J
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KONJUNGTIVITIS VERNALIS
DI RSUD dr. DORIS SYLVANUSPALANGKA RAYA
Oleh :
Nama : Wenie
NIM : 2017.C.09a.0913
1.2 Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
1. Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis
gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral.
2. Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam
faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.
3. Konjungtivitis akut jamur
4. Konjungtivitis akut alergik
5. Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.
Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi
kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga
merupakan etiologi dari konjungtivitis.
1.3 Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup
dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena
adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema,
rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing
1.4 Patway
1.5 Penatalaksanaan
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya,
terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi
mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat.
Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain.
Perawat dapat memberikan instruksipada pasien untuk tidak menggosok mata
yang sakit kemudian menyentuh mata yangs ehat, untuk mencuci tangan setelah
setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan
sapu tangan baru yang terpisah
BAB 2
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif;
pasiendapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan
kiri postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif
dengan skala 5, refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks
akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri
positif dengan skala 5.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
6. Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 2500 ml dalam 2 hari, warna urine kuning, bau urine berbau
khas dan tidak ada masalah/lancer.
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
7. Eliminasi Alvi (Bowel)
Mulut dan faring bibir lembab, tidak ada karies gigi dan ada yang
berlubang, gusi baik tidak ada perdangan, warna lidah merah agak
kepucatan, mukosa kering, untuk buang air besar (BAB) 2 kali sehari
,kuning lembek dan tidak ada diare, konstipasi (-), Fases berdarah (-),
Kembung (-), bising usus 8x menit/menit, tidak ada benjolan, dan tidak ada
nyeri tekan pada perutnya.
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
8. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, parese tidak ada, paralise tidak ada,
hemiparese tidak ada, krepitasi tidak ada ,nyeri tidak ada ,kekakuan tidak
ada, flasiditas tidak ada, spastisitas tidak ada ukuran otot simetris
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
9. Kulit-kulit Rambut
Pasien tidak ada riwayat alergi, suhu badan hangat, warna kulit normal,
tugor cukup baik, tekstur halus, tidak ada lesi, tekstur rambut kasar,
distribusi rambut tidak merata bentuk kuku pasien simetris.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
10. Sistem Penginderaan
Pada saat pengkajian ditemukan klopak mata odema, konjungtiva hiperemis,
dan ada sekret, kornea tampak hiperemis, fungsi pendengaran klien baik,
bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak ada patensi, tidak ada obstruksi,
tidak ada kelainan pada cavum nasal dan septum nasal, dan tidak ada polip.
Keluhan Lainnya : Konjugtivitis vernalis
Masalah Keperawatan : Konjugtivitis vernalis
11. Leher dan Kelenjar Limfe
Tidak terdapat adanya massa, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak
teraba, kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien mengatakan sehat itu peting, dimana saya dapat beraktivitas secara
mandiri semetara jika saya sakit saya tidak bisa beraktivitas secara mandiri,
dan pasien mengatakan ingin cepat pulang
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 148 cm
BB sekarang : 58 Kg
BB sebelum sakit : 59 Kg
Diet:
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus:
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah lemak Rendah purin Lainnya: Tidak Ada
Mual
Muntah - kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Keluhan Lainnya: Tidak ada
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 sehari 3x1 sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi, sayur, lauk, buah Nasi, sayur, lauk
Jenis minuman Air putih dan susu Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 650cc ± 700cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
Mahasiswa
(Wenie)
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
(SAP)
Nama : Wenie
Sasaran : Keluarga
Waktu : 30 Menit
I. PENDAHULUAN
Manusia dipengruhi berbagai system untuk memudahkan mereka
memenuhi kebutuhsn hidupnya. Salah satu system yang sangat penting adalah
system indra. Namun yang dibahas disini adalah mata, salah satu dari mata
adalah konjungtiva. yang lebih mengkhusus membahasa tentang gangguan pada
konjungtiva. Sebagai anggota tim kessehatan khususnya perawat,kita penting
mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan dari mata
khususnya pada pasien gangguan konjungtiva . Pentingnya mengetahui konsep
dasar penyakit mata memudahkan kita untuk memaahami lebih dalam system
kerja indra penglihatan.
II. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Pada akhir penyuluhan kesehatan, peserta penyuluhan diharapkan mampu
memahami tentang pengertian konjungtivitis, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan serta pencegahannya.
III.SASARAN
Keluarga
IV. TARGET
Keluarga dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, perawtan serta pengobatannya terhadap penyakit
KONJUNGTIVITIS VERNALIS.
V. MATERI
1. Pengertian konjungtivitis vernalis
2. Penyebab konjungtivitis vernalis
3. Tanda dan Gejala konjungtivitis vernalis
4. Pencegahan konjungtivitis vernalis
5. Pengobatan konjungtivitis vernalis
6. Perawatan konjungtivitis vernalis
VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
VII.MEDIA
2. Tempat : Ruangan
X. MATERI
( Terlampir)
XI. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
o SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
o Media (Lembar balik, Leaflet) dan tempat sudah siap
o Moderator sudah siap.
o Peserta siap mengikuti penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
o Media (Lembar balik, Leaflet) sudah disiapkan sesuai rencana.
o Tempat siap
o Penyaji,moderatordan peserta siap mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
o Penyuluhan berjalan sesuai rencana dan tepat waktu.
o Masalah yang muncul saat pelaksanaan penyuluhan dapat diatasi
dengan baik.
o Tujuan penyuluhan tercapai yaitu peserta penyuluhan dapat
memahami tentang isi penyuluhan dan diharapkan akan terjadi
perubahan perilaku.
XII. DAFTAR PERTANYAAN
KONJUNGTIVIVTIS VERNALIS
A. DEFINISI
Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis vernalis.
Konjungtivitis (mata merah) adalah inflamasi pada konjungtiva oleh
virus, bakteri, clamydia, alergi, trauma/ sengatan matahari (Long B C,
1996).
Konjungtivitis terbagi dalam tiga jenis, yaitu konjungtivitis alergi atau vernal,
infeksi atau bacterial, dan viral
1. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan
sesitifitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat
tertentu, gigitan serangga dan atau obat (atropine dan antibiotic
golongan mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti
hair spray, tatarias, asap rokok. Asma, demam kering dan eczema
juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi.
Gejala jenis konjungtivitis ini adalah edema konjungtiva
ringan sampai berat, sensasi terbakar dan injeksi vaskuler. Lakrimasi
kadang-kadang terjadi. Rasa gatal adalah yang paling parah pada
bentuk konjungtivitis ini. Kadang-kadang didapatkan rabas seperti air.
2. Konjungtivitis Infektif
Jenis konjungtivitis ini juga berhubungan dengan “pink eye”
dan mudah menular. Wabah “pink eye” dapat terjadi pada populasi
yang padat dan dengan standar kesehatan yang rendah. Penyebab
infeksi ini adalah Staphylococcus aureus. Dapat juga terjadi setelah
terpapar Haemophilus influenza atau N. gonorhoea. Dapat terjadi
bersamaan dengan morbili, parotitis epidemika, bleferitis, obstruksi
duktus nasolakrimalis, karena penyinaran cahaya (konjungtivitis
elektrika).
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva
ringan, epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi
secara bertahap menjadi lebih tebal atau mucus dan berkembang
menjadi purulent yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam
posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Dapat ditemukan
kerusakan kecil pada epitel kornea.
3. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
(yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidemika) atau dari
penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononucleosis. Biasanya
disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis.
Gejalanya, pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotopobia
dan sensasi adanya benda asing pada mata. Epiofora merupakan gejala
terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi
nyeri periorbital.
B. ETIOLOGI
1. Konjungtivis Alergi
Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi
antibodi humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat
merupakan bagian dari Sindrom Steven Johnson, suatu penyakit
eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan
presdiposisi alergi obat-obatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa
kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.
2. Konjungtivis Infektif
Disebabkan oleh bakteri seperti:
- Stafilokok
- Streptokok
- Corynebacterium diphtheriae
- Pseudomonas aeruginosa
- Neisseria gonorrhoea
- Haemophilus influenza
3. Konjungtivis Viral
Disebabkan oleh virus seperti:
- Adenovirus
- Herpes simpleks
- Herpes zoster
- Klamidia
- New castle
- Pikorna
- Enterovirus
C. GEJALA KLINIS
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
a. Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan
mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan
kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau
alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi
(Anonim, 2004).
D. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada
penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical,
bahan antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata, atau
kompres hangat. Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme,
pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang
sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan instruksi pada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata
yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata
yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru
yang terpisah.
E. PENCEGAHAN
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit.
3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni
rumah lainnya.
4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
F. PERAWATAN
1. Bersihkan mata dari sekret dengan kain has ( perband ) atau tissue
sekali pakai.
2. Gunakan obat tetes atau salep sesuai dengan anjuran dokter.
3. Jangan menutup mata yang sakit.
4. Posisi tidur miring kearah mata yang sakit agar sekret mata yang sakit
tidak menyebar.
5. Gunakan kacamata gelap
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
Jakarta: EGC.
08 Maret 2016
http://ners-blog.blogspot.com/2011/03/askep-gangguan-konjungtiva.html, diakses
Smeltzer Bare, dkk. 1997. Keperawatan Medikal Bedah Volume III. Jakarta.
Konjung
tivitis konjungtivitis Bayi
vernalis adalah suatu baru
peradangan
lahirini
Penyakit (1-3
umumnya
pada
terdapat
hari pada:
konjungtiva
setelah
( selaput
lahir)
yang melapisi
permukaan Bayi
dalam
setelah
kelopak mata
berumur
dan bola
Di Susun Oleh : 3 hari.
mata)
WENIE
Anak-
anak
YAYASAN EKA
HARAP PALANGKA
RAYA Orang
SEKOLAH TINGGI dewasa
ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI
NERS
TAHUN 2019/2020
2. Usahakan
untuk tidak
menyentuh
mata yang
sehat sesudah
menangani
mata yang
sakit.
3. Jangan
menggunakan
handuk atau
lap bersama-
sama dengan
penghuni
rumah lainnya.