Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA KELUARGA


Dosen pengampu : Desak Nyoman, Skp, MARS, PhD

Disusun Oleh :

Kelas A Program Studi D3 Keperawatan 2022

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan dan karunia-Nya Malakah yang berjudul “Komunikasi Pada Keluarga “
dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyelesaian Makalah ini penulis mendapat dukungan, masukan,


dan bimbingan khusus yang ikut hadir menyertai. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dalam bentuk terima kasih kepada :

1. Dr. Anter Venus., MA., Comm Selaku Rektor UPN Veteran Jakarta.

2. Dr. drg. Wahyu Sulistiadi, MARS selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
UPN Veteran Jakarta.

3. Desak Nyoman, Skp, MARS, PhD selaku Dosen mata kuliah Komunikasi
Kelas Besar

4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah mendukung

5. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk
memberikan masukan berupa kritikan maupun saran untuk membuat Makalah ini
menjadi lebih baik. Penulis mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan
dalam penulisan Makalah. Akhir kata, penulis berharap Makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.

Depok, 26 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Pengetian Komunikasi ........................................................................... 3
2.2 Pengertian Komunikasi Keluarga ........................................................... 3
2.3 Fungsi Komunikasi Pada Keluarga ........................................................ 4
2.4 Hambatan Komunikasi Pada Keluarga ................................................... 4
2.5 Strategi Komunikasi Pada Keluarga ....................................................... 6
2.6 Seberapa Penting Komunikasi Pada Keluarga ........................................ 7
2.7 Membangun Komunikasi Yang Humoris Pada Keluarga ........................ 8
2.8 Pola Komunikasi Pada Keluarga ............................................................ 9
2.9 Kohesi dan Adaptasi dalam Keluarga ................................................... 10
BAB III ............................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan proses interaksi untuk berhubungan dari pihak satu
ke pihak lainnya, yang dilakukan secara sederhana dimulai dengan sejumlah ide
– ide yang abstrak atau pikiran seseorang untuk mencari data atau
menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan
yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung, baik secara lisan
maupun tulisan. Dilakukan dengan menggunakan media atau sistem yang
beragam, yang dapat memberikan pengertian dan pengetahuan timbal balik
kepada pelaku komunikasi. Dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka”. Menurut Everett M. Rogers (Wiryanto, 2004:6)
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial akan berkomunikasi dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam,
dengan gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari
seluruh interaksi antara manusia. interkasi manusia baik perorang maupun
kelompok. Begitupun komunikasi pada keluarga, bai kantar pribadi anggota
keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai
peoragan, kelompok maupun sebagai keluarga sendiri.
Komunikasi merupakan proses berbagai makna melalui perilaku verbal atau
nonverbal. Segala perilaku dapai disebut komunikasi jika melibatkan dua orang
atau lebih. Komunikasi terjadi setidaknya suatu sumber membangkitkan
respons pada penerima melalui penyampaian pesan dalam bentuk tanda atau
simbol baik bentuk verbal atau nonverbal.
Komunikasi pada keluarga adalah komununikasi yang terjadi dalam sebuah
keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi
dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan
mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar
anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat.
Apa yang terjadi jika sebuah pola kemunikasi keluarga tidak terjadi secara
harmonis tentu akan mempengaruhi perkembangan anak.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa Pengertian Komunikasi ?
b. Apa Pengertian Komunikasi pada Keluarga ?
c. Apa saja fungsi komunikasi pada keluarga ?
d. Apa saja hambatan komunikasi pada keluarga ?
e. Apa saja strategi komunikasi pada keluarga ?
f. Seberapa penting Komunikasi pada Keluarga ?
g. Bagaimana membangun komunikasi yang humoris dalam keluarga ?
h. Bagaimana pola komunikasi dalam keluarga ?
i. Bagaimana kohesi dan adaptasi dalam keluarga ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui penegrtian komunikasi
b. Mengetahui pengertian komunikasi pada keluarga
c. Mengetahuui fungsi komunikasi pada keluarga
d. Mengetahui hambatan komunikasi pada keluarga
e. Mengetahui strategi komunikasi pada keluarga
f. Memberi informasi seberapa penting komunikasi pada keluarga
g. Memberi tahu bagaimana cara membangun komunikasi yang humoris
dalam keluarga
h. Mengetahui pola komunikasi dalam keluarga
i. Mengetahui bagaimana kohesi dan adaptasi dalam keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Komunikasi


Menurut Thomas dikutip Mulyana (2010:4), mengemukakan bahwa kita
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk
mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti apa
yang kita inginkan. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi adalah
tujuan dalam mengemukakan apa yang kita inginkan. Dengan berkomunikasi
kita dapat mengenal berbagai orang, mulai dari karakteristik, ras, budaya dan
lain-lain. Dalam memahami pengertian komunikasi tentu saja banyak
penjelasan dari para ahli komunikasi, salah satunya mengenai model
komunikasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil salah satu contoh model
interaktif.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehiduapan
sehari-hari di rumah tangga, ditempat pekerjaan, dipasar, dalam masyarakat
atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat
dalam komunikasi. Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia.
Berkembangnya pengetahuan manusia dari hari ke hari karena komunikasi.
Komunikasi juga membentuk sistem sosial yang saling membutuhkan satu
sama lain, maka dari itu komunikasi dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.

2.2 Pengertian Komunikasi Keluarga


Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupanmanusia
dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial,dalam interaksi
dengan kelompoknya. Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas
dalam satu atap. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami
istri dan saling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk
komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi
batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki"laki dan

3
4

wanita perhubungan mana sedikit banyak bertahan lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak-anak.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah
dari satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat
sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa
keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga
rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari
beberapa kota berdiri dari provinsi dan dari beberapa provinsi berdiri satu
negara.
Menurut Rae Sedwig (1985), kamunikasi keluarga adalah suatu
pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi
suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta
saling membagi pengertian.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.

2.3 Fungsi Komunikasi Pada Keluarga


a. Pengembangan diri anggota keluarga
b. Penyelesain masalah
c. Pengemabilan keputusan
d. Pencapaian tujuan keluarga
e. Sebagai sarana belajar
f. Sebagai sarana bertukar pikiran

2.4 Hambatan Komunikasi Pada Keluarga


Hambatan komunikasi dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang
dianggap memberi pengaruh besar terhadap terbentuknya penelantaran anak.
Anak-anak telantar memang memiliki kesempatan sangat terbatas untuk
berkomunikasi, khususnya dengan orang tua mereka. Bahkan ada sejumlah
5

kasus penelantaran anak yang menunjukkan bahwa orang tua mereka hampir
tidak pernah berkomunikasi dengan anak. Orang tua hanya melakukan
komunikasi dengan anak seperlunya saja.
Kadang-kadang kesibukan orang tua dan banyaknya masalah yang
dihadapi, perhatian terhadap anak jadi berkurang. Kalau setiap saat mau
menceritakan sesuatu tidak diperhatian atau dibantah, akibatnya anak tidak mau
lagi bercerita. Lama kelamaan akan timbul gangguan pada anak. Ia akan
menutup diri terhadap orang tuanya, sehingga komunikasi antara orang tua dan
anak ini biasanya akan menyebabkan anak bertingkah laku agresif dan sukar
mangadakan kontak dengan orang tuanya apalagi komunikasi yang melalui
sebuah perantara media.
Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami
gangguan, yang dalam bahasa inggris disebut noise. Gangguan adalah “segala
sesuatu yang menghambat atau mengurangi kemampuan kita untuk mengirim
dan menerima pesan”. Gangguan komunikasi itu meliputi :
a. Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah; di tempat menerima
pesan, bau menyengat, udara panas, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor pribadi, antara lain, prasangka, lamunan, perasaan tidak
cakap.

Menurut sumber lain, hambatan dalam kemunikasi keluarga yaitu

a. Semua anggota keluarga punya kesibukan sendiri


Kesibukan kerap dianggap sebagai pemicu renggangnya komunikasi
dalam keluarga. Ada anggota keluarga yang sibuk bekerja dari pagi sampai
malam, sekolah, atau bahkan tinggal berjauhan di kota lain. Hal ini biasanya
semakin parah jika anak-anak dalam keluarga semakin beranjak besar dan
sudah mandiri. Waktu untuk berkumpul bersama jadi makin berkurang
karena semua anggota keluarga sibuk dengan urusan masing-masing.
b. Rasa segan terhadap orang tua
Di Indonesia, masih banyak orang tua yang memberlakukan cara
mendidik yang konvensional bagi anak. Cara ini membuat orang tua
senantiasa berada di pihak yang benar dan tidak mau mendengarkan
pendapat anak atau anggota keluarga lain yang lebih muda. Akibatnya,
6

anak-anak pun merasa apatis bila ingin menyampaikan isi hati atau
pendapat. Jika dibiarkan terus-menerus, tentu saja hal ini akan semakin
menghambat komunikasi dalam keluarga.
c. Terlalu asik dengan Gadget pribadi
Penggunaan gadget secara berlebihan juga memicu hambatan
komunikasi dalam keluarga. Sebab setiap anggota keluarga tidak benar-
benar fokus saat berada di rumah. Ada yang masih sibuk mengurus
pekerjaan, menggunakan sarana hiburan, atau berkomunikasi dengan teman
melalui gadget. Fenomena ini harus dicegah sedini mungkin. Setiap
anggota keluarga harus meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama di
rumah. Melakukan aktivitas sederhana bersama seluruh anggota keluarga
akan mempererat jalinan komunikasi. Sehingga tak ada anggota keluarga
yang merasa tidak dipedulikan.
d. Kurangnya rasa percaya kepada keluarga
Ternyata tidak banyak orang yang bisa berkomunikasi secara baik
dalam keluarga. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa percaya kepada
keluarga. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu, banyak orang
menganggap bahwa sahabat jauh lebih bisa mendengarkan atau membantu
daripada keluarga.
Anggapan keliru seperti ini harus diantisipasi sedini mungkin.
Dalam sebuah keluarga, harus ada momen khusus untuk berkumpul dan
saling bercerita dari hati ke hati. Bersantai sembari ditemani teh berkualitas
dan sajian camilan lainnya tentu akan membuat semua anggota keluarga
merasa lebih rileks. Kalau hal ini mulai dijadikan kebiasaan dalam keluarga,
niscaya rasa percaya satu sama lain antar anggota keluarga akan terjalin
dengan baik. Setiap masalah yang dihadapi bersama keluarga akan terasa
lebih ringan dan mudah diselesaikan.

2.5 Strategi Komunikasi Pada Keluarga


a. Saling memahami antara nggota keluarga agar dapat diketahui komunikasi
seperti apa yang harus ia lakukan demi lancarnya komunikasi tersebut.
7

b. Pemimpin keluarga dapat mengatur dengan baik setiap anggota keluarga


agar proses komunikasi antar anggota keluarga dapat berkembang dengan
baik
c. Berkomunikasi yang jelas, sopan, dan sesuai etika yang berlaku agar
tidakterjadi salah paham dan saling menyinggung antara anggota keluarga
d. Saling menghargai anggota keluarga lain.
e. Jangan menyela pembicaraan orang lain.
f. Selalu memperhatikan orang yang mengajak bicara
g. Berikan respons yang baik, mendukung, dan tidak menyinggung ketikaada
yang mengajak bicara.

2.6 Seberapa Penting Komunikasi Pada Keluarga


Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-
hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan
komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepda
setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan
yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil
solusi terbaik. (bagus, 2010).
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman
pertama yang merupakan bekal untuk menempatkan diri dalam masyarakat.
Orang tua dalam sebuah keluarga menajdi figur bagi anak dalam segala hal
seperti sikap, perilaku, tuturkata yang berbentuk kerena peran orang tua.
Jika hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk
menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesame
anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang humoris dalam
keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, kondisi
keluarga yang humoris sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga.
Sebagaimana dikatakan berger bahwa keluarga normal atau keluarga humoris
dapat berpenagruh terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam
keluarga jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota, tidak saling
menyudutkna atau mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi.
8

2.7 Membangun Komunikasi Yang Humoris Pada Keluarga


1. Komunkasi Efektif
Berikut ini beberapa tips komunikasi yang diberikan oleh anak (Elfifah,
2013)
a. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak
disampaikan dengan melihat ekspresi wajah.
b. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi
c. Menyampaikan msalah diri sendiri dengan baik.
d. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
e. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah
yang dihadapi.
2. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut De Vito (1997:259-264), terdapat lima kualitas umum yang
dipertimbangkan dalam efektivitas komunikasi interpedonal, yakni
keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positivesness) dan kesetaraan (equality).
a. Keterbukaan
kualitas keterbukaan mangacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama komunikasi interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua, mengacu pada
kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus
yang datang. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita
lontarkan adalah memang berasal dari diri kita bertanggung jawab
atasnya.
b. Empati
Herry Backrack, seperti dikutip De Vito mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang
lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Berempati
adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang
empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan
dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang.
9

c. Sikap mendukung
Dalam sikap mendukung dengan saling mensupport antara anggota
keluraga.
d. Sikap positif
Hal ini didukung dengan dorongan dan menghargai keberadaan dan
pentingnya orang lain. Dorongan yang bersifat positif mendukung citra
pribadi kita dan membuat merasa lebih baik.
e. Kesetaraan
Dalam berkomunikasi harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga. Namun, kesetaraan tidak mengharuskan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain, melainkan menerima pihak lain dan memberikan
“penghargaan kepada anggota keluarga”

2.8 Pola Komunikasi Pada Keluarga


Terdapat empat pola komunikasi keluarga pada umumnya ;
a. Pola komunikasi persamaan (Equality Pattern)
Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara
merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga
adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya,
bebas mengemukakan ide-ide, opini dan kepercayaan. Komunikasi yang
terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung dan bebas dari pemisahan
kekuasaan yang terjadi pada hubungan interpersonal lainya.
b. Pola komunikasi seimbang terpisah (Balance Split Pattern)
Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda, contohnya
keluarga biasa suami dipercaya untuk bekerja atau mencari nafkah untuk
keluarga dan istri mengurus anak dan memasak.
c. Pola komunikasi tak seimbang terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Dalam pol aini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli.
Satu orang yang mendominasi in memengang kontrol.
d. Pola komunikasi monopoli (Monopoly Pattern)
Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat
memerintah daripada berkomunikasi, memberikan wejangan daripada
10

mendengerkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah


meinta pendapat dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi
perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.

2.9 Kohesi dan Adaptasi dalam Keluarga


Kohesi adalah ikatan emosional anatar anggota kelarga. Ingat mengukur
seberapa dekat satu sama lain merasa anggota keluarga pada tingkat emosional.
Kohesi mencerminkan rasa keterbukaan atau keterpisahan dari anggota keluaga
lainnya.
Sedangkan adaptasi mengukur kemampuan sebuah keluarga untuk
mengubah struktur kekuasaannya, hubungan peran dan aturan hubungan dalam
respon terhadap stress situasional dan perkembangan. Tingkat adaptasi
menunjukkan seberapa baik keluarga apat memenuhi tantangan yang disajikan
oleh situasi berubah.
Komunikasi adalah dimensi memfasilitasi. Penting untuk Gerakan pada dua
dimensi lainnya. Positif keterampilan komunikasi seperti empati,
mendengarkan reflektif, komentar mendukung. Memungkinkan anggota
keluarga untuk berbagai kebutuhan merka berubah karena mereka berhubungan
dengan kohesi dan kemampuan adaptasi. Ketermapilan komunikasi negative
(seperti) pesan ganda, ganda mengikat kritik. Meminimalkan kemampuan untuk
berbagi perasaan, sehingga membatasi Gerakan dalam dimensi kohesi dan
kemampuan beradaptasi. Memahami apakah keluarga anggota puas dengan
pembelian keluarga membutuhuhkan komunikasi dalam keluraga. Untuk
menentukan begaimana keluarga membuat keputuasan pembelian dan
begaimana keluarga mempengaruhi perilaku pembelian masa dengan
anggotanya. Hal ini berguna untuk memhami fungsi yang disediakan dan peran
yang dimainkan oleh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
mereka. (Amanda, 2012).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua
dengan anak – anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai
sarana bertukar pikiran, mensosialisasikan nilai – nilai kepribadian orang tua
kepada anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak
kepada orang tuanya.
Hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk
menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesame
anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam
keluarga.
Dalam komunikasi pada keluarga terdapat pola komunikasi yang dapat
diterapkan dan beberapa tips komunikasi efektif sehingga menimbulkan
efektivitas komunikasi interpersonal berupa keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.

3.2 Saran

1. Bagi penulis diharapkan untuk memperbanyak wawasan tentang komunikasi


pada keluarga agar penulis selanjutnya lebih dikembangkan lagi sehingga
kedepannya dapat lebih baik dan sempurna dalam penulisan makalah.

2. Bagi mahasiswa/i mungkin makalah ini cukup banyak kesalahan dan


kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam materi pembahasan. Oleh
karena itu,kami mengharapkan kritikan yang membangun bagi kami dalam
penulisan makalah ini, agar kedepannya lebih sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agus M. Hardjana, 2003 Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.


Yogyakarta: Kanisius

Alfitra. 2017. Komunikasi Dalam Keluarga, Kelompok dan Masyarakat. Jakarta :


Scribd

Kawengian, 2014. Peran Komunikasi Keluarga. Minahasa : Meneliti Media.


Diakses pada Minggu, 27 November 2022

Roudhonah,2007 Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press

Singgih D. Gunarsa. Bunga Rampai. 2004 Psikologi Perkembangan, dari Anak


Sampai Usia Lanjut. Jakarta: SDG

12

Anda mungkin juga menyukai