Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWAT DARURATAN
DEMAM KEJANG
Kelompok 3 Str Reguler 2
1. YENI NUR JAMIL AZIZAH 1914301052
2. AGIL CAHYA BATARA 1914301098
3. M. LUTHFAN AMIRRUDIN 1914301095
4. SELPI TIARA ARISKA 1914301057
5. HERMAYANTI 1914301062
6. ADE PUTRI AULIA 1914301084
7. AYU WANDIRA 1914301101
8. AMRI WIJAYA RAHMAN 1914301094
9. MALA SARI 1914301063
10. ALFIATURAHMI 1914301066
11. MARISA YUSRO ASRI 1914301069
12. WIWIN KIKY WULANDARI 1914301099
DEFINISI
Kejang demam merupakan tipe kejang yang paling sering dijumpai pada
massa kanak-kanak (American Academy of Pediatrics,2008;Johnston, 2007).
Kejang demam biasanya menyerang anak dibawah umur 5 tahun, dengan
insiden puncak yang terjadi pada anak usia antara 14 dan 18 bulan. Kejang
demam jarang terjadi pada anak dibawah 6 bulan dan di atas 5 tahun.
ETIOLOGI
Faktor penting dalam kejang demam adalah demam, umur, genetik, riwayat prenatal dan
perinatal. Infeksi saluran napas atas merupakan penyakit yang paling sering
berhubungan dengan kejang demam. Gastroenteritis terutama yang disebabkan oleh
Shigella atau Campylobacter, dan infeksi saluran kemih merupakan penyebab lain yang
lebih jarang (Moe, et al, 2007).

Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam antara lain:

1. Demam itu sendiri


2. Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
4. Perubahan keseimbangan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral
Faktor Risiko
Pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan elektrokardiogram (EKG).
2) Echocardiogram
3) Foto thorax
4) Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)
5) Tes Treadmill
Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2. Monitor EKG
3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah
garam (bila gagal jantung).
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
Faktor Risiko

Faktor Demam

Faktor Usia

Faktor Riwayat Kejang dalam Keluarga

Faktor Perinatal dan Pascanatal

Faktor Vaksinasi/Imunisasi
Klasifikasi Kejang Demam

Kejang demam Sederhana (KDS) Kejang demam Sederhana (KDS)

Tanda dan Gejala Klinis


 Kejang demam berlangsung singkat, serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral.
 Seringkali kejang berhenti sendiri.
 Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak.
 Setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa deficit
neurologis.
 Peningkatan suhu tubuh mendadak hingga ≥ 38OC
Pemeriksaan Fisik
Batas suhu yang bisa mencetuskan kejang demam 38OC atau lebih, tetapi suhu sebenarnya pada
waktu kejang sering tidak diketahui. Pemeriksaan fisik lainnya bertujuan untuk mencari sumber
infeksi dan kemungkinan adanya infeksi intrakranial meningitis atau ensefalitis (Basuki, 2009)

Pemeriksaan Penunjang dIAGNOSIS


1. Laboratorium darah Kriteria Livingstone untuk kejang demam:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 4 tahun
2. Urinalisis
2. Kejang berlangsung sebentar, tidak lebih dari 15 menit
3. Fungsi Lumbal 3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
4. Radiologi
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
5. Elekroensefalografi (EEG) 6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu
normal tidak menunjukan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akut
2. Mencari dan mengobati penyebab demam

3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.


Prognosis
 Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis.
 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.
 Kemungkinan berulang kejang demam.
 Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah: riwayat kejang demam dalam keluarga. Usia kurang lebih 12
bulan, temperatur yang rendah saat kejang, cepatnya kejang setelah demam
 Kemungkinan terjadinya epilepsi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Anamnesis
Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku
bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua.
Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien mengalami kejang dan bahkan
pada pasien dengan kejang demam kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu makan anaknya
berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung pada jenis kejang demam yang
dialami anak.
Riwayat Perkembangan Anak
Pada pasien dengan kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan
intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
...Lanjutan
Pengkajian
Anamnesis
Riwayat Imunisasi
Anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus
influenza.

