Anda di halaman 1dari 12

Terapi biologis keperawatan

jiwa
1. FARAH WITA WARDHANI (191440109)
2. INTAN PERMATASARI (191440115)
3. LIANDA (191440119)
4. GETTI PRATIWI (191440111)
5. NURHIDAYANTI (191440124)
6. RIO ANGGARA PRATAMA (191440131)
 
PENGERTIAN
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain
yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah
pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku
abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu. Terapi somatic adalah
terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan
pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien tetapi target
terapi adalah prilaku klien.
JENIS TERAPI BIOLOGIS
a. Pengikatan
1. Pengekangan fisik 3. Indikasi pengekangan
Pengekangan fisik termasuk penggunaan pengekangan Indikasi pengekangan yaitu:
mekanik, seperti manset utk pergelangan tangan & - Perilaku amuk
pergelangan kaki, serta seperai pengekang, begitu pula - Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
isolasi, yaitu dengan menempatkan pasien dlm suatu - Ancaman terhadap infegritas fisik
ruangan dimana dia tdk dpt keluar atas kemauannya - Permintaan pasien utk pengendalian perilaku eksternal
sendiri.

2. Pengekangan mekanik
Jenis pengekangan mekanik antara lain camisoles (jaket
pengekang) pengekang dgn manset utk pergelangan tangan,
pengekangan dgn manset untuk pergelangan kaki, pengekangan
dengan seprei.
b. Isolasi
1. Pengertian
Isolasi adalah
menempatkan pasien
dlm suatu ruang di
mana dia tdk dpt 2. Indikasi penggunaan
keluar dari ruangan Pengendalian perilaku amuk yang potensial
tersebut sesuai membahayakan pasien atau orang lain dan
kehendaknya. tidak dapat dikendalikan oleh orang lain
dengan intervensi pengekangan yang 3. Kontraindikasi
longgar, seperti kontak interpersonal atau - Kebutuhan untuk pengamatan masalah
pengobatan medik
Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika -Risiko tinggi untuk bunuh diri
diminta oleh pasien. - Potensial tidak dapat mentoleransi
deprivasi sensori
- Hukuman.
c. Fototerapi
Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-20x
lebih terang daripada sinar ruangan. Klien biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.

1. Indikasi 2. Mekanisme Kerja : 3. Efek Samping :


Fototerapi dpt menurunkan 75% Fototerapi bekerja berdasarkan Kebanyakan efek samping yg terjadi
gejala depresi yg dialami klien akibat ritme biologis sesuai pengaruh meliputi ketegangan pada mata, sakit
perubahan cuaca (seasonal affective cahaya gelap terang pd kondisi kepala, cepat terangsang, insomnia,
disorder (SAD)), misalnya pada biologis. Dgn adanya cahaya terang kelelahan, mual, mata menjadi
musim hujan atau musim dingin terpapar pd mata akan merangsang kering, keluar sekresi dari hidung
(winter) di mana terjadi hujan, sistem neurotransmiter serotonin & dan sinus.
mendung terus menerus yang bisa dopamin yang berperanan pada
mencetuskan depresi pada beberapa depresi.
orang.
d. Terapi deprivasi tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yg diberikan kepada klien degn cara mengurangi jumlah jam tidur klien. Hasil
penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1
malam. Umumnya lama penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.

Indikasi
Mekanisme Kerja: Efek Samping :
Terapi deprivasi tidur Mekanisme kerja terapi deprivasi
dianjurkan untuk klien Klien yg didiagnosa
tidur ini adalah mengubah mengalami gangguan
depresi. neuroendokrin yang berdampak efektif tipe bipolar bila
anti depresan. Dampaknya adalah diberikan terapi ini dapat
menurunnya gejala-gejala depresi. mengalami gejala mania.
 
Peran Perawat Dalam Pemberian
Electroconvulsive Therapy – Ect
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran
listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang umum, berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat
khusus yang dirancang aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada otak melalui dua
elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik
untuk menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-klonik umum. Namun,
sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara motorik, melainkan respons
bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan terjadinya perubahan faali dan biokimia otak.

 Indikasi pemberian terapi ini adalah sebagai berikut.


1. Depresi berat dengan retardasi motorik, waham (somatik dan bersalah, tidak
ada perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, ada ide bunuh diri yang
menetap, serta kehilangan berat badan yang berlebihan).
2. Skizofrenia terutama yang akut, katatonik, atau mempunyai gejala afektif yang
menonjol.
3. Mania.
 Kontraindikasi
pemberian terapi ini antara lain sebagai berikut.
1. Tumor intrakranial, hematoma intrakranial.
2. Infark miokardiak akut.
3. Hipertensi Berat
 Efek samping pemberian terapi ini meliputi hal berikut.
1. Aritmia jantung.
2. Apnea berkepanjangan.
3. Reaksi toksik atau alergi terhadap obat-obatan yang digunakan untuk ECT.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan
ECT adalah sebagai berikut.

1. Persiapan
a. Kelengkapan surat informed consent.
b. Alat-alat yang diperlukan.
• Tempat tidur beralas papan
• Alat ECT lengkap
• Kasa basah untuk lapisan elekroda
• Alat untuk mengganjal gigi
• Tabung oksigen dan perlengkapannya
• Alat pengisap lendir
• Alat suntik dan obat-obat untuk persiapan kondisi gawat darurat
c. Tindakan perawat pada tahap persiapan sesuai dengan peran sebagai pelaksanan dan pendidik.
1.) Melakukan pemeriksaan fisik pasien secara menyeluruh sebelum diputuskan untuk melakukan ECT (walaupun
tidak ada kontraindikasi).
- Fungsi vital
- EKG
- Rontgen kepala dan rontgen toraks serta rontgen tulang belakang
- EEG
- CT scan
- Pemeriksaan darah dan urine
2.) Menjelaskan kepada pasien untuk berpuasa (tidak makan dan minum) minimal 6 jam sebelum ECT.
3.)Menjelaskan kepada pasien akan diberikan premedikasi.
4.)Mengobservasi keadaan pasien dan menjelaskan tentang ECT agar pasien tidak cemas.
5.) Menanyakan dan menjelaskan kepada pasien untuk tidak memakai gigi palsu, perhiasan, ikat rambut, ikat
pinggang.
d. Tenaga perawat yang akan membantu sebanyak 3–4 orang
2. Pelaksanaan
- Pasien ditidurkan dalam posisi terlentang tanpa bantal dan pakaian longgar.
- Bantalan gigi dipasang dan ditahan oleh seorang perawat pada rahang bawah. Perawat yang lain menahan bagian bahu,
pinggul, dan lutut secara fleksibel agar tidak terjadi gerakan yang mungkin menimbulkan dislokasi atau fraktur akibat
terjadinya kejang-kejang.
- Aliran listrik diberikan melalui elektroda di pelipis kiri dan kanan yang telah dilapisi dengan kasa basah. Sebelumnya
dokter/psikiater telah mengatur waktu dan besarnya aliran listrik yang diberikan.
- Sesaat setelah aliran listrik diberikan, maka akan terjadi kejang-kejang yang didahului oleh fase kejang tonik-klonik, serta
timbul apnea beberapa saat dan baru terjadi kembali pernapasan spontan.
- Saat menunggu pernapasan kembali merupakan saat yang penting. Bila apnea berlangsung terlalu lama, maka perlu
dibantu dengan pemberian oksigen dan pernapasan buatan atau tindakan lain yang diperlukan.
3. Observasi pasca-ECT
Pada fase ini perawat harus mengobservasi dan mengantisipasi tindakan yang harus dilakukan karena kesadaran pasien
belum pulih walaupun kondisi vital telah berfungsi normal kembali (tetap monitor kondisi vital). Selain itu, harus tetap
berada didamping pasien agar pasien menjadi aman dan nyaman. ECT biasanya diberikan dalam satu seri yang terdiri
atas 6–12 kali (kadang-kadang diperlukan sampai 20 kali) pemberian dengan dosis 2–3 kali per minggu.

TERIMAKASIH
 

Anda mungkin juga menyukai