KEGAWAT DARURATAN
DEMAM KEJANG
Kelompok 3 Str Reguler 2
1. YENI NUR JAMIL AZIZAH 1914301052
2. AGIL CAHYA BATARA 1914301098
3. M. LUTHFAN AMIRRUDIN 1914301095
4. SELPI TIARA ARISKA 1914301057
5. HERMAYANTI 1914301062
6. ADE PUTRI AULIA 1914301084
7. AYU WANDIRA 1914301101
8. AMRI WIJAYA RAHMAN 1914301094
9. MALA SARI 1914301063
10. ALFIATURAHMI 1914301066
11. MARISA YUSRO ASRI 1914301069
12. WIWIN KIKY WULANDARI 1914301099
DEFINISI
Kejang demam merupakan tipe kejang yang paling sering dijumpai pada
massa kanak-kanak (American Academy of Pediatrics,2008;Johnston, 2007).
Kejang demam biasanya menyerang anak dibawah umur 5 tahun, dengan
insiden puncak yang terjadi pada anak usia antara 14 dan 18 bulan. Kejang
demam jarang terjadi pada anak dibawah 6 bulan dan di atas 5 tahun.
ETIOLOGI
Faktor penting dalam kejang demam adalah demam, umur, genetik, riwayat prenatal dan
perinatal. Infeksi saluran napas atas merupakan penyakit yang paling sering
berhubungan dengan kejang demam. Gastroenteritis terutama yang disebabkan oleh
Shigella atau Campylobacter, dan infeksi saluran kemih merupakan penyebab lain yang
lebih jarang (Moe, et al, 2007).
Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam antara lain:
Faktor Demam
Faktor Usia
Faktor Vaksinasi/Imunisasi
Klasifikasi Kejang Demam
Riwayat Nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntahnya.
Pengetahuan keluarga
Pemahaman penyakit dan perawatan
...Lanjutan
Pengkajian
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum biasanya anak rewel
b. TTV
Suhu : >38,0⁰C
Respirasi: Pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : >100 x/menit
c. BB : Pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
d. Kepala : Tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e. Mata : Biasanya simetris kiri-kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
f. Mulut dan lidah : Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
g.Telinga : Bentuk simetris kiri-kanan, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid.
h.Hidung : Penciuman baik, ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris, mukosa hidung
berwarna merah muda.
i. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar getah bening
...Lanjutan
Pengkajian
PEMERIKSAAN FISIK
j. Dada
1) Thoraks
Inspeksi: gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi: vremitus kiri kanan sama
Auskultasi: ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.
2) Jantung
Terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba A: BJ II lebih lemah dari BJ I
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal
linea midclavicularis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan
dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
...Lanjutan
Pengkajian
PEMERIKSAAN FISIK
k. Abdomen
Lemas dan datar, kembung
l. Anus
Tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
m. Ekstermitas :
Atas : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
Bawah : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
...Lanjutan
Pengkajian
AKTIVITAS KEJANG
Meliputi karakteristik kejang, lama kejang, dan frekuensi kejang
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
● Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah dilahirkan. (mochtar, 1989)
● Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut (manuaba, 1998)
● Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Keadaadn ini disertai denga hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan
asidosis (wong, 1999)
● Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah bayi lahir.
B. JENIS ASFIKSIA
● Jenis asfiksia
● a) Asfiksia livida (biru)
● Warna kulit kebiru-biruan
● Tonus otot masih baik
● Reaksi rangsangan positif
● Bunyi jantung redup
● Prognosis lebih baiK
● b) Asfiksia pallid (putih)
● Kulit pucat
● Tonus otot kurang
● Tidak ada reaksi
● Bunyi jantung ireguler
● Prognosis jelek
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
LANJUTAN
● Dilakukan pemantauan nilai Apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai Apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai
7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar)
ANATOMI DAN FISIOLOGIS
Trakhea
Merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra
torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronchus. Ujung cabang trachea disebut
carina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
yang kuat jika dirangsang Trakea besifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang
12cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C. pada cincin tersebut terdapat epitel
bersilia tegak yang banyak mengandung sel goblet yang mensekresi lender.
● Bronkus
● Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih
pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan
dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam
Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan
kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada
gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit eklamsi dsb.
• Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksia janin
dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta,
solusio plasenta dsb.
• Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir
dan janin, dll.
• Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya
perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.
PATOFISIOLOGIS
•
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada masa
hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat
pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan
berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Bayi yang mengalami kekurangan oksigen
akan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat. Pada penderita
asfiksia berlanjut usaha napas ini tidak tampak, denyut jantung mulai turun, dan bayi
memasuki
periode apneu. Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan
mengap- mengap yang dalam, frekuensi denyut jantung terus menurun (bradikardi)
ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnu sekunder.
MANIFESTASI KLINIK
● Pernapasan cepat
● Pernapasan cuping hidung
● Tonus otot berkurang
● Bradikardia atau takikardi
● Sianosis
● Nilai APGAR < 7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Foto polos dada
● USG kepala
● Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah (AGD), serum elektrolit
● Baby gram (RO dada)
PENATALAKSANAAN
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Lakukan langkah awal yaitu : Hangatkan dan letakkan bayi di
bawah pemancar panas. Lanjutkan dengan tindakan resusitasi mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Airway: Memastikan saluran nafas terbuka
Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi dengan bahu diganjal
Menghisap mulut kemudian hidung dan kadang-kadang trachea
Bila perlu masukan pipa enditrakeal (ETT) untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Breathing : Memulai pernapasan
Lakukan rangsangan taktil
Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif seperti mulut ke mulut
3. Circulation: Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan.
• Asfiksia berat (score Apgar 0-3)
Berikan 02 dengan tekanan dan intermiten
Pemberian natrium bikarbonat 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan
dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntikan IV secara berlahan melalui vena umbilikalis.
Pemberian antibiotic sebagai tindakan profilaksis.
Bila henti jantung lakukan RJP
• Asfiksia sedang (score Apgar 4-6)
Berikan 02 intranasal dengan aliran 1-2 ltr/mnt
Ventilasi mouth to mouth
Apabila tidak berhasil lakukan penanganan seperti asfiksia berat
• KOMPLIKASI
• Otak: edema otak dan perdarahan otak
• Jantung dan paru-paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru.
•Gastrointerstinal : enterokolitis nekrotikans
• Ginjal: tubular, nekrosis akut 5. Hematologi: DIC
ASUHAN KEPERAWATAN
● SURVEY PRIMER
1. Airway
Pada airway, ada obstruksi pada jalan napas sehingga menghambat udara masuk ke dalam paru berupa
cairan atau benda asing seperti mekonium dari alveolus atau tidak.
● Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan (mekonium di
sepanjang jalan nafas)
● Rencana Keperawatan
● Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas kembali
efektif
● Kriteria:
Jalan nafas bersih
Tidak terdengar suara nafas tambahan
Klien dapat mempertahankan pernapasan normal Intervensi :
Observasi TTV tiap 5-15 menit
● R/ untuk mengetahui fungsi paru-paru dan jantung 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
● R/ mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak
● 3. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap ke atas (head till)
● R/ Untuk mencegah penyempitan jalan nafas 4. lakukan penghisapan secret (suction)
● R/ untuk menghilangkan mucus yang terakumulasi dari nasofaring,tracea
■2. Breathing
Sesak, frekuensi pernapasan dalam/dangkal/regular/ireguler. Irama pernapasan cepat atau lambat, nilai apgar pada
menit ke-1 dan menit ke-5 dengan score <7 Diagnosa
Pada sirkulasi, frekuensi nadi cepat atau tidak, teratur atau tidak. Akral hangat atau dingin,
capillary refill > 3 detik, pucat, sianosis, kemerahan.
Diagnosa:
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi Rencana Keperawatan
● Tujuan : perfusi jaringan dapat dipertahankan Kriteria :
Tekanan darah dalam batas normal
Kapiler refil <3 menit
Akral hangat Intervensi :
● Observasi TTV R/
● Kaji tanda-tanda yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan R/
● Pertahankan tirah baring untuk memudahkan sirkulasi R/
● Kolaborasi dala pemberian cairan parenteral R/
■5. Disability
Pada pasien asfiksia berat, akan mengalami penurunan kesadaran. Ini diakibatkan transport oksigen
ke otak yang kurang/tidak mencukupi (hipoksia). Yang akhirnya darah akan sulit mencapai jaringan
otak
■6. Exposure
Pada exposure, ditemukan hipotensi.
SECONDARY SURVEY
keluhan yang terjadi selama kehamilan, Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak
bernafas/menangis.
Pengukuran hasil nilai Apgar
Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan)
Lakukan pemeriksaan AGD
Lakukan pemasangan ETT
EVALUASI
● Bersihan jalan nafas kembali efektif, pasien terbebas dari obsruksi secret
● Ventilasi paru maksimal, pola nafas efektif
● Pernapasan pasien kembali normal, dengan frekuensi pernapasan berkisar 30-
40x/mnit
● Pertukaran gas adekuat
● Tidak terjadi penurunan kesadaran.
ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
PADA ANAK (TERSEDAK)
Disusun oleh :
Kelompok 3
penyebab tersedak:
● Anak-anak lebih beresiko tinggi tersedak dikarenakan beberapa alasan. Anak memiliki
kebiasaan sering memasukan benda-benda yang baru di kenal kedalam mulut
mereka. Ketidakmatangan fisik anak karena masih belum bisa mengunyah secara
sempurna dan terburu-buru serta kebiasaan anak yang suka berlari, tertawa,
berbicara dapat meningkatkan resiko tersedak. Saluran udara yang sempit pada anak,
jika terjadi obstruksi pada saluran pernafasan akan mengurangi aliran udara yang
keluar masuk secara signifikan. Biasanya obstruksi terjadi faring samapi bronkus
(Denny et al, 2015).
Tanda dan gejala
• Tanda dari seseorang yang mengalami tersedak akan memunculkan banyak reaksi dan dapat
dikategorikan menjadi berat dan ringan. Reaksi yang sering muncul adalah reaksi batuk-batuk,
karena batuk merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke
tenggorokan atau saluran pernapasan. apabila semakin besar benda asing yang masuk maka
akan menimbulkan gejala lain seperti sesak napas, mengi, suara serak, hingga tidak ada suara
napas sehingga perlu mendapatkan penanganan medis segera (Sufiana, 2015), tersedak juga
dapat dikategorikan berat yaitu ketika pertukaran udara yang buruk sehingga kesulitan saat
bernapas, seperti batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara,
sedangkan untuk tersedak dengan kategori ringan ketika korban masih dapat kooperatif saat
diajak bicara dan masih dapat bernapas (Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Mekanisme Tersedak
• Gagal nafas adalah ketidakadekuatan dari pertukaran antara oksigen(O2) dan karbon
dioksida(CO2). Pertukaran yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekurangan oksigen
(Nugroho et al, 2016) Pertukaran oksigen di otak dan jaringan yang tidak adekuat akan sangat
membahayakan korban serta dapat mengakibatkan kematian (Hutabarat & Putra, 2016).
Proses Menelan
Penatalaksanaan
● Secara anatomi pada anak usia dibawah 1 tahun terdapat
perbedaan antara anak dan orang dewasa, karena pada kepala
anak lebih besar daripada tubuhnya dan ketika berbaring leher
anak akan tertekuk ketika di permukaan yang datar, pada anak
lidahnya lebih besar dan rahang bawahnya lebih pendek. Hal
tersebut meningkatkan resiko tertutupnya jalan napas pada
anak (Bhananker et al, 2014). Pada orang dewasa lebih
cenderung tersangkut di bagian bronkus sebelah kanan karena
segaris lurus dengan trakea dan bagian bronkus sebelah kanan
lebih besar. Sampai usia 15 tahun sehingga sudut dan ukuran
bronkusnya antara kanan dan kiri hampir sama, sehingga pada
anak-anak lokasi tersangkutnya benda asing lebih sering terjadi
antara bronkus utama kanan dan kiri (Fitri & Subroto, 2015).
Penanganan Tersedak
pada Bayi
● Pertolongan pertama pada kejadian tersedak pada anak menurut American Red
Cross, 2014. Penolong berada di belakang korban, kemudian korban dibungkukan.
Lakukan hentakan 5 kali pada punggung dengan pangkal telapak tangan.
Lakukan hentakan pada perut dengan cara penolong masih berada dibelakang
korban letakan atau tempelkan kepalan tangan penolong ke bagian perut anak.
Tutup
● kepalan dengan tangan lain, kemudian beriakan hentakan 5 kali dengan cepat
kearah atas. Lakukan 5 set hentakan punggung dan 5 set hentakan perut.
Penanganan Tersedak pada Anak
● Penanganan tersedak pada anak apabila tidak sadarkan diri. Lakukan pertolongan pertama atau berikan bantuan hidup
dasar (American Heart Association, 2015). Langkah pertolongan pada anak yang tersedak dan sampai tidak sadarkan diri
adalah dengan memperhatikan tiga hal terlebih dahulu, yaitu mengamankan penolong, mengamankan lingkungan, dan
mengamankan korban. Memberikan respon dengan menepuk dada atau bahu korban yang tidak sadarkan diri.
● Korban yang tidak ada respon setelah pemberian respon, penolong dapat mencari pertolongan dan menghubungi layanan
gawat darurat yang tersedia. Penolong dapat mengecek napas dan nadi secara bersamaan dalam waktu < 10 detik.
Apabila tidak ada napas atau nadi, berikan kompresi sebanyak 5 siklus, 1 siklus sebanyak 30 kompresi dan 2 kali napas
bantuan, dengan kecepatan kompresi 100-120x/menit dan napas buatan setiap 3-5 atau sekitar 12-20 napas buatan per
menit.
● Penolong dapat mengecek kembali keadaan napas dan nadi korban setelah diberikan kompresi, apabila sudah terdapat
nadi namun tidak terdapat napas, penolong dapat memberikan napas bantuan kepada korban. Penolong terlebih dahulu
mengecek jalan napas korban, apakah tersumbat atau tidak, Apabila terdapat sumbatan makanan atau bendal lain,
penolong harus membebaskan jalan napas terlebih dahulu. Memberikan napas bantuan dapat dilakukan dengan mulut ke
mulut. Pemberian napas bantuan, setiap satu tiupan napas bantuan berselang enam detik sekali selama 2 menit. Cek
kembali pernapasan dan nadi, apabila sudah normal, penolong dapat melakukan Recovery Position dan melakukan
evaluasi setiap 2 menit. Pertolongan dapat berakhir apabila penolong mengalami kelelahan, sudah tidak mampu untuk
menolong atau sampai bantuan medis datang.
Pencegahan Tersedak
Obstruksi total
• Yaitu pembuntuan saluran pernafasan secara total
sehingga klien tidak dapat bernafas sama sekali, dan harus
segera ditolong karena dalam beberapa menit klien akan
mengalami kematian yang permanen. Bila terjadi obstruksi
total maka akan terjadi atelektasis.
Peran Ibu Pada
Kegawatdaruratan
● Gawat darurat dalam premenkes nomor 19 tahun 2016 pasal 1 ayat 1 menjelaskan
“Gawat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan”. Keadaan atau kejadian
gawat darurat tidak mengenal tempat, waktu dan siapa yang akan mengalami.
Kasus tersedak merukapan salah satu dari kegawatdaruratan yang sering dijumpai
di masyarakat dan kebanyakan tersedak terjadi pada bayi atau anak, sehingga
masyarakat terutama ibu sebagai penolong harus dapat menolong secara cepat,
karena pertolongan pada tersedak membutuhkan orang yang pertama kali melihat.
Ibu merupakan wanita yang telah melahirkan seorang anak dan sebutan untuk
wanita yang sudah memiliki suami (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Peran
seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan dasar pada anak yaitu kebutuhan
emosional dan memberikan perlindungan anak perlu diperhatikan sehingga dapat
menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak (Fitriyani et al, 2016).
Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Penanganan Tersedak Pada anak
1)Sistem pernafasan
Nafas cepat saat bernafas ada retraksi dada,kadang-kadang
terjadi dipsnoe. Di saluran nafas terdapat sisa cairan/air ketuban.
3)Sistem pencernan
Kadang-kadang dijumpai obstruksi esophagus dan duodenum.
Pemeriksa penunjang:
1)Laboratorium
Laborat darah rutin:
2)Rontgen
Terlihat bercak infiltrat,Gerakan kedua lapang paru kasar,diameter anteroposterior
tambah dan diafragma mendatar.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukarangas
berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
3. Pola makan bayi tidak efektif
berhubungan dengan kegagalan
neurologik.
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… x24jam
diharapkan pola makan bayi efektif
Intervensi :
-pasang NGT, OGT
-monitor ketepatan insersiNGT/OGT menelan dan bernafas
-tidak mampu dalam memulai atau menunjang penghisapan
efektif
-cek peristaltic usus
-monitor terhadap muntah/distensi abdomen
● EVALUASI