Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan dan karunia-Nya Malakah yang berjudul “Komunikasi Pada Keluarga “
dapat terselesaikan dengan baik.
1. Dr. Anter Venus., MA., Comm Selaku Rektor UPN Veteran Jakarta.
2. Dr. drg. Wahyu Sulistiadi, MARS selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
UPN Veteran Jakarta.
3. Desak Nyoman, Skp, MARS, PhD selaku Dosen mata kuliah Komunikasi
Kelas Besar
5. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk
memberikan masukan berupa kritikan maupun saran untuk membuat Makalah ini
menjadi lebih baik. Penulis mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan
dalam penulisan Makalah. Akhir kata, penulis berharap Makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
3
4
wanita perhubungan mana sedikit banyak bertahan lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak-anak.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah
dari satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat
sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa
keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga
rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari
beberapa kota berdiri dari provinsi dan dari beberapa provinsi berdiri satu
negara.
Menurut Rae Sedwig (1985), kamunikasi keluarga adalah suatu
pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi
suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta
saling membagi pengertian.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
kasus penelantaran anak yang menunjukkan bahwa orang tua mereka hampir
tidak pernah berkomunikasi dengan anak. Orang tua hanya melakukan
komunikasi dengan anak seperlunya saja.
Kadang-kadang kesibukan orang tua dan banyaknya masalah yang
dihadapi, perhatian terhadap anak jadi berkurang. Kalau setiap saat mau
menceritakan sesuatu tidak diperhatian atau dibantah, akibatnya anak tidak mau
lagi bercerita. Lama kelamaan akan timbul gangguan pada anak. Ia akan
menutup diri terhadap orang tuanya, sehingga komunikasi antara orang tua dan
anak ini biasanya akan menyebabkan anak bertingkah laku agresif dan sukar
mangadakan kontak dengan orang tuanya apalagi komunikasi yang melalui
sebuah perantara media.
Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami
gangguan, yang dalam bahasa inggris disebut noise. Gangguan adalah “segala
sesuatu yang menghambat atau mengurangi kemampuan kita untuk mengirim
dan menerima pesan”. Gangguan komunikasi itu meliputi :
a. Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah; di tempat menerima
pesan, bau menyengat, udara panas, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor pribadi, antara lain, prasangka, lamunan, perasaan tidak
cakap.
anak-anak pun merasa apatis bila ingin menyampaikan isi hati atau
pendapat. Jika dibiarkan terus-menerus, tentu saja hal ini akan semakin
menghambat komunikasi dalam keluarga.
c. Terlalu asik dengan Gadget pribadi
Penggunaan gadget secara berlebihan juga memicu hambatan
komunikasi dalam keluarga. Sebab setiap anggota keluarga tidak benar-
benar fokus saat berada di rumah. Ada yang masih sibuk mengurus
pekerjaan, menggunakan sarana hiburan, atau berkomunikasi dengan teman
melalui gadget. Fenomena ini harus dicegah sedini mungkin. Setiap
anggota keluarga harus meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama di
rumah. Melakukan aktivitas sederhana bersama seluruh anggota keluarga
akan mempererat jalinan komunikasi. Sehingga tak ada anggota keluarga
yang merasa tidak dipedulikan.
d. Kurangnya rasa percaya kepada keluarga
Ternyata tidak banyak orang yang bisa berkomunikasi secara baik
dalam keluarga. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa percaya kepada
keluarga. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu, banyak orang
menganggap bahwa sahabat jauh lebih bisa mendengarkan atau membantu
daripada keluarga.
Anggapan keliru seperti ini harus diantisipasi sedini mungkin.
Dalam sebuah keluarga, harus ada momen khusus untuk berkumpul dan
saling bercerita dari hati ke hati. Bersantai sembari ditemani teh berkualitas
dan sajian camilan lainnya tentu akan membuat semua anggota keluarga
merasa lebih rileks. Kalau hal ini mulai dijadikan kebiasaan dalam keluarga,
niscaya rasa percaya satu sama lain antar anggota keluarga akan terjalin
dengan baik. Setiap masalah yang dihadapi bersama keluarga akan terasa
lebih ringan dan mudah diselesaikan.
c. Sikap mendukung
Dalam sikap mendukung dengan saling mensupport antara anggota
keluraga.
d. Sikap positif
Hal ini didukung dengan dorongan dan menghargai keberadaan dan
pentingnya orang lain. Dorongan yang bersifat positif mendukung citra
pribadi kita dan membuat merasa lebih baik.
e. Kesetaraan
Dalam berkomunikasi harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga. Namun, kesetaraan tidak mengharuskan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain, melainkan menerima pihak lain dan memberikan
“penghargaan kepada anggota keluarga”
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua
dengan anak – anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai
sarana bertukar pikiran, mensosialisasikan nilai – nilai kepribadian orang tua
kepada anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak
kepada orang tuanya.
Hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk
menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesame
anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam
keluarga.
Dalam komunikasi pada keluarga terdapat pola komunikasi yang dapat
diterapkan dan beberapa tips komunikasi efektif sehingga menimbulkan
efektivitas komunikasi interpersonal berupa keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif dan kesetaraan.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12