Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KOMUNIKASI

KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS DAN KELUARGA

Dosen Pengampu :

Hj. Robi’ah S. Kep., Ners., MSI

Disusun Oleh :
Alya Putri Nabila
Mimin Cahyati
Ariq Aulia
M. Azka Ramadhan
Dudung Dwi Julianto
Riandi Febriansyah
Marsha Lystia Farizi

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES LENGGOGENI SEHATI INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu
sebagai dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Keperawatan yang telah
membantu dan memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini
dengan judul “Komunikasi Pada Komunitas dan Keluarga”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusunan sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang di tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Karawang, 10 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...……….i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 pengertian komunikasi………………………..………………………………3

2.2 komunikasi keluarga………………………………………………………….4

2.2.1 pengertian komunikasi…………………………………..………..…….4

2.2.2 ciri-ciri komunikasi keluarga……………………………………..…….5

2.2.3 bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga……………………..……...5

2.2.4 sistem komunikasi dalam keluarga……………………………….…….6

2.2.5 teknik komunikasi efektif dalam keluarga……………………..……….7

2.2.6 faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga…………….…9

2.2.7 hambatan komunikasi dalam keluarga……………………..………..…11

2.3 komunikasi kelompok……………………………..……………..……….….12

2.3.1 pengertian komunikasi………………………..…………………..……12

2.3.2 klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasi…………………....13

2.3.3 pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi………………..…....…15

2.3.4 faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok…………...…17

ii
2.4 komunikasi masyarakat…………………………………………….…..…….20

2.4.1 pengertian system komunikasi masyarakat……………………..……...20

2.4.2 karakteristik komunikasi masyarakat…………………………..…...….26

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..27

3.2 Saran …………………………………………………………………………28

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial akan saling berkomunikasi dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan
gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh
interaksi antar manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi
tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga,
baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan
keluarga yang lain perorangan, kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri.
Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan
waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar,
timbul pertanyaan berapa banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi
di dalam keseharian. Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk
menulis, untuk membaca, dan untuk berbicara serta untuk mendengarkan orang lain
berbicara, hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran
yang penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah
menjadi jantung dari kehidupan kita.
Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya,
banyak orang yang salah memahami makna pesan yang disampaikan akibat pola
komunikasi yang salah. Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi
individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk
karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui
suatu pola tertentu.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga,
yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota

1
lainnya,sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-
nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani
hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah
pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi
perkembangan anak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi?

2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi keluarga?

3. Apa saja ciri-ciri dari komunikasi keluarga?

4. Apa saja bentuk dari komunikasi keluarga?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi

2. Untuk mengetahui pengertian komunikasi keluarga

3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari komunikasi keluarga

4. Untuk mengetahui bentuk komunikasi keluarga

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide, perasaan dan pikiran antara
dua orang atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua
yang saling berkomunikasi.

Menurut Effendi (2005) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu
proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan
atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan)
maupun tak langsung.

Sebenarnya Istilah komunikasi (communication) berasal dari bahasa Latin


"communicatus" yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan
demikian komunikasi menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk
mencapai kebersamaan.

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)


menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang lain (khalayak).

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian


dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka
dan lain-lain.

3
2.2 Komunikasi Keluarga

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia


dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi
dengan kelompoknya. Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam
"satu atap". Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan
saling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru
yang disebut keluarga. Karenanya keluarga pun dapat diberi batasan sebagai sebuah
grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana
sedikit banyak bertahan lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.

Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari
satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral
seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah
tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga
berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri
satu propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiri satu negara.

Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu


pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi
suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling
membagi pengertian.

Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan


membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah
dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran
serta keterbukaan.

4
2.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga

Menurut Kumar (Wijaya, 1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah sebagai
berikut:

a. Keterbukaan (openess), Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki


keinginan untuk terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan
yang terjadi dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat
memberikan tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan
yang diungkapkannya.
b. Empati (Empathy), Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan
sama seperti yang dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat
dalam perasaan ataupun tanggapan orang tersebut.
c. Dukungan, Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih
bersemangat dalam melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang
diinginkan. Dukungan ini lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu,
keluarga
d. Perasaan Positif (Positiveness), Perasaan yaitu dimana individu mempunyai
perasaan positif terhadap apa yang sudah dikatakan orang lain terhadap
dirinya
e. Kesamaan (Equality), Kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai
kesamaan dengan orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.

2.2.3 Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga

1. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri

Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan
anggota keluarga (ayah, ibu, anak).

5
2. Komunikasi orang tua dan anak

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,
disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara
orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau
nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa
keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua
dan anak.

3. Komunikasi ayah dan anak

Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran


ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan
keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan
menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat
pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak
merasa kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.

4. Komunikasi anak dan anak yang lainnya

Komunikasi ini terjadi antara anak satu dengan anak yang lain. Dimana anak
yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih
muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

2.2.4 Sistem Komunikasi dalam Keluarga

1) Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau


kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif
tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau
kalimat dalam mengungkapkan sesuatu. Kegiatan komunikasi verbal

6
menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu
ingin berbincang-bincang kepada anaknya, canda dan tawa menyertai dialog
antara orang tua dan anak.

2) Komunikasi non verbal

Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk


verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi
nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal.
Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan
secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.

3) Komunikasi Individual

Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi


yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung
dalam sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan
anak, antara ibu dan anak, antar anak dan anak.

4) Komunikasi kelompok

Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina
dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi
pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan.
Sudah waktunya orang tua meluangkan waktu dan kesempatan untuk duduk
bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.

2.2.5 Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga

Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga
tercipta secara efektif, yaitu :

1. Respek

7
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull
attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa
(timbal balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi
dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan
maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan
orangtua atau orang di sekitanya.

2. Empati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti orang lain. Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya
untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau
pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka,
mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya
melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara
seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam
keluarga.

3. Audibel

Audibel berarti "dapat didengarkan atau bisa dimengerti dengan baik.


Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa
diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang
baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam
komunikasi yang audibel ini.

4. Jelas

Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan


banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika
berkomunikasi dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang

8
disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai
bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).

5. Tepat

Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat


baik waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk
membicarakan masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu
sarapan pagi, karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah
yang ringan saja.

6. Rendah Hati

Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu,
lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati
ini maka lawan diskusi kita menjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang
dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga

Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi


dengan baik kepada orang lain. Di lain waktu seseorang mengeluh tidak dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Ada sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan di uraikan berikut
ini :

1. Citra diri dan citra orang lain

Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran tertentu mengenai dirinya


statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan
apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya,
didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala sesuatu yang
berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi

9
dan persepsi orang. Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi
cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran
khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia
yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara
otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling
lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dan cara
komunikasi.

2. Suasana Psikologis

Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit


berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa
kecewa, merasa irihati, diliputi kesunyian, dan suasana psikologis lainnya.

3. Lingkungan Fisik

Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya,
dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga
berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan
ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di
sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam
masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati,
maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.

4. Kepemimpinan

Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat


penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh
pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola
komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang
membentuk hubungan-hubungan tersebut.

5. Bahasa

Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa
sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa

10
yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat
mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain
kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek
yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut
untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan
komunikasi.

6. Perbedaan Usia

Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa
berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara.
Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka
mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.

2.2.7 Hambatan Komunikasi dalam Keluarga

Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang
tidak beres. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan
penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu:

a. Kebisingan
b. Keadaan psikologis komunikan
c. Kekurangan komunikator atau komunikan
d. Kesalahan penilaian oleh komunikator
e. Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
f. Bahasa
g. Isi pesan berlebihan
h. Bersifat satu arah
i. Faktor teknis
j. Kepentingan atau minat
k. Prasangka
l. Cara penyajian yang verbalistis

11
Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan
cara sebagai berikut :

1. Mengecek arti dan maksud yang dikatakan


2. Meminta penjelasan lebih lanjut
3. Mengecek umpan balik atau hasil
4. Mengulang pesan yang disampaikan
5. Memperkuat dengan bahasa isyarat
6. Mengakrabkan pengirim dan penerima
7. Membuat pesan selalu singkat
8. Mengurangi banyaknya mata rantai
9. Menggunakan orientasi penerima

2.3 Komunikasi Kelompok

2.3.1 Pengertian Komunikasi

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang


berinteraksi dengan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).

Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok


pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi
antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi berlaku juga
bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa


orang dalam suatu kelompok "kecil" seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi
dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,

12
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua
definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki
susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya
di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran
bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan
tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut :

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka


2. Kelompok memiliki sedikit partisipan
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

2.3.2 Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasi

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi,
namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

1. Kelompok primer dan sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi
dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini
berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut :

13
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
f. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan


(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan
fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri
atau untuk membentuk sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi : fungsi komparatif,


fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok
rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi
komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma- norma dan sejumlah sikap
yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya,
sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu,
Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara
mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna
pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif).

14
Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu,
Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di
samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu,
perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.

1. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi


dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi
kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah.
Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif
dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c
kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah,
misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok
pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara
pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang
dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok
pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan
identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada
tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak. Kelompok
preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota
kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu : diskusi meja
bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

2.3.3 Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

1. Konformitas

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)


kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada

15
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.
Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan
anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota,
usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan
seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota
berikutnya untuk setuju juga.

2. Fasilitasi sosial

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan
bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada
perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan
orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah
perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi
peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan
prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang
banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas
kerja individu.

3. Polarisasi

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum


diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan
tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu.
Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan
tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

16
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan:

a. melaksanakan tugas kelompok, dan


b. memelihara moral anggota-anggotanya.

Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut prestasi (performance)
tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh
anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya
dalam kegiatan kelompok. Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-
faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu :

1. Faktor situasional karakteristik kelompok :


a. Ukuran kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung


pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat
dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif,
masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi.
Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi
untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada
kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan
tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang
diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk
dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam
satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan
akan berkurang.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok
adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen
(mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya

17
produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang
divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif). diperlukan
jumlah anggota kelompok yang lebih besar.

Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.

1. Jaringan komunikasi

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai


berikut : roda, rantai, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi
kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir.

2. Kohesi kelompok

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota


kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan
kelompok. McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankan
bahwa kobesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut : ketertarikan anggota
secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan
fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan personal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin


kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam
kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga
komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang
kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka
makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah

18
anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada
anggota yang devian.

a. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok


untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling
menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan
yang klasik dilakukan oleh White dan Lippit (1960). Mereka mengklasifikasikan
tiga gaya kepemimpinan : otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan
otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh
pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong
dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua
kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi
kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan
partisipasi pemimpin yang minimal.

1. Faktor personal karakteristik kelompok :


a. Kebutuhan interpersonal William C. Schultz (1966) merumuskan Teori
FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya
orang menjadi anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan
intepersonal sebagai berikut :
1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang
lain.
b. Tindak komunikasi

Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota


berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara verbal maupun
nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk
menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction
Process Analysis (IPA).

19
c. Peranan

Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota kelompok


dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara suasana emosional
yang lebih baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu saja (yang tidak
jarang menghambat kemajuan kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam
Rakhmat, 2004 : 171) meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok
terkategorikan sebagai berikut :

1. Peranan Tugas Kelompok

Tugas kelompok adalah memecahkan masalah atau melahirkan gagasan-


gagasan baru. Peranan tugas berhubungan dengan upaya memudahkan dan
mengkoordinasi kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.

2. Peranan Pemiliharaan Kelompok

Memelihara kelompok yang bersangkutan dengan usaha-usaha untuk


memelihara anggota-anggota kelompok yang emosional.

3. Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota kelompok untuk


memuaskan kebutuhan individual yang tidak relevan dengan tugas
kelompok.

2.4 Komunikasi Masyrakat

2.4.1 Pengertian Sistem Komunikasi Masyarakat

Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat yang hidup di perkotaan yakni


daerah yang sudah berkembang dan lebih modern di banding daerah pedesaan.
Suatu daerah pastilah memiliki pengaruh bagi masyarakatnya misalnya perubahan-
perubahan tampak nyata dikota- kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh-pengaruh dari luar, sehingga masyarakat akan terpengaruh
oleh kebudayaan-kebudayaan dari luar yang cenderung memberikan dampak

20
negatif. Alur kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor
waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting. untuk
dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan setiap individu, mengakibatkan lebih
disiplinnya masyarakat di perkotaan, dan orang perkotaan cenderung lebih bisa
mengurus dirinya sendiri atau lebih individualisme. Dalam aspek pengetahuan
teknologi dan komunikasi, orang perkotaan cenderung lebih baik ketimbang
pedesaan karena di perkotaan teknologi dan komunikasi cenderung berkembang
ketimbang di pedesaan. Namun ada juga sisi negatif masyarakat di perkotaan yakni
kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala masyarakat perkotaan tidak
terlalu memikirkan masalah keagamaannya karena memang kehidupan yang
cenderung kearah keduniaan saja, dan lebih mengejar ambisi-ambisi dunia saja.
Adalagi yang berbeda dalam masyarakat perkotaan yakni kehidupan gotong
royong, gotong royong di dalam masyarakat perkotaan cenderung kurang karena
masyarakat perkotaan lebih individualis.

1. Sistem Komunikasi Masyarakat Kota

Dengan perkembangan ilmu dan teknologi kontak sosial dewasa ini tidak hanya
diartikan dengan hubungan fisik. Teknologi komunikasi dan informasi telah dapat
mengubah bentuk kontak tidak hanya badaniah, tidak hanya diartikan sebagai
pertemuan dua orang yang kemudian berkomunikasi akan tetapi lebih luas
menyangkut peran teknologi. Akibatnya terjadi beberapa perubahan dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai norma, nilai, pola-
pola perilaku masyarakat, organisasi, susunan dan stratifikasi kemasyarakatan
sebagai akibat dari dinamika masyarakat yang ditimbulkan dari kemajuan
cenderung kebablasan, banyaknya perilaku kriminal yang ditimbulkan akibat
kurangnya didikan orang tua yang sibuk bekerja dan lain sebagainya.

Adanya teknologi yang berkembang pesat juga menyebabkan sikap acuh tak
acuh timbul pada masyarakat perkotaan, kepedulian terhadap sesama bukanlah
suatu hal yang dikatakan penting seperti yang terjadi pada masyarakat pedesaan.
Masyarakat perkotaan lebih memilih untuk memperhatikan kebutuhannya

21
dibandingkan kebutuhan orang lain yang ada disekitarnya. Keberadaan alat
teknologi atau gadget menjadi sesuatu yang diagungkan di masyarakat perkotaan.
Semuanya dilakukan dengan menggunakan teknologi untuk mempermudah dalam
menjalani aktivitas.

2. Sistem Komunikasi Masyarakat Desa

Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas
khusus yang berhubungan dengan komunikasi adalah komunikasi lebih banyak
dilakukan dengan komunikasi antarpersonal. Ini diakibatkan, masyarakat desa
belum percaya sepenuhnya terhadap media massa atau juga sejalan dengan tingkat
pendidikannya. Oleh karena itu, informasi dari orang lain yang bisa dipercaya lebih
menemukan hasil, misalnya melalui pemimpin opini.

Di desa, komunikasi antarpersonal biasa disebut dengan gethok tular. Artinya,


komunikasi dilakukan dengan lisan tentang suatu pesan dari suatu orang ke orang
lain. Misalnya, jika di desa akan dilaksanakan kerja bakti atau gotong royong maka
informasi itu akan cepat tersebar luas melalui satu orang ke orang lain, begitu
seterusnya. Tak terkecuali ketika berbicara tentang hal baru yang belum diketahui
masyarakat desa, misalnya usaha memasyarakatkan Keluarga Berencana (KB)
dengan kondom pada tahun 1972.

Namun sejalan dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan pendidikan


penduduk yang sudah mulai maju, pola komunikasi semacam ini lambat laun akan
ditinggalkan masyarakat. Pada saat ini ada tiga media yang sangat berpotensi dalam
menyebarkan informasi ke masyarakat di pedesaan, yakni Koran Masuk Desa
(KMD), Media Rakyat (MR), dan Media Tradisional (MT).

Koran Masuk Desa (KMD) Program KMD di Indonesia mulai dilaksanakan


pada bulan Februari 1980 berdasarkan SK Menpen No.11/A/Kep/Menpen/1980
tanggal 29 Januari 1980. Penetapan sebuah KMD dilakukan atas saran gubernur
atau kepala daerah yang berkonsultasi dengan Serikat Pekerja Surat Kabar (SPS)
dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hasilnya kemudian adalah kesepakatan

22
antara proyek pembinaan dari Deppen dengan perusahaan penerbit pers yang
bersangkutan. Ini dilakukan mengingat KMD sangat penting untuk
mensosialisasikan pesan-pesan pembangunan pada masyarakat.

Sebagai koran yang berbeda dengan koran pada umumnya, tentunya dari segi
liputan reportase juga berbeda karena perbedaan target, tujuan, misi, dan
sasarannya. Misalnya, lingkup daerah yang hanya meliputi desa (dari desa ke desa
agar masyarakat desa merasa memiliki). Kalaupun ada reportase di kota
prosentasenya kecil, mungkin hal-hal yang berhubungan dengan pembaharuan agar
ditiru oleh masyarakat desa. Namun demikian, hal ini harus dilakukan dengan hati-
hati. Sebab KMD adalah koran kota yang beredar di pedesaan, sehingga perlu
dihindari munculnya sinyal bahwa koran itu adalah koran kota bukan koran masuk
desa.

Media Rakyat (MR)

Berrigan (1979) mendefinisikan media rakyat (media masyarakat) sebagai berikut :

a. Media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih
luas dari kebutuhan semua khalayak.
b. Media masyarakat adalah adaptasi media yang digunakan oleh masyarakat
yang bersangkutan, apapun tujuan yang yang ditetapkan masyarakat.
c. Media masyarakat adalah media yang memberi kesempatan kepada warga
masyarakat untuk memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka
menginginkan kesempatan itu.
d. Media ini adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai
perencanaan, produksi, dan pelaksana.
e. Media masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan
sesuatu, bukan untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.

Adapun fungsi-fungsi media rakyat adalah sebagai berikut (Oepen, 1988):

23
a) Memberi saluran alternatif sebagai sarana bagi masyarakat untuk
mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka.
b) Berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin
dalam isi media.
c) Membantu menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran.
d) Mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan
dikalangan penduduk daerah pedesaan.
e) Memberi fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan menolong
diri sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri.
f) Berguna bagi umpan balik, sistem pemantauan dan pengawasan suatu
proyek tertentu.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Media Rakyat adalah bentuk


komunikasi dengan memakai media massa sebagai salurannya. Media dari, oleh,
dan untuk rakyat di pedesaan. Artinya, media yang menganggap kepentingan rakyat
sebagai hal yang paling utama. Media rakyat juga sangat berperan dalam membantu
perkembangan masyarakat. Media rakyat adalah media yang mengakar kuat di
masyarakat. Sebab ia tumbuh dan berkembang di pedesaan.

Media Tradisional (MT)

Namanya saja media tradisional, sehingga tidak sama dengan media massa.
Kalau media massa adalah media dengan mengunakan alat teknologi komunikasi
modern, sedangkan media tradisional adalah alat komunikasi yang sudah lama
digunakan si suatu tempat (desa) sebelum kebudayaannya tesentuh oleh teknologi
modern dan sampai sekarang masih digunakan di daerah itu. Adapun isinya masih
berupa lisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan alat bunyi-bunyian. (James
Danandjaja, 1987)

Membicarakan media tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional,


yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan memakai

24
media tradisional. Media komunikasi tradisional sering disebut sebagai bentuk
folklor. Bentuk-bentuk folklor tersebut antara lain :

1. Cerita prosa rakyat


2. Ungkapan rakyat
3. Puisi rakyat
4. Nyanyian rakyat
5. Teater rakyat
6. Gerak isyarat
7. Alat pengingat
8. Alat bunyi-bunyian

Beberapa kelebihan media tradisional dan seni tradisional dibanding media lain
adalah:

1. la tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga dianggap sebagai atau


cermin kehidupan masyarakat desa. Di samping apa yang disuguhkan lebih
mengena hati masyarakat, melalui media tradisional juga bisa diselipkan
pesan pembangunan, misalnya dalam cerita teater rakyat, ketoprak atau
wayang.
2. Media rakyat harus dinikmati dengan jenjang pengetahuan atau pendidikan
tertentu (karena sifatnya tertulis, maka masyarakat harus bisa membaca
terlebih dahulu). sedangkan media tradisional bisa dinikmati semua lapisan
masyarakat.
3. Seni tradisional lebih menghibur sehingga lebih mudah mempengaruhi
sikap masyarakat. Disamping itu, seni tradisional tidak perlu dinikmati
dengan mengerutkan dahi.

Namun begitu, seni atau media tradisional terbentur hambatan dalam


pengembangannya. Pertama, sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat
yang kian maju dan modern, ia akan terancam eksistensinya. Kita bisa ambil contoh
banyak kalangan muda yang enggan mamupuk dan mewarisi media atau seni
tradisional tersebut. Kedua, peran serta pemerintah sangat kecil, padahal seni

25
tradisional menjadi salah satu sumber devisa yang dapat diandalkan. Saat ini pentas
Wayang Orang di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, Solo tidak ada lagi.
Ketiga, media massa kurang tertarik mengekspos atau memberitakan seni
tradisional tersebut. Padahal pemberitaan ini menjadi sarana efektif menjaga
kelangsungannya.

Adapun media tradisional yang dimaksud dalam hal ini salah satunya contohnya
adalah trong-trong atau kentongan. Trong-trong ini hidup dalam masyarakat
Pandeglang umumnya dan kecamatan Banjar khususnya. Fungsi trong-trong ini
sebagai alat informasi bagi masyarakat terutama kaitannya dengan pemberitahuan
kepada masyarakat jika ada kejadian darurat seperti pembunuhan, kebakaran, dan
pencurian.

2.4.2 Karakteristik Komunikasi Masyarakat

1. Kehidupan keagamaan berkurang dibandingkan dengan kehidupan


keagamaan di desa. Ini dikarenakan masyarakat kota lebih disibukkan
dengan urusan duniawi.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
bergantung dengan orang lain (individualisme).

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga,


yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota
lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-
nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Tujuan komunikasi dalam interaksi
keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi,
nasihat,mendidik dan menyenangkan anak-anak Sedangkan anak berkomunikasi
dengan orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam
memberikan respon dari pertanyaan orang tua.

Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Komunikasi


merupakan suatu proses, dimana proses ini tidak disadari kapan awal dan kapan
akhirnya. Komunikasi bersifat dinamis, artinya komunikasi tidaklah konstan. Tapi
melalui tahapan-tahapan dan perubahan. Komunikasi bersifat transaksional, artinya
komunikasi terjadi timbal balik antara komunikator dan komunikan. Sehingga,
proses penyampaian informasi harus dilakukan dengan benar dan sungguh-
sungguh. Agar masyarakat dapat benar-benar mengerti maksud dari materi yang
disampaikan dan menerapkan dalam kehidupannya. Komunikasi dalam kesehatan
hendaknya selalu mengalami perubahan seiring perubahan lingkungan dan
disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan pelaku atau komunikator hendaknya
lebih variatif dan inovatif dalam penyampaian pesan informasi kesehatan.

27
3.2 Saran

Makalah ini membahas tentang komunikasi keluarga, kelompok dan masyarakat


yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, di harapkan setelah membaca
makalah ini untuk dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari cara
berkomunikasi yang baik dalam keluarga, kelompok dan masayarakat serta
memahami cara-cara atau strategi dalam berkomunikasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta

Effendi, Saifuddin. 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Penerbit


Pustaka Belajar, Yogyakarta

Marhaen Fahar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Penerbit : Graha Ilmu

Baskoro, Anton. 2008. Komunikasi Kesehatan, Bayu Media, Yogyakarta

Graeff, Ajudith, Dkk. 1996. Komunikasi Dalam Kesehatan dan Perubahan


Perilaku. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

29

Anda mungkin juga menyukai