Disusun Oleh :
INTAN PERMATASARI
(191440115)
Dosen pembimbing :
Ns. Ade Sukarna, M.Kep., Sp.Kep,., MB
A. DEFINISI
Merupakan penyakit yang terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama
(Arif Mansjour dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit DBD ini adalah “Virus Dengue” termasuk group B Arthropodborn
Virus (Arbovirusses) dan sekarang dikenal sebagai genus flavinus, family flaviridiae dan
mempunyai 4 serotype, yaitu: DEN I, DEN II, DEN III, dan DEN IV. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain (Demam Berdarah
Dengue, FK UI, Hal 80).
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk tersebut. Setelah manusia terkontaminasi oleh virus tersebut maka
akan terjadi infeksi yang pertama kali yang dapat memberikan gejala sebagai DBD. DBD
dapat tejadi bila seorang yang telah terinfeksi pertama kali dapat infeksi berulang virus
dengue lainnya. Virus akan bereplikasi dinodus limpatikus regional dan menyebar
kejaringan lain, terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara brobkogen maupun
hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah
sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya
anafilaktoksin C3a dan Csa sehingga permeablitas dinding pembuluh darah meningkat dan
akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan
vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit.
Faktor-faktor yang merangsang koagulasi intravaskuler. Terjadinya aktivasi faktor
homogen (faktor VII) akan menyebabkan pembekuan intravaskuler yang meluas dan
meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit (petechie) dan hal-hal yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali) dan pembesaran limpa. Peningkatan Permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan kurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokensentrasi
(peningkatan hematokrit 20%) menunjukkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
sehingga hematokrin menjadi lebih penting untuk menjadi ukuran patokan pemberian
cairan intravena. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus
dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengakibatkan renjatan.
Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama, maka akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada penderita DHF, menyangkut 3 faktor yaitu:
1. Perubahan vaskuler
2. Trombositopenia
3. Gangguan koagulasi
D. KOMPLIKASI
Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
dengue shock syndrome (DSS). Selain menampakkan gejala demam berdarah, DSS juga
memunculkan gejala seperti:
1. Tekanan darah menurun.
2. Pelebaran pupil.
3. Napas tidak beraturan.
4. Mulut kering.
5. Kulit basah dan terasa dingin.
6. Denyut nadi lemah.
7. Jumlah urine menurun.
Tingkat kematian DSS yang segera ditangani adalah sekitar 1-2%. Namun sebaliknya,
bila tidak cepat mendapat penanganan, tingkat kematian DSS bisa mencapai 40%. Karena
itu, penting untuk segera mencari pertolongan medis, bila Anda mengalami gejala demam
berdarah. Pada kondisi yang parah, demam berdarah bisa menyebabkan kejang, kerusakan
pada hati, jantung, otak, dan paru-paru, penggumpalan darah, syok, hingga kematian.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien
dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
12. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48
jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas,
amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya
dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan
perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita
DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin
tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara
pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien
DBD tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.
F. PATHWAY
1. Identifikasi penyebab
perdarahan
2. Monitor tren tekanan darah
dan parameter capilary
artery wedge pressure
3. Monitor status cairan yang
meliputi inake dan output
4. Monitor penentuan
pengiriman oksigen
kejraingan (PaO2, SaO2
dan level Hb dan cardiac
output)
5. Pertahankan retensi IV line
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marylinn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, penerbit buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
H.M. Sjaeffollah Noer, dkk., 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ketiga, balai penerbit
FKUI, Jakarta.
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Sri Reseki H. Hadinegoro, dkk., 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.