Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENGINDRAAN PADA NY.

J
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KONJUNGTIVITIS VERNALIS
DI RSUD dr. DORIS SYLVANUSPALANGKA RAYA

Dosen : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

Oleh :

Nama : Wenie
NIM : 2017.C.09a.0913

YAYASAN EKAHARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar


Infeksi system penglihatan merupakan kelainan gangguan system
penglihatan, terutama konjungtivitis. Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva
dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak
merah, sehingga sering disebut mata merah. Konjungtivitis dapat menyerang pada
semua tingkat usia.

1.2 Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
1. Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis
gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral.
2.  Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam
faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.
3.  Konjungtivitis akut jamur
4. Konjungtivitis akut alergik
5. Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.
Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi
kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga
merupakan  etiologi dari konjungtivitis.

1.3  Patofisiologi
   Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering  sehingga terjadi iritasi
menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena
adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema,
rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.
 Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan  terjadi ulkus kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang  yang  disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing

1.4 Patway
1.5 Penatalaksanaan
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya,
terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi
mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat.
Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan instruksipada pasien untuk tidak menggosok mata
yang sakit kemudian menyentuh mata yangs ehat, untuk mencuci tangan setelah
setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan
sapu tangan  baru yang  terpisah

BAB 2
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah kelopak mata dan
sekitarnya ada udem, keadaan konjungtingva hiperemis dan ada secret
mukopurulen, keadaan kornea hiperemis dan ada peradangan. Data subjektif,
klien mengatakan matanya terasa nyeri, gatal dan rasa ada benda asing.
Pemeriksaan kultur dan sitologik secret konjungtiva untuk mengetahui
kemungkinan penyebab infeksi, seperti:
1. Sel eosinofil umumnya merupakan akibat atopi , terutama konjungtivitis vernal
2. Sel polimorfonuklear leukosit, merupakan akibat infeksi bakteri
atau chlamydia.
3. Sel limfosit, merupakan gambaran karakteristik infeksi akibat virus atau suatu
infeksi kronis
4.  Sel epitel dengan multinukleus dengan atau tanpa badan inklusi intraseluler,
merupakan gambaran yang dapat ditemukan pada infeksi virus

2.2 Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan


J  Nyeri b.d proses peradangan
         Intervensi :
-          Kaji tingkat nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi selanjutnya
-          Jelaskan penyebab nyeri
      R/ untuk menambah pengetahuan pasien
-          Kompres mata dengan air hangat
R/ untuk mengurangi rasa nyeri
-          Mata istirahatkan
R/ menurunkan radang, mengurangi aktivitas
-          Kolaborasi dalam pemberian obat mata (AB)
R/ menghilangkan peradangan
J  Gangguan pola tidur b.d nyeri
         Intervensi :                                            
-          Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ Klien dapat beristirahat
-          Kurangi rasa nyeri dengan mengompres mata
R/ Klien dapat beristirahat
-          H.E kebutuhan tidur berhubungan dengan penyembuhan penyakit
R/ klien tahu tentang fungsi tidur berhubungan dengan proses penyembuhan.
J   Gangguan persepsi penglihatan b.d kelainan lapang pandang
Intervensi :
-          Kaji kemampuan melihat
R/ untuk mengetahui sejauh mana kemampuan melihat
-          Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan dan aktifitas
-          Menjelaskan terjadinya gangguan persepsi penglihatan
R/ untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi ansietas pasien
-          Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhana
-          Anjurkan pasien untuk memakai kacamata redup
J  Gangguan interaksi social ; menarik diri b.d tidak menerima kondisi matanya
Intervensi :
-          Jalin hubungan baik dengan klien
R/ agar klien tidak merasa asing
-          Jelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada matanya
R/ klien akan menerima keadaannya.
-          Libatkan dengan kegiatan lingkungan
R/ klien akan merasa punya teman dalam lingkungan.
J  Resiko injury b.d penurunan ketajaman penglihatan
Intervensi :
-          Orientasikan lingkungan dan situasi lain
R/ untuk meningkatkan pengenalan tempat sekitar
-          Anjurkan  klien untuk mempelajari kembali  ADL
R/ meningkatkan respon stimulus dan semua ketergantungannya
-          Anjurkan klien/keluarga meletakkan peralatan yang dibutuhkan pada tempat
yang mudah dijangkau.
R/ mengurangi pecahnya alat yang dapat mencederai klien
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengkajian sistem pengindraan pada tanggal 14 September


