Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mandira Musliana

NIM : 18.1472.S
Kelas : 2A/ semester 4

Pembahasan Jurnal
Pengaruh Peran Perawat Sebagai Konselor Terhadap Respon Berduka
Pasien Hiv/Aids Di Rsjd Sungai Bangkong Pontianak

HIV / AIDS adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ,
sehingga menyebabkan sistem imun manusia melemah dan tubuh manusia rentan terserang
berbagai penyakit. HIV/ AIDS merupakan penyakit menular seksual sehingga menyebabkan
mudahnya menerima penolakan bahwa tingkah laku mereka dalam hal seksual dapat
membahayakan orang lain. Dampak yang ditimbulkan adalah dengan munculnya stress
ringan.
Tanda dan gejala orang yang terkena HIV meliputi ruam-ruam kulit, penurunan berat
badan, sesak napas dan sebagainya, pasien akan semakin meningkat stresnya, kecemasan
serta dapat terjadi depresi, gagasan bunuh diri, gangguan tidur, dan sebagainya. Perubahan
fisik dan stigma masyarakat menyebabkan tekanan psikologis klien dengan HIV/AIDS.
Penderita HIV/ AIDS mempunyai 5 fase berduka yaitu denial, anger, bargaining,
depression, dan acceptance. Proses berduka merupakan proses yang normal dan perlu
distimulasi dan difasilitasi oleh lingkungan sosial agar segera sampai pada fase menerima.
Respon berduka akan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, peran jenis kelamin, status
sosio-ekonomi, hubungan yang alami, sistem pendukung sosial, kehilangan yang alami,
tujuan, dan harapan.
Pembentukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan kebijakan
pemerintah yang menangani kasus HIV /AIDS. VCT ini dapat meningkatkan kualitas hidup
ODHA dengan memberikan pengobatan serta dukungan kepada ODHA.
Perawat sebagai seorang konselor disini membantu pasien dalam mencari jalan keluar
,memberikan dukungan, membantu menentukan keputusan tentang HIV/ AIDS.
Pembahasannya berupa sebuah kasus bukan cerita pribadi ,sehingga bersifat sangat
kerahasiaan.
Sebelum dan sesudah dilakukan konseling antara perawat dengan klien HIV/AIDS
dapat disimpulkan bahwa peran perawat sebagai konselor terdapat pengaruh pada respon
berduka denial, anger, bargaining dan depression yang menurun setelah dilakukanny
ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki 35 tahun dirawat dengan diare kronis sejak 5 minggu tidak sembuh-
sembuh. Hasil pengkajian : turgor kulit kering, diare >7 kali sejak pagi. Tanda vital: frekuensi
napas 28 kali permenit, nadi 102 kali/ menit ,TD :110/70 mmHg.

Pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik pada usia remaja. Pasien mengetahui
memiliki HIV-AIDS sejak usia 30 tahun tepatnya 1 tahun yang lalu. Saat ini pasien baru saja
menikah dan dia tidak menginginkan siapapun bercerita tentang penyakitnya kepada istri dan
keluarganya.

Hasil pemeriksaan lab Hb 11 gr/dl, leukosit 20.000/ uL, trombosit 160.000/ uL, LED 30mm,
Na 98 mmol, Kalium 2,8 mmol/L, clorida 110mmol/L ,Hasil foto thoraks : pleura effusion
dextra.

1. Pengkajian fokus
a) Aktivitas dan istirahat
DS: Pasien dengan diare kronis selama 5 minggu tidak sembuh-sembuh dan
diare >7 kali sejak pagi maka terjadi kelemahan otot ,sehingga harus
mentoleransi aktvitasnya. Respon tubuh lemas, mudah lelah, frekuensi napas
28 x/menit, nadi 102 x/ menit ,TD :110/70 mmHg.
b) Integritas ego
Merasa putus asa ,tidak berguna dan rasa bersalah.
Pasien enggan memberi tahu kepada istri dan keluarga mengenai penyakitnya.
c) Eliminasi
Kaji diare pasien apakah terus menerus, disertai kram, nyeri panggul dan
apakah ada rasa terbakar saat BAK, adakah darah pada feses ,dan apakah diare
pekat
d) Pernapasan
Pasien mengalami takipnae dengan RR 28x/ menit, berikan oksigen
e) Interaksi sosial
Kaji mengapa pasien tidak mau memberi tahu kepada keluarga serta istri
mengenai penyakit HIV /AIDS nya.
2. Masalah keperawatan yang muncul
a) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer ditandai dengan Gangguan peristaltik /diare kronis sejak 5 minggu.
DO: diare > 7 hari, turgor kulit kering, RR :28 x/mnt, N :102x/ mnt, TD:
110/70 mmHg, Hb 11 gr/dl, leukosit 20.000 /uL (tinggi)

b) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare ditandai


dengan diare >7 kali sehari.
DO: turgor kulit kering, diare > 7 hari, RR :28 x/mnt, N :102x/ mnt, TD:
110/70 mmHg, Hb 11 gr/dl

c) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai
dengan takipnea dan penimbunan cairan pada paru paru kanan
Do: rr 28x/ mnt, N: 102x/mnt, TD: 110/mmHg ,hasil foto thoraks : pleura
effusion dextra

3. Intervensi
a) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
O: Memonitor tanda tanda dehidrasi
Memonitor intake dan output
N: berikan infus dan antibiotik
E: Anjurkan minum peroral
C: kolaborasikan dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi
b) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare >7 kali sehari
O: Memanajemen elektrolit
N: Berikan infus untuk mencegah dehidrasi
E: Anjurkan pasien metode mencegah terpapar terhadap lingkungan
yang patogen
C: Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi
c) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai
dengan adanya pleura effussion dextra
O: Memonitor tanda tanda vital
N: Berikan terapi oksigen pada klien
Posisikan pasien semi fowler
E: Ajarkan pada pasien teknik relaksasi, untuk mencegah cemas
C: Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi.

4. Masalah etik
 Pasien tidak menginginkan untuk memberi tahu kepada istri dan keluarga
mengenai penyakit HIV/ AIDS yang dideritanya, tanyakan mengapa kepada
pasien melalui pendekatan dan beri konseling tentang penyakitnya.
 Berikan nasehat dan motivasi kepada pasien.
 Berikan pengarahan bagaimana cara untuk mencegah tertularnya HIV/AIDS
kepada orang lain, seperti : melakukan hubungan seksual menggunakan
kondom atau pengaman yang lainnya,
ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki 35 tahun dirawat dengan diare kronis sejak 5 minggu tidak sembuh-
sembuh. Hasil pengkajian : turgor kulit kering, diare >7 kali sejak pagi. Tanda vital: frekuensi
napas 28 kali permenit, nadi 102 kali/ menit ,TD :110/70 mmHg.

Pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik pada usia remaja. Pasien mengetahui
memiliki HIV-AIDS sejak usia 30 tahun tepatnya 1 tahun yang lalu. Saat ini pasien baru saja
menikah dan dia tidak menginginkan siapapun bercerita tentang penyakitnya kepada istri dan
keluarganya.

Hasil pemeriksaan lab Hb 11 gr/dl, leukosit 20.000/ uL, trombosit 160.000/ uL, LED 30mm,
Na 98 mmol, Kalium 2,8 mmol/L, clorida 110mmol/L ,Hasil foto thoraks : pleura effusion
dextra.

1. DS : -
DO: diare > 7 hari, turgor kulit kering, RR :28 x/mnt, N :102x/ mnt, TD: 110/70
mmHg, Hb 11 gr/dl, leukosit 20.000 /uL (tinggi)
E : ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :gangguan peristaltik
P : Resiko infeksi berhubungan
2. DS : -
DO: turgor kulit kering, diare > 7 hari, RR :28 x/mnt, N :102x/ mnt, TD: 110/70
mmHg, Hb 11 gr/dl
E : diare
P : Resiko ketidakseimbangan elektrolit
3. DS: -
DO: rr 28x/ mnt, N: 102x/mnt, TD: 110/mmHg ,hasil foto thoraks : pleura
effusion dextra
E : hambatan upaya napas: terdapat cairan di paru paru sebelah kanan
P : pola napas tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai