Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Alya Putri Nabila
Mimin Cahyati
Ariq Aulia
M. Azka Ramadhan
Dudung Dwi Julianto
Riandi Febriansyah
Marsha Lystia Farizi
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu
sebagai dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Keperawatan yang telah
membantu dan memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini
dengan judul “Komunikasi Pada Komunitas dan Keluarga”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusunan sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang di tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………...……….i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
2.4 komunikasi masyarakat…………………………………………….…..…….20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lainnya,sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-
nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani
hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika sebuah
pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi
perkembangan anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide, perasaan dan pikiran antara
dua orang atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku bagi semua
yang saling berkomunikasi.
Menurut Effendi (2005) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu
proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan
atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan)
maupun tak langsung.
3
2.2 Komunikasi Keluarga
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari
satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral
seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah
tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga
berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri
satu propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiri satu negara.
4
2.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Keluarga
Menurut Kumar (Wijaya, 1987) ciri-ciri komunikasi dalam keluarga adalah sebagai
berikut:
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan
anggota keluarga (ayah, ibu, anak).
5
2. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah,
disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara
orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau
nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa
keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua
dan anak.
Komunikasi ini terjadi antara anak satu dengan anak yang lain. Dimana anak
yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih
muda. Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
1) Komunikasi verbal
6
menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu
ingin berbincang-bincang kepada anaknya, canda dan tawa menyertai dialog
antara orang tua dan anak.
3) Komunikasi Individual
4) Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina
dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi
pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan.
Sudah waktunya orang tua meluangkan waktu dan kesempatan untuk duduk
bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga
tercipta secara efektif, yaitu :
1. Respek
7
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull
attitude). Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa
(timbal balik) dari si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi
dengan anak bila ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan
maka anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan
orangtua atau orang di sekitanya.
2. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti orang lain. Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya
untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anak atau
pasangannya terlebih dulu. Ia akan membuka dialog dengan mereka,
mendengar keluhan dan harapannya. Mendengarkan di sini tidak hanya
melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaan. Cara
seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya dan keterbukaan dalam
keluarga.
3. Audibel
4. Jelas
8
disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai
bahasa yang mereka pahami (melihat tingkatan usia).
5. Tepat
6. Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu,
lemah lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati
ini maka lawan diskusi kita menjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang
dapat diungkapkan dari diskusi tersebut.
9
dan persepsi orang. Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi
cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran
khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia
yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara
otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling
lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dan cara
komunikasi.
2. Suasana Psikologis
3. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya,
dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga
berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan
ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di
sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam
masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati,
maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.
4. Kepemimpinan
5. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa
sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa
10
yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat
mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain
kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek
yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut
untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan
komunikasi.
6. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa
berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara.
Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka
mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.
Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang
tidak beres. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan
penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu:
a. Kebisingan
b. Keadaan psikologis komunikan
c. Kekurangan komunikator atau komunikan
d. Kesalahan penilaian oleh komunikator
e. Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
f. Bahasa
g. Isi pesan berlebihan
h. Bersifat satu arah
i. Faktor teknis
j. Kepentingan atau minat
k. Prasangka
l. Cara penyajian yang verbalistis
11
Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan
cara sebagai berikut :
12
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua
definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki
susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan
komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya
di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran
bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan
tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut :
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi,
namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi
dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini
berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut :
13
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
f. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
14
Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu,
Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di
samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu,
perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.
1. Konformitas
15
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.
Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan
anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota,
usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan
seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota
berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitasi sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan
bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada
perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan
orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi
kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah
perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi
peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan
prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang
banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas
kerja individu.
3. Polarisasi
16
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut prestasi (performance)
tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh
anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya
dalam kegiatan kelompok. Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-
faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu :
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok
adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen
(mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya
17
produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber,
keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang
divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif). diperlukan
jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004)
menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan
anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk
mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang
cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan
waktu oleh anggota-anggota kelompok.
1. Jaringan komunikasi
2. Kohesi kelompok
18
anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada
anggota yang devian.
a. Kepemimpinan
19
c. Peranan
20
negatif. Alur kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor
waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting. untuk
dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan setiap individu, mengakibatkan lebih
disiplinnya masyarakat di perkotaan, dan orang perkotaan cenderung lebih bisa
mengurus dirinya sendiri atau lebih individualisme. Dalam aspek pengetahuan
teknologi dan komunikasi, orang perkotaan cenderung lebih baik ketimbang
pedesaan karena di perkotaan teknologi dan komunikasi cenderung berkembang
ketimbang di pedesaan. Namun ada juga sisi negatif masyarakat di perkotaan yakni
kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala masyarakat perkotaan tidak
terlalu memikirkan masalah keagamaannya karena memang kehidupan yang
cenderung kearah keduniaan saja, dan lebih mengejar ambisi-ambisi dunia saja.
Adalagi yang berbeda dalam masyarakat perkotaan yakni kehidupan gotong
royong, gotong royong di dalam masyarakat perkotaan cenderung kurang karena
masyarakat perkotaan lebih individualis.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi kontak sosial dewasa ini tidak hanya
diartikan dengan hubungan fisik. Teknologi komunikasi dan informasi telah dapat
mengubah bentuk kontak tidak hanya badaniah, tidak hanya diartikan sebagai
pertemuan dua orang yang kemudian berkomunikasi akan tetapi lebih luas
menyangkut peran teknologi. Akibatnya terjadi beberapa perubahan dalam
masyarakat. Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai norma, nilai, pola-
pola perilaku masyarakat, organisasi, susunan dan stratifikasi kemasyarakatan
sebagai akibat dari dinamika masyarakat yang ditimbulkan dari kemajuan
cenderung kebablasan, banyaknya perilaku kriminal yang ditimbulkan akibat
kurangnya didikan orang tua yang sibuk bekerja dan lain sebagainya.
Adanya teknologi yang berkembang pesat juga menyebabkan sikap acuh tak
acuh timbul pada masyarakat perkotaan, kepedulian terhadap sesama bukanlah
suatu hal yang dikatakan penting seperti yang terjadi pada masyarakat pedesaan.
Masyarakat perkotaan lebih memilih untuk memperhatikan kebutuhannya
21
dibandingkan kebutuhan orang lain yang ada disekitarnya. Keberadaan alat
teknologi atau gadget menjadi sesuatu yang diagungkan di masyarakat perkotaan.
Semuanya dilakukan dengan menggunakan teknologi untuk mempermudah dalam
menjalani aktivitas.
Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas
khusus yang berhubungan dengan komunikasi adalah komunikasi lebih banyak
dilakukan dengan komunikasi antarpersonal. Ini diakibatkan, masyarakat desa
belum percaya sepenuhnya terhadap media massa atau juga sejalan dengan tingkat
pendidikannya. Oleh karena itu, informasi dari orang lain yang bisa dipercaya lebih
menemukan hasil, misalnya melalui pemimpin opini.
22
antara proyek pembinaan dari Deppen dengan perusahaan penerbit pers yang
bersangkutan. Ini dilakukan mengingat KMD sangat penting untuk
mensosialisasikan pesan-pesan pembangunan pada masyarakat.
Sebagai koran yang berbeda dengan koran pada umumnya, tentunya dari segi
liputan reportase juga berbeda karena perbedaan target, tujuan, misi, dan
sasarannya. Misalnya, lingkup daerah yang hanya meliputi desa (dari desa ke desa
agar masyarakat desa merasa memiliki). Kalaupun ada reportase di kota
prosentasenya kecil, mungkin hal-hal yang berhubungan dengan pembaharuan agar
ditiru oleh masyarakat desa. Namun demikian, hal ini harus dilakukan dengan hati-
hati. Sebab KMD adalah koran kota yang beredar di pedesaan, sehingga perlu
dihindari munculnya sinyal bahwa koran itu adalah koran kota bukan koran masuk
desa.
a. Media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih
luas dari kebutuhan semua khalayak.
b. Media masyarakat adalah adaptasi media yang digunakan oleh masyarakat
yang bersangkutan, apapun tujuan yang yang ditetapkan masyarakat.
c. Media masyarakat adalah media yang memberi kesempatan kepada warga
masyarakat untuk memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka
menginginkan kesempatan itu.
d. Media ini adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai
perencanaan, produksi, dan pelaksana.
e. Media masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan
sesuatu, bukan untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.
23
a) Memberi saluran alternatif sebagai sarana bagi masyarakat untuk
mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka.
b) Berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin
dalam isi media.
c) Membantu menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran.
d) Mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan
dikalangan penduduk daerah pedesaan.
e) Memberi fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan menolong
diri sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri.
f) Berguna bagi umpan balik, sistem pemantauan dan pengawasan suatu
proyek tertentu.
Namanya saja media tradisional, sehingga tidak sama dengan media massa.
Kalau media massa adalah media dengan mengunakan alat teknologi komunikasi
modern, sedangkan media tradisional adalah alat komunikasi yang sudah lama
digunakan si suatu tempat (desa) sebelum kebudayaannya tesentuh oleh teknologi
modern dan sampai sekarang masih digunakan di daerah itu. Adapun isinya masih
berupa lisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan alat bunyi-bunyian. (James
Danandjaja, 1987)
24
media tradisional. Media komunikasi tradisional sering disebut sebagai bentuk
folklor. Bentuk-bentuk folklor tersebut antara lain :
Beberapa kelebihan media tradisional dan seni tradisional dibanding media lain
adalah:
25
tradisional menjadi salah satu sumber devisa yang dapat diandalkan. Saat ini pentas
Wayang Orang di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, Solo tidak ada lagi.
Ketiga, media massa kurang tertarik mengekspos atau memberitakan seni
tradisional tersebut. Padahal pemberitaan ini menjadi sarana efektif menjaga
kelangsungannya.
Adapun media tradisional yang dimaksud dalam hal ini salah satunya contohnya
adalah trong-trong atau kentongan. Trong-trong ini hidup dalam masyarakat
Pandeglang umumnya dan kecamatan Banjar khususnya. Fungsi trong-trong ini
sebagai alat informasi bagi masyarakat terutama kaitannya dengan pemberitahuan
kepada masyarakat jika ada kejadian darurat seperti pembunuhan, kebakaran, dan
pencurian.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
27
3.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta
Marhaen Fahar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Penerbit : Graha Ilmu
29