Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN PERIOPERATIF

TENTANG PENGKAJIAN EVALUASI DAN MONITORING


PASIEN POST OPERASI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Atra Sahinza (191440102)
2. Getti Pratiwi (191440111)
3. Intan Permatasari (191440115)
4. Jihan Maritsa (191440117)
5. Mega Sari (191440120)
6. Nurul Fuadah (191440126)
7. Yuli (191440139)

Dosen Pengampu :
 Ns. Abdul Kadir Hasan, S.ST., M.kes

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pengkajian evaluasi dan monitoring
pasien post operasi   ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada mata
kuliah keperawatan perioperatif. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pengkajian evaluasi dan monitoring pasien post operasi bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada semua yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
tugas ini. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini, terdapat banyak
hambatan yang dihadapi, namun dengan ketabahan dan kerja keras kami serta dengan masukan
dari teman- teman sehingga Alhamdulillah segala sesuatu dapat teratasi. Kritik dan saran dari
semua pihak akan kami terima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini.

Pangkalpinang,, 29 september 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………...……..ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………........1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………...2
C. Tujuan………………………………………………………………………………………….2
Bab II Pembahasan
A. Pengkajian Post Operasi……………………………………………………………………….3
B. Monitoring pasien post operasi pada masa stabil………………………………………………4
C. Evaluasi pasien post operasi pada masa stabil………………………………………………....7
D. Tanda-tanda pasien sadar post operasi dengan kondisi stabil………………………………….8
Bab III Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..….10
B. Saran …………………………………………………………………………………………10
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan
perioperative. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada upaya untuk
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan keseimbangan fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan
intervensi cepat dan akurat dapat membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan
cepat, aman dan nyaman (Majid et al., 2010).
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi
(Smeltzer,2002). Perawatan pasca-operasi pada setiap pasien tidak selalu sama,
bergantung pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi. Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan
dan rehabilitasi serta pemulangan (Baradero et al., 2008). Pasien pasca-operasi
dilakukan pemulihan dan perawatan pasca-operasi di ruang pulih sadar atau
recovery room (RR), yaitu ruangan untuk observasi pasien pasca-operasi atau anestesi
yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anestesi dan
dokter ahli bedah sehingga apabila timbul keadaan gawat pascaoperasi, pasien dapat segera
diberi pertolongan (Majid et al., 2010).
Pulih sadar merupakan periode dimana pasien masih mendapatkan pengawasan dari
ahli anestesi setelah pasien meninggalkan meja operasi(Apriliana, 2013). Pengawasan
tersebut ditangani diRecovery Room. Ruangan tersebut diperkenalkan pada tahun
1923sebagai lokasi pilihan untuk pemulihan segera pasien paska operasi (Aldrete dan
Kroulik, 1970). Pada masa transisi, kesadaran pasien masih belum sempurna
sehingga cenderung terjadi komplikasi serius seperti terjadinya aspirasi dikarenakan
sumbatan jalan napas yang lebih besar ditambah lagi dengan reflek batuk, muntah,
dan menelan juga belum kembali normal (Bruno B dan Bernard D, 2005)

1
B. Rumusan masalah
1. Apa saja tahap pengkajian evaluasi dan monitoring post operasi dengan kondisi stabil ?
2. Apa saja tanda-tanda pasien sadar post operasi dengan kondisi stabil ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengkajian evaluasi dan monitoring post operasi dengan kondisi stabil.
2. Mengetahui tanda-tanda pasien sadar post operasi dengan kondisi stabil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Post Operasi


Pengkajian pada penderita post operasi (Haryono, 2012) adalah:
a. Jalan napas dan pernapasan
Agen anestesi tertentu menyebabkan depresi pernapasan. Waspadai pernapasan dangkal,
lambat, dan batuk lemah. Kaji patensi jalan napas, irama, kedalaman ventilasi, simetri
gerakan dinding dada, suara napas, dan warna mukosa.
b. Sirkulasi
Penderita berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular yang disebabkan oleh hilangnya
darah aktual atau potensial dari tempat pembedahan, efek samping anestesi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan depresi mekanisme yang mengatur sirkulasi normal.
Masalah umum awal sirkulasi adalah perdarahan. Kehilangan darah dapat terjadi secara
eksternal melalui saluran atau sayatan internal. Kedua tipe ini menghasilkan perdarahan
dan penurunan tekanan darah, jantung, dan laju pernapasan meningkat, nadi terdengar
lemah, kulit dingin, lembab, pucat, dan gelisah.
c. Kontrol suhu
d. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Kaji status hidrasi dan pantau fungsi jatung dan saraf untuk tanda-tanda perubahan
elektrolit. Monitor dan bandingkan nilai-nilai laboratorium dengan nilai-nilai dasar dari
penderita. Catatan yang akurat dari asupan dan keluaran dapat menilai fungsi ginjal dan
peredaran darah. Ukur semua sumber keluaran, termasuk urine, keluaran dari pembedahan,
drainase luka dan perhatikan setiap keluaran yang tidak terlihat dari diaforesis.
e. Intergritas kulit dan kondisi luka
Perhatikan jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase diperban. Pada penggantian perban
pertama kalinya perlu dikaji area insisi, jika tepi luka berdekatan dan untuk perdarahan
atau drainase.
f. Fungsi perkemihan
Anestesi epidural atau spinal sering mencegah penderita dari sensasi kandung kemih yang
penuh. Raba perut bagian bawah tepat di atas simfisis pubis untuk mengkaji distensi
kandung kemih. Jika penderita terpasang kateter urin, harus ada aliran urine terus menerus
sebanyak 30-50 ml/jam pada orang dewasa.
g. Fungsi gastrointestinal
Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung akibat akumulasi gas. Kaji kembalinya
peristaltik setiap 4 sampai 8 jam. Auskultasi perut secara rutin untuk mendeteksi suara usus
kembali normal, 5-30 bunyi keras per menit pada masing-masing kuadran menunjukkan
gerak peristaltik yang telah kembali.
h. Kenyamanan
Penderitya merasakan nyeri sebelum mendapatkan kembali kesadaran penuh. Kaji nyeri
penderita dengan skala nyeri.
B. Monitoring Pasien Post Operasi Pada Masa Stabil
1. Pengertian Monitoring
Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan,
separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh
pengawasan atau monitoring. Monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan
ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan perencanaan yang telah disusun. Monitoring
digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana, mengoreksi
penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai
seefektif dan seefisien mungkin.
2. Pengertian Post Operasi
Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien ke ruang pemulihan
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Setelah
pembedahan, keadaan pasien dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis yang
mungkin terjadi. Untuk memonitor kondisi pasien pasca atau post operasi, informasi pada
saat operasi adalah sangat berguna terutama prosedur pembedahan dan hal-hal yang terjadi
selama pembedahan berlangsung. Informasi ini membantu mendeteksi adanya perubahan
semasa memonitor pasien post operasi.
Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan segera dan
pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk pasien yang menjalani bedah

4
sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 sampai 2 jam dan penyembuhan dilakukan di
rumah. Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam
dan penyembuhan berlangsung selama 1 hari atau lebih tergantung pada luasnya
pembedahan dan respon pasien.
3. Monitoring post operasi

Pembedahan pada dasarnya merupakan trauma yang akan menimbulkan perubahan


faal, sebagai respon terhadap trauma. Gangguan faal tersebut meliputi tanda- tanda vita
serta organ-organ vital seperti sistem respirasi, sistem kardiovaskular, panca indera (SSP),
sistem urogenital, sistem pencernaan dan luka operasi.
Berikut ini hal-hal yang harus dipantau secara singkat, jelas, lengkap, dan dituliskan
setiap harinya dalam periode yang berlangsung tepat sesudah pembedahan:
1) Tanda-tanda vital
2) Respirasi kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, sifat dan bunyi nafas
3) Kardiovaskuler: Tensi, nadi
4) Neurologi: GCS
5) Fungsi traktus urinarius: produksi urin
6) Fungsi gastrointestinal: flatus dan defekasi per rektum, distensi perut
7) Luka operasi: Tingkat nyeri, kondisi luka operasi
8) Drainase: Produksi
9) Psikologi: Kebutuhan istirahat dan tidur pasien
10) Diit dan cairan

5
11) Tes diagnostik

Berikut-berikut adalah pengkajian-pengkajian yang harus dimonitoring secara aktual


meliputi:
a) Sistem Kardiovaskuler
Pasien mengalami komplikasi kardiovaskular akibat kehilangan darah secara aktual dan
potensial dari tempat pembedahan, balans cairan, efek samping anastesi,
ketidakseimbangan elektrolit dan depresi mekanisme resulasi sirkulasi normal. Adapun
hal-hal yang harus di monitoring adalah:
 Tekanan darah dan denyut nadi
Harus dicatat setiap 15 menit pada beberapa kasus lebih sering sehingga
penderita stabil. Sesudah itu, tanda-tanda harus dicatat setiap jam selama beberapa
jam. Masalah yang sering terjadi adalah pendarahan. Kehilangan darah terjadi secara
eksternal melalui drain atau insisi atau secara internal luka bedah. Pendarahan dapat
menyebabkan turunnya tekanan darah: meningkatnya kecepatan denyut jantung dan
pernafasan (denyut nadi lemah, kulit dingin, lembab, pucat, serta gelisah). Apabila
pendarahan terjadi secara eksternal, memperhatikan adanya peningkatan drainase
yang mengandungi darah pada balutan atau melalui drain.
b) Sistem Pernafasan
Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernafasan sehingga perlu
waspada terhadap pernafasan yang dangkal dan lambat serta batuk yang lemah.
Frekuensi, irama, kedalaman ventilasi pernafasan, kesimetrisan gerakan dinding dada,
bunyi nafas dan membrane mukosa dimonitor. Apabila pernafasan dangkal letakan
tangan diatas muka / mulut pasien sehingga dapat merasakan udara yang keluar.
c) Sistem Panca Indera
Setelah dilakukan pembedahan, pasien memiliki tingkat kesadaran yang berbeda.
Oleh karena itu, seorang harus memonitor tingkat respon pasien dengan berbagai cara.
Misalnya dengan memonitor fungsi pendengaran atau penglihatan. Apakah pasien dapat
berespon dengan baik ketika diberi stimulus atau tidak sama sekali. Ataupun juga dapat
memonitor tingkat kesadaran dengan menentukan Skala Koma Glasgow / Glasgow
Coma Scale (GCS). GCS ini memberikan 3 bidang fungsi neurologik: memberikan

6
gambaran pada tingkat responsif pasien dan dapat digunakan dalam mengevaluasi
motorik pasien, verbal, dan respon membuka mata. Masing-masing respon diberikan
angka dan penjumlahan dari gambaran ini memberikan indikasi beratnya keadaan koma
dan sebuah prediksi kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada. Elemen-elemen GCS
ini dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang berbeda seperti dibawah ini:

Skala Koma Glaskow / Glaskow Coma Scale (GCS)

 Membuka mata
Spontan :4
Dengan perintah :3
Dengan nyeri :2
Tidak berespon :1
 Respon motorik terbaik
Dengan perintah :6
Melokalisasi nyeri :5
Menarik area yang nyeri : 4
Fleksi Abnormal :3
Ekstensi Abnormal :2
Tidak berespon :1
 Respon verbal
 Beorientasi :5
 Bicara membingungkan : 4
 Kata-kata tidak tepat :3
 Suara tidak dapat dimengerti: 2
 Tidak ada respon :1

Nilai terendah yang di dapat adalah 3 (respon paling sedikit). Nilai tertinggi adalah
15 (paling berespon). Nilai 7 atau nilai dibawah 7 umumnya dikatakan sebagai koma
dan membutuhkan intervensi bagi pasien koma tersebut.

7
d) Sistem Traktus Urinarius
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum, anus,
vagina, herniofari dan pembedahan pada daerah abdomen bawah. Penyebabnya adalah
adanya spasme spinkter kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
adalah pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urin dari kandung kemih.
Hal ini juga membantu menilai balans cairan pada pasien tersebut.
e) Sistem Gastrointestinal
Setelah pembedahan, harus dipantau apakah pasien telah flatus atau belum.
Intervensi untuk mencegah komplikasi gastrointestinal akan mempercepat kembalinya
eleminasi normal dan asupan nutrisi. Pasien yang menjalani bedah pada struktur
gastrointestinal membutuhkan waktu beberapa hari agar diitnya kembali normal.
Peristaltik normal mungkin tidak akan terjadi dalam waktu 2-3 hari. Sebaliknya pasien
yang saluran gastrointestinalnya tidak dipengaruhi langsung oleh pembedahan boleh
mengkonsumsi makanan setelah pulih dari pengaruh anastesi, tindakan tersebut dapat
mempercepat kembalinya eliminasi secara normal.
f) Luka Operasi
Prosedur pembedahan biasanya dilakukan dengan meminimalisasi resiko infeksi
dengan menggunakan alat yang steril. Maka, kemungkinan luka tersebut untuk terjadi
infeksi adalah juga minimal. Namun, jika ada risiko diidentifikasi luka tersebut
bermasalah, seperti ada luka yang masih basah dan ada pengumpulan cairan, maka hal
tersebut mungkin dapat disebabkan beberapa faktor. Antaranya adalah seperti diabetes

8
mellitus, imunosupresi, keganasan dan malnutrisi, cara penutupan luka, infeksi dan apa
pun yang mungkin menyebabkan penekanan berlebihan pada luka.

C. Evaluasi Pasien Post Operasi Pada Masa Stabil


Tujuan keperawatan pasca operasi adalah Pemulihan kesehatan fisiologi dan psikologi wanita
kembali normal. Periode postoperatif meliputi waktu dari akhir prosedur pada ruang operasi sampai
pasien melanjutkan rutinitas normal dan gaya hidupnya. Fasenya dibagi menjadi 3 yaitu fase pertama
adalah stabilitas perioperative yang merupakan menggambarkan perhatian para ahli bedah terhadap
permulaan fungsi fisiologi normal, utamanya sistem respirasi, kardiovaskuler, dan saraf kemudian
untuk pasien yang berumur lanjut dan dia memiliki komplikasi lebih banyak, prosedur pembedahan
yang lebih kompleks, serta periode waktu pemulihan yang lebih panjang. Untuk fasenya meliputi
pemulihan dari anesthesia dan stabilisasi homeostasis, dengan permulaan intake oral. Dan biasanya
periode pemulihan 24-28 jam. Fase yang kedua biasanya berakhir 1-4 hari kemudian fase ini dapat
terjadi di rumah sakit dan di rumah., pasien akan mendapatkan diet teratur, ambulasi, dan perpindahan
pengobatan nyeri dari parenteral ke oral. Dan sebagian besar komplikasi tradisional postoperasi
bersifat sementara pada masa ini. Fase ketiga berlangsung pada 1-6 minggu terakhir, perawatan selama
masa ini dalam keadaan rawat jalan lemudian pasien secara gradual meningkatkan kekuatan dan
beralih dari masa sakit ke aktivitas normal.
Pedoman perawatan pasca operasi yaitu :
1. Setelah operasi selesai, penderita tidak boleh ditinggalkan sampai sadar.
2. Jaga jalan napas tetap bebas.
3. Ditempatkan dalam ruang pemulihan sampai sadar.
4. Infus intravena terdiri atas larutan NaCl 0,9% atau glukosa 5% diberi bergantian, jika perlu
diberi transfusi darah
5. Pengawasan keseimbangan cairan yang masuk dan cairan yang keluar, pasien jangan dehidrasi,
juga jangan kelebihan dengan akibat edema paru kemudian dihitung dalam 24 jam berupa air
kencing dan muntah harus ditambah dengan evaporasi dari kulit dan pernapasan, dalam 24 jam
sedikitnya 3 liter cairan dimasukkan untuk mengganti cairan yang keluar akibat anestesi sehingga
tidak enek, muntah. Pasien tidak boleh minum, sampai rasa enek hilang sama sekali; kemudian, ia
boleh minum sedikit-sedikit, untuk lambat laun ditingkatkan.
6. 24 sampai 48 jam pascaoperasi, diberi makanan cair; jika sudah flatus, diberi makanan lunak
bergizi
7. Peristalik usus mengurang kemudian hari kedua pascaoperasi biasanya usus bergerak lagi; dengan
gejala mules, kadang-kadang disertai dengan kembung sedikit.

9
8. Flatus dapat dibantu dengan dosis kecil prostigmin, dengan teropong angin dimasukkan ke dalam
rektum, dan kadang-kadang perlu diberikan klisma kecil terdiri atas 150 cc. campuran minyak
dan gliserin.
9. Pemberian antibiotik tergantung jenis operasi yang dilakukan.
10. Pasien dengan masalah kesehatan membutuhkan perawatan postoperatif dalam ICU untuk
mendapatkan ventilasi jangka panjang dan monitoring sentral

Setelah operasi pasien harus mendapatkan penjelasan secara jelas mengenai prosedur
pembedahan yang dilakukan, penemuan yang dilakukan pada waktu pembedahan, dan beberapa
prosedur serta penemuan postoperative, setiap postoperatif, pasien harus mendapatkan pemeriksaan
fisik (termasuk pemeriksaan pelvis) sebelum keluar dari rumah sakit, pasien menerima intruksi
perawatan postoperatif di rumah, termasuk aktivitas fisik yang harus didapatkan.

D. Tanda-Tanda Pasien Sadar Post Operasi Dengan Kondisi Stabil


Sampai saat ini tidak ada kesepakatan bersama mengenai penilaian yang digunakan untuk
menilai kesiapan pasien meninggalkan Recovery Room (Truong, 2004). Umumnya rumah
sakit menggunakan penilaiannya dengan sistem penilaian Aldrete Score dalam menentukan
kondisi umum, tingkat kesadaran dan kesiapan pasien setelah anestesi untuk bisa keluar
dengan aman dari Recovery Room (Brunner et al., 2010).
a. Aldrete score
Aldrete score adalah skor pemulihan paska anestesi yang dikembangkan oleh J.
Antonio Aldrete, MD dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1979 dan diperbaharui pada
tahun 1995 (Slee et al., 2008). Aldrete score merupakan kriteria yang menyatakan stabil
atau tidaknya pasien setelah anestesi yang diukur meliputi pengukuran kesadaran, aktivitas,
respirasi, sirkulasi (tekanan darah, laju pernafasan), dan warna kulit (Xie et al., 2014).
Penggunaannya didukung oleh Joint Commision on Accredition of Healthcare
Organizations (JCAHO), khususnya untuk menilai kemampuan mengevaluasi kondisi
pasien yang telah menjalani anestesi umum (Slee et al.,, 2008).
Skor yang diperoleh dari kriteria Aldrete score ini berkisar 1- 10. Pasien akan dinilai
saat masuk ke Recovery Room, setelah itu dinilai kembali setiap 15 menit sekali secara
berkala selama 4 kali kemudian skor total akan dihitung dan dicatat pada catatan penilaian.
Pasien dengan skor kurang dari 7 harus tetap berada di Recovery Room sampai kondisi

10
membaik atau bisa juga dipindahkan ke bagian perawatan intensif, tergantung pada nilai
dasar pra-operasi pasien (Brunner et al., 2010). International Anestesia Research Society
(2010) menyebutkan apabila pasien yang mendapatkan nilai skor 8 atau lebih dapat dibawa
pulang ke rumah. Lamanya pasien tinggal di Recovery Room tergantung dari teknik
anestesi yang digunakan (Karjadi W, 2000). Pasien dikirim ke Intensive Care Unit (ICU)
apabila hemodinamik tidak stabil perlu bantuan inotropik dan membutuhkan ventilator
(Mechanical Respiratory Support) (Coyle TT et al., 2005).
Tanda-tanda pasien sadar post operasi dengan kondisi stabil jika sudah memenuhi
penililaian aldrete score seperti dibawah ini.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan,
separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh
pengawasan atau monitoring. Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari
keperawatan perioperative. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada upaya
untuk menstabilkan kondisi pasien pada keadaan keseimbangan fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pulih sadar merupakan periode dimana
pasien masih mendapatkanpengawasan dari ahli anestesi setelah pasien meninggalkan
meja operasi (Apriliana, 2013).
Tanda-tanda pasien sadar Post Operasi dengan kondisi stabil : Aldrete score adalah skor
pemulihan paska anestesi, Aldrete score merupakan kriteria yang menyatakan stabil atau
tidaknya pasien setelah anestesi yang diukur meliputi pengukuran kesadaran, aktivitas,
respirasi, sirkulasi (tekanan darah, laju pernafasan), dan warna kulit (Xie et al., 2014). Skor
yang diperoleh dari kriteria Aldrete score ini berkisar 1- 10.
B. SARAN
Bagi Pelayanan Keperawatan : Disarankan pelayanan keperawatan dapat menekankan
tindakan penanganan pencegahan resiko yang akan terjadi pada pasien yang menjalani
pembedahan. Karena pada pasien pembedahan memiliki risiko yang tinggi.

LINK VIDEO :
 Monitoring : https://youtu.be/e1N4KKNetMk
 Evaluasi : https://youtu.be/ZICotSl-0fw

12
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A. (2014). Asuhan keperawatan perioperatif-preoperasi : Menjelang Pembedahan. TIM.

13

Anda mungkin juga menyukai