2020, jam 14.30 wib didapatkan hasil :
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. J
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Tjilik Riwut KM 29
TGL MRS : 14 September 2020
Diagnosa Medis : Konjungtivitis Vernalis
3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan mata terasa nyeri, gatal, dan merasa ada benda asing

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada tanggal 14 September 2020 Klien mengatakan nyeri di bagian mata
dan klien biasa kompres hangat di bagian mata, dan klien merasakan
tidak kunjung sembuh klien di bawa rawat inap di sistem pengindraan
klien dipriksa dan keluhan klien rasa seperti ada pasir dalam mata, gatal,
panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak
keluar terutama pada konjungtiva, klien diberi Inj. Ketorolak dan cairan
infus Nacl 0, 9% 15 tpm sebelah kanan.
3. Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

Gambar Genogram Keluarga


Keterangan:
: meninggal
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
: garis keturunan

3.1.3 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Klien tampak lemah, kesadaran compos mentis TD : 130/80 mmhg N : 90
x/menit RR :20x/menit S : 36,oC terpasang infus Nacl 0,9 % 15 tpm pada
tangan sebelah kanan.
2. Status Mental
Tingkat kesadaran Compos smentis, Ekspresi wajah lemas, Bentuk badan
semetris, Cara Berbaring/Bergerak Terlentang, cara berbicara cukup jelas,
suasana hati pasien sedih karena memikirkan penyakit nya untuk
penampilan pasien cukup rapi, insight baik, untuk mekanisme pertahan diri
adaptif.
 Orientasi Waktu : Pasien dapat membedakan waktu Pagi,
Siang dan malam
 Orientasi Orang : Pasien dapat mengenali keluarganya dan
petugas kesehatan
 Orientasi Tempat : Pasien mengetahui bahwa dia di rawat
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
3. Tanda-tanda Vital
Pada saat melakuakan pengkajian pada pasien Ny. J dengan tanda – tanda
vital
a. Suhu/T : 36. oC Axilla
b. Nadi/HR : 90 x/menit
c. Pernapasan/RR : 20 x/menit
d. Tekanan Darah/BP : 130/80 mmHg
4. Pernapasan (Breathing)
Bentuk Dada Simetris , Kebiasaan Merokok tidak ada , Batuk Berdahak
tidak ada, Sianosis Tidak Ada , , tipe pernapasan menggunakan dada dan
perut, irama pernafasan teratur.
Keluhan Lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
5. Cardiovasculer (Bleeding)
Pada saat melakuakan pengkajian pada pasien Ny. J sistem pengindraan di
daerah kardiaovaskuler tidak ada nyeri, capillary refill time > 2 detik, tidak
ada, ictus cordis tidak terlihat, vena jugularis tidak meningkat, suara jantung
Lup Dup
Keluhan Lainnya :
Masalah Keperawatan : Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ), M 6
( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Ny. J
compos menthis, pupil isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan
kiri positif.

Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada


pemeriksaan menggunakan minyak kayu putih dengan mata tertutup
pasien mampu mengenali bau minyak kayu putih tersebut. Saraf
kranial II (Optikus): pasien mampu membaca nama perawat dengan baik
pada saat perawat meminta pasien untuk membaca namanya. Saraf
kranial III (Okulomotor): pasien dapaat mengangkat kelopak matanya
dengan baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien dapat menggerakkan bola
matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V (Trigeminalis):
pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar. Saraf
kranial VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis
dan asin. Saraf kranial VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab
dengan benar dimana suara petikan jari perawat kiri dan kanan. Saraf
kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam. Saraf
kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol proses
menelan. Saraf kranial XI (Assesorius): pasien dapat menggerakkan
leher dan bahu. Saraf kranial XII (Hipoglosus): pasien mampu
mengeluarkan lidahnya.

Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif;
pasiendapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan
kiri postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif
dengan skala 5, refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks
akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri
positif dengan skala 5.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
6. Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 2500 ml dalam 2 hari, warna urine kuning, bau urine berbau
khas dan tidak ada masalah/lancer.
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
7. Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan faring bibir lembab, tidak ada karies gigi dan ada yang
berlubang, gusi baik tidak ada perdangan, warna lidah merah agak
kepucatan, mukosa kering, untuk buang air besar (BAB) 2 kali sehari
,kuning lembek dan tidak ada diare, konstipasi (-), Fases berdarah (-),
Kembung (-), bising usus 8x menit/menit, tidak ada benjolan, dan tidak ada
nyeri tekan pada perutnya.
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
8. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, parese tidak ada, paralise tidak ada,
hemiparese tidak ada, krepitasi tidak ada ,nyeri tidak ada ,kekakuan tidak
ada, flasiditas tidak ada, spastisitas tidak ada ukuran otot simetris
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
9. Kulit-kulit Rambut
Pasien tidak ada riwayat alergi, suhu badan hangat, warna kulit normal,
tugor cukup baik, tekstur halus, tidak ada lesi, tekstur rambut kasar,
distribusi rambut tidak merata bentuk kuku pasien simetris.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
10. Sistem Penginderaan
Pada saat pengkajian ditemukan klopak mata odema, konjungtiva hiperemis,
dan ada sekret, kornea tampak hiperemis, fungsi pendengaran klien baik,
bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada patensi, tidak ada obstruksi,
tidak ada kelainan pada cavum nasal dan septum nasal, dan tidak ada polip.
Keluhan Lainnya : Konjugtivitis vernalis
Masalah Keperawatan : Konjugtivitis vernalis
11. Leher dan Kelenjar Limfe
Tidak terdapat adanya massa, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak
teraba, kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien mengatakan sehat itu peting, dimana saya dapat beraktivitas secara
mandiri semetara jika saya sakit saya tidak bisa beraktivitas secara mandiri,
dan pasien mengatakan ingin cepat pulang
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 148 cm
BB sekarang : 58 Kg
BB sebelum sakit : 59 Kg
Diet:
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Diet Khusus:
 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP
Rendah lemak  Rendah purin  Lainnya: Tidak Ada
 Mual
 Muntah - kali/hari
Kesukaran menelan  Ya  Tidak
Keluhan Lainnya: Tidak ada
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 sehari 3x1 sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk, buah Nasi, sayur, lauk
Jenis minuman Air putih dan susu Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 650cc ± 700cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada

Masalah Keperawatan: Tidak Ada


3. Pola istirahat dan tidur:
Pasien tampak agak susah tidur.
Pola tidur malam: 8– 10 jam (Selama sakit)
9 – 10 jam (Sebelum sakit)
Pola tidur siang: 1 jam (Selama sakit)
3-4 jam (Sebelum sakit)
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Kognitif:
Pasien mengetahui tentang penyakit yang di dideritanya
Masalah Keperawata : Tidak Ada
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambaran diri : Pasien dapat menerima kekurangannya sekarang
Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh
Identitas diri : Pasien seseorang perempuan
Harga diri : Pasien sangat diperhatikan oleh keluarga
Peran diri : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi tidak bisa terlalu banyak
gerak di karenakan kondisi pasien masih lemas untuk aktivitas pasien
mampu untuk ke kamar mandi sendiri.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
7. Koping-Toleransi terhadap stress
Pasien Mengatakan bila ada masalah pasien berbicara kepada suami dan
keluarganya
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Nilai Pola Keyakinan
Pasien meyakini agamanya sendiri.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.5 SOSIAL – SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa Dayak dan Indonesia.
3. Hubungan dengan keluarga
Baik dan harmonis.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik. Pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan
keperawatan. Hubungan dengan teman dan orang lain juga baik.
5. Orang berarti/terdekat
Suami dan keluarga.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Sebelum sakit, pasien selalu bersama keluarga.
Sesudah sakit, pasien hanya berbaring ditempat tidur.
7. Kegiatan beribadah
Sebelum sakit, pasien selalu menjalankan ibadah
3.1.6 DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM, DAN DATA
PENUNJANG LAINNYA)
1. Tabel pemeriksaan laboratorium
Parameter Hasil Nilai Normal
Natrium (Na) 133 135 – 148 mmol/L
Kalium (K) 3,5 3,5 – 5,3 mmol/L
Calsium (Ca) 0,9 0,95 – 1,2 mmol/L

3.1.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


Terapi Obat Dosis Rute Indikasi
Inj. Cefrtadizime 2 x 1 gr IV Digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri
Inj. Ketorolak 3 x 30 mg IV Digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri

Palangka Raya, 14 September 2020

Mahasiswa

(Wenie)

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. Ds : Pasien mengatakan Bakteri klamidia Perubahan
kenyamanan Nyeri
nyeri pada area mata
Do : Kontak pada mata
konjungtiva
- Pasien tampak gelisah,
lemah
Sel-sel radang
- TTV
bermigrasi
TD : 130/80 mmHg
N : 90x/menit
Peradangan konjungtiva,
R : 20x/menit edema, pruritus
S : 36, C
Nyeri

PRIORITAS MASALAH

1. Perubahan kenyamanan nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva,


edema, dan pruritus ditandai dengan :
- Pasien tampak gelisah, lemah
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 90x/menit
R : 20x/menit
S : 36, C
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. J
Ruang Rawat : Sistem Pengindraan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi skala nyeri 1. Mengetahui dan memastikan
nyeri berhubungan dengan keperawatan selama 2 × 7 Jam pasien skala nyeri
peradangan konjungtiva, diharapkan nyeri klien dapat 2. Atur posisi klien untuk 2. Untuk memberi rasa nyaman
edema, dan pruritus berkurang dengan hasil kriteria meningkatkan klien
1. Skala nyeri 0-1 kenyamanan klien 3. Supaya klien merasa nyeri
2. Mengungkapkan peningkatan 3. Ajarkan klien metode berkurang
kenyamanan di daerah mata distraksi selama nyeri 4. Untuk keluarga mengetahui
3. Berkurangnya kemerahan 4. Informasikan pada klien cara menguntrul nyeri
dan keluarga tentang 5. Untuk pemberian obat pada
teknik relaksi untuk klien
menguntrul rasa nyeri
klien
5. Kolaborasi untuk
pemberian antibiotik dan
analgetik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. J
Ruang Rawat : Sistem Pengindraan
Hari/Tanggal dan Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Tanda tangan
Jam perawat
Senin, 14 September Diagnosa 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
1. Observasi skala nyeri pasien O :
2020
2. Atur posisi klien untuk meningkatkan - Pasien tampak tidak gelisah
Pukul 08.30 wib
kenyamanan klien - Pasien tampak ceria
3. Ajarkan klien metode distraksi selama - TTV
nyeri TD : 120/80 mmHg
Wenie
4. Informasikan pada klien dan keluarga N : 80x/menit
tentang teknik relaksi untuk R : 20x/menit
menguntrul rasa nyeri klien S : 36, C
5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik A : Masalah teratasi sebagian
dan analgetik P : Intervensi di lanjutkan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Nama : Wenie

Pokok Bahasan : Konjungtivitis vernalis

Sub Pokok bahasan : Konjungtivitis vernalis

Sasaran : Keluarga

Waktu : 30 Menit

Tempat : Keluarga Ny. J

Hari/tgl Pelaksanaan : Senin, 14 September 2020

Jam Pelaksanaan : 08.00 WIB – 08.30 WIB

I. PENDAHULUAN
Manusia dipengruhi berbagai system untuk memudahkan mereka
memenuhi kebutuhsn hidupnya. Salah satu system yang sangat penting adalah
system indra. Namun yang dibahas disini adalah mata, salah satu dari mata
adalah konjungtiva. yang lebih mengkhusus membahasa tentang gangguan pada
konjungtiva. Sebagai anggota tim kessehatan khususnya perawat,kita penting
mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan dari mata
khususnya pada pasien gangguan konjungtiva . Pentingnya mengetahui konsep
dasar penyakit mata memudahkan kita untuk memaahami lebih dalam system
kerja indra penglihatan.
II. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Pada akhir penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu
memahami tentang pengertian konjungtivitis, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan serta pencegahannya.

2. Tujuan IntruksionalKhusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, keluarga penyuluhan diharapkan
mampu:

1. Menjelaskan pengertian konjungtivitis


2. Menjelaskan penyebab konjungtivitis
3. Menjelaskan gejala klinis konjungtivitis
4. Menjelaskan tentang terapi tindakan pengobatan penyakit
konjungtivitis
5. Menjelaskan tentang bagaimana cara pencegahan konjungtivitis.
6. Menjelaskan tentang bagai mana perawatan konjungtivitis

III.SASARAN

Keluarga

IV. TARGET
Keluarga dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, perawtan serta pengobatannya terhadap penyakit
KONJUNGTIVITIS VERNALIS.