Riwayat Nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntahnya.

Pengetahuan keluarga
Pemahaman penyakit dan perawatan
...Lanjutan
Pengkajian
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum biasanya anak rewel
b. TTV
Suhu : >38,0⁰C
Respirasi: Pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : >100 x/menit
c. BB : Pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
d. Kepala : Tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e. Mata : Biasanya simetris kiri-kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
f. Mulut dan lidah : Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
g.Telinga : Bentuk simetris kiri-kanan, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid.
h.Hidung : Penciuman baik, ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris, mukosa hidung
berwarna merah muda.
i. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar getah bening
...Lanjutan
Pengkajian
PEMERIKSAAN FISIK
j. Dada
1) Thoraks
Inspeksi: gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi: vremitus kiri kanan sama
Auskultasi: ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.
2) Jantung
Terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba A: BJ II lebih lemah dari BJ I
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal
linea midclavicularis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan
dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
...Lanjutan
Pengkajian
PEMERIKSAAN FISIK
k. Abdomen
Lemas dan datar, kembung
l. Anus
Tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
m. Ekstermitas :
Atas : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
Bawah : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
...Lanjutan
Pengkajian
AKTIVITAS KEJANG
Meliputi karakteristik kejang, lama kejang, dan frekuensi kejang

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN


a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh,
nilai GCS: 13 - 12.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal, nilai GCS: 11 - 10.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
...Lanjutan
Pengkajian
a. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS:
6 – 4.
b. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak
ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai
GCS: ≤ 3.
PENILAIAN KEKUATAN OTOT

Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2

Terangkat sedikit < 45, tidak mampu melawan gravitasi 3

Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak 4


mampu melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak
terkoordinasi

Kekuatan otot normal 5


Implementasi Keperawatan

ada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera


biologis (iskemik) dilakukan tindakan keperawatam yaitu : melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif, mengobservasi tanda-tanda
nonverbal nyeri seperti wajah tampak meringis dan memegangi area yang
nyeri, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam pada pasien, menganjurkan
pasien untuk melaporkan segera jika merasakan nyeri, dan membatasi
pengunjung dan komunikasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan sirkulasi otak
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
3. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Thanks!
ASUHAN KEPEAWATAN
GAWAT DARURAT PADA
ANAK ASFIKSIA
Nama kelompok 3
Yeni Nur Jamil Azizah 1914301052
Agil Cahya Trisna Batara 1914301098
M. Luthfan Amirudin 1914301095
Selpi Tiara Ariska 1914301057
Hermayanti 1914301062
Malla Sari 1914301063
Alfiaturrohmi 1914301066
Amri Wijaya Rahman 1914301094
Ayu Wandira 19143010101
Ade Putri Aulia 1914301084
Marisa Yusro Asri 1914301069
Wiwin Kiky Wulandari 1914301099
A.PENGERTIAN

● Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah dilahirkan. (mochtar, 1989)
● Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (manuaba, 1998)
● Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Keadaadn ini disertai denga hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan
asidosis (wong, 1999)
● Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah bayi lahir.
B. JENIS ASFIKSIA
● Jenis asfiksia
● a) Asfiksia livida (biru)
● Warna kulit kebiru-biruan
● Tonus otot masih baik
● Reaksi rangsangan positif
● Bunyi jantung redup
● Prognosis lebih baiK
● b) Asfiksia pallid (putih)
● Kulit pucat
● Tonus otot kurang
● Tidak ada reaksi
● Bunyi jantung ireguler
● Prognosis jelek
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
LANJUTAN

● Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3


● Asfiksia ringan sedang nilainya 4-6
● Bayi normal dengan sedikit asfiksia nilainya 7-9
● Bayi normal dengan nilai 10

● Dilakukan pemantauan nilai Apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai Apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
ANATOMI DAN FISIOLOGIS

Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel


sehingga diperlukan sistem respirasi yang adekuat.
● Agar pernapasan dapat berlangsung dengan normal, diperlukan beberapa
factor, yaitu :
● Suplai oksigen yang adekuat
● Saluran udara yang utuh
● Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal
● Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama berfungsi membentuk unit
pernapasan terminal dalam jumlah yang cukup
● Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel-sel tubuh
● Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif
● Berfungsinya pusat pernapasan
ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

Anatomi Saluran Pernapasan Atas


1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran,
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.
Faring
Merupakan pipa berotot berbentuk cerebong (±13 cm) yang
letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago)
krikoid. Faring dibagi menjadi tiga
region ; dibelakang hidung (nasofaring), belakang mulut
(orofaring), dan belakang laring
Laring
Sering disebut dengan voice box
dibentuk oleh struktur epithelium lined
yang berhubungan dengan faring
dan trakhea.
b) Saluran Pernafasan Bagian Bawah.

Trakhea
Merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra
torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronchus. Ujung cabang trachea disebut
carina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
yang kuat jika dirangsang Trakea besifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang
12cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C. pada cincin tersebut terdapat epitel
bersilia tegak yang banyak mengandung sel goblet yang mensekresi lender.
● Bronkus
● Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih
pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan
dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis


yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran
transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.
● Alveoli
● Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel
alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.
2. Fisiologi Sistem Pernafasan
● Proses respirasi dapat dbagi menjadi tiga proses utama :
○ Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara antara atmosfer
dan alveoli paru
○ Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara alveoli dan darah
○ Transportasi adalah proses beredarnya gas (O2 dan CO2) dalam darah
dan cairan tubuh ke dan dari sel-sel.
● Proses fisiologi respirasi dibagi menjadi tiga stadium, yaitu:
1. Difusi gas-gas antara alveoli dengan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna) dan darah sistemik dengan sel-sel jaringan.
2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus,
3. Reaksi kimia dan fisik O2 dan CO2 dengan darah.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi terdiri dari :
• Faktor ibu

Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan
kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi dsb.
• Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksia janin
dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta,
solusio plasenta dsb.
• Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin, dll.
• Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya
perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.
PATOFISIOLOGIS

Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa
hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat
pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan
berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Bayi yang mengalami kekurangan oksigen
akan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat. Pada penderita
asfiksia berlanjut usaha napas ini tidak tampak, denyut jantung mulai turun, dan bayi
memasuki
periode apneu. Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan
mengap- mengap yang dalam, frekuensi denyut jantung terus menurun (bradikardi)
ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnu sekunder.
MANIFESTASI KLINIK
● Pernapasan cepat
● Pernapasan cuping hidung
● Tonus otot berkurang
● Bradikardia atau takikardi
● Sianosis
● Nilai APGAR < 7

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Foto polos dada
● USG kepala
● Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah (AGD), serum elektrolit
● Baby gram (RO dada)
PENATALAKSANAAN
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Lakukan langkah awal yaitu : Hangatkan dan letakkan bayi di
bawah pemancar panas. Lanjutkan dengan tindakan resusitasi mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Airway: Memastikan saluran nafas terbuka
Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi dengan bahu diganjal
Menghisap mulut kemudian hidung dan kadang-kadang trachea
Bila perlu masukan pipa enditrakeal (ETT) untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Breathing : Memulai pernapasan
Lakukan rangsangan taktil
Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif seperti mulut ke mulut
3. Circulation: Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan.
• Asfiksia berat (score Apgar 0-3)
Berikan 02 dengan tekanan dan intermiten
Pemberian natrium bikarbonat 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan
dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan IV secara berlahan melalui vena umbilikalis.
Pemberian antibiotic sebagai tindakan profilaksis.
Bila henti jantung lakukan RJP
• Asfiksia sedang (score Apgar 4-6)
Berikan 02 intranasal dengan aliran 1-2 ltr/mnt
Ventilasi mouth to mouth
Apabila tidak berhasil lakukan penanganan seperti asfiksia berat

• KOMPLIKASI
• Otak: edema otak dan perdarahan otak
• Jantung dan paru-paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru.
•Gastrointerstinal : enterokolitis nekrotikans
• Ginjal: tubular, nekrosis akut 5. Hematologi: DIC
ASUHAN KEPERAWATAN
● SURVEY PRIMER
1. Airway
Pada airway, ada obstruksi pada jalan napas sehingga menghambat udara masuk ke dalam paru berupa
cairan atau benda asing seperti mekonium dari alveolus atau tidak.
● Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan (mekonium di
sepanjang jalan nafas)
● Rencana Keperawatan
● Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas kembali
efektif
● Kriteria:
Jalan nafas bersih
Tidak terdengar suara nafas tambahan
Klien dapat mempertahankan pernapasan normal Intervensi :
Observasi TTV tiap 5-15 menit
● R/ untuk mengetahui fungsi paru-paru dan jantung 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
● R/ mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak
● 3. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap ke atas (head till)
● R/ Untuk mencegah penyempitan jalan nafas 4. lakukan penghisapan secret (suction)
● R/ untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari nasofaring,tracea
■2. Breathing
Sesak, frekuensi pernapasan dalam/dangkal/regular/ireguler. Irama pernapasan cepat atau lambat, nilai apgar pada
menit ke-1 dan menit ke-5 dengan score <7 Diagnosa

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli


Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ventilasi paru
Rencana Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukatan gas adekuat
dan pola nafas efektif
Kriteria :
Inspirasi dan ekspirasi yang adekuat
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Frekuensi pernapasan normal (30-40x/mnit)
Hasil analisa gas darah normal Intervensi :
1. Observasi TTV tiap 5-15 menit
R/ untuk mengetahui fungsi paru-paru dan jantung
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan R/ frekuensi dan kedalaman
pernapasan menunjukkan usaha klien dalam
memenuhi kebutuhan oksigennya.
2. Kaji warna kulit dan membran mukosa
3. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung
4. menghadap ke atas (head till) Untuk mencegah penyempitan jalan nafas
5. 5. Kolaborasi/ lakukan pemeriksaan AGD
• Kolaborasi / berikan oksigen sesuai indikasi R/ membantu pemenuhan oksigen klien
3. Circulation

Pada sirkulasi, frekuensi nadi cepat atau tidak, teratur atau tidak. Akral hangat atau dingin,
capillary refill > 3 detik, pucat, sianosis, kemerahan.
Diagnosa:
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi Rencana Keperawatan
● Tujuan : perfusi jaringan dapat dipertahankan Kriteria :
Tekanan darah dalam batas normal
Kapiler refil <3 menit
Akral hangat Intervensi :
● Observasi TTV R/
● Kaji tanda-tanda yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan R/
● Pertahankan tirah baring untuk memudahkan sirkulasi R/
● Kolaborasi dala pemberian cairan parenteral R/
■5. Disability
Pada pasien asfiksia berat, akan mengalami penurunan kesadaran. Ini diakibatkan transport oksigen
ke otak yang kurang/tidak mencukupi (hipoksia). Yang akhirnya darah akan sulit mencapai jaringan
otak
■6. Exposure
Pada exposure, ditemukan hipotensi.

SECONDARY SURVEY
keluhan yang terjadi selama kehamilan, Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak
bernafas/menangis.
Pengukuran hasil nilai Apgar
Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan)
Lakukan pemeriksaan AGD
Lakukan pemasangan ETT
EVALUASI

● Bersihan jalan nafas kembali efektif, pasien terbebas dari obsruksi secret
● Ventilasi paru maksimal, pola nafas efektif
● Pernapasan pasien kembali normal, dengan frekuensi pernapasan berkisar 30-
40x/mnit
● Pertukaran gas adekuat
● Tidak terjadi penurunan kesadaran.
ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
PADA ANAK (TERSEDAK)
Disusun oleh :
Kelompok 3

Yeni Nur Jamil Azizah 1914301052


Agil Cahya Trisna Batara 1914301098
M. Luthfan Amirudin 1914301095
Selpi Tiara Ariska 1914301057
Hermayanti 1914301062
Malla Sari 1914301063
Alfiaturrohmi 1914301066
Amri Wijaya Rahman 1914301094
Ayu Wandira 19143010101
Ade Putri Aulia 1914301084
Marisa Yusro Asri 1914301069
Wiwin Kiky Wulandari 1914301099
Pengertian tersedak dan Penyebab Tersedak

● Tersedak merupakan kegawatdaruratan yang harus memperoleh penanganan segera


dan tersedak terjadi akibat benda kecil, mainan atau sepotong makanan yang
menghalangi jalan napas. Bayi dan anak-anak kecil memiliki saluran udara yang
sangat kecil sehingga membuat lebih mudah bagi mereka untuk tersedak (Seattle
Children’s, 2018). Benda asing biasanya tersangkut pada bronkus (paling sering pada
paru bagian kanan) dan dapat mengakibatkan kolaps pada bagian distal lokasi
penyumbatan (WHO, 2009).

penyebab tersedak:
● Anak-anak lebih beresiko tinggi tersedak dikarenakan beberapa alasan. Anak memiliki
kebiasaan sering memasukan benda-benda yang baru di kenal kedalam mulut
mereka. Ketidakmatangan fisik anak karena masih belum bisa mengunyah secara
sempurna dan terburu-buru serta kebiasaan anak yang suka berlari, tertawa,
berbicara dapat meningkatkan resiko tersedak. Saluran udara yang sempit pada anak,
jika terjadi obstruksi pada saluran pernafasan akan mengurangi aliran udara yang
keluar masuk secara signifikan. Biasanya obstruksi terjadi faring samapi bronkus
(Denny et al, 2015).
Tanda dan gejala

• Tanda dari seseorang yang mengalami tersedak akan memunculkan banyak reaksi dan dapat
dikategorikan menjadi berat dan ringan. Reaksi yang sering muncul adalah reaksi batuk-batuk,
karena batuk merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke
tenggorokan atau saluran pernapasan. apabila semakin besar benda asing yang masuk maka
akan menimbulkan gejala lain seperti sesak napas, mengi, suara serak, hingga tidak ada suara
napas sehingga perlu mendapatkan penanganan medis segera (Sufiana, 2015), tersedak juga
dapat dikategorikan berat yaitu ketika pertukaran udara yang buruk sehingga kesulitan saat
bernapas, seperti batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara,
sedangkan untuk tersedak dengan kategori ringan ketika korban masih dapat kooperatif saat
diajak bicara dan masih dapat bernapas (Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015).

Mekanisme Tersedak

• Gagal nafas adalah ketidakadekuatan dari pertukaran antara oksigen(O2) dan karbon
dioksida(CO2). Pertukaran yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekurangan oksigen
(Nugroho et al, 2016) Pertukaran oksigen di otak dan jaringan yang tidak adekuat akan sangat
membahayakan korban serta dapat mengakibatkan kematian (Hutabarat & Putra, 2016).
Proses Menelan
Penatalaksanaan
● Secara anatomi pada anak usia dibawah 1 tahun terdapat
perbedaan antara anak dan orang dewasa, karena pada kepala
anak lebih besar daripada tubuhnya dan ketika berbaring leher
anak akan tertekuk ketika di permukaan yang datar, pada anak
lidahnya lebih besar dan rahang bawahnya lebih pendek. Hal
tersebut meningkatkan resiko tertutupnya jalan napas pada
anak (Bhananker et al, 2014). Pada orang dewasa lebih
cenderung tersangkut di bagian bronkus sebelah kanan karena
segaris lurus dengan trakea dan bagian bronkus sebelah kanan
lebih besar. Sampai usia 15 tahun sehingga sudut dan ukuran
bronkusnya antara kanan dan kiri hampir sama, sehingga pada
anak-anak lokasi tersangkutnya benda asing lebih sering terjadi
antara bronkus utama kanan dan kiri (Fitri & Subroto, 2015).
Penanganan Tersedak
pada Bayi

● Pertolongan pertama pada kejadian tersedak pada anak menurut American Red
Cross, 2014. Penolong berada di belakang korban, kemudian korban dibungkukan.
Lakukan hentakan 5 kali pada punggung dengan pangkal telapak tangan.
Lakukan hentakan pada perut dengan cara penolong masih berada dibelakang
korban letakan atau tempelkan kepalan tangan penolong ke bagian perut anak.
Tutup

● kepalan dengan tangan lain, kemudian beriakan hentakan 5 kali dengan cepat
kearah atas. Lakukan 5 set hentakan punggung dan 5 set hentakan perut.
Penanganan Tersedak pada Anak

● Penanganan tersedak pada anak apabila tidak sadarkan diri. Lakukan pertolongan pertama atau berikan bantuan hidup
dasar (American Heart Association, 2015). Langkah pertolongan pada anak yang tersedak dan sampai tidak sadarkan diri
adalah dengan memperhatikan tiga hal terlebih dahulu, yaitu mengamankan penolong, mengamankan lingkungan, dan
mengamankan korban. Memberikan respon dengan menepuk dada atau bahu korban yang tidak sadarkan diri.
● Korban yang tidak ada respon setelah pemberian respon, penolong dapat mencari pertolongan dan menghubungi layanan
gawat darurat yang tersedia. Penolong dapat mengecek napas dan nadi secara bersamaan dalam waktu < 10 detik.
Apabila tidak ada napas atau nadi, berikan kompresi sebanyak 5 siklus, 1 siklus sebanyak 30 kompresi dan 2 kali napas
bantuan, dengan kecepatan kompresi 100-120x/menit dan napas buatan setiap 3-5 atau sekitar 12-20 napas buatan per
menit.
● Penolong dapat mengecek kembali keadaan napas dan nadi korban setelah diberikan kompresi, apabila sudah terdapat
nadi namun tidak terdapat napas, penolong dapat memberikan napas bantuan kepada korban. Penolong terlebih dahulu
mengecek jalan napas korban, apakah tersumbat atau tidak, Apabila terdapat sumbatan makanan atau bendal lain,
penolong harus membebaskan jalan napas terlebih dahulu. Memberikan napas bantuan dapat dilakukan dengan mulut ke
mulut. Pemberian napas bantuan, setiap satu tiupan napas bantuan berselang enam detik sekali selama 2 menit. Cek
kembali pernapasan dan nadi, apabila sudah normal, penolong dapat melakukan Recovery Position dan melakukan
evaluasi setiap 2 menit. Pertolongan dapat berakhir apabila penolong mengalami kelelahan, sudah tidak mampu untuk
menolong atau sampai bantuan medis datang.
Pencegahan Tersedak

Pencegahan tersedak dapat dilakukan dengan cara (Yulianingsih, 2017),


yaitu:

a. Menghindari makan maupun minum pada saat bercanda.

b. Jangan makan dengan terburu-buru.

c. Pada saat orang kejang, tidak sadar, atau seseorang yang


sedang mengalami sesak napas jangan diberikan makan
maupun minuman.

d. Pada balita, lansia atau seseorang yang ada gangguan


menelan jangan diberikan makanan yang keras atau
susah di kunyah.

e. Posisi ibu dalam pemberian ASI jangan dilakukan dengan


cara berbaring atau tiduran. Usahakan dalam pemberian
ASI posisi ibu setengah duduk atau posisi duduk
membentuk sudut 45 derajat.
Batasan Anatomi

Airway : Mulut, Larink, trachea,brokus terminalis


Breathing : alveoli,(paru), dinding dada, otot pernafasan
Circulation : jantung sebagai pompa, pembuluh darah sebagai
pipa, darah

Obstruksi total
• Yaitu pembuntuan saluran pernafasan secara total
sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan harus
segera ditolong karena dalam beberapa menit klien akan
mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi obstruksi
total maka akan terjadi atelektasis.
Peran Ibu Pada
Kegawatdaruratan

● Gawat darurat dalam premenkes nomor 19 tahun 2016 pasal 1 ayat 1 menjelaskan
“Gawat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan”. Keadaan atau kejadian
gawat darurat tidak mengenal tempat, waktu dan siapa yang akan mengalami.
Kasus tersedak merukapan salah satu dari kegawatdaruratan yang sering dijumpai
di masyarakat dan kebanyakan tersedak terjadi pada bayi atau anak, sehingga
masyarakat terutama ibu sebagai penolong harus dapat menolong secara cepat,
karena pertolongan pada tersedak membutuhkan orang yang pertama kali melihat.
Ibu merupakan wanita yang telah melahirkan seorang anak dan sebutan untuk
wanita yang sudah memiliki suami (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Peran
seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan dasar pada anak yaitu kebutuhan
emosional dan memberikan perlindungan anak perlu diperhatikan sehingga dapat
menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak (Fitriyani et al, 2016).
Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Penanganan Tersedak Pada anak

Pengetahuan Ibu Tentang


Penanganan Tersedak
Faktor yang
Pada Anak
mempengaruhi
Pengetahuan 1. Pengertian
1. Pendidikan Tersedak Baik

2. Pekerjaan 2. Tanda dan gejala


3. Umur tersedak Cukup Keterangan : Tidak
4. Lingkungan 3. Penyebab Diteliti : Diteliti :
5. Sosial tersedak Kurang
budaya 4. Mekanisme
Tersedak
5. Penanganan
Tersedak
6. Pencegahan
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
ANAK TERSEDAK
PENGKAJIAN
Identitas orangtua: Ny.D
Identitas bayi: An.F
Tanggal lahir: 24 juli 2021
jam : 02.00
Jenis kelamin: laki-laki
Lama proses persalinan: 3 jam
Riwayat persalinan Persalinan di : klinik bersalin
Cara persalinan : normal
Ditolong oleh : bidan
• Pemeriksa fisik

Tangal: 24 juli 2021


Jam: 02.30
Keadaan umum : lemah,letargis

1)Sistem pernafasan
Nafas cepat saat bernafas ada retraksi dada,kadang-kadang
terjadi dipsnoe. Di saluran nafas terdapat sisa cairan/air ketuban.

2)Sistem kardiovaskuler Denyut jantung cepat>120x/menit,tampak


sianosis.

3)Sistem pencernan
Kadang-kadang dijumpai obstruksi esophagus dan duodenum.

Pemeriksa penunjang:
1)Laboratorium
Laborat darah rutin:
2)Rontgen
Terlihat bercak infiltrat,Gerakan kedua lapang paru kasar,diameter anteroposterior
tambah dan diafragma mendatar.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukarangas
berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
3. Pola makan bayi tidak efektif
berhubungan dengan kegagalan
neurologik.
RENCANA KEPERAWATAN

1. Kerusakan pertukarangas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi


ventilasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x24jam diharap kantak terjadi
kerusakan pertukaran gas.
Intervensi :
•)Monitor pernafasan :
-monitor irama,frekuensi,kedalaman,usaha dalam respirasi.
-Monitor bunyi dan pola nafas
-Menjaga kepatenan jalan nafas.
-Memposisikan pasien dengan tepat dengan tujuan adekuatnya ventilasi
•)Manajemen asam basa
-monitor status emodinamik
-monitor AGD
2.Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh mukus.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x24jam


diharapkan bersihan jalan nafas efektif
Intervensi :
1)Manajemen jalan nafas
-buka jalan nafas posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dan
mengurangi dispnea
-auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan
-identifikasi pasien perlunya pemasangan jalan nafas buatan
3.Pola makan bayi tidak efektif berhubungan dengan
kegagalan neurologik

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x24jam
diharapkan pola makan bayi efektif
Intervensi :
-pasang NGT, OGT
-monitor ketepatan insersiNGT/OGT menelan dan bernafas
-tidak mampu dalam memulai atau menunjang penghisapan
efektif
-cek peristaltic usus
-monitor terhadap muntah/distensi abdomen
● EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir penilaian dari proses


keperawatan dengan mengunakan SOAP sebagai
penilaian keberhasilan atau tidak berhasilnya
implementasi yang telah dilakukan serta melanjutkan dari
intervensi yang belum tercapai.
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai