Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL VIDEO

ASPEK LEGAL DALAM SISTEM KREDENSIAL KEPERAWATAN

Dosen pengampu : Ns. Lima Florensia, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Fayza Shaffa Zahira ( 2210701005 )


2. Neneng Oktavia kusuma ( 2210701006 )
3. Silvy Sayidatunisa ( 2210701008 )
4. Brian Faldurohman ( 2210701010 )
5. Ameliya Widhiastuti ( 2210701018 )
6. Aisyah Vernawati Rahayu ( 2210701020 )

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN “ JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESAHATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN

OKTOBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Proposal untuk tugas video yang
berjudul “Aspek legal dalam sistem kredensial keperawatan” tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan proposal ini juga untuk bertujuan untuk
menambahkan wawasan dalam materi ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ns. Lima Florensia, S.Kep,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal
ini. Kami menyadari proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan proposal
ini.

Jakarta, 22 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

2.1 Pengertian aspek legal dalam keperawatan................................................ 4

2.2 Pengertian kridensial dalam sistem keperawatan....................................... 5

2.3 Tujuan Pengaturan hukum keperawatan & hukum kesehatan.................... 8

2.4 Pasal krusial dalam kemenkes 2001 tentang praktik keprawatan............... 9

2.5 Sanksi pada aspek legal keperawatan......................................................... 11

2.6 Hal – hal yang diatur dalam aspek legal keperawatan................................ 11

BAB III SCRIPT VIDIO................................................................................ 13

3.1 Alur Cerita.................................................................................................. 13

3.2 Skenario / Script......................................................................................... 13

3.3 Kesimpulan Cerita...................................................................................... 18

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan................................................................................................. 19

4.2 Saran........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan keperawatan dunia semakin berkembang, perawat


menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan pelaksanaan
profesinya. Membantu dokter dalam pelaksanaan tugasnya menjadi salah
satu bagian dari upaya untuk mencapai tujuan asuhan medis. Mereka
menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu
mengubah sebagian besar  bentuk hubungan perawat dengan manajemen
organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat sebagai praktik
profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan,ada kejelasan batasan,
siapa melakukan apa. Karena diberi kewenangan maka perawat bisa
digugat, perawat harus bertanggung jawab terhadap tiap keputusan dan
Tindakan yang dilakukan.

Perubahan paradigma tidak mencerminkan bagaimana


kondisi sebenarnya di lapangan. Hal ini bisa dibuktikan dengan
banyaknya perawat di berbagai daerah yang mengeluhkan
mengenai maraknya Razia terhadap praktik keperawatan.
Tuntutan perubahan paradigma tersebut tidak mencerminkan
kondisidilapangan yang sebenarnya, hal ini dibuktikan banyak
perawat di berbagai daerah mengeluhkan mengenai semaraknya razia
terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU Nomor 29 tahun 2004
tentang praktik kedokteran.

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan


diskusi para perawat. PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya
tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-
undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak
adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat

1
secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang
mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih
sering terjadi dan beberapa perawat lulusan pendidikan tinggi merasa
frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan
kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua  perawat dianggap
sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar  bela

Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan


sertifikasi praktek sebagai advanced practice registered nurse (APRN)
(Kleinpell et al,2008 : 279). Menurut County of Los Angeles Public
Health (2010 : 1) kredensialdalam suatu organisasi kesehatan sangat
penting untuk memastikan kompetensi dan akuntabilitas. Proses kredensial
sendiri efektif melindungi klien dan organisasi, membangun staf
profesional yang bermutu, juga untuk melindungi kepentingan umum.

Sistem kredensial dengan pembatasan kewenangan klinis berbasis


profesionalisme dilakukan untuk memastikan agar setiap pelayanan bagi
pasien dilakukan oleh tenaga profesional keperawatan yang kompeten.
Evaluasi kredential harus menyeluruh, dapat diandalkan, dan bermutu
tinggi untuk menjamin perawat tersebut aman dan berkompeten dalam
praktek.

Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan


kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan di mata masyarakat.Hal ini terjadi karena keperawatan
merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan
terdekat dengan penderitaan, kesakitan,serta kesengsaraan yang dialami
pasien dan keluarganya.

Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah


apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau
tidak. Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian aspek legal ?


2. Apa pengertian kredensial keperawatan?
3. Apa tujuan peraturan hukum kesehatan dan keperawatan?
4. Apa saja pasal krusial dalam kemeskes 2001 tentang praktik kesehatan?
5. Apa saja sanksi pada aspek legal keperawatan?
6. Apa saja hal – hal yang di atur dalam aspek legal?

1.3 Tujuan Masalah

1. Memahami definisi aspek legal


2. Memahami definisi kredensial keperawatan
3. Mengetahui tujuan peraturan hukum kesehatan dan keperawatan
4. Mengetahui apa saja pasal krusial kemenkes 2001 tentang praktik
kesehatan
5. Mengetahui sansksi pada aspek legal keperawatan
6. Memahami hal hal yang di atur dalam aspek legal

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Legal Dalam Keperawatan

Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tantanan pelayanan,termasuk hak dan
kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.

Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan


izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material
diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki


kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan.Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam
keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu
yang memiliki tingkat minimal yang harusdilampaui.

Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum


saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala
keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu,
kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau

4
kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing. Aspek legal
keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang
praktek keperawatan.

2.2 Pengertian Kredensial Dalam Sistem Keperawatan

Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan


untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Rekredensial
adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga keparawatan yang telah
memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut (PerMenKes RI No
775/MENKES/PER/IV/2011 dan PMK No. 49 Tahun 2013 tentang
Komite Keperawatan Rumah Sakit pada Bab I Ketentuan Umum pasal 1).

Dirumah sakit yang bertugas mengurusi proses kredensial


keperawatan adalah komite keperawatan. Komite keperawatan melalui sub
komite kredensial melakukan serangkaian kegiatan proses kredensial
perawat. Berdasarkan hasil proses kredensial, Komite Keperawatan
merekomendasikann kepada kepala/ direktur rumah sakit untuk
menetapkan penugasan klinis yang akan diberikan kepada tenaga
keperawatan berupa Surat Penugasan Klinis (clinical privilege) yang berisi
daftar rincian kewenangan klinis (clinical appointment).

Dalam pelaksanaanya ternyata tidak mudah menerapkan kebijakan


kredensial melalui komite keperawatan. Banyak konsekuensi yang harus
ditanggung mulai dari penyiapan sumber daya keperawatan sebagai asesor
internal keperawatan, anggaran yang harus dialokasikan, waktu
pelaksanaan yang menyita, mitra bestari yang belum siap, serta korelasi
kredensial yang pada akhirnya akan menempatkan posisi perawat pada
jenjang perawat klinis/ karir tertentu dirumah sakit.

Bagi tenaga keperawatan yang sudah lama bekerja, maka tugas


subkomite kredensial adalah melakukan re-kredensial. Re-kredensial
dilakukan secara periodik sesuai kebijakan masing-masing institusi apakah
3 tahun sekali atau 5 tahun sekali.

5
A. Tujuan kredensial

Menurut himpunan peraturan perundang undangan Bidang Tenaga


Kesehatan ( 2005 ) tujuan dari kredensial adalah sebagai berikut :

1) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan

2) Melindungi masyarakat atas tindakan keperawatan

3) Menetapkan standar pelayanan keperawatan

4) Menilai boleh tidaknya praktik

5) Menilai kesalahan dan kelalaian

6) Melindungi masyarakat dan perawat

7) Menentukan dan mempertahankan kompetensi keperawatan

8) Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktek


keperawatan hanya bagi yang kompeten

9) Menyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek


mempunyai kompetensi yang di perlukan

B. Proses Kredensial Keperawatan di Indonesia

1) Izin praktik

Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa seseorang yang telah


lulus dari pendidikan keperawatan belum cukup menguasai
kompetensinya sebagai perawat. Adapun tahapan – tahapan
dibuatnya Surat Izin Praktek menurut SK Menkes No. 647 tahun
2000:

a. Surat Izin Perawat ( SIP )

