Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DBD

DI RUANGAN FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS

Disusun Oleh :

Iqro prasetyo

NIM PO.62.20.1.22.015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI D-III KEPERAWATAN REGULER XXV-B
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Yang membuat Asuhan Keperawatan

Nama Mahasiswa : Iqro prasetyo

NIM : PO.62.20.1.22.015

Tingkat/Semester : Semester III


Program Studi : DIII
Keperawatan Tahun Akademik :
2022

Yang menyetujui Asuhan Keperawatan,

Pembimbing Klinik : Kartika Dewi. A.Md. Kep


Pembimbing Institusi : Ns. Nita Theresia. S.Kep.,M.Kes

Pembimbing Klinik Palangka Raya, November 2023


Pembimbing Institusi

(...............................................) (...............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM BERDARAH (DBD)

A. Pengertian

Demam berdarah, juga dikenal sebagai demam berdarah dengue (DBD), adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menimbulkan gejala demam tinggi, nyeri otot
dan sendi, ruam kulit, serta dapat menyebabkan komplikasi serius seperti perdarahan
dan syok. DBD dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa, dan biasanya banyak
ditemukan di daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia. Pencegahan demam
berdarah dapat dilakukan dengan menjalankan program pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yaitu menguras atau membersihkan penampungan
air, menutup rapat penampungan air, dan pencegahan tambahan seperti fogging atau
memperbaiki parit yang tidak lancar

B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
Gejala demam berdarah umumnya muncul setelah masa inkubasi virus, yaitu 4–
10 hari setelah digigit nyamuk. Gejala utama demam berdarah adalah demam tinggi
secara tiba-tiba yang bisa mencapai 40°C atau lebih. Selain demam, ada beberapa
gejala demam berdarah lain yang juga sering terjadi: Sakit kepala berat Nyeri pada
sendi, otot, dan tulang Nyeri di bagian belakang mata Lemas dan hilang nafsu makan
Mual atau muntah Pembengkakan kelenjar getah bening Ruam atau bintik kemerahan
(muncul sekitar 2–5 hari setelah demam)
D. Patofosiologis

Manusia adalah inang (host) utama dari virus dengue. Nyamuk Aedes sp akan

terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang mengalami viremia,

kemudian virus dengue akan bereplikasi di dalam kelenjar liur nyamuk selama 8−12

hari. Namun, proses replikasi ini tidak memengaruhi hidup nyamuk.[1,2] Kemudian,

nyamuk ini akan mentransmisikan virus dengue jika menggigit manusia lain, sehingga

akan mengalami gejala setelah masa inkubasi rata-rata 4−7 hari (kisaran 3−14 hari).

Virus dengue masuk ke dalam peredaran darah dan menginvasi leukosit untuk

bereplikasi. Pasien akan berstatus infeksius selama 6−7 hari setelah digigit nyamuk.

Leukosit akan merespon viremia dengan mengeluarkan protein cytokines dan

interferon, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala penyakit seperti

demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot. Bila replikasi virus bertambah banyak,

maka virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sumsum tulang.[1,2] Sel-sel stroma

pada sumsum tulang yang terinfeksi akan rusak, sehingga produksi trombosit

menurun. Kondisi trombositopenia akan mengganggu proses pembekuan darah dan

meningkatkan risiko perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala

perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau ke-5 setelah gejala demam timbul, baik

berupa petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan mukosa mulut, hematemesis,


melena, menorrhea, maupun hematuria. [1,2] Replikasi virus pada hati akan

menyebabkan hepatomegali dengan tanda nyeri tekan.


E. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah

- Glukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N<200


mq/dl)

- BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan


indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat

- Elektrolit: K, Na

Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium (N 3,80-5,00 meq/dl)

Natrium (N 135-144 meq/dl)

2. EEG (Elektroensefalografis) merupakan suatu cara untuk melokalisasi daerah


serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktivitas otak. Gelombang
otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-masing tipe
dari aktivitas kejang.

3. CT-Scan merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran


dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

F. Penatalaksanaan Medis

a. Pengobatan
Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang
diberikan melalui interavena.

b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
G. Pengkajian Keperawatan

Hal-hal yang perlu dikaji diantaranya:


a. Pengkajian Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnose medis.
2) Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
b. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Apa yang dirasakan sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
c. Pemeriksaan fisik
Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV)
d. Aktivitas dan Latihan
1. Apakah anak senang berbain sendiri atau dengan teman sebayanya?
2. Apa aktivitas yang disukai?
e. Pola Nutrisi
1. Untuk mengetahui makanan apa saja yang disukai dan yang tidak
disukai?
2. Bagaimana selera makan anak?
3. Berapa kali minum dan jumlahnya perhari?
f. Pola tidur/istirahat
Untuk mengetahui berapa jam sehari tidur?
g. Pola eliminasi
Untuk mengetahui BAK dan BAB
- BAK: ditanyakan bagaimana warnanya, baunya, dan apakah terdapat darah?
- BAB: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak?
bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
H. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (SDKI : D.007)


2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal (SDKI: D.0130) (PPNI, 2017)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi (SDKI :
D.0111)
I. Intervensi Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu


tubuh diatas nilai normal.
Ditandai dengan:
- Suhu tubuh diatas nilai normal
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
A. Tujuan dan kriteria hasil (SLKI)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi membaik
dengan kriteria hasil:
- Menggigil membaik - Kejang menurun takikardi membaik
- Takipnea membaik - Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik - Tekanan darah membaik
- Ventilasi membaik
B. Intervensi (SIKI)
Observasi:
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor warna dan suhu kulit
Terapeutik
4. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Berikan cairan oral
6. Lakukan kompres dingin
7. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan pasien
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9. Kolaborasikan pemberian cairan elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian antipiretik
2. Ansietas (kecemasan) pada orang tua berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi.
Ditandai dengan:
- Merasa bingung
- Merasa khawatir akibat dari kondisi yang dihadapi
- Sulit berkonsentrasi
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Suara bergetar
- Tekanan darah meningkat
A. Tujuan dan kriteria hasil (SLKI)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas menurun dengan
kriteria hasil:
- Perilaku gelisah menurun
- Verbalasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
- Perilaku tegang cukup menurun
B. Intervensi (SIKI)
Observasi:
1. Identifikasi penyebab ansietas
2. Monitor tanda-tanda ansietas
Teraupetik
3. Ciptakan suasana teraupetik untuk menimbulkan kepercayaan
4. Temani pasien atau keluarga pasien untuk mengurangi kecemasan
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi
6. Latih teknik relaksasi
7. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis pengobatan dan prognosis
8. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi .


Dibuktikan dengan:
- Menunjukan perilaku sesuai anjuran
- Menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah
A. Tujuan dan kriteria hasil (SLKI)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan
meningkat dengan kriteria hasil:
- Menunjukan perilaku sesuai anjuran
- Menunjukan presepsi yang tidak keliru terhadap masalah
B. Intervensi (SIKI)
Observasi:
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Identifikasi pengetahuan saat ini
Teraupetik
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Edukasi
4. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang keluarga
5. Beri pasien dan keluarga bertahan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Wulandari, N. A., & Munandar, A. (2019). Radiasi Adjuvan Paska Operasi pada Sarkoma
Pleiomorfik Jaringan Lunak Regio Torso yang Mengalami kekambuhan: Sebuah
laporan kasus dalam 2 tahun follow up. Radioterapi & Onkologi Indonesia, 10(2), 49–
53. https://doi.org/10.32532/JORI.V10I2.103
https://www.halodoc.com/artikel/kenali-7-jenis-dan-gejala-sarkoma-jaringan-lunak

Anda mungkin juga menyukai