KEJANG DEMAM
Disusun Oleh:
19049
2A
A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejangn yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (
suhu rental diatas 38℃ ) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam
juga dapat diartikan sebagai suatu kejang yang terjadi pada anak usia antara 3 bulan
sampai dengan 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa adanya tandatanda
infeksi intrakranial atau penyebab lain yang menyebabkan kejang.
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motoric atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,2012)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhumencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial
maupunekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan
sampaidengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013)
B. Etiologi
Hingga kini belum diketahui penyebab kejang demam,demam sering disebabkan
oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,pneumonia, dan infeksi saluran kemih
(lestari,2016)
Menurut Ridha (2014) mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
a. Demam tinggi
b. Gangguan metabolism
c. Perubahan cairan dan elektrolit
d. Faktor genetika
e. Gangguan sirkulasi
f. Faktor predispisisi kejang demam antara lain :
1) Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus.
2) Angka kejadian adanya latar belakang klainan masa reanatal pra-natal dan
perinatal tinggi
3) Angka kejadian adanya kelainan neurologis mirror sebelumnya juga
tinggi,
Kejang demam juga sering terjadi pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
tahun, hamper 3% dari anak yang berumur 5 tahun pernah mengalami kejang demam.
Penyebab kejang demam yang sering terjadi disebabkan oleh :
1. Infeksi saluran pernafasan
2. idiopatik
3. Gangguan metabolic
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter
C. Pencegahan
Kejang demam pada umumnya tidak dapat di cegah, namun jika anak mengalami
demam Pencegahanya antara lain :
1) Berikan kompres hangat
2) Berikan air putih dalam jumlah banyak
3) Berikan obat penurun panas paracetamol dan ibuprofen
D. Patofisiologi
Sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi di pecah
menjadi CO2 dan air. Sel di kelilingi oleh membrane yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron
dapat dilalui dengan mudah melalui ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion
K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di
luar sel, maka terdapat perbedaan potensi membrane yang di sebut potensi membrane
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensi membran diperlukan energy dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat paa permukaan sel. Keseimbangan potensi
membrane ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrai ion di ruang eksraseluler
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan
Adapun tanda dan gejala yang menyebabkan demam pada anak yaitu :
F. Pemeriksaan penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal/ gangguan difusi otak akibat lesi organic,
melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2. CT-SCAN
Untuk mengidentifikasi resi serebral, misalnya: infark, hematoma
3. Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, lengkap ( Hd, Ht, Leukosit, Trombosit)
4. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal ( cairan yang ada di otak dank anal tulang
belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
5. Cairan cerebo spinal : mendeteksi tekanan darah abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang
G. Komplikasi
Kejang demam dapat mengakibatkan :
1. Kerusakan sel otak
2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan
bersifat unilateral
3. Epilepsy
4. Kelainan anatomi di otak
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaa medis
a) Menghentikan kejang secapat mungkin
b) Diberikan diazepam secara intravena jika klien masih kejang
c) Pemberian oksigen
d) Penghisapan lendir kalau perlu
e) Pengobatan rumah profilaksis intermitten untuk mencegah kejang
berulang, diberika obat campuran antikonvulsan dan antipiretik,
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Perhatikan ABC ( Airway, Breathing, Circulation)
b) Lepaskan pakaian yang menggangu pernafasan
c) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
d) Monitor suhu tubuh melalui rektal
e) Singkirkan benda-benda yang menyebabkan bahaya
f) Bila suhu tinggi beri kompres hangat
g) Jika sudah sadar berikan minum air hangat
I. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematik untuk pengumpulan data dan menganalisis
sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
1) Anamnesis
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,pekerjaan orang tua, penghasilan
orang tua., kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan
biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak
yang berusia kurang dari 18 bulan.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu
makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanyatergantung
pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan kejang
demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan
intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak
(hemifarise).
(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak
lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.
(3) Riwayat nutrisi Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu
makan karena mual dan muntahnya
2) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis
b) TTV :
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi : pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/i
c) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berar
badan yang berarti
d) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.
f) Mulut dan lidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak
kotor
g) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus
mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid
h) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
i) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
j) Dada
1. Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.
2. Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang
jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan,
dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan
linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
3. Abdomen
Biasanya lemas dan datar, kembung
4. Anus
Biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
5. Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,
akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,
akral dingin
3) Penilaian tingkat kesadaran
a) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadarsepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya, nilai
GCS: 15-14.
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai GCS: 11 - 10.
d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
4) Penilaian kekuatan otot
a) Respon Skala Kekuatan otot tidak ada 0
b) Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
c) Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
d) Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan gravitasi 3
e) Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu melawan
tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi 4
f) Kekuatan otot normal 5
5) Pemeriksaan penunjang
a) EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal/ gangguan difusi otak akibat lesi
organic, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.
b) CT-SCAN
Untuk mengidentifikasi resi serebral, misalnya: infark, hematoma
c) Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, lengkap ( Hd, Ht, Leukosit, Trombosit)
d) Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal ( cairan yang ada di otak dank anal
tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis
e) Cairan cerebo spinal : mendeteksi tekanan darah abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang
J. Diagnosa
1. Hipertermi b.d proses penyakit
2. Resiko cidera sekunder akibat kejang b.d gerakan klonik yang tidak terkontrol
selama episode kejang.
3. Kekurangan volume cairan b.d mual muntah
K. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/DESI_REGINA_PUTRI.pdf
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM/article/view/84
Unimua (2017)
http://repository.unimus.ac.id/940/3/Bab%202.pdf