Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KOMUNIKASI PADA KELUARGA,KELOMPOK DAN MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING :

Sulistyarini,S.kep.,Ns.,M.H

DISUSUN OLEH:

Deny Rahmat (2001008)

Dwi Indriyani (2001011)

Novi Setiyani (2001027)

Putri Septiani (2001030)

Wulan Sari (2001043)

Zinedine Enzo Ahmadeta (2001046)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ANNUR PURWODADI

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rhamat
dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang yang
berjudul”Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil”

Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami,kami juga mengambil beberapa
kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.Namun,kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun pembahsan dalam makalah ini,sehingga belum begitu sempurna.Oleh karena
itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
kekurangan – kekurangan tersebut sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Purwodadi,27 Oktober 2021

Penulis
KOMUNIKASI KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi
bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang
lain.
 Manusia sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling berkomunikasi dan saling
mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan gaya dan cara
yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar
manusia.Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak
mungkin terjadi tanpa komunikasi.  Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi
anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai
perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri.

 Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan waktu yang
diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan berapa banyak waktu
yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam keseharian. Adapun bentuk kegiatan
komunikasi yang digunakan untuk menulis, untuk membaca, dan untuk berbicara serta untuk
mendengarkan orang lain berbicara, Hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat
memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi
telah menjadi jantung dari kehidupan kita.
Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang
yang salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang salah.
Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui keluarga seseorang
mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah
ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang
merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya,
sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan
sebagai pegangan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
          Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide,perasaan dan pikiran antara dua
orang atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua yang saling
berkomunikasi.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia


belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.

Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran
untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling interaksi dan berpotensi
punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya
keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan
laki-laki dan wanita perhubungan mana sedikit banyak bertahan lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak-anak.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu
lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan
oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan
negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri
suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu
negara.
Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian
yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk
menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian.

Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan


dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan
pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
B. Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga

Menurut Kumar (Wijaya,1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a.    Keterbukaan (openess)
 Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka dengan
orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan
perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan
yang diungkapkannya.
b.      Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang
lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut.
c.       Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam melakukan
aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang
terdekat yaitu, keluarga.
d.      Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang sudah
dikatakan orang lain terhadap dirinya
e.       Kesamaan (Equality)
kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang lain dalam hal
berbicara dan mendengarkan.

C. Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga


  a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
           Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran penting
suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota keluarga
(ayah, ibu, anak).
      b. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan keluarga di mana
orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang
tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu
hal di mana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi
atau nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan,
empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
c. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah dalam
memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak yang peran
komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu
dan anak Lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika
anak merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak yang lebih
tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda. Biasanya dipengaruhi
oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

D. Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga


 Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga.
Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar
pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota – anggota keluarga
pun sukar untuk dihindari.Beberapa pola komunikasi yang dilakukan dalam Interaksi
keluarga :

  Model stimulus – respons (S-R)

Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat
sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat
nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai
pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan
mempunyai banyak efek.
  Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R
mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih
aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas
pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang
digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.

  Hubungan antar peran


Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran hal
ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui
komunikasi.
  Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota
keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-
sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada
seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X).

E. Aneka Komunikasi  dalam Keluarga

1)   Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok
yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif tidaknya suatu kegiatan
komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu.
Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang
tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog antara
orang tua dan anak.
2)   Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi
juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika bisa
berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika,
komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.
3)   Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering
terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi
antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan anak, antar anak dan
anak.
4)   Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga
keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak
dalam suatu waktu dan kesempatan. Sudah waktunya orang tua meluangkan waktu dan
kesempatan untuk duduk bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana
santai.
F. Tahap-Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga
a)    Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun puncak untuk
mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari keluarga khususnya dari
interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak – anak memulai kemampuan
berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal. Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan –
ungkapan dua kata muncul. Menjelangn usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu
kata, dan mulai usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
b)   Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia. Mereka
memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih merupakan
kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di luar keluarga. Dua
dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan kontrol
otonomi.
c)    Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan
bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat
tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai mengalihkan komunikasi dari
komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan teman- teman sebaya. Karena perubahan –
perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi
perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi
keluarga. Bila orang tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih
lancar. Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan
saudara- saudara kandung  tetap penting.

G. Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga


    Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga tercipta secara
efektif,yaitu:

1. Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull attitude).
Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari si
lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia
melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan
melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di
sekitanya.
2. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi
yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk
mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain.
Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi
ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka
dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini
tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara
seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam keluarga.
3. Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan
harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima
pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau
cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
4. Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas
maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami
(melihat tingkatan usia).
5. Tepat Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik
waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan masalah
anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi, karena
ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
6. Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah
lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka
laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat
diungkapkan dari diskusi tersebut.

H. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga


Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain.
Ada sejumlah faktor-faktor  yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang
akan di uraikan berikut ini :
  Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya,
kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia
berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya
terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan
ekspresi dan persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang
berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran  khas bagi dirinya. Jika seorang ayah
mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur,
maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling
berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara
komunikasi.

  Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung
bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi
prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
  Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang
berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di
sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal,
sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung
dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka
komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.
  Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan.
Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan
berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut.
  Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat
untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh
orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara
tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak   mampu mewakili suatu
objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
  Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara
sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil
berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang
harus dipahami.

I. Hambatan Komunikasi dalam Keluarga

  Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak
beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan penerima.
Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :
  Kebisingan
  Keadaan psikologis komunikan
  Kekurangan komunikator atau komunikan
  Kesalahan penilaian oleh komunikator
  Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
  Bahasa
  Isi pesan berlebihan
  Bersifat satu arah
  Faktor teknis
  Kepentingan atau interes
  Prasangka
  Cara penyajian yang verbalistis
Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara sebagai
berikut :
1. Mengecek arti dan maksud yang dikatakan
2. Meminta penjelasan lebih lanjut
3. Mengecek umpan balik atau hasil
4. Mengulang pesan yang disampaikan
5. Memperkuat dengan bahasa isyarat
6. Mengakrabkan pengirim dan penerima
7. Membuat pesan selalu singkat
8. Mengurangi banyaknya mata rantai
9. Menggunakan orientasi penerima

J. Peran Perawat dalam Memberikan Asuahan Perawatan Keluarga

  Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain:
a. Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
b. Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat mudah
dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan jalan
pemecahannya
e.  Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku
keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

  Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang
merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya,
sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan
sebagai pegangan hidup.

  Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua adalah
untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik dan menyenangkan anak-anak.Sedangkan
anak berkomunikasi dengan orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan
atau dalam memberikan respon dari pertanyaan orang tua.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga adalah :


1. Citra diri dan citra orang lain
2. Suasana psikologis
3. Lingkungan fisik
4. Bahasa
5. perbedaan Usia
DAFTAR PUSTAKA

Muwarni,anita.(2009).Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan.


Fitramaya:yogyakarta
http://wordpress.com/2011/06/03/dampak-kurangnya-komunikasi-dlm-keluarga/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/komunikasi-dalam-keluarga/
http://dhinipedia.blogspot.com/2012/01/komunikasi-dalam-keluarga.html

http://blessedday4us.wordpress.com/2010/06/04/komunikasi-dalam-keluarga/
http://prestasikita.com/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=2

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/
SUNARSIH/KOMUNIK__KELUARGA.pdf
KOMUNIKASI KELOMPOK

A. Pengertian Komunikasi Kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang


berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah,
atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi
kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang


dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya
(Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan
yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara
tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan
rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah
pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan
mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-
sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;

2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;

3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;

4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

B. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya.

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

1. Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan
kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik


komunikasinya, sebagai berikut:

a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.


Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan
rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi
bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.

2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership


group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota
kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan
sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi
normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan
saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi
komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap
yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus
menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga
memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi,
mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek,
peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-
satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok
keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi,
termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.

3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok
dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran,
dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas;
b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan
memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye
politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka
sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak
tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok
pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial
politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an
menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota


kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan
enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi
panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

C. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

1. Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok


sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang
dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para
anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda
merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk
menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan
rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh
anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya
untuk setuju juga.

2. Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa
kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang
yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita
kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi.
Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk
pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu,
peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

3. Polarisasi.

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi
kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila
sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan menentang lebih keras.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas
kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil
kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan
(satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya
kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang
diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya
dalam kegiatan kelompok.

Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat


dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

1. Faktor situasional karakteristik kelompok:

a. Ukuran kelompok.

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada
jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan
dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing
anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas
interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk
menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas
koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin
banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang
dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang
dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah
mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok
adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen
(mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya
produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang
divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah
anggota kelompok yang lebih besar.

Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.

b. Jaringan komunikasi.

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda,
rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe
roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.

c. Kohesi kelompok.

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok


untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi
diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal
pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin


kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok
yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi
bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi,
para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah
melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya
tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.

d. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok


untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling
menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang
klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya
kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter
ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin.
Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu
anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan.
Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk
mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang
minimal.

2. Faktor personal karakteristik kelompok:

a. Kebutuhan interpersonal

William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal


Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena
didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:

1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).


2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).

3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.

b. Tindak komunikasi

Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota


berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun
nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis
tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis
(IPA).

c. Peranan

Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok dapat
membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional yang lebih
baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak jarang
menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat,
2004: 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan
sebagai berikut:

1) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau


melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya
memudahkan dan mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya
tujuan kelompok.

2) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok berkenaan dengan


usaha-usaha untuk memelihara emosional anggota-anggota kelompok.

3) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompokuntuk


memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengantugas kelompok.
Daftar pustaka

Arifin, Anwar, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung: Armico.

Bales, Robert F., 1950, Interaction Process Analysis: A Method for the Study of Small
Groups, Cambridge: Addison-Wesley

Curtis, Dan B., Floyd, James J., Winsor, Jerry L., 2005, Komunikasi Bisnis dan Profesional,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth


Publishing Company.

Schutz, W. D., 1966, The Interpersonal Underworld, Palo Alto: Science and Behavior Books.

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Diposkan oleh ADI PRAKOSA di 18.53


Komunikasi Masyarakat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-

lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan

lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964)

Kesehatan adalah salah satu konsep yang sering digunakan namun sukar untuk

dijelaskan artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan,

kesakitan dan penyakit[1] (Gochman,1988; De Clercq,1993). Setidaknya definisi kesehatan

harus mengandung paling tidak komponen : biomedis,personal dan sosiokultural.

“ ....keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial, dan bukan hanya

suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan[2].”


Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat untuk

menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan menggambarkan

kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi

yang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi yang bersifat antarpribadi,

dipenuhi melalui kegiatan komunikasi interpersonal atau antarpribadi. Sedangkan kebutuhan

untuk berkomunikasi secara publik dengan orang banyak, dipenuhi melalui aktivitas

komunikasi massa.

Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya

kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi sekaligus

merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin manusia hidup di suatu

lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak massa

dengan menggunakan saluran-saluran media massa. Jadi komunikasi massa tidak sama

dengan media massa. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk proses

komunikasi massa tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran[3].

1.2         Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai

berikut:

1.      Apa arti dari komunikasi?

2.      Bagaimanakah pandangan terhadap komunikasi masyarakat khususnya dibidang

kesehatan ?

3.      Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis komunikasi dalam masyarakat?

4.      Bagaimana peran media massa dalam masyarakat?

1.3       Tujuan
Tujuan dari makalah daripada makalah ini adalah

            1. Dapat mengetahui manfaat komunikasi umum

            2. Dapat mengetahui manfaat komunikasi kesehatan masyarakat

            3. Dapat mengetahui hal-hal apa yang berhubungan dengan komunikasi

                umum dan komunikasi kesehatan.

4. Untuk mengetahui peranan dari komunikasi.

1.4       Manfaat Penulisan

Mafaat dari penyusunan makalah ini yaitu agar kita dapat mengetahui tatacara

berkomunikasi dengan baik dan benar dari berbagai kalangan, khususnya dalam kalangan

umum dan kalangan kesehatan (Masyarakat). Yang dimana, komunikasi sangatlah penting

untuk proses pertukaran pendapat.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Terminologi Komunikasi dan Kesehatan

Menurut Effendi (2005) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu  proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau untuk

mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan)  maupun tak

langsung[4].

Sebenarnya Istilah ‘komunikasi’ (communication) berasal dari bahasa Latin

‘communicatus’ yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian

komunikasi menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai

kebersamaan.

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau

membentuk perilaku orang lain (khalayak)[5].

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-

lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan

lain-lain[6].

Kesehatan adalah salah satu konsep yang sering digunakan namun sukar untuk

dijelaskan artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan,

kesakitan dan penyakit (Gochman,1988; De Clercq,1993). Setidaknya definisi kesehatan

harus mengandung paling tidak komponen : biomedis,personal dan sosiokultural. WHO

(1947) menyebutkan“ ....keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial,

dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan...”
2.2. Definisi Komunikasi Kesehatan

Proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media

tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia tercapainya

kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara

fisik, mental (rohani), dan sosial[7].

Komunikasi Kesehatan adalah sebuah pendekatan berbagai segi dan disiplin untuk

menjangkau pendengar yang berbeda dan membagi informasi kesehatan dengan tujuan

mempengaruhi, melibatkan, dan mendukung individu, komunitas, tenaga kesehatan,

kelompok khusus, pembuat kebijakan dan masyarakat untuk memperjuangkan,

memperkenalkan, melakukan, atau mempertahankan menjadi kebiasaan, praktis, atau

kebijakan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil-hasil kesehatan.

2.3. Tujuan Komunikasi Kesehatan

Komunikasi tentu tidak dilakukan bukan tanpa tujuan. Ada banyak tujuan yang

hendak dicapai dengan melakukan komunikasi. Selain menyampaikan pesan, kegiatan

komunikasi memiliki tujuan lainnya, yakni sebagai berikut:

1.      Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber

kepadapihak lain secara berangkai (hunting).

2.      Enable informed decision making – memberi informasi akurat untuk

memungkinkan pengambilan keputusan.

3.      Promote Healthy behavior – informasi untuk memperkenalkan hidup sehat.

4.      Promote peer information exchange and emotional support – mendukung

pertukaran informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi

kesehatan.

5.      Promote self care – memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.

6.      Manage demand for health service – memenuhi permintaan layanan kesehatan.
2.4. Fungsi Komunikasi Kesehatan

Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Komunikasi dibuat untuk

menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak dan

menggambarkankebudayaan pada masyarakat[8]. Hal ini membuat media menjadi bagian

dari salah satu institusiyang kuat di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi

yang bersifat antarpribadi,dipenuhi melalui kegiatan komunikasi interpersonal atau

antarpribadi. Sedangkan kebutuhanuntuk berkomunikasi secara publik dengan orang banyak,

dipenuhi melalui aktivitaskomunikasi massa.

Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam

berlangsungnyakehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas

komunikasi sekaligus merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin

manusia hidup di suatulingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi kepada khalayak

massadengan menggunakan saluran-saluran media massa. Jadi komunikasi massa tidak

samadengan media massa[9]. Media massa hanyalah salah satu faktor yang membentuk

proseskomunikasi massa tersebut, yaitu sebagai alat atau saluran.Iklan merupakan berita

pesanan untuk mendorong, membujuk orang agar tertarik pada barangyang ditawarkan.

Secara garis besar iklan dibagi menjadi dua, yang pertama iklan komersilyaitu iklan yang

bertujuan untuk meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa. Yangkedua iklan non

komersil yaitu bagian dari kampanye sosial dengan tujuan mengajak,menghimbau atau

menyampaikan gagasan demi kepentingan umum. Iklan non komersil lebihdikenal dengan

iklan layanan masyarakat.


Kontribusinya antara lain:

a.       Meningkatkan kebutuhan terhadap produk/pelayanan

b.      Memberitahu cara pemanfaatan produk/pelayanan  secara benar

c.       Merangsang terjadinya perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan

d.      Memberikan sumbangan terhadap peningkatan kesehatan.

2.5. Komunikasi Kesehatan Masyarakat

                   Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu

maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah

bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi

dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah suatu

tanda komunikasi.

2.6. Hubungan Komunikasi Kesehatan Masyarakat

                   Hubungan masyarakat (public relations) mempunyai ruang lingkup (scope)

kegiatan yang menyangkut banyak manusia (public, masyarakat, khalayak), baik di dalam

(public intern) dan di luar (publik ekstern). Humas sebagai komunikator mempunyai fungsi

ganda yaitu keluar memberikan informasi kepada khalayak dan ke dalam menyerap reaksi

dari khalayak. Organisasi atau instansi atau lembaga mempunyai tujuan dan berkehendak

untuk mencapai tujuan itu.

                   Hubungan masyarakat dalam suatu organisasi melaksanakan fungsi manajemen.

Humas merupakan salah satu fungsi sebagai unsur pimpinan. Dengan demikian fungsinya

adalah untuk menumbuhkan hubungan yang baik dan serasi antara publik intern dan publik

ekstern dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi.


2.7.Prinsip Komunikasi Kesehatan

1. Prinsip yang pertama menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses simbolik.

Komunikasi merupakan proses pembentukan simbol. Simbol dapat berupa huruf, angka,

kata , bahasa, penampilan, makanan dan lain-lain. Dalam bidang kesehatan masyarakat,

prinsip komunikasi sebagai proses simbolik dapat diterapkan pada saat penyuluhan.

Penyuluhan hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat yang

sedang diberi penyuluhan. Selain itu, proses simbolik yang lain contohnya adalah

dandanan. Pada saat memberi penyuluhan tentang kesehatan, sebaiknya dandanan  jangan

terlalu mencolok (mewah), namun jangan juga terlalu biasa saja. Pakaian yang terlalu

mewah mendatangkan kesan sombong bagi masyarakat sehingga mempengaruhi

keefektifan penyampaian materi pada saat penyuluhan. Sedangkan pakaian yang terlalu

biasa menimbulkan persamaan antara orang yang memberi penyuluhan dan orang yang

diberi penyuluhan. Sehingga mungkin orang yang diberi penyuluhan akan menganggap

enteng materi penyuluhan tersebut. Dengan demikian penampilan harus disesuaikan

dengan keadaan. Karena penampilan merupakan suatu simbol, dimana orang atau

masyarakat akan memberikan arti terhadap penampilan seseorang.

2.    Prinsip yang kedua menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki potensi komunikasi.

Dalam bidang kesehatan masyarakat, seorang Tenaga Kesehatan harus paham dengan apa

yang dilakukan masyarakat, karena mereka memiliki body language. Misalnya, disaat

menyampaikan informasi kesehatan, seorang Tenaga Kesehatan harus dapat melihat

respon mereka. Apakah mereka senyum, atau diam saja, atau malah menunjukkan muka

yang kurang sedap. Dengan demikian dapat diketahui tindakan apa yang dapat dilakukan.

Misalnya jika respon audience hanya diam saja atau menunjukkan respon yang kurang

baik seperti menggerutu, bicara sendiri atau memandang dengan tatapan sinis, mungkin
cara penyampaian informasi harus diubah. Menjadi lebih menarik dan menyenangkan

sehingga penyampaian informasi menjadi lebih efektif.

3.    Prinsip yang selanjutnya menyatakan bahwa komunikasi memiliki dimensi isi dan

hubungan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan suatu pesan. Ada

kalanya satu pesan artinya sama, namun karena cara menyampaikannya berbeda, pesan

tersebut dimaknakan berbeda pula[10]. Contohnya dalam bidang kesehatan masyarakat

adalah proses penyampaian informasi kesehatan kepada anak kecil dan orang dewasa.

Seorang Tenaga Kesehatan harus dapat membedakan pesan kepada anak kecil dan orang

dewasa. Misalnya, “adek, jangan buang sampah sembarangan”, akan berbeda artinya

dengan, “bapak, jangan buang sampah sembarangan”. Anak kecil akan menanggapi

perkataan itu mungkin dengan biasa saja dan mengikuti perintah tersebut yaitu tidak

membuang sampah sembarangan. Namun, orang dewasa atau bapak-bapak akan

menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan negatif. Mungkin merasa dirinya

dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil. Sehingga si penyampai

informasi tersebut atau Tenaga Kesehatan akan dianggap kurang sopan. Dengan

demikian, seorang Tenaga Kesehatan harus memperhatikan cara penyampaian pesan.

Jangan sampai menimbulkan salah persepsi pada masyarakat.

2.8. Hal-hal yang Mempengaruhi Komunikasi Kesehatan

1.      Faktor Sender (komunikator), meliputi ketermpilan, sikap, pengetahuan dan

media saluran yang digunakan. Sebagai pengirim informasi, ide, berita, pesan, komunikator

perlu menguasai cara-cara penyampaian, baik secara tertulis maupun lisan. Sikap

komunikator sangat berpengaruh terhadap komunikan. Keangkuhan dalam komunikasi dapat


mengakibatkan informasi yang diberikan akan ditolak oleh komunikan. Demikian pula ragu-

ragu apat menyebapkan ketidakpercayaan terhadap informasi pesan yang disampaikan.

2.      Faktor Receiver (komunikan), ketermpilan, sikap, pengetahuan dan media saluran

yang digunakan. Keterampilan komunikan dalam mendengar dan membaca pesan sangat

penting. Pesan yang diberikan akan dapat dengan mudah dimengerti dengan baik jika

komunikan mempunyai keterampilan mendengar dan membaca. Sikap komunikan yang

berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi misalkan sikap apriori, meremehkan, dan

berprasangka buruk terhadap komunikator.

2.9.         Penerapan Prinsip Komunikasi dalam Bidang Kesehatan Masyarakat

Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai makhluk Tuhan, individu

dan sosial budaya. Yang saling berkaitan dimana kepada Tuhan memiliki kewajiban untuk

mengabdi pada Tuhan, sebagai individu harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan

sebagai makhluk sosial budaya harus hidup berdampingan dengan orang lain dalam

kehidupan selaras dan saling membantu. Dalam menjalani kehidupan selaras dengan manusia

lain, diperlukan adanya komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari

sumber ke penerima melalui saluran atau media. Sehingga terbentuk interaksi dalam

masyarakat yang membentuk suatu sistem sosial.

Interaksi yang terjadi dalam masyarakat melibatkan berbagai aspek misalnya

pendidikan, kebudayaan, keagamaan, kesehatan dan lain-lain. Aspek yang akan dibahas di

artikel ini adalah aspek kesehatan. Khususnya tindakan pencegahan terhadap penyakit yang

dapat menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat. Masalah kesehatan pada dasarnya

merupakan masalah semua manusia. Karena tidak ada satu manusiapun yang dapat terbebas

dari penyakit. Namun, terkadang ada beberapa orang yang kurang memperhatikan kesehatan

sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi dirinya maupun orang lain
disekitarnya. Masalah kesehatan juga dapat timbul dari faktor penyakit (agent) yang dapat

menyebabkan seseorang menderita sakit. Oleh karena itu, diperlukan tenaga ahli dalam

bidang kesehatan masyarakat, yang dapat membawa masyarakat ke hidup yang lebih sehat.

