KEJANG DEMAM
1.1 Pengertian
Definisi kejang demam adalah kejadian kejang pada bayi dan anak,
biasanya terjadi antara usia 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan
demam tanpa adanya bukti-bukti infeksiatau sebab yang jelas di intrakranial.
Kejang Demam adalah suatu kejang yang terjadipada usia antara 6 bulan
hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpaadanya tanda-tanda
infeksi intracranial atau penyebab yang jelas. Kejang demam adalah kejang
yang terjadi pada saat seorang bayin atau anak mengalami demam
tanpainfeksi sistem saraf pusat (Rasyid et al.,2019).
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior dalam
waktuterbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otakyang terjadi
karena kenaikansuhu tubuh >390 C. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu
kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi
setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
adanya kelainan syaraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau
parsial (Kaya et. al., 2021).
1.2 Etiologi
Penyebab kejang demam Menurut Maiti & Bidinger (2018), yaitu:
a. Faktor Genetika
Faktor keturunan dari salah satu penyebab terjadinya kejang demam, 25-
50% anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga
yang pernah mengalami kejang demam.
b. Penyakit infeksi
1) Bakteri: penyakit pada traktus respiratorius, pharyngitis, tonsillitis,
otitis media.
2) Virus: varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab
demam berdarah)
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit
dengan demam tinggi, demam pada anak paling sering disebabkan oleh:
1) ISPA
2) Otitis media
3) Pneumonia
4) Gastroenteritis
5) ISK
d. Gangguan metabolism
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah
kurang dari 30% mg pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20% mg
pada bayidengan beratbadan lahir rendah atau hiperglikemia
e. Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera kepala
f. Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapapun, namun
mereka merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia
pertengahan dan kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat.
g. Gangguan sirkulasi
h. Penyakit degenerative susunan saraf.
1.3 Klasifikasi
Menurut (Hardika & Mahailni, 2019) kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat
pada anakumur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang
mencapai ≥ 39⁰ C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya
berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir
kejang kemudian di akhiri dengan suatu keadaan singkat seperti
mengantuk, dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak
tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisik dan riwayat
perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau
penyakit lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile
convulsion) biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang
berulang dalam 24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam
masa pasca bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam
adalah sama dengan kejang demam sederhana.
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat
dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
sebelumnya anak mempunyaikelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pada umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.
1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway/WOC
1.6 Menifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat muncul pada pasien dengan kejang demam
adalah sebagaiberikut (Nishiyama et al., 2021):
a. Demam tinggi >39 C
b. Bola mata naik ke atas
c. Gigi terkatup
d. Tubuh, termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai
kebelakang, disusul gerakan kejut yang kuat
e. Gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol
f. Lidah dapat seketika tergigit
g. Lidah berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan
h. Saat periode kejang, terjadi kehilangan kesadaran.
c. LI 4/HE GU
LETAK: Pada punggung tangan, di antara metacarpal I dan II,
pertengahan sisi radial dari os metacarpal II.
CARA PENJARUMAN : Tegak lurus sedalam 0,5 – 0,8 cun.
FUNGSI: Mengusir faktor pathogen angin, membersihkan Qi paru dari
serangan pathogen, memperlancar Qi usus lambung.
INDIKASI: Sakit kepala, sakit gigi, pharyngitis, tonsilitis, rhinitis,
sinusitis, tendonitis, tuli, penyakit mata, kesulitan dalam persalinan,
dismonorhoe, goiter, nyeri dan paralisis.
KEISTIMEWAAN: Titik Yuan meridian usus besar.
d. LI 11/QU CHI
LETAK: Siku flexi, pada sisi lateral lipat siku, pada lekukan ujung
kerutan lipat siku.
CARA PENJARUMAN: Tegak lurus sedalam 0,8 – 1,5 cun bisa
moxa.
FUNGSI: Mengusir pathogen angin lembab, menghalau pathogen
panas, memperlancar peredaran darah, melemaskan sendi
INDIKASI: Sakit tenggorokan, nyeri siku dan lengan atas, paralisis
lengan, demam, hipertensi, neuro dermatitis, pluritus, dan kelainan
kulit, stroke, urtikaria.
KEISTIMEWAAN: Titik He meridian usus besar. Titik tonifikasi.
e. LR 3/TAI CHONG
LETAK: Proximal pertemuan tulang-tulang metatarsal I dan II.
CARA PENJARUMAN: Tegak lurus sedalam 0,5 – 0,8 cun bisa
moxa.
INDKASI: Metrohargia, hernia, enuresis, retensi urine, prolapsus uteri,
nyeri tenggorokan, nyeri kepala, vertigo, hipertensi, nyeri iga,
insomnia, epilepsi, gangguan mental, nyeri lutut dan betis, glucoma.
KEISTIMEWAAN: Titik Yuan dan titik Shu meridian Jue Yin kaki
hati.
f. KI 3/TAIXI
LETAK: Dalam depresi antara keunggulan medial malleolus dan
tendon tumit
CARA PENJARUMAN: Tusukkan miring ke arah sisi anterior
malleolus lateral 0,5-1 cun
INDIKASI: Tekanan darah tinggi, pusing, insomnia, sakit kepala, sakit
gigi, sakit tenggorokan, impotensi, menstruasi tidak teratur.
g. ST – 44 / NEI TING
LETAK: Pada daerah tipis antara jari kaki ke II dan III.
CARA PENJARUMAN: Tegak lurus sedalam 0,3 – 0,5 cun bisa
moxa.
FUNGSI: Menenagnkan lambung, memadamkan api lambung,
membersihkan tenggorokan, menghilangkan nyeri.
INDIKASI: Sakit gigi, tonsilitis, tic douloureux, epistaxis, gangguan
usus, demam dan sakit kepala.
KEISTIMEWAAN: Titik Ying meridian lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Kaya, M. A., Erin, N., Bozkurt, O., Erkek, N., Duman, O., & Haspolat, S.
(2021).
Changes of HMGB-1 and sTLR4 levels in cerebrospinal fluid of patient
swith febrile seizures. Epilepsy Research, 169, 1-5.
https://doi.org/10.1016/j.eplepsyres.2020.106516
Maiti, & Bidinger. (2018). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699
Nishiyama, M., Ishida, Y., Tomioka, S., Hongo, H., Toyoshima, D., &
Maruyama,
A. (2021). Prediction of AESD and neurological sequelae in febrile status
epilepticus. Brain and Development.
https://doi.org/10.1016/j.braindev.2021.01.004
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHHAN OKSIGENASI
1.1 Definisi
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2
dan pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah
satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen,
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Kusnanto, 2016).
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel
tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh
berapa faktor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012).
1.2 Etiologi
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya diantaranya adalah:
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolik
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis
b. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi,
pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi
dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan
penyakit kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan:
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru
menurun
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit banyaknya
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu:
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)
1.3 Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3
tahapan yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
2) Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh system saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan.
4) Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mucus silliasis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus.
b. Difusi
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Edukasi
1. Anjurkan supan cairan
2000ml per hari
2. Ajarkan batuk efektif
Kaloborasi
1. Kaloborasi pemberian
bronkubilator
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisidan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi danTindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definis dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat
PPNI