SIP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk


menjalankan pekerjaan di seluruh wilayah Indonesia. SIP
ini di berikan kepada perawat yang sedang menjalani

6
pendidikan formal. Berlaku selama 5 Tahun dan di
perpanjangn 6 bulan sebelum masa berlakunya habis. Surat
Izin Perawat ini dikeluarkan oleh dinas kesehatan Provinsi.

b. Surat Izin Kerja ( SIK )

SIK meruapakan bukti tertulis yang diberikan pada perawat


untuk melakukan praktik keperawatan. Surat Izin Kerja ini
diberikan kepada perawat di terima kerja atau bagi yang
sudah bekerja paling lambat 2 tahun.

c. Surta Izin Praktek Perawat ( SIPP )

SIPP merupakan bukti tertulis yang di berikan kepada


perawat untuk menjalankan praktik keperawatan
perorangan atau kelompok. Diberikan kepada perawat yang
memiliki pendidikan minimal D-III keperawatan dan
memiliki pengalama bekerja 3 tahun. SIPP di perbaharui 6
bulan ssebelu masa berlakunya habis. Izin Prkatik
Keperawatan di ataur dalam Kepeutursan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1239/
menkes/sk/XI/2001 di BAB III pada pasal 8 – 14.

2) Registrasi

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 83 tahun 2019, Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap
Tenaga Kesehatan yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lain
serta mempunyai pengakuan secara hukum untuk menjalankan
praktik.

Registrasi meruapakan pencantuman nama seseorang dan


informasi lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

7
1239/menkes/sk/XI/2001 di BAB II mengenai pelaporan dan
registrasi pada pasal 2-7.

3) Akreditasi

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan


pemberia status akreditasikepada institusi, program atau pelayanan
yang dilakukan oleh organiasai atau badan pemerintahan tertentu
( Priharjo, 1995 ). Akreditasi merupakan pengukuan yang
diberikan kepada pihak tertentu setelah melalui sepervisi da
evaluasi, dinyataan berhasil memenuhi berbagai kriteria yang
ditentukan. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan
program dan satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah di
tetapkan sebagaimana dinyatakan pada UU Nomor 20 tahun 2003
tentang sisdiknas, pasal 1 ayat 22.

4) Sertifikasi

pengakuan akan keahlian seseorang perawat dalam area


praktek keperawatan tertentu. kegiatan kredensial bagi setiap
tenaga professional untuk menjamin masyarakat tentang kualifikasi
keperawatan tenaga professional ini dalam memberikan pelayanan
spesifik bagi konsumen (sistem klien). Sertifikasi juga ditetapkan
bagi seseorang perawat terregistrasi yangakan melakukan praktik
keperawatan dilua rarea yang telah diregistrasi.

2.3 Tujuan Pengaturan Hukum Keperawatan dan Hukum Kesehatan

1. Tujuan hukum kesehatan

8
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan
bangsa,yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu
pangan,sandang,papan,pendidikan kesehatan,lapangan kerja dan
ketentraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk,jadi tanggung jawab
untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan
seluruh masyarakat Indonesia,pemerintah dan swasta bersama – sama.

Tujuan hukum kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan


masyarakat yang tertib,menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan
tercapainya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan
manusia akan terpenuhi dan terlindungi (mertokusumo,1986). Dengan
demikian jelas terlibat bahwa tujuan hukum kesehatan pun tidak akan
banyak menyimpang dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat dari bidang
kesehatan sendiri yang mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan
dimana banyak kepentingan harus dapat diakomodir dengan baik.

Sedangkan menurut Bredemier tujuan hukum kesehatan yaitu


menertibkan pemecahan konflik – konflik misalnya kelalaian
penyelenggaraan pelayanan bersumber dari kelalaian tenaga kesehatan
dalam menjalankan tugasnya.

2. Tujuan hukum keperawatan

Tujuan hukum keperawatan adalah untuk mengendalikan cakupan


praktek keperawatan, ketentuan, perizinan bagi perawat dan standar
asuhan adalah melindungi kepentingan masyarakat. Perawat yang
mengetahui dan menjalankan undang – undang praktik keperawatan serta
standar asuhan akan memberikan layanan keperawatan yang aman dan
kompeten.

2.4 Pasal Krusial dalam KEMENKES 2001 tentang Praktik Kesehatan

1. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa


keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.

9
2. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis
dokter.
3. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
A. Menghormati hak pasien.
B. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
C. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
D. Memberikan informasi.
E. Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan.
F. Melakukan catatan perawatan dengan baik.

Aspek Legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin


yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan
praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam
suatu institusi dan SuratIjin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara
perorangan atau berkelompok.

Aspek legal keperawatan meliputi :

A. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan


mana yang sesuai dengan hukum.
B. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
C. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri
D. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
E. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat
berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
yangditujukan untuk penyelamatan jiwa.
F. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus
mencantumkan SIPP di ruang praktiknya.
G. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam
bentuk kunjungan rumah
H. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :

10
a) Tempat praktik memenuhi syarat
b) Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk
formulir/buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir
rujukan.

Larangannya :

1. Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam


izin dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar
profesi.
2. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat
atau menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga
kesehatan lain,dikecualikan dari larangan in.i
3. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan
lisan atautertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran
4. Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali, apabila tidak
diindahkanSIK dan SIPP dapat dicabut.
5. Sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih
dahulu mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM

2.5 Sanksi Pada Aspek Legal Keperawatan

1. Pelanggaran ringan , pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.


2. Pelanggaran sedang , pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
3. Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
4. Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif pelanggaran serta
situasi setempat.

11
2.6 Hal – Hal yang di atur Dalam Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat :

a) Kewajiban :
1. Kewajiban: pada Aspek Legal Keperawatan
2. Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
3. Menghormati hak pasien.
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
5. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan,.
6. Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan
kewenangan.
7. Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan
perawat sesuaidgn kondisi pasien baik secara tertulis maupun
lisan.
8. Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai
peraturandan SOP yang berlaku.
9. Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia
dalammelaksanakan praktik.
10. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK.
11. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai
dengan kewenangan.
12. Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
13. Mentaati semua peraturan perundang-undangan.
14. Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat
maupun dengan anggota tim kesehatan lainnya.

b) Hak – Hak perawat :


1. Hak perlindungan wanita,
2. Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur
oleh hukum.
3. Hak mendapat upah yang layak.

12
4. Hak bekerja di lingkungan yang baik
5. Hak terhadap pengembangan profesional.
6. Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

BAB III

SCRIPT VIDIO

3.1 Alur Cerita

Kasus

Pagi hari diruang Mawar bed 1 terdapat pasien pasca bedah yang disarankan
untuk melakukan ambulasi. Perawat menganjurkan pasien melakukan mobilisasi
miring kanan dan miring kiri. Perawat melakukan ambulasi kepada pasien sesuai
rencana keperawatan yang telah dibuat tanpa menutup gorden dan tidak
menaikkan penyanggah tempat tidur saat melakukan ambulasi.

3.2 Skenario / script

(Diruangan)

Kepala Perawat (Brian) : “Selamat pagi semuanya”

Perawat 1&2: “Pagi pak”

Kepala Perawat (Brian): “Baik. Sebelum kita memulai kegiatan ini, alangkah
baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa dimulai” “selesai”

Kepala Perawat (Brian): “Baik saya akan jelaskan terlebih dahulu dan saya akan
membagikan tugasnya”

Kepala Perawat (Brian): “Kemarin sore ada pasien di ruang Mawar bed 1 bernama
Ny.Aisyah umur 19Tahun. Pasien tersebut di rawat di ruang pasca bedah dan
disarankan untuk melakukan ambulasi. Saya minta kepada perawat Neneng dan
perawat Amel untuk mengecek dan mengkaji kondisi pasien apakah sudah bisa
untuk melakukan ambulasi atau belum. Jika sudah, tolong sampaikan kepada

13
perawat yang bertugas di sore hari agar melakukan ambulasi dan sebelum
melakukan tindakan jangan lupa untuk mengkaji kembali terlebih dahulu.”

Perawat 1&2: “Baik pak”

Kepala Perawat (Brian) : “Baik ini data pasien dan data-data yang harus
dilengkapi sebelum melakukan ambulasi”

Perawat 1&2: “Baik pak terimakasih”

Kepala Perawat (Brian) : “Baik kalo begitu saya pamit, selamat bekerja”

(Perawat 1&2 memasuki ruang Mawar untuk melakukan pemeriksaan sebelum


tindakan ambulasi ke pasien Ny. A)

Perawat 1 (Neneng): “Selamat pagi kak”


Pasien (Aisyah): “Selamat pagi sus”

Perawat 1(Neneng): “Apa benar dengan Kak Aisyah?”


Pasien (Aisyah) : “Iya benar sus”

Perawat 1 (Neneng) : “Maaf kak bolehkah saya melihat gelang identitas kaka”
Pasien (Aisyah): “ Boleh sus, silahkan”

Perawat 1 (Neneng): “Oke kak. Tolong sebutkan nama, dan tanggal lahir”
(perawat sambil memegang tangan pasien dan melihat gelang identitas pasien)
Pasien (Aisyah): “Baik sus, Nama saya Aisyah Vernawati Rahayu, Tanggal Lahir
Depok,06 July 2003”

Perawat 1 (Neneng) : “Oke sudah benar ya. Bagaimana keadaan Kaka hari ini?
Pasien (Aisyah): “ Masih lemes sus”
Perawat 1 (Neneg): “Oh masih lemes ya badan nya.
Pasien (Aisyah): “Iya sus”

14
Perawat 1 (Neneng): “Sebelumnya perkenalan saya perawat Neneng, dan ini rekan
saya “
Perawat 2 (Ameliya): “Perkenalkan saya perawat amel”

Perawat 2 (Ameliya): “Kami  perawat yang bertugas pada pagi hari ini diruang
Mawar. Akan merawat kaka dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti”
Perawat 1 (Neneng): “Oke langsung aja ya ka, kali ini kami akan melakukan
tindakan pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan oleh perawat Amel dan
mengecek kondisi kaka pasca bedah, dilakukan diruang ini kurang lebih 5-10
menit, bertujuan untuk mengetahui keadaan umum kaka dan melengkapi
dokumentasi serta mengetahui rencana tidakan apa yang tepat untuk kaka. Apakah
kaka bersedia?”
Pasien (Aisyah): “Bersedia sus”

Perawat 2 (Amel) : “Baik kaka sekarang saya mulai ya, pertama saya akan
mengukur suhu badan kaka, setelah itu tekanan darah, nadi dan pernafasan”
Pasien (Aisyah) : “Iya sus silahkan” (pasien mengangguk)

(Perawat Amel mulai melakukan tindakan pengukuran TTV)

Perawat 1 ( neneng ) : “ ibu maaf mau bertanyaa, apakah makanan ka aisyah


dihabiskan?”
Keluarga pasien ( Shaffa ) :” tidak habis sus”
Perawat 1 ( neneng ) : “ hmm, kenapa ya? Apa alasan tidak dihabiskan ?”
Keluarga pasien ( Shaffa ) : “ anak saya mual “
Perawat 1 ( neneng ) : “ mualnya disertai dengan muntah tidak?”
Kelaurag pasien ( Shaffa ) :” tidak muntah tapi badannya lemes jadinyaa anak
saya tidak bisa bangun “
Perawat 1 ( neneng ) : “ baik, apakah ada mengeluh sakit perut?”
Keluarga pasien : “ tidak ada sus”
Perawat 2 ( amel ) : “ baik kak saya akan periksa suhu, apakah kaka mau periksa
sendiri atau dibantu?”

15
Pasien ( Aisyah ) : “ sendiri aja sus “
Perawat 2 ( Amel ) : “ baik kak, ini termometernya ditaro di ketiak, nanti di
tunggu 10 menit ya kak”
Pasien ( Aisyah ) :” baik sus “
Perawat 2 ( Amel ) :” sambil menunggu cek suhunya, saya boleh ngecek nadi
kaka?”
Pasien ( Aisyah ) :” Silahkan sus “

( perawat 2 melakukan pengecekan nadi )

Perawat 2 (Ameliya) : “Baiklah saya sudah selesai melakukan pemeriksaannya,


hasilnya semuanya normal jadi kemungkinan nanti sore kaka dilakukan tindakan
ambulasi ya kak, oleh perawat ganti kami bernama perawat silvy”
Pasien ( Aisyah ) : “ baik sus terima kasih”

Perawat 1 (Neneng): baik, Jika membutuhkan sesuatu bisa panggil saya diruang
perawat. Bisa juga untuk pencet tombol bel yang ada disana”(sambil menunjuk
tombol bel)
Perawat 1 ( Neneng ) ; “ baik kalau begitu kami permisi ya kak bu”
Pasien & Orangtua: “Terimakasih banyak sus”

(Perawat mengecek pasien berikutnya kemudian setelah itu, perawat kembali ke


ruang nurse station dengan membawa peralatannya)

Jam 15.00 WIB


(Jarum jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Sebelum melakukan tugasnya,
perawat Silvy melakukan operan shift terlebih dahulu ke perawat Neneng dan
Amel)

16
Perawat 1 (neneng): “berhubung dengan pergantian jam kerja kami sudah
melakukan pemeriksaan terhadap pasien Nona Aisyah di ruang Mawar Bed 1,
pasien merupakan pasien pasca bedah dan direkomendasikan untuk melakukan
ambulasi, ini pemeriksaan hasil kami tadi pagi”
Perawat 2 (Amel): “Nanti ditindak lanjut lagi dari hasil pemeriksaan untuk
melakukan Tindakan ambulasi, sebelum Tindakan ambulasi harus dilakukan
pengkajian ulang lagi ya”
Perawat 3 (Silvy): “Oke baik”

(Beberapa menit kemudian perawat Silvy memasuki ruang Mawar)


(Perawat Silvy menuju ke pasien Aisyah)

Perawat 3 (Silvy): “Selamat sore kak”


Pasien (Aisyah): “Selamat sore sus”
Perawat 3 (Silvy): “ apakah benar dengan pasien bernama nona aisyah umur 19
tahun?
Pasien ( Aisyah ) : “ Benar sus “
Perawat 3 ( Silvy ) : “ boleh dilihat dulu gelangnya yaa, boleh disebutkan
nama,tempat tanggal lahirnya”
Pasien : “ nama saya Aisyah Vernawati depok, 6 juli 2003”
Perawat 3 ( silvy ) : “ baik sudah sesuai data ya kak , Perkenalkan saya perawat
Silvy yang bertugas dari pukul 3 sore sampai dengan 10 malam”
Pasien (Aisyah): “ Baik sus”
Perawat 3 ( silvy ) : “ bagaimana keadaan setelah operasi kak?”
Pasien ( aisyah ) : “ masih pegel – pegel dan nyeri sus”
Perawat 3 ( Silvy ) : “ apakah lukanya masih terasa sakit?”
Pasien ( aisyah ) ; “ masih sus “
Perawat 3 ( Silvy ) : “ baik saya lihat dulu ya kak lukanya “
Pasien ( Aisyah ) : “ silahkan sus”

( Perawat silvy memeriksa luka pasien tanpa menurup gorden, lalu keluarga
pasien datang )

17
Keluarga Pasien ( Shaffa ) : “ suster bagaimana sih kok itu gordennya tidak di
tutup banyak orang loh yang liatin didepan ”
Perawat 3 ( Silvy ) : “ oiyaa maaf ya buu”

( Perawat menutup gorden )

Perawat 3 ( Silvy ) :” baik kak mohon maaf ya atas kejadian tadi, selanjutnya
berhubung lukanya masih bagus perbannya tidak ada pendarahan ya kak, akan
saya lakukan mobilisasi, yaitu miring kanan miring kiri tujuannya untuk
mempercepat persembuhan luka kaka yaa, apakah kaka bersedia?”