V. MATERI
1. Pengertian konjungtivitis vernalis
2. Penyebab konjungtivitis vernalis
3. Tanda dan Gejala konjungtivitis vernalis
4. Pencegahan konjungtivitis vernalis
5. Pengobatan konjungtivitis vernalis
6. Perawatan konjungtivitis vernalis

VI. METODE

1. Ceramah
2. Diskusi

VII.MEDIA

1. Materi pangajaran / lembar balik


2. Leaflet

VIII. STRATEGI PELAKSANAAN


1. Waktu : Senin, Tanggal, 14 September 2020

2. Tempat : Ruangan

IX. SUSUNAN ACARA


Sasaran
No Waktu Kegiatan
Penyajian Masyarakat

1. 5 menit Pembukaan  Menyam  Menj


paikan salam awab salam
a. Salam
pembuka, maksud  Mem
pembuka
dan tujuan serta perhatikan dan
b. Perkenalan
kontrak waktu terlihat antusias
c. Menyampai
pelaksanaan kegiatan mengikuti
kan tujuan
d. Kontrak kepada peserta penyuluhan
waktu penyuluhan dengan
e. Melakukan bahasa yang sopan
apersepsi dan jelas serta
penggunaan kata
yang efisien.
 Menany
akan beberapa
pertanyaan seputar
opini peserta
mengenai topik
penyuluhan.
2. 15 menit Kegiatan Inti  Menyam  Meny
paikan materi imak dan
a. Penyampaia
dengan jelas dan memperhatikan
n, materi
tepat sesuai dengan penyuluhan
 Peng
metode yang dipilih dengan baik dan
ertian
 Menyam antusias.
konjungtivitis
paikan materi tidak
vernalis
berbelit-belit serta
 Peny
efisien sehingga
ebab
mencegah
konjungtivitis
kekurangan waktu
vernalis
 Memanf
 Tand
aatkan semua media
a dan Gejala
yang tersedia untuk
konjungtivitis
menyampaikan
vernalis
materi dengan baik.
 Penc
egahan
konjungtivitis
vernalis
 Peng
obatan
konjungtivitis
vernalis
 Pera
watan
konjungtivitis
vernalis
3. 10 menit Penutup  Melaluk  Pesert
an dialog interaktif a penyuluhan
a. Sesi tanya
dengan peserta dengan antusias
jawab
penyuluhan. bertanya dan
b. Melakukan
 Menany berdialog tentang
evaluasi
akan beberapa materi
c. Menyimpul
pertanyaan singkat penyuluhan.
kan materi yang
kepada pasien  Bersa
didiskusikan
tentang materi ma penyaji
d. Mengakhiri
penyuluhan untuk menyimpulkan
kegiatan dengan
mengetahui feed materi.
salam
back. Misalnya  Meng
dengan memberikan erti dan
studi kasus dan mempunyai
hadiah kepada pengetahuan baru
peserta yang bisa tentang materi
menjawab dengan penyuluhan
benar. ditandai dengan
 Menyam hampir
paikan kesimpulan keseluruhan
dengan singkat dan peserta dapat
jelas. menjawab studi
 Menyam kasus.
paikan salam  Menj
penutup dan ucapan awab salam.
terimakasih dengan
sopan dan jelas.

X. MATERI
( Terlampir)

XI. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
o SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
o Media (Lembar balik, Leaflet) dan tempat sudah siap
o Moderator sudah siap.
o Peserta siap mengikuti penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
o Media (Lembar balik, Leaflet) sudah disiapkan sesuai rencana.
o Tempat siap
o Penyaji,moderatordan peserta siap mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
o Penyuluhan berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.
o Masalah yang muncul saat pelaksanaan penyuluhan dapat diatasi
dengan baik.
o Tujuan penyuluhan tercapai yaitu peserta penyuluhan dapat
memahami tentang isi penyuluhan dan diharapkan akan terjadi
perubahan perilaku.
XII. DAFTAR PERTANYAAN

1. Penyakit konjungtivitis disebabkan oleh apa?


2. Apa sajah gejalanya?
3. Bagaimana tanda-tanda yang sudah terkena
konjungtivitis?
4. Cara apa sajakah yang dapat dilakukan guna mencegah
paenyakit konjungtivitis?
5. Apa saja pengobatannya?
6. Bagaimana perawatannya?
XIII. Lampiran Materi

KONJUNGTIVIVTIS VERNALIS

A. DEFINISI
Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis vernalis.
Konjungtivitis (mata merah) adalah inflamasi pada konjungtiva oleh
virus, bakteri, clamydia, alergi, trauma/ sengatan matahari (Long B C,
1996).

Konjungtivitis adalah infeksi atau inflamasi pada konjungtiva


mata dan biasa dikenal sebagai “pink eye”. Konjungtivitis biasanya tidak
ganas dan bisa sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini
mengindikasikan perubahan degenerative atau kerusakan akibat serangan
akut yang berulang. Klien sering datang dengan keluhan mata merah.
Pada konjungtivitis didapatkan hyperemia dan injeksi konjungtiva,
sedangkan pada iritasi kojungtiva hanya injeksi konjungtiva dan biasanya
terjadi karena mata lelah, kurang tidur, asap, debu, dan lain-lain.

Konjungtivitis inflamasi dapat terjadi karena terpapar alergen atau


iritan dan tidak menular. Konjungtivitis infeksi lebih banyak disebabkan
oleh infeksi bakteri atau virus dan mudah menular. Penyebab tersering
meliputi bakteri, virus dan klamidia. Sedangkan penyebab yang kurang
sering adalah alergi, penyakit parasit dan yang jarang adalah infeksi jamur
atau occupational irritant. Bentuk idiopatik dapat berhubungan dengan
penyakit sistemik tertentu seperti ertema multipormis dan penyakit tiroid.

Konjungtivitis terbagi dalam tiga jenis, yaitu konjungtivitis alergi atau vernal,
infeksi atau bacterial, dan viral
1. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan
sesitifitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat
tertentu, gigitan serangga dan atau obat (atropine dan antibiotic
golongan mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti
hair spray, tatarias, asap rokok. Asma, demam kering dan eczema
juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi.
Gejala jenis konjungtivitis ini adalah edema konjungtiva
ringan sampai berat, sensasi terbakar dan injeksi vaskuler. Lakrimasi
kadang-kadang terjadi. Rasa gatal adalah yang paling parah pada
bentuk konjungtivitis ini. Kadang-kadang didapatkan rabas seperti air.
2. Konjungtivitis Infektif
Jenis konjungtivitis ini juga berhubungan dengan “pink eye”
dan mudah menular. Wabah “pink eye” dapat terjadi pada populasi
yang padat dan dengan standar kesehatan yang rendah. Penyebab
infeksi ini adalah Staphylococcus aureus. Dapat juga terjadi setelah
terpapar Haemophilus influenza atau N. gonorhoea. Dapat terjadi
bersamaan dengan morbili, parotitis epidemika, bleferitis, obstruksi
duktus nasolakrimalis, karena penyinaran cahaya (konjungtivitis
elektrika).
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva
ringan, epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi
secara bertahap menjadi lebih tebal atau mucus dan berkembang
menjadi purulent yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam
posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Dapat ditemukan
kerusakan kecil pada epitel kornea.
3. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
(yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidemika) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononucleosis. Biasanya
disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis.
Gejalanya, pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotopobia
dan sensasi adanya benda asing pada mata. Epiofora merupakan gejala
terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi
nyeri periorbital.

B. ETIOLOGI

Penyebab konjungtivis tergantung dari jenis konjungtivis. Berikut


ini etiolgi berdasarkan klasifikasi konjungtivis yaitu

1. Konjungtivis Alergi
Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi
antibodi humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat
merupakan bagian dari Sindrom Steven Johnson, suatu penyakit
eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan
presdiposisi alergi obat-obatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa
kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.
2. Konjungtivis Infektif
Disebabkan oleh bakteri seperti:
- Stafilokok
- Streptokok
- Corynebacterium diphtheriae
- Pseudomonas aeruginosa
- Neisseria gonorrhoea
- Haemophilus influenza

3. Konjungtivis Viral
Disebabkan oleh virus seperti:
- Adenovirus
- Herpes simpleks
- Herpes zoster
- Klamidia
- New castle
- Pikorna
- Enterovirus

C. GEJALA KLINIS
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

1. Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.


2. Produksi air mata berlebihan (epifora).
3. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis)
seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan
peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
4. Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai
reaksi nonspesifik peradangan.
5. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
6. Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen
protein).
7. Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
(Anonim, 2009).

a. Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan
kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau
alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi
(Anonim, 2004).

b. Gejala lainnya adalah:


1. Mata berair
2. Mata terasa nyeri
3. Mata terasa gatal
4. Pandangan kabur
5. Peka terhadap cahaya

D. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada
penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical,
bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata, atau
kompres hangat. Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme,
pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang
sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan instruksi pada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata
yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata
yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru
yang terpisah.

Terapi pada infeksi bakteri adalah dengan antibiotic (sulfonamid


topikal), pada infeksi virus dengan sulfonamide/antibiotika tetes mata
spectrum luas untuk mencegah infeksi sekunder, sedangkan untuk infeksi
alergi diberikan vasokonstriktor tetes seperti nafazolin, kompres dingin,
dan antihistamin oral

Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk


memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali
sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan
mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau
kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila
dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte),
satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi.

Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne


rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg
QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti
bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal
(Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline
dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di
bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID
atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4
minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk
menyingkirkan tuberkulosis.

E. PENCEGAHAN
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit.
3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.
4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.

F. PERAWATAN
1. Bersihkan mata dari sekret dengan kain has ( perband ) atau tissue
sekali pakai.
2. Gunakan obat tetes atau salep sesuai dengan anjuran dokter.
3. Jangan menutup mata yang sakit.
4. Posisi tidur miring kearah mata yang sakit agar sekret mata yang sakit
tidak menyebar.
5. Gunakan kacamata gelap

DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi

9.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

Jakarta: EGC.

http://duniavirly.blogspot.com/2012/02/askep-konjungtivitis.html, diakses tanggal

08 Maret 2016

http://ners-blog.blogspot.com/2011/03/askep-gangguan-konjungtiva.html, diakses

tanggal 08 Maret 2016

Smeltzer Bare, dkk. 1997. Keperawatan Medikal Bedah Volume III. Jakarta.
Konjung
tivitis konjungtivitis  Bayi
vernalis adalah suatu baru
peradangan
lahirini
Penyakit (1-3
umumnya
pada
terdapat
hari pada:
konjungtiva
setelah
( selaput
lahir)
yang melapisi
permukaan  Bayi
dalam
setelah
kelopak mata
berumur
dan bola
Di Susun Oleh : 3 hari.
mata)
WENIE
 Anak-
anak
YAYASAN EKA
HARAP PALANGKA
RAYA  Orang
SEKOLAH TINGGI dewasa
ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI
NERS

TAHUN 2019/2020

Apa itu Konjungtivitis


vernalis ??
kelopak Atau bisa juga
diberikan tetes
mata
mata yang
membesar mengandung
kortikosteroid.
PENGOBATANNYA
Untuk
Apa sih penyebab
Pengobatan memperbaiki
tergantung
konjungtivitis vernalis ? posisi kelopak
kepada mata atau
penyebabnya. membukan
saluran air mata
Kelopak mata
yang tersumbat,
dibersihkan
1. Bakteri dengan air
mungkin perlu
dilakukan
hangat.
2. Virus pembedahan.
Jika
penyebabnya
3. Alergi
bakteri,
diberikan tetes
PENCEGAHAN
 Kotoran
mata atau salep
pada mata yang 1. Konjungtiviti
kedua mata mengandung s mudah
antibiotik.
 kotoran menular,
Untuk karena itu
berwarna
konjungtivitis
kuning sebelum dan
karena alergi,
kental. antihistamin per- sesudah
oral (melalui membersihk
 Kelopak mulut) bisa
an atau
mata mengurangi
mengoleska
gatal-gatal dan
bengkak,
iritasi. n obat,
sekitar
penderita
harus mencuci
tangannya
bersih-bersih.

2. Usahakan
untuk tidak
menyentuh
mata yang
sehat sesudah
menangani
mata yang
sakit.

3. Jangan
menggunakan
handuk atau
lap bersama-
sama dengan
penghuni
rumah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai