari daerah berangin kencang, dan menghindari panas
- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak
dengan alergen di udara terbuka
- Kompres dingin di daerah mata
- Penggunaan obat harus sesuai dengan resep
- Kontrol kembali jika keluhan memburuk atau jika setelah obat habis
keluhan masih menetap

Hasil Pembelajaran :
1. Manifestasi konjungtivitis vernal
2. Pemeriksaan dan diagnosis konjungtivitis vernal secara cepat, tepat, dan akurat
3. Penanganan kasus konjungtivitis vernal secara tepat.

5|Page
Daftar Pustaka:
American Academy of Ophtalmology. 2007. Clinical Approach to Immune-
Related Disorder of The External Eye in Basic and Clinical Science Course
External Disease and Cornea Section 8 (2007-2008).
James, B., Chris, C., Anthony, B., 2005. Konjungtiva in Lecture Notes
Oftalmologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Khurana, A. K., 2000. Diseases of The Conjunctiva in Comprehensive
Ophtalmology 4th edition. Kuala Lumpur: New Age.
Majmudar, P. A., 2010. Allergic Conjunctivitis. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1191467
Vaughan, D. G., Taylor, A., 2016. Conjunctiva in Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology 17th edition. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill.

6|Page
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio Kasus Medik

Subjektif:
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, datang diantar oleh ayahnya ke poli
spesialis mata dengan keluhan mata merah pada kedua mata sejak 3 hari ini. Mata
merah disertai rasa gatal, panas, keluar air mata dan kotoran mata, mata terasa
mengganjal dan tidak enak. Tidak terasa ada penurunan penglihatan. Orang tua
pasien mengatakan pasien dulu juga pernah mengalami keluhan yang sama sekitar
1 tahun yang lalu.

Objektif:
Menurut hasil pemeriksaan fisik awal didapatkan status lokalis pada Oculi
Dextra – Sinistra tampak konjungtiva hiperemis (+), secret (+), tampak cobble
stone (+), pupil bulat, Ø 3 mm, reflek cahaya langsung/tak langsung +/+.

Assessment:
Konjungtivitis merupakan radang pada kojungtiva dan dapat diakibatkan
oleh karena allergi, virus, bakteri, maupun akibat kontak dengan benda asing dan
mengakibatkan timbul keluhan mulai dengan mata merah, gatal, produksi air mata
yang meningkat hingga perubahan anatomi pada konjungtiva (Vaughan, 2016).
Konjungtivitis vernal merupakan salah satu bentuk konjungtivitis allergi
yang berulang khas musiman, bersifat bilateral, sering pada orang dengan riwayat
allgeri pada keluarga, sering ditemukan pada anak laki yang berusia kurang dari
10 tahun, diperkirakan diseluruh dunia insiden konjungtivitis vernal berkisar
antara 0,1% - 0,5% dan cenderung lebih tinggi di negara berkembang. Penyakit
ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis musiman” atau
“konjungtivitis musim kemarau”. Sering terdapat pada musim panas di negeri
dengan empat musim, atau sepanjang tahun di negeri tropis (panas) (Vaughan,
2016 ; Khurana, 2000).
Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang menyertai
meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan

7|Page
seolah ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul
berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia
tidak dapat beraktivitas normal (James, 2005).

Terdapat dua bentuk klinik, yaitu :


 Bentuk palpebra, terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.
Terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang diliputi
sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema,
dengan kelainan kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara
klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan
permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya (James, 2005).

Gambar 1. Konjungtivitis vernal bentuk palpebral (James, 2005).

 Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat


membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang
merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel
limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil. (James,
2005).

8|Page
Gambar 2. Konjungtivitis vernal bentuk limbal (James, 2005).

Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa pemeriksaan klinis dan laboratorium.
 Pemeriksaan klinis didapatkan anamnesis keluhan utamanya adalah mata
merah kecoklatan/kotor.
 Pemeriksaan pada palpebra didapatkan hipertrofi papiler, cobble stone,
giant’s papilae. Pada konjungtiva bulbi warna merah kecoklatan dan kotor
pada fissura interpalpebralis. Pada limbus didapatkan Horner-Trantas dots.
 Hasil pemeriksaan laboratorium atau kerakan konjungtiva atau getah mata
didapatkan sel-sel eosinofil dan eosinofil granul (Vaughan, 2016).

Pengobatan:
Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit alergi, penatalaksanaan yang
paling sederhana dan paling efektif adalah menghindari alergen. Konjungtivitis
vernalis juga merupakan penyakit yang sembuh sendiri, medikasi yang dipakai
terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai
jangka panjang (AAO, 2007).
Pilihan perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya symptom
yang muncul dan durasinya. Pilihan perawatan konjungtivitis vernalis meliputi
non farmakologis dan farmakologis, yaitu :

9|Page
1. Non Farmakologi
Penatalaksanaan ini meliputi tindakan-tindakan konsultatif yang membantu
mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa
tindakan tersebut antara lain (AAO, 2007) :
- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari
tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari
mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah
superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya
glaukoma sekunder dan katarak.
- Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter
- Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa
serbuksari;
- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan
alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari
karena lensa kontak akan membantu retensi allergen.
- Kompres dingin di daerah mata
- Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga
berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;
- Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut
sebagai climato-therapy.

2. Terapi topikal
- Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril
dan mukolitik seperti asetil sistein 10%–20% tetes mata. Dosisnya
tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini,
larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin
seperti 1-2% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau
mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya (Vaughan, 2016).
- Mast cell stabilizers
Mast cell stabilizers seperti cromolyn sodium 4% dan nedocromil 2%
mencegah degranulasi sel mast sehingga mengurangi pengeluaran mediator

10 | P a g e
inflamasi yang akhirnya mengurangi bengkak, merah dan gatal (Majmudar,
2010).
- Antihistamin
Antihistamin seperti Levobacatine hydrochloride 0.05% dapat menurangi
permeabilitas vaskular dan keluhan gatal. Obat ini merupakan antagonis
reseptor H1 pada konjungtiva dan palpebra (Majmudar, 2010).
- NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
Penghambatan sintesis prostaglandin dengan penurunan enzim COX yang
pada akhirnya akan mengurangi reaksi inflamasi. Ketorolac tremothamine
0.5% merupakan obat yang sudah direkomendasikan oleh FDA (Majmudar,
2010).
- Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal
prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian
dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan
oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi
antibiotik steroid terbukti sangat efektif (Vaughan, 2016).

Pada pasien ini diberikan terapi berupa tetes mata Polidemisin dan sanbe
tears. Di mana Polidemisin mengandung antibiotik dan steroid untuk
membantu mengatasi radang pada mata. Dan sanbe tears merupakan air mata
buatan yang dapat membantu meredakan rasa tidak nyaman pada mata akibat
radang dan mata kering.

3. Terapi Sistemik
- Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti
prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 2–3
tablet 4 kali sehari selama 1–2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam
kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah “gunakan dosis serendah
mungkin dan sesingkat mungkin” (Vaughan, 2016).
- Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai
pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang
dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat
11 | P a g e
memberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau
memungkinkan reduksi dosis (James, 2005).

4. Allergen Immunotherapy
Allergen Immunotherapy diketahui sebagai terapi desensitisasi. Pasien
dihadapkan dengan alergen dengan dosis kecil tapi sering secara perlahan
jumlah ditingkatkan. Hal ini diharapkan dapat mensentisisasi reaksi alregi
sehingga reaksi alergi dapat dikurangi yang merupakan tujuan terapi
(Majmudar, 2010).

Komplikasi:
Penggunaan steroid berkepanjangan dapat menimbulkan keratitis epitel,
katarak, glaukoma dan ulkus kornea superfisial sentral atau parasentral yang
disebabkan oleh fungal dan opportunistik lainnya, yang dapat diikuti dengan
pembentukan jaringan sikatriks yang ringan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan
penglihatan menurun. Blefaritis dan konjungtivitis stafilokok juga merupakan
komplikasi yang sering dan harus segera diterapi (Vaughan, 2016).
Kadang-kadang didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan
kornea. Perjalanan penyakitnya sangat menahun dan berulang, sering
menimbulkan kekambuhan terutama di musim panas (Vaughan, 2016).

Prognosis:
Karena penyakit ini merupakan penyakit alergi yang terkait dengan musim,
maka penyakit ini akan cenderung memburuk musim pada yang berkaitan
sehingga kekambuhan cenderung terjadi pada musim tersebut. Tetapi setelah
sejumlah kekambuan, papillae dapat sama sekali menghilang tapa meninggalkan
jaringan parut (Vaughan, 2016).

KIE:

12 | P a g e
- Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari
tangan
- Menghindari daerah berangin kencang, dan menghindari panas
- Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak
dengan alergen di udara terbuka
- Kompres dingin di daerah mata
- Penggunaan obat harus sesuai dengan resep
- Kontrol kembali jika keluhan memburuk atau jika setelah obat habis
keluhan masih menetap

Konsultasi: Konsultasi kepada dokter spesialis penyakit mata

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai