Anda di halaman 1dari 12

PENGKAJIAN STRUKTUR KELUARGA

Dosen Pembimbing :
DWI AGUSTANTI., SKP.M.KEP., SP.KOM

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

Mardhatillah Heriyani (1914301097)

Wiwin Kiky Wulandari (1914301099)

Novita Aji Rahayu (1914301080)

Putri Lesmana (1914301058)

Ayu Wandira (1914301101)

Mala Sari (1914301063)

Dhimas Oktavian Arisandi (1914301054)

Devi Fitriyani (1914301064)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TINGKAT III REGULER II

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

T.A 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Keperawatan Anak. Makalah ini yang berjudul “Pengkajian Struktur
Keluarga”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen kami, Ibu Dwi Agustanti.,
Skp.M.Kep., Sp.Kom. serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami berharap, makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun supaya makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 25 Juli 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga 2
2.2 Struktur Keluarga 2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 6
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan.Keluarga
merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat. Suatu keluarga terdapat ayah, ibu,
anak dan kesemuanya itu mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, apabila
tidak di jalankan tugas serta fungsinya dengan baik maka akan terjadi suatu
ketimpangan antar anggota keluarga yang terkadang memicu konflik. Salah satu
anggota keluarganya yang kurang paham bahkan tidak melakukan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik, maka keluarga tersebut akan mengalami
gangguan dalam perjalanan kehidupan berkeluarga. Keluarga tersebut akan
mengalami berbagai persoalan yang membuat hubungan kekeluargaan tersebut
retak dan tidak sehat. Keluarga dapat dikatakan harmonis yaitu apabila keluarga
tersebut saling mengerti dan paham akan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya.
Ada beberapa struktur keluarga menurut Friedman,2009 yaitu pola komunikasi
keluarga,struktur kekuatan keluarga,struktur peran keluarga,nilai dan norma
keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pola komunikasi keluarga?
2. Apa itu struktur kekuatan keluarga?
3. Bagaimana struktur peran keluarga?
4. Apa saja nilai dan norma keluarga?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pola komunikasi keluarga
2. Untuk mengetahui struktur kekuatan keluarga
3. Untuk mengetahui struktur peran keluarga
4. Untuk mengetahui nilai dan norma keluarga

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga


Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria,
2017) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.

2.2 Struktur Keluarga


Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga
yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur
keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
A. Pola Komunikasi Keluarga
1. Definisi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Pola komunikasi
adalah cara seseorang individu atau kelompok itu berkomunikasi. Pola komunikasi
meliputi penggunaan komunikasi antaranggota keluarga, bagaimana anggota
keluarga menjadi pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan
perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi.Pola Dilihat dari cara
keluarga dalam berkomunikasi apakah saling terbuka dan saling membantu,
bahasa apa yang digunakan dalam keluarga. Frekuensi dan kualitas komunikasi
yang belangsung dalam keluarga.

2. Macam-Macam Pola Komunikasi


Pola Komunikasi terdiri atas beberapa macam yaitu :
a) Pola Komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator

5
kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada
umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan bertindak sebagai
pendengar saja.
b) Pola Komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic communication)
yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani
fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada
tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang
memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama
mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, Prosesnya
dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung (Siahaan, 1991 : 57).
c) Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu
kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan saling
bertukar pikiran secara dialogis.

3. Bentuk-Bentuk Pola Komunikasi


Menurut Devito (1986 : 157) ada empat pola komunikasi keluarga yaitu :
a) Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
Tiap individu berbagi hak yang sama dalam kesempatan berkomunikasi. Peran tiap
orang dijalankan secara merata. Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka,
langsung, dan bebas dari pembagian kekuasaan. Semua orang memiliki hak yang
sama dalam proses pengambilan keputusan. Keluarga mendapatkan kepuasan
tertinggi bila ada kesetaraan.
b) Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memiliki
daerah kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya. Tiap orang dilihat sebagai ahli
dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga normal / tradisional,
suami dipercaya dalam urusan bisnis atau politik. Istri dipercaya untuk urusan
perawatan anak dan memasak. Namun pembagian peran berdasarkan jenis kelamin
ini masih bersifat fleksibel. Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang
sebagai ancaman karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian
sendiri-sendiri.
c) Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya.
Satu orang inilah yang memegang kontrol, seseorang ini biasanya memiliki
6
kecerdasan intelektual lebih tinggi, lebih bijaksana, atau berpenghasilan lebih
tinggi. Anggota keluarga yang lain berkompensasi dengan cara tunduk pada
seseorang tersebut, membiarkan orang yang mendominasi itu untuk memenangkan
argumen dan pengambilan keputusan sendiri.
d) Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai pemegang kekuasaan. Satu orang ini lebih bersifat
memberi perintah dari pada berkomunikasi. la memiliki hak penuh untuk
mengambil keputusan sehingga jarang atau tidak pernah bertanya atau meminta
pendapat dari orang lain. Pemegang kuasa memerintahkan kepada yang lain apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka anggota keluarga yang lainnya
meminta izin, meminta pendapat, dan membuat keputusan berdasarkan keputusan
dari orang tersebut.
Pembedaan pola komunikasi ini menggambarkan pembagian peran dan kedudukan
masing-masing individu dalam sebuah keluarga. Pola komunikasi keluarga turut
berperan dalam penerimaan pesan dan umpan balik yang terjadi antar anggota
keluarga. Sebagai contoh dalam pola komunikasi monopoli, hanya satu orang yang
berhak mengambil keputusan dalam keluarga. Hal ini menyebabkan anggota
keluarga yang lain tidak berhak menyuarakan pendapat atau turut berperan dalam
pengambilan keputusan, yang mengakibatkan komunikasi keluarga cenderung
menjadi komunikasi satu arah saja. Demikian juga dalam penanaman dan
pengembangan nilai-nilai yang ditanamkan oleh pemegang kekuasaan mutlak
diikuti oleh anggota keluarga yang lainnya karena komunikasi yang berlangsung
hanya bersifat instruksi atau suruhan.

2. Struktur Kekuatan Keluarga


A. Definisi
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual)dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi dan untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif. Hal yang perlu dikaji siapa yang membuat keputusan
keluarga, siapa yang mengelola keuangan dalam keluarga. Saat terjadi masalah
apakah masalah diselesaikan dengan cara bermusyawarah atau tidak.
Struktur kekuatan keluarga adalah kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. Struktur
keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan keluarga
7
untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.

B. Macam Struktur Keluarga


a) Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b) Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c) Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e) Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,
misalnya hubungan seksual).

C. Sifat Struktural Keluarga


a) Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.

b) Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.

c) Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan


authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d) Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e) Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa.
f) Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g) Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h) Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.

3. Struktur Peran Keluarga


A. Definisi
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan,yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami,istri,anak,dan sebagainya meliputi data

8
peran formal dan peran informal dalam keluarga yang meliputi peran dan
posisi setiap anggota keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana
perasaan dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel.
Struktur peran yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang di anut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Peran biasanya meyangkut
posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat sementara dalam suatu
sistem sosial tertentu.

B. Peranan Dalam Sebuah Keluarga


Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Adapun berbagai peranan yang
terdapat dalam sebuah keluarga ialah sebagai berikut:
a) Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b) Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya di samping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c) Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual

4. Nilai dan Norma Keluarga


Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
Nilai merupakan suatu sistem,sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak,mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi pekembangan norma dan peraturan. Nilai
adalah pola perilaku yang baik,menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai

9
dalam keluarga.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling kebergantungan.
Macam-macam Struktur Keluarga :
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur Kekuatan keluarga
3. Struktur Peran keluarga
4. Nilai dan norma keluarga

11
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2014). Buku Ajar Keoerawatan
Keluarga (Riset, teori, dan praktik) Edisi 5. In 5.

Parwati, N. N. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama Hipertensi


pada Tn. R di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Ump, 2010.

Widagdo, W. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Keluarga dan
Komunitas. In Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Http://eprints.poltekkesjogja.ac.id

12

Anda mungkin juga menyukai