Tenaga ahli tersebut salah satunya adalah sarjana kesehatan masyarakat atau biasa disebut

SKM.

Prinsip yang kedua menyatakan bahwa setiap perilaku memiliki potensi komunikasi.

Dalam bidang kesehatan masyarakat, seorang SKM harus paham dengan apa yang dilakukan

masyarakat, karena mereka memiliki body language. Misalnya, disaat menyampaikan

informasi kesehatan, seorang SKM harus dapat melihat respon mereka. Apakah mereka

senyum, atau diam saja, atau malah menunjukkan muka yang kurang sedap. Dengan

demikian dapat diketahui tindakan apa yang dapat dilakukan. Misalnya jika respon audience

hanya diam saja atau menunjukkan respon yang kurang baik seperti menggerutu, bicara

sendiri atau memandang dengan tatapan sinis, mungkin cara penyampaian informasi harus

diubah. Menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga penyampaian informasi menjadi

lebih efektif.

Prinsip yang selanjutnya menyatakan bahwa komunikasi memiliki dimensi isi dan

hubungan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan suatu pesan. Ada

kalanya satu pesan artinya sama, namun karena cara menyampaikannya berbeda, pesan

tersebut dimaknakan berbeda pula. Contohnya dalam bidang kesehatan masyarakat adalah

proses penyampaian informasi kesehatan kepada anak kecil dan orang dewasa. Seorang SKM

harus dapat membedakan pesan kepada anak kecil dan orang dewasa. Misalnya, “adek,

jangan buang sampah sembarangan”, akan berbeda artinya dengan, “bapak, jangan buang

sampah sembarangan”. Anak kecil akan menanggapi perkataan itu mungkin dengan biasa

saja dan mengikuti perintah tersebut yaitu tidak membuang sampah sembarangan. Namun,

orang dewasa atau bapak-bapak akan menanggapi pesan itu mungkin dengan perasaan
negatif. Mungkin merasa dirinya dianggap kurang disiplin dan dianggap seperti anak kecil.

Sehingga si penyampai informasi tersebut atau SKM akan dianggap kurang sopan. Dengan

demikian, seorang SKM harus memperhatikan cara penyampaian pesan. Jangan sampai

menimbulkan salah persepsi pada masyarakat.

Komunikasi juga berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Hal ini juga

termasuk dalam prinsip komunikasi. Kadang seseorang bermaksud untuk tidak melakukan

komunikasi, namun orang lain menganggapnya melakukan komunikasi. Inilah yang

dimaksud komunikasi yang tidak disengaja. Sedangkan komunikasi yang disengaja,

merupakan komunikasi yang real, dimana adanya timbal balik yang jelas antara komunikator

dan komunikan. Prinsip ini juga penting dalam bidang kesehatan masyarakat. Misalnya,

seorang petugas kesehatan sebelum makan selalu mencuci tangan. Dan hal tersebut diamati

oleh seorang masyarakat yang kebetulan memang memiliki hubungan yang dekat. Pada

awalnya, kegiatan mencuci tangan ini merupakan bentuk rutinitas yang memang sudah biasa

dilakukan sang petugas kesehatan. Namun tanpa sengaja, masyarakat yang mengamatinya

menjadi terpengaruh untuk meniru kegiatan tersebut. Dengan demikian, hendaknya

kesengajaan ini terjadi dalam hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.

Komunikasi bersifat irreversible yang artinya tidak dapat kembali. Maksudnya, apa

yang telah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi dan dianggap ucapan itu tidak ada. Mungkin

memang kadang terjadi seseorang menarik kembali ucapannya. Namun, ucapan itu tetaplah

pernah diucapkan dan tidak dapat lenyap begitu saja. Sehingga sebagai seorang SKM, dalam

menyampaikan informasi kesehatan kepada masyarakat harus selalu berhati-hati. Jangan

sampai informasi-informasi tersebut disampaikan dengan cara yang kurang sopan atau

mungkin menyakiti hati audience. Sekali hati seseorang terluka, akan sulit untuk

mengobatinya. Dengan demikian untuk mencapai sebuah komunikasi yang efektif, prinsip

yang satu ini juga harus diperhatikan[11].


Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah, khususnya

masalah kesehatan. Komunikasi bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah

kesehatan. Memang komunikasi penting dalam menyelesaikan masalah. Namun komunikasi

saja tidak cukup. Perlu adanya tindakan untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam

menanggulangi penyakit DBD di masyarakat, tidak cukup hanya memberikan penyuluhan di

puskesmas. Tapi juga harus dilakukan tindakan seperti melakukan kegiatan 3M secara masal

dengan pengawasan dari petugas kesehatan. 


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Komunikasi merupakan

suatu proses, dimana proses ini tidak disadari kapan awal dan kapan akhirnya. Komunikasi

bersifat dinamis, artinya komunikasi tidaklah konstan. Tapi melalui tahapan-tahapan dan

perubahan. Komunikasi bersifat transaksional, artinya komunikasi terjadi timbal balik antara

komunikator dan komunikan. Dengan demikian, sebagai seorang SKM, kita tahu bahwa

proses komunikasi tidak hanya terjadi pada saat penyuluhan saja. Tetapi, akan terus

membekas di hati masyarakat. Sehingga, proses penyampaian informasi harus dilakukan

dengan benar dan sungguh-sungguh. Agar masyarakat dapat benar-benar mengerti maksud

dari materi yang disampaikan dan menerapkan dalam kehidupannya.

Komunikasi dalam kesehatan hendaknya selalu mengalami perubahan seiring

perubahan lingkungan dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan pelaku atau

komunikator hendaknya lebih variatif dan inovatif dalam penyampaian pesan informasi

kesehatan.

B. Saran

            Makalah ini mebahas tentang komunikasi umum dan komunikasi kesehatan yang

sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, di harapkan setelah membaca makalah ini untuk

dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari cara berkomunikasi yang baik dalam

masyarakat dan memahami cara-cara atau strategi dalam berkomunikasi mengenai kesehatan

khususnya kesehatan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta

Fisher, Augrey, 1986, Theories of Communication (Terjemahan Soejono Trimo), Bandung,


Remaja Karya

Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John Hopkins
University, Maryland, Mayfield Publishing Company

Effendi, Saifuddin. 2005,   Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Penerbit Pustaka
Belajar, Yogyakarta

Lestari, Sri. 2009. Gambaran kesehatan Ibu dan Anak dalam bidang komunikasi kesehatan .
Skripsi, FKM USU, Medan

Marhaen fahar. Ilmu komunikasi teori dan praktek penerbit: Graha Ilmu
Saifulloh . (2008). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media

Baskoro, Anton. 2008.  Komunikasi Kesehatan . Banyu Media, Yogyakarta. 

Biancuzzo M. (2000). Breastfeeding the Newborn. Clinical Strategies for Nurses. 1st ed. St
Louis Missouri: Mosby Inc.

Depkes, RI, 2004.  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


450/MENKES/IV/ Tentang Pemberian  ASI Eksklusif Pada Bayi di Indonesia, Jakarta.

Dra. Hj. Woerjani, M.Pd. ,Dra. Ratnawati T, M.Hum Buku bahan ajar pelayanan prima

Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan


perilaku .Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ahmad. 2008. Manfaat IMD.http://myhealthblogging.com/parenting/2008/01/01/

Akhmad Ali Syaifuddin, 2006,  Kesehatan Ibu dan Anak ,  MT.Indarti Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai