DISUSUN OLEH:
1. SEVIA ASRIKA
2.WHINDY RANOF GUSTIANA
3. DEA WULANDARI
4. LUTVIA ALVIONITA
Membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin
merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan
kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan
yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi
terbaik. ( Bagus, 2010).
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama yang
merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat. Orang tua dalam
sebuah keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti sikap, perilaku,
tuturkata yang terbentuk karena peran orang tua.
Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang
terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang
dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga
lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota
keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. ( Bagus, 2010).
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama yang
merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat. Orang tua dalam
sebuah keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti sikap, perilaku,
tuturkata yang terbentuk karena peran orang tua.
2.2 Pola Komunikasi
Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan
seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama. Tiap orang
dianggap sederajat dan setara kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini,
dan kepercayaan. Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung,
dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona lainnya.
Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari
pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama. Komunikasi memperdalam
pengenalan satu sama lain, melalui intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan
diri masing-masing, serta tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata
yang seimbang jumlahnya.
Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda. Sebagai contoh,
dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah untuk keluarga
dan istri mengurus anak dan memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya
memiliki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak
tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai
ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri.
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari
setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering
memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas
atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih
menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau
berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan pihak yang
lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil keputusan sendiri.
Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah
daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik
orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas
keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua sudah mengetahui
siapa yang akan menang.
2.3 Membangun Komunikasi yang Harmonis
Berikut ini beberapa tips komunikasi efektif yang diberikan oleh Anna (Elfifa, 2013):
1. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak disampaikan
dengan melihat ekspresi wajah.
2. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
3. Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
4. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
5. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang
dihadapi.
A. Keterbukaan
B. Empati
C. Sikap Mendukung
D. Sikap Positif
“Komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap postif terhadap diri
mereka sendiri. Selain itu, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang efektif. Hal tersebut didukung dengan dorongan
dan menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain. Dorongan yang bersifat
positif mendukung citra pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik”.
E. Kesetaraan
Dalam berkomunikasi harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga. Namun, kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui
begitu saja semua prilaku verbal dan nonverbal pihak lain, melainkan menerima pihak
lain dan memberikan “penghargaan positif tidak bersyarat” kepada orang lain”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn
anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar
pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan
penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang tuanya.
3. Pola Komunikasi
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Sikap Mendukung
d. Sikap Positif
e. Kesetaraan
DAFTAR PUSTAKA