Pasien ( Aisyah ) : “ bersedia sus “


Perawat 3 ( Silvy) : “ baik, saya bantu ya kak “

( mobilisasi di lakukan )

Perawat 3 ( Silvy ) : “ apakah merasa sakit ka ?”


Pasien ( Aisyah ) : “ sedikit nyeri sus “
Perawat 3 ( Silvy ) : “ baik kalau gitu miring ke sebelah kanannya”

( pasien ingin jatuh karena perawat lupa memasang penyanggah )

Keluarga Pasien ( Shaffa ) : “ sus penyanggahnya di pasang dong nanti anak saya
jatuh”
Perawat 3 ( Silvy ) : “ kaka boleh tiduran lagi ya”

( perawat silvy memasang penyanggah )

Perawat 3 ( silvy ) : “ penyanggahya saya pasang ya kak “


Pasien ( Aisyah ) : “ iya sus “

18
Perawat 3 ( silvy ) : “ baik kak, saya sudah selesai melakukan terapi mobilisasinya
ya kak, mohon maaf atas kejadian yang tadi. Selajutnya mungkin akan dilakukan
terapi lagi sekitar 7 jam kedepan ya kak.”
Pasien ( Aisyah ) : “ iya sus “
Perawat 3 ( Shaffa ) : “ kalau begitu saya pamit ya kak, kalau ada yang ingin
ditanyakan boleh pencet bel disana atau boleh langsung ke meja perawat didepan
ya kak”
Pasien ( Aisyah ) : “ baik sus “
Perawat 3 ( Silvy ) : “ baik kalau begitu permisi ya bu “
Keluarga pasien ( Shaffa ) : “ baik sus, terima kasih “

3.3 Link Video


https://youtu.be/zWJ3Uf--UW8

3.4 Kesimpulan
Penerapan aspek legal dalam sistem kredensial sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan hak dan kewajiban
perawat serta pasien. pada kasus yang kami praktikan perawat tidak
menjalankan aspek legal dengan baik dalam melaksanakan kewajibannya
yang meliputi point memakai standar profesi dan kode etik perawat dalam
melaksanakan praktik. pada kasus ini prinsip etik kurang diterapkan yaitu
prinsip nonmaleficience (tidak merugikan) dan kerahasiaan
(confidentiality). Maka dari itu atas tindakan kelalaian yang dilakukan
perawat maka akan ada sanksi yang diberikan sesuai jenis pelanggarannya.
Sanksi yang diberikan bisa berupa teguran/peringatan, pencabutan izin /
STR sesuai jangka waktu yg sudah di tentukan.
1.1 Link Video
https://youtu.be/zWJ3Uf--UW8

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan Keperawatan dalam


memberikan Asuhan Keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan termasuk hak dan
kewajibannya. Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan
dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua
aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan
material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian
teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.

20
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan
untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Sistem
kredensial dengan pembatasan kewenangan klinis berbasis
profesionalisme dilakukan untuk memastikan agar setiap pelayanan bagi
pasien dilakukan oleh tenaga profesional keperawatan yang kompeten.
Evaluasi kredential harus menyeluruh, dapat diandalkan, dan bermutu
tinggi untuk menjamin perawat tersebut aman dan berkompeten dalam
praktek

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dan perawat saat melakukan Tindakan


keperawatan hendaknya memperhatikan aspek legal dalam sistem
kredensial dengan baik dan benar. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang aspek legal dan teori aspek legal dalam sistem kredensial. Serta
penulis mengharapkan kritik dan saran apabila dalam makalah ini
terdapat kekurangan,agar penulis dapat memperbaiki kekurangan yang
ada.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/428961428/Makalah-Aspek-Legal-Dan-
Kredensial.

https://rsj.babelprov.go.id/content/tujuan-dan-manfaat-kredensial-rekredensial

Peraturan Menteri Kesesehatan RI No 775/MENKES/PER/IV/2011.

https://eprints.umm.ac.id/33206/2/jiptummpp-gdl-lutfinurin-44934-2-babi.pdf

https://risdawatisira.blogspot.com/2018/12/teori-aspek-legal-keperawatan.html

iii

Anda mungkin juga menyukai