Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN KELUARGA

Dosen pembimbing: Ns.Emira Apriyeni M.kep

DISUSUN OLEH:
1. SEVIA ASRIKA
2.WHINDY RANOF GUSTIANA
3. DEA WULANDARI
4. LUTVIA ALVIONITA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ......................................................................................................


BAB I (PENDAHULUAN). ...................................................................................................
1.1 Latar Belakang . ......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan . ......................................................................................................
BAB II (PEMBAHASAN)......................................................................................................
2.1 Pengertian Komunikasi Keluarga............................................................................
2.2 Pola Komunikasi . ......................................................................................................
2.3 Membangun Komunikasi yang Harmonis..............................................................
BAB III (PENUTUP) ...........................................................................................................
...........................................................................................................
3.1 Kesimpulan . ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia


belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan
kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu
yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta
saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam
masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini
yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-
anak.
Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban masing-
masing. Termasuk kewajiban dalam mendengarkan, memahami dan merespon setiap
waktu demi waktu yang dilali bersama. Untuk itu semua, komunikasi adalah cara
yang tepat dalam mengikatkan hubungan menjadi lebih erat. Namun tidak semua
orang memiliki komunikasi yang baik, termasuk dalam keluarganya sendiri. Hal ini
terbentuk tidak dalam satu hari melainkan dari kebiasaan yang dilakukan dari kecil
hingga dewasa.
Banyak kita lihat dewasa ini, dimana komunikasi adalah menjadi penyebab keluarga
tercerai berai, suami dan istri yang sibuk bekerja, menjadikan pribadi mereka lupa
akan hak dan kewajiban masing-masing, komunikasi dengan anak-anak mereka pun
tidak terbagun dengan baik. Hal ini menjadikan keluarga bukan lagi tempat yang
nyaman untuk berbagi suka dan duka. Sehingga masalah demi masalah timbul silih
berganti karena komunikasi yang tidak baik.
Untuk memperluas ilmu pengetahuan, maka pada bab pembahasan selanjutnya
menggunakan berbagai sumber lain yang akan memperjelas dari setiap pembahasan
mengenai makna komunikasi dalam keluarga, pentingnya komunikasi dalam keluarga,
sampai pada cara membangun komunikasi yang harmonis dalam keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pengertian dari komunikasi dalam keluarga?


Seberapa pentingkah komunikasi dalam keluarga?
Bagaiman paduan kohesi dan adaptasi dalam keluarga?

1.3 Tujuan Penulisan

Memenuhi tugas mata kuliah psikologi keluarga.


Memberikan pemahaman tentang pentingnya komunikasi dalam keluarga, pola serta
kita membangun komunikasi yang harmonis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Keluarga

Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian


yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk
menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian
(Dikutip dari Achdiat, 1997: 30)
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan
tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan
pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai dan
memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta
komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan
dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga
dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan
(Friendly: 2002)

Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga

Membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin
merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan
kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan
yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi
terbaik. ( Bagus, 2010).

Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama yang
merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat. Orang tua dalam
sebuah keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti sikap, perilaku,
tuturkata yang terbentuk karena peran orang tua.

Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang
terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang
dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga
lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota
keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. ( Bagus, 2010).
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama yang
merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat. Orang tua dalam
sebuah keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti sikap, perilaku,
tuturkata yang terbentuk karena peran orang tua.
2.2 Pola Komunikasi

Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986)


mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :

1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan
seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama. Tiap orang
dianggap sederajat dan setara kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini,
dan kepercayaan. Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung,
dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona lainnya.
Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari
pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama. Komunikasi memperdalam
pengenalan satu sama lain, melalui intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan
diri masing-masing, serta tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata
yang seimbang jumlahnya.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda. Sebagai contoh,
dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah untuk keluarga
dan istri mengurus anak dan memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya
memiliki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak
tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai
ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri.

3.Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari
setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering
memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas
atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih
menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau
berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan pihak yang
lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil keputusan sendiri.

4.Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah
daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik
orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas
keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua sudah mengetahui
siapa yang akan menang.
2.3 Membangun Komunikasi yang Harmonis

1. Tips Komunikasi Efektif Dalam Keluarga

Berikut ini beberapa tips komunikasi efektif yang diberikan oleh Anna (Elfifa, 2013):
1. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak disampaikan
dengan melihat ekspresi wajah.
2. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
3. Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
4. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
5. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang
dihadapi.

2. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Menurut De Vito (1997: 259-264), terdapat lima kualitas umum yang


dipertimbangkan dalam efektivitas komunikasi interpersonal, yakni keterbukaan
(openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness) dan kesetaraan (equality).

A. Keterbukaan

“Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi


interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada
orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang kita lontarkan adalah memang berasal dari diri kita
bertanggung jawab atasnya”.

B. Empati

“Henry Backrack, seperti dikutip De Vito mendefinisikan empati sebagai


kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Berempati adalah merasakan
sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang empatik mampu memahami
motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan
keinginan mereka untuk masa mendatang”.

C. Sikap Mendukung

“Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap


mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung”.

D. Sikap Positif
“Komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap postif terhadap diri
mereka sendiri. Selain itu, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang efektif. Hal tersebut didukung dengan dorongan
dan menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain. Dorongan yang bersifat
positif mendukung citra pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik”.

E. Kesetaraan

Dalam berkomunikasi harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga. Namun, kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui
begitu saja semua prilaku verbal dan nonverbal pihak lain, melainkan menerima pihak
lain dan memberikan “penghargaan positif tidak bersyarat” kepada orang lain”.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn
anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar
pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan
penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang tuanya.

2. Hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan


keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga
sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam keluarga.

3. Pola Komunikasi

a. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)


b. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
c. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
b. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

4. Tips Komunikasi Efektif

a. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak disampaikan


dengan melihat ekspresi wajah.
b. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
c. Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
d. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
e. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang
dihadapi.
5. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

a. Keterbukaan
b. Empati
c. Sikap Mendukung
d. Sikap Positif
e. Kesetaraan

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, R. 1987. Bahasa Indonesia Jumalistik. Jakarta: Pustaka Graftka.


Sukartha, I Nengeh, dkk.2016. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi.
Bali: Udayana University Press.
https://sarahraradita.wordpress.com/2015/10/27/tulisan-ragam-bahasa/
(Selasa.19 September 2017)
https://irfanisprayudhi.wordpress.com/2013/09/30/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa/
(Selasa,19 September 2017)
http://www.berbagaireviews.com/2017/04/ragam-bahasa-pengertian-dan-jenis-jenis.html
(Jumat. 22 September 2017)
http://rivansuhandika25.blogspot.co.id/2012/10/penyebab-timbulnya-ragam- bahasa.html
( Jumat, 22 September 2017)

Anda mungkin juga menyukai