Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FEBRIS KONVULSI

DOSEN PENGAMPU :
FATIKHAH, S.KEP., NS., M.KEP.
DISUSUN OLEH :
SARMILA (201911030)
SHOUNU T TSANI (201911030)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL
2020/2021
A. PENGERTIAN
Kejang demam adalah bangkitkan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai >38⁰C). kejang demam dapat terjadi
karena proses intrakarnial maupun ekstrakranial. Kejang demam
terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan s/d. 5 tahun. Paling
sering pada anak usia 17-23 bulan.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri dari kejang ini adalah:
a. Kejang berlangsung singkat
b. Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit
c. Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang ini:
a. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
c. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

B. ETIOLOGI
Kejang dibedakan menjadi intrakarnial dan ekstrakarnial.
1. Intracranial meliputi:
a. Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikel
b. Infeksi: bakteri, virus,parasit misalnya meningitis
c. Congenital: disgenesis, kelainan serebri
2. Ekstrakranial, meliputi:
a. Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan
riwayat diare sebelumnya
b. Toksik: intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat
c. Congenital: gangguan metabolism asam basa atau
ketergantungan dan keurangan piridoksin

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:

a. Riwayat kejang dalam keluarga


b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelumnya kejang makin tinggi suhu
sebelumnya kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang
demam akan berulang
d. Lainnya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara
mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang
demam berulang.

C. GEJALA / TANDA
Kejang demam ditandai oleh terjadinya kejang saat demam. Gejala kejang
demam adalah hentakan pada tungkai dan lengan yang berulang
(kelojotan), mata mendelik ke atas, dan anak kehilangan kesadaran.

Kejang demam biasanya terjadi kurang dari 2 menit. Namun pada


beberapa kasus, kejang demam dapat terjadi hingga 15 menit. Anak yang
mengalami kejang demam akan langsung sadar setelah kejang reda,
walaupun tampak bingung atau lelah. Biasanya kejang juga tidak berulang
dalam kurun waktu 24 jam. Kejang demam seperti ini disebut kejang
demam sederhana.

Jika kejang terjadi lebih dari 15 menit, atau terjadi lebih dari sekali selama
kurun 24 jam, kejang demam tersebut dapat digolongkan sebagai kejang
demam kompleks. Kejang yang muncul pada kejang demam kompleks
juga bisa terjadi hanya pada salah satu bagian tubuh. Anak yang pernah
mengalami kejang demam berisiko untuk mengalaminya lagi ketika
demam, terutama bila usia anak masih di bawah 15 bulan.
D. PATOFISIOLOGI
E. PATWAYS

F. KOMPLIKASI
Menurut Mayo Clinic, kebanyakan kejang demam tidak menghasilkan
efek yang bertahan lama. Kejang demam sederhana tidak akan
menyebabkan kerusakan otak, cacat intelektual atau ketidakmampuan
belajar. Artinya, kecil kemungkinannya kalau anak dapat mengalami
masalah serius dari kejang demam.
Kejang demam juga berbeda dengan kejang epilepsi. Epilepsi adalah suatu
kondisi yang ditandai dengan kejang berulang yang tidak disebabkan oleh
sinyal listrik abnormal di otak. Pada kasus kejang demam, komplikasi
yang bisa terjadi adalah kejang demam berulang.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016)
yaitu:
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama
kali adalah ABC ( Airway, Breathing, Circulation.
2) Setelah ABC aman. Baringkan pasien ditempat yang rata untuk
mencegah terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah Danger.
3) Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah
dibungkus kasa
4) Singkarkan benda-benda yang ada di sekitar pasien yang bisa
menyebabkan bahaya.
5) Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
6) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
7) Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
8) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit akan
dilepaskan
b. Penatalaksanaan medis
1) Bila pasien datang dalam keadaan kejang obat utama adalah
diazepam untuk membrantas kejang secepat mungkin yang diberi
secara IV (intravena), IM (Intra muskular), dan rektal. Dosis
sesuai BB:< 10 kg;0,5,0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam
spuit 7,5 mg, > 20 kg ; 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata dipakai 0,3
mg/kg BB/kali dengan maksimal 5 mg pada anak berumur kurang
dari 5 tahun,dan 10 mg pada anak yang lebih besar
2) Untuk mencegah edema otak , berikan kortikosteroid dengan dosis
20-30 mg/kg BB/ hari dan dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
glukortikoid misalnya deksametazon 0,5-1 ampul selama 6 jam
3) Setelah kejang teratasi dengan diazepam selama 45-60 menit
disuntikan antipileptik dengan daya kerja lama misalnya
fenoberbital, defenilhidation diberikan secara intramuskuler.Dosis
awal neonatus 30 mg: umur satu bulan-satu tahun 50 mg, umur
satu tahun keatas 75 mg

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
untuk kasus kejang demam kompleks, dokter perlu melakukan
electroencephalogram (EEG), yaitu tes untuk mengukur aktivitas otak.
Tes yang dapat dilakukan yaitu :
1. Tes darah
2. Tes urine
3. Ketukan tulang belakang (lumbar puncture), untuk mengetahui apakah
anak memiliki infeksi sistem saraf pusat.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Proses pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :
a) Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat,
diagnose medis dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan
identitas penanggung jawab
b) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Demam, suhu > 38oC, muntah, kaku , kejang-kejang, sesak nafas,
kesadaran menurun, ubun-ubun cekung, bibir kering, bak lidah ada,
BAB mencret.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Umumnya penyakit ini terjadi sebagai akibat komplikasi perluasan
penyakit lain. Yang sering ditemukan adalah ISPA, ionsililis, olilis
nedia, gastroeniecilis, meningitis.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
infeksi seperti ISPA dan meningitis.serta memiliki riwayat kejang
yang sama dengan pasien
c) Data tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian
dengan mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan
ketentua-ketentuan perkembangan normal.Perkembangan motorik,
perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan
emosional, perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial.
d) Data fisik
Pada penyakit demam kejang sederhana didapatkan data fisik :
1) Suhu meningkat
2) Frekuensi nafas naik
3) Kesadaran menurun
4) Nadi naik
5) Kejang bersifat umum dan berlangsung sebentar
6) Lemah, letih, lesu dan gelisah.
7) Susah tidur.
e) Pemeriksaan fisik persistem
1) System pernafasan
Karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih 15
menit biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan
energi meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.Akibat
langsung yang timbul apabila terjadi kejang demam adalah gerakan
mulut dan lidah tidak terkontrol.Lidah dapat seketika tergigit, dan
atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan.
2) Sistem sirkulasi
Karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia
sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian
hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.
3) Sistem pencernaan
sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak /
gigi.
4) Sistem perkemihan
Kontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung kemih dan
tonus spinkter
5) Sistem persyarafan
Aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala dan infeksi
serebra
f) Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus
/ kekuatan otot. Gerakan involunter.
g) Integritas ego : stressor eksternal / internal yang berhubungan
dengan keadaan dan atau penanganan, peka rangsangan.
h) Riwayat jatuh / trauma
i) Data laboratorium
1) Leukosit meningkat
2) Pada pemeriksaan tumbal punksi ditemukan cairan jernih
glukosa normal dan protein normal.
j) Data psikososial
Hubungan ibu dan anak sangat dekat sehingga perpisahan dengan
ibu menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi anak-
anak lingkungan tidak dikenal akan menimbulkan perasaan tidak
aman, berduka cita dan cemas.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Roger M.D.M.P.H
diagnosis pedriatri : 231) :
1) Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan
kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
2) Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan suhu tubuh.
3) Resiko kejang berulang b.d peningkatan suhu.
4) Resiko Defisit volume cairan bd kondisi demam.
5) Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informas
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan
2) kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
3) Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan suhu tubuh.
4) Resiko kejang berulang b.d peningkatan suhu.
5) Resiko Defisit volume cairan bd kondisi demam.
6) Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis

K. INTERVENSI
Intervensi
1. Hipertermia
NIC: fever treatment
a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor IWL
c. Monitor warna dan suhu kulit
d. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
e. Monitor penurunan tingkat kesadaran
f. Monitor WBC, Hb, dan Hct
g. Monitor intake dan output
h. Berikan anti piretik
i. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
j. Selimuti pasien
k. Lakukan tapid sponge
l. Kolaborasi pemberian cairan intravena
m. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
n. Tingkatkan sirkulasi udara
o. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadi mengigil
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
NIC: Peripheral Sensation Management (Manajemen Sensasi
Perifer)
a. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
b. Monitor aadanya paretese
c. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
d. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
f. Monitor kemampuan BAB
g. Kolaborasi pemberian analgetik
h. Monitor adanya tromboplebitis
i. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
j. Trauma kepala
k. Hierkolesterolemia
l. Hipertensi
3. Risiko Cedera
NIC: Environment Management (Manajemen Lingkungan)
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fngsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
d. Memasang side rail tempat tidur
e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
pasien
g. Membatasi pengujung
h. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
i. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
j. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
k. Berikan penjelasan paa pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.
4. Resiko Keterlambatan Perkembangan
NIC: Pendidikan Orang Tua: Masa Bayi
a. Ajarkan kepada orang tua tentang penanda perkembangan
normal
b. Demontrasikan aktivitas yang menunjang perkembangan
c. Tekanan pentingnya perawatan prenatal sejak dini
d. Ajarkan ibu mengenai pentingnya berhenti mengkonsumsi
alcohol, merokok, dan obat-obatan selama kehamilan
e. .Ajarkan cara memberikan rangsangan yang berarti untuk ibu
dan bayi
f. Ajarkan tentang perilaku yang sesuai dengan usia anak
g. Ajarkan tentang mainan dan benda-benda yang sesuai dengan
usia anak
h. Berikan model peran intervensi perawatan perkembangan
untuk bayi kurang bulan (prematur)
i. Diskusikan hal-hal terkait kerjasama antara orang tua dan anak

Anda mungkin juga menyukai