Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Disusun Oleh :
INTAN PERMATASARI
(191440115)

Dosen pembimbing :
Ns. Ade Sukarna, M.Kep., Sp.Kep,., MB

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Merupakan penyakit yang terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama
(Arif Mansjour dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit DBD ini adalah “Virus Dengue” termasuk group B Arthropodborn
Virus (Arbovirusses) dan sekarang dikenal sebagai genus flavinus, family flaviridiae dan
mempunyai 4 serotype, yaitu: DEN I, DEN II, DEN III, dan DEN IV. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain (Demam Berdarah
Dengue, FK UI, Hal 80).
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk tersebut. Setelah manusia terkontaminasi oleh virus tersebut maka
akan terjadi infeksi yang pertama kali yang dapat memberikan gejala sebagai DBD. DBD
dapat tejadi bila seorang yang telah terinfeksi pertama kali dapat infeksi berulang virus
dengue lainnya. Virus akan bereplikasi dinodus limpatikus regional dan menyebar
kejaringan lain, terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara brobkogen maupun
hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya
anafilaktoksin C3a dan Csa sehingga permeablitas dinding pembuluh darah meningkat dan
akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan
vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit.
Faktor-faktor yang merangsang koagulasi intravaskuler. Terjadinya aktivasi faktor
homogen (faktor VII) akan menyebabkan pembekuan intravaskuler yang meluas dan
meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit (petechie) dan hal-hal yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali) dan pembesaran limpa. Peningkatan Permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan kurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokensentrasi
(peningkatan hematokrit 20%) menunjukkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga hematokrin menjadi lebih penting untuk menjadi ukuran patokan pemberian
cairan intravena. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus
dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengakibatkan renjatan.
Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama, maka akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada penderita DHF, menyangkut 3 faktor yaitu:
1. Perubahan vaskuler
2. Trombositopenia
3. Gangguan koagulasi
D. KOMPLIKASI
Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
dengue shock syndrome (DSS). Selain menampakkan gejala demam berdarah, DSS juga
memunculkan gejala seperti:
1. Tekanan darah menurun.
2. Pelebaran pupil.
3. Napas tidak beraturan.
4. Mulut kering.
5. Kulit basah dan terasa dingin.
6. Denyut nadi lemah.
7. Jumlah urine menurun.
Tingkat kematian DSS yang segera ditangani adalah sekitar 1-2%. Namun sebaliknya,
bila tidak cepat mendapat penanganan, tingkat kematian DSS bisa mencapai 40%. Karena
itu, penting untuk segera mencari pertolongan medis, bila Anda mengalami gejala demam
berdarah. Pada kondisi yang parah, demam berdarah bisa menyebabkan kejang, kerusakan
pada hati, jantung, otak, dan paru-paru, penggumpalan darah, syok, hingga kematian.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien
dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
12. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48
jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas,
amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya
dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan
perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita
DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin
tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara
pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien
DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
F. PATHWAY

G.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian tahap pertama dari proses keperawatan, dimana data dikumpulkan. Dalam
proses asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan penting dilakukan
oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat dikumpulkan dalam bentuk
data. Adapun metode yang dilakukan dalam pengkajian ; wawancara, pemeriksaan
(fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
a. Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnose medis.
b. Keluhan utama meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat
dating ke rumah sakit
c. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utam yang merupakan keluhan klien,
data yang dikaji yang dirasakan klien saat ini.
d. Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang diderita
sekarang.
e. 11 pola pengkajian Gordon:
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status kesehatan
dan praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh kembang,
riwayat sakit yang lalu, perubahan status kesehatan dalam kurun waktu
tertentu
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi
makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
suplemen, vitamin makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas diperut,
lapar dan haus berlebihan.
3) Eliminasi
Informasi tentang riwayat pasien mengenai pola BAB, BAK frekwensi
karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
4) Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan
energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah, atau
tempat sakit.
5) Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi periode
istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah
yang dirasakan saat tidur.
6) Kognitif- perceptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan
nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan
pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan
7) Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social,
kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran
8) Seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual
9) Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi atau
koping terhadap stress
10) Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan
berhubungan dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual.
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
c. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
e. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermi berhubungan NOC NIC
dengan proses infeksi Thermoregulation Fever Treatment
virus dengue Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
1. Suhu tubuh dalam mungkin
Definisi : peningkatan rentang normal 2. Monitor IWL
suhu tubuh diatas 1 2 3 4 (5) 3. Monitor warna dan suhu
kisaran normal. 2. Nadi dalam rentang kulit
normal 4. Monitor tekanan darah,
Batasan Karakteristik : 1 2 3 4 (5) nadi, dan RR
 Konvulsi 3. RR dalam rentang 5. Monitor penurunan tingkat
 Kulit kemerahan normal kesadaran
 Penongkatan suhu 1 2 3 4 (5) 6. Monitor WBC, Hb, dan
tubuh diatas kisaran 4. Tidak ada perubahan Hct
normal warna kulit 7. Monitor intake dan output
 Kejang 1 2 3 4 (5) 8. Berikan antipiretik
 Takikardi 5. Tidak ada pusing 9. Berikan pengobatan untuk
 Takipnea 1 2 3 4 (5) mengatasi penyebab
 Kulit terasa hangat demam
10. Selimuti pasien
Faktor-faktor yang 11. Lakukan tapid sponge
berhubungan : 12. Kolaborasi pemberian
 Anastesia cairan intravena
 Penurunan respirasi 13. Kompres pasien pada lipat
 Dehidrasi paha dan aksila
 Pemajanan 14. Tingkatkan sirkulasi udara
lingkungan yang 15. Berikan pengobatan untuk
panas mencegah terjadinya
 Penyakit menggigil
 Pemakaian pakaian Temperature Regulation
yang tidak sesuai 1. Monitor suhu minimal tiap
dengan suhu 2 jam
lingkungan 2. Rencanakan monitoring
 Peningkatan laju suhu secara kontinyu
metabolisme 3. Monitor TD, nadi, dan RR
 Medikasi 4. Monitor warna dan suhu
 Trauma kulit
 Aktivitas berlebihan 5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Berikan anitipiretik jika
perlu
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Resiko kekurangan NOC NIC


volume cairan Fluid management
 Fluid balance
Definisi: berisiko 1. Pertahankan intake dan
mengamai dehiidrasi  Hydrational output
vaskular,selular, atau 2. Monitor status
 Nutrition status: food
intraselular
hidrasi(kelembapapan
Faktor resiko: and fluid intake
 Kehilangan volume mukosa, nadi adekuat,
Kriteria hasil: tekanan darah ortostatik
cairan aktif 1. Mempertahankan urine
 Kurang pengetahuan 3. Monitor vital sign
output 4. Monitor masukan makanan
 Penyimoangan yang 1 2 3 4 (5)
mempengaruhi atau cairan dan hitung
absorbsi cairan 2. Tekanan darah dalam intake kalori
 Penyimpangan yang batas normal 5. Kolaborasi pemberian IV
mempengaruhi akses 1 2 3 4 (5) 6. Monitor status nutrisi
cairan 7. Dorong masukan oral
3. Nadi dalam batas 8. Tawarkan snck (jus buah)
 Kehilangan
normal 9. Atur kemungkinan tranfusi
berlebihan melalui
1 2 3 4 (5) 10. Hipovolemik management
rute normal(mis
diare) 11. Monitor status cairan
4. suhu tubuh dalam batas
 Usia lanut intake dan output
normal
 Berat badan ektrem 12. Pelihara IV line
1 2 3 4 (5)
 Faktor yang 13. Monitor tingkat HB dan
mempengaruhi 5. Tidak ada tanda hematokrit
kebutuhan cairan dehidrasi 14. Monitor tanda vital
(mis status 1 2 3 4 (5) 15. Monitor respon pasien
hipermetabolik) terhadap penambahan
6. Elastisitas turgor kulit cairan
 Kegagalan fungsi
yang baik 16. Monitor bb
regulator
1 2 3 4 (5) 17. Dorong pasien menambah
 Kehilangan cairan
melalui rute intake oral
7. membran mukosa
abnormal (mis. 18. Pemebrian cairan IV
lembab tidak ada tanda
Slang menetap) monitor adanya tanda dan
dehidrasi
 Agens fermasutikal 9 gejala kelebihan volume
1 2 3 4 (5)
mis.diuretik) cairan
19. Monitor tanda gejala gagal
ginjal

3 Resiko syok NOC NIC


hipovolemik Syok prevention
 syok prevention
Definisi: beresiko 1. Monitor status sirkulasi BP,
terhadap  syok management warna kulit, suhu kulit,
ketidakcukupan aliran denyut jantung, HR, dan
darah kejaringan tubuh kriteria hasil:
1. nadi dalam dalam batas ritme, nadi perifer dan
yang dapat
kapiler refill
mengakibtakan normal
disfungsi seluler yang 2. Monitor tanda inadekuat
mengancam jiwa 1 2 3 4 (5) oksigenasi jaringan
Faktor resiko 3. Monitor suhu dan
2. irama jantung dalam
 Hipotensi pernafasan
 Hipovolemi batas yang diharapkan 4. Monitor input dan output
 Hipoksemia 1 2 3 4 (5) 5. Pantau nilai labor; HB, HT,
 Hipoksia GDA dan eletrolit
 Infeksi 3. frekuensi nafas dlaam 6. Monitor hemodinamik
 Sepsis batas yang diharapkan invasi yang sesuai
 Sindrom respons 7. Monitor dan gejala asites
1 2 3 4 (5)
inflamasi sistemik 8. Monitor tanda awal syok
4. irama pernafasan dalam 9. Tempatkan pasien pada
batas yang diharapkan posisi supine kaki elevasi
untuk meningkatkan
1 2 3 4 (5)
preload yang tepat
5. natrium serium dalam 10. Lihat dan pelihara
kepatenan jalan nafas
batas normal
11. Berikan cairan IV atau oral
1 2 3 4 (5) yang tepat
12. Berikan vasodilator yang
6. kalium dalam batas
tepat
normal 13. Ajarkan pasien dan
1 2 3 4 (5) keluarga tentang tanda dan
gejal syok
7. klorida dalam batas 14. Ajarka pasien dan keluarga
normal tentang langkah untuk
1 2 3 4 (5) mengatasi gejala syok
Syok management:
8. kalsium dalam batas 1. Monitor fungsi neurologis
yang diharapkan 2. Monitor fungsi renal(ex
BUN Cr level)
1 2 3 4 (5)
3. Monitor tekanan nadi
9. magnesium dalam batas 4. Monitor status cairan, input
dan output
normal
5. Catat gas darah dan oksigen
1 2 3 4 (5) di jaringan
6. Monitor EKG sesuai
10. PH darah dalam batas
7. Memanfaatkan pemantauan
normal jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi
1 2 3 4 (5) pembacaan tekanan darah
sesuai
11. Hidrasi 8. Menggambarkan gas darah
1 2 3 4 (5) arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
12. Mata cekung tidak
9. Memamntautren dalam
ditemukan parameter
1 2 3 4 (5) hemodinamik(mis. CVP,
MAP, tekanan kapiler
13. Demam tidak pulmonal/arteri)
ditemukan 10. Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan
1 2 3 4 (5)
oksigenasi, PaO2 kadar
14. TD dalam batas normal hemoglobin SaO2, CO)
1 2 3 4 (5) jika tersedia
11. Memantau tingkat karbon
15. Hemotokrit dalam dioksida sublingual atau
batas normal tanometri lambung sesuai
12. Memonir gejala gagal
1 2 3 4 (5)
pernfasan(mis. Rendah
PaO2 peningkatan PaCO2
tingkat, kelelahan otot
pernafasan)
13. Monitor nilai
laboratorium(mis. CBC
dengan diferensial)
koagulasi profil kimia)
14. Memasukkan dan
memelihara besarnya akses
IV

4 Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari  Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and fluid intake 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan  Nutritional Status : makanan
intake nutrisi tidak nutrient intake 2. Kolaborasi dengan ahli
adekuat Kriteria Hasil gizi untuk menentukan
1. Adanya peningkatan jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : asupan nutrisi berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien
tidak cukup untuk dengan tujuan 3. Anjurkan pasien untuk
memenuhi kebutuhan 1 2 3 4 (5) meningkatkan intake Fe
metabolik 2. Berat badan ideal 4. Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan protein dan
Batasan Karakteristik : badan vitamin C
 Kram abdomen 5. Berikan substansi gula
 Nyeri abdomen 1 2 3 4 (5) 6. Yakinkan diet yang
 Menghindari 3. Mampu dimakan mengandung
makanan mengidentifikasi tinggi serat untuk
 Berat badan 20% kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
atau lebih dibawah 1 2 3 4 (5) 7. Berikan makanan yang
berat badan ideal 4. Tidak ada tanda-tanda terpilih (sudah
 Kerapuhan kapiler malnutrisi dikonsultasikan dengan
 Diare 1 2 3 4 (5) ahli gizi)
 Kehilangan rambut 8. Ajarkan pasien bagaimana
5. Menunjukkan
berlebihan membuat catatan makanan
peningkatan fungsi
 Bising usus harian
pengecapan dari
hiperaktif 9. Monitir jumlah nutrisi dan
menelan
 Kurang makanan kandungan kalori
1 2 3 4 (5)
 Kurang informasi 10. Berikan informasi tentang
 Kurang minat pada 6. Tidak terjadi kebutuhan nutrisi
makanan penurunan berat badan 11. Kaji kemampuan pasien
 Penurunan berat yang berarti untuk mendapatkan nutrisi
badan dengan 1 2 3 4 (5) yang dibutuhkan
asupan makanan Nutrition Monitoring
adekuat 1. BB pasien dalam batas
 Kesalahan konsepsi normal
 Kesalahan informasi 2. Monitor adanya penurunan
 Membran mukosa berat badan
pucat 3. Monitor tipe dan jumlah
 Ketidakmampuan aktifitas yang biasa
memakan makanan dilakukan
 Tonus otot menurun 4. Monitor interaksi anak
 Mengeluh gangguan atau orang tua selama
sensasi rasa makan
 Mengeluh asupan 5. Monitor lingkungan
makanan kurang dari selama makan
RDA (recommanded 6. Monitor kulit kering dan
daily allowance) perubahan pigmentasi
 Cepat kenyang 7. Monitor turgor kulit
setelah makan 8. Monitor kekeringan,
 Sariawan rongga rambutkusam, dan mudah
mulut patah
 Kelemahan otot 9. Monitor mual dan muntah
pengunyah 10. Monitor kadar albumin,
 Kelemahan otot total protein, Hb, dan
untuk menelan kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan dan
Faktor yang perkembangan
berhubungan : 12. Monitor pucat, kemerahan,
 Faktor biologis dan kekeringan jaringan
 Faktor ekonomi konjungtiva
 Ketidakmampuan 13. Monitor kalori dan intake
untuk mengabsorbsi nutrisi
nutrien 14. Catat adanya edema,
 Ketidakmampuan hiperemik, hipertonik
untuk mencerna papila lidah dan cavitas
makanan oral
 ketidakmampuan 15. Catat jika lidah berwarna
menelan makanan magent, scarlet
 faktor psikologis

5 Resiko perdarahan NOC : NIC :


 Blood Lose Severiy
definisi: beresiko Blood Precution :
 Blood koagulation
mengalami penurunan
volume darah yang Krieria hasil:
1. Monitor ketat tanda-tanda
dapat mengganggu
1. Tidak ada hemauri dan
kesehatan perdarahan
hemaemesis
2. Catat nilai Hb dan HT
Faktor resiko
1 2 3 4 (5)
sebelum dan sesudah
 Aneurisme 2. Kehilangan darah yang terjadi perdarahan
 Sirkumsisi terlihat 3. Monitor nilai lab yang

 Defisiensi 1 2 3 4 (5) melipui PT,PTT,trombosit

pengetahuna 3. Tekanan darah dalam 4. Monitor TTV ortostatik


 Koagulasi batas normal sistole 5. Pertahankan bed rest

inravaskular dan diastole selama perdarahan aktif

diseminaa 1 2 3 4 (5) 6. Kolaborasi dalam

 Riwayat jatuh pemberian produk darah


4. Tidak ada perdarah
(paltelet atau frest frozen
 Gangguan pervagina
plasma)
gastrointestinal 1 2 3 4 (5)
7. Lindungi pasien dari
(mis. Penyaki ulkus
5. Tidak ada disensi
trauma yang menyebakan
lambung,polip
abdomen
perdarahan
vasrises)
1 2 3 4 (5)
8. Hindari pengukuran suhu
 Gangguan hati(atoni
6. Hemoglobin dan rektal,
uteri,reensi plasena)
hematocrit dbn 9. Hindari pemberian aspirin
 Komplikasi terkait
1 2 3 4 (5) dan anticoagulant
kehamilan(mis.plase
10. Hindari konstipasi
nta previa, 7. Plasma, PTT dbn
1 2 3 4 (5) 11. Anjurkan pasien untuk
kehamilan
meningkatkan intake
mola,solusio
makanan yang banyak
plasenta)
mengandung vit. K
 Trauma
 Efeksamping terkait 12. Hindari erjadinya
erapi(mis. konstipasi dengan
Pembedahan,pember menganjurkan untuk
ian oba, pemberian memperahankan intake
produk darah, cairan yang adekua dan
defisiensi pelembut feses
trombosit,kemoterap
Bleeding reduction
i)

1. Identifikasi penyebab
perdarahan
2. Monitor tren tekanan darah
dan parameter capilary
artery wedge pressure
3. Monitor status cairan yang
meliputi inake dan output
4. Monitor penentuan
pengiriman oksigen
kejraingan (PaO2, SaO2
dan level Hb dan cardiac
output)
5. Pertahankan retensi IV line

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marylinn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
H.M. Sjaeffollah Noer, dkk., 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ketiga, balai penerbit
FKUI, Jakarta.
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Sri Reseki H. Hadinegoro, dkk., 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai