Anda di halaman 1dari 14

Mata kuliah : Etik dan Legal dalam Keperawatan

Dosen : Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep.,Ns.,M.Kes

KASUS MALPRAKTEK DAN PENYELESAIANNYA

OLEH:
Kelompok 5
Keperawatan Medikal Bedah
Ivana Aprilia Pehopu R012221021
Nur Ila R012221032
Ratna Yunita R012221015

PRODI STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan limpah terima kasih kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kasih dan penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah “Kasus
Malpraktek dan Penyelesaiannya” pada waktu yang telah ditentukan yang merupakan salah
satu syarat dalam rangka mengikuti perkuliahan dalam mata kuliah Etik dan Legal dalam
keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih ada kekurangan ,
oleh karena itu penulis tetap menerima masukan, saran, dan kritikan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan sangat berharap bahwa apa yang kami jelaskan
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
bidang keperawatan. Semoga makalah ini dapat berguna sebagai bahan pembelajaran untuk
kita semua.
Sekian dan terima kasih.

Makassar,10 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah...……………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ……………………………………………….
A. Pengertian Malpraktek……..........................................…… 3
B. Jenis-Jenis Malpraktek…… ............……………………… 5
C. Sanksi Hukum Malpraktek………………………………... 12
D. Studi Kasus Malpraktek dan Penyelesaiannya ……..……... 14
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………… 19
A. Kesimpulan ………………………………………………... 19
B. Saran……………………………………………………….. 19

BAB IV DAFTAR PUSTAKA 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan. Perawat
merupakan salah satu tenaga kesehatan, bahkan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tenaga perawat merupakan tenaga kesehatan terbesar yang dalam
kesehariannya selalu berhubungan langsung dengan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya. Perawat merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Kehadirannya adalah mengupayakan agar pasien mendapatkan kesembuhan atas
masalah kesehatan yang diderita oleh pasien.
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal
keperawatan dan diberi kewenangan untuk melaksanakan peran dan fungsinya sesuai
dengan ilmu keperawatan yang diperolehnya (Departemen Kesehatan RI, 1993).
Pemberi asuhan keperawatan harus berdasarkan nilai-nilai dan etika yang dianut oleh
klien dan nilai-nilai profesional asuhan keperawatan. Mengkombinasikan nilai
profesional, etik dan nilai yang dianut klien akan meningkatkan pemahaman klien
dalam pengambilan keputusan asuhannya (Doheni. 1992, Potter 2005, Jan Florin
2007).
Dalam menjalankan tugas keprofesiannya, perawat bisa saja melakukan
kesalahan yang dapat merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan,bahkan
bisa mengakibatkan kecacatan dan lebih parah lagi mengakibatkan kematian, terutama
bila pemberian asuhan keperawatan tidak sesuai dengan standar praktek
keperawatan.kejadian ini di kenal dengan malpraktek.
Pada tahun 2010 - 2015 ada sekitar 485 kasus malpraktek profesi
keperawatan yang terjadi di Indonesia. Dari 485 kasus malpraktik tersebut, 357
kasus terjadi akibat pelanggaran hukum administrasi atau yang digolongkan
dalam malpraktik administratif, 82 kasus terjadi akibat tindakan perawat yang
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang disepakati dan digolongkan
dalam malpraktik sipil, dan 46 kasus terjadi akibat tindakan medik tanpa
persetujuan dari dokter yang dilakukan dengan tidak hati-hati yang
menyebabkan luka dan kecacatan kepada pasien atau yang digolongkan dalam
malpraktik kriminal dengan unsur kelalaian.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
menandakan bahwa para perawat telah mendapatkan jaminan, antara lain dalam hal
peningkatan mutu perawat, peningkatan mutu pelayanan keperawatan; perlindungan
dan kepastian hukum serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Perawat
memiliki peran penting dalam dunia kesehatan, sehingga di negara-negara maju
profesi perawat dianggap sama pentingnya dengan dokter. Jenjang pendidikan dan
karier perawat juga tidak kalah dengan dokter.
B. Rumusan Masalah
Dalam perspektif etika dan hukum kesehatan, sebagaimana dengan profesi
kesehatan lainnya, terjadinya suatu malpraktik atas dasar suatu tindakan atau tanpa
memberikan tindakan akan berkaitan dengan unsur kesengajaan atau kelalaian dalam
pemberian tindakan keperawatan.
Oleh karena itu penting untuk membahas mengenai kasus malpraktek dan cara
penyelesaian kasus tersebut dalam lingkup dunia keperawatan. Adapun rumusan
masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana malpraktek dapat terjadi?
2. Bagaimana cara penyelesaian kasus malpraktek dalam keperawatan?
3. Bagaimana cara mencegah agar kasus malpraktek dalam dunia keperawatan tidak
terjadi?
4.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Malpraktek
Secara harfiah, “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktik”
mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktik berarti
“pelaksanaan atau tindakan yang salah”.Definisi malpraktek profesi kesehatan adalah
kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian
dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim
dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan
yang sama (Valentin v.La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, 1965)
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan
malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan
sesuatu dibawah standar yangditetapkan oleh aturan/hukum guna melindungi orang
lain yang bertentangan dengan tindakan- tindakan yang tidak beralasan dan
berisko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998).
Malpraktek tidaklah sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik dan
terkait dengan status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan
profesional Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya dokter dan
perawat) melakukan sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang
karena memiliki ketrampilan dan Pendidikan (Vestal,K.W, 1995). Hal ini lebih
dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa malpraktik adalah suatu batasan
spesifik dari kelalaian.Ini ditujukan pada kelalaian yang dilakukan oleh yang telah
terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang ditampilkan
dalam pekerjaannya
Menurut Vestal (1995), pedoman guna mencegah terjadinya malpraktik adalah
sebagai berikut:
1. Berikan kasih sayang pada pasien, sebagaimana Anda mengasihi diri sendiri.
Layani pasien dan keluarganya dengan jujur dan penuh rasa hormat.
2. Gunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa keperawatan
yang tepat dan laksanakan intervensi keperawatan yang diperlukan. Perawat

3
mempunyai kewajiban untuk menyusun pengkajian dan melaksanakannya
dengan benar.
3. Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lain ragu-ragu terhadap
tindakan yang akan dilakukan atau kurang merespons perubahan kondisi pasien,
diskusikan bersama dengan tim keperawatan guna memberikan masukan yang
diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.
4. Tanyakan saran dan pesan yang diberikan oleh dokter jika pesan tidak jelas,
karena hal ini akan mengakibatkan tindakan yang tidak tepat.
5. Tingkatkan pengetahuan Anda secara terus menerus, sehingga pengetahuan atau
kemampuan yang dimiliki senantiasa mutakhir. Ikuti perkembangan terbaru yang
terjadi di lapangan.
6. Laksanakan asuhan keperawatan berdasarkan model proses keperawatan. Hindari
kekurang hati-hatian dalam memberikan asuhan keperawatan.
7. Catat rencana keperawatan dan respons pasien selama dalam asuhan
keperawatan. Tulislah secara lengkap dan jelas.
8. Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya. Biasakan bekerja berdasarkan
kebijakan organisasi atau rumah sakit dan prosedur tindakan yang berlaku.
9. Pelimpahan tugas secara bijaksana dan ketahui lingkup tugas masing-masing.
Jangan pernah menerima atau meminta orang lain menerima tanggung jawab
yang tidak dapat Anda tangani.
B. Jenis-Jenis Malpraktek
Secara etimologi, malpraktek dapat diartikan suatu tindakan atau intervensi
yang salah yang dilakukan oleh suatu profesi. Kesalahan tersebut seringkali berawal
dari adanya tindakan kelalaian dari petugas kesehatan baik dokter maupun perawat.
Menurut Lajar, Dewi dan Widyantara (2020) dalam Beo, dkk (2022), jenis malpraktek
dapat terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Pidana atau Malpraktek Yang termasuk dalam Criminal.
Jenis Kesalahan tindakan ini termasuk dalam kecerobohan, kesengajaan
serta kelalaian dalam melakukan intervensi. Adapun jenis kesengajaan yang
dimaksud disini seperti kesengajaan dalam melakukan euthanasia tanpa adanya
indikasi medis terdapat pada 344 KUHP dan tindakan aborsi terdapat pada 299
KUHP. Jenis kecerobohan ini termasuk didalamnya tidak melakukan Informed
Consent (melakukan tindakan tanpa adanya persetujuan klien). Kelalaian seperti

4
tidak berhati-hati dalam memberikan obat yang seharusnya diberikan secara oral
namun diberikan secara intravena, tentu akan berakibat fatal terhadap pasien.
Selain itu, tidak berhati-hati dalam memberikan perawatan yang berakibat adanya
luka serta kematian pasien.
2. Perdata atau Civil Marpraktek
Kesalahan jenis ini termasuk pada tindakan perdata karena melanggar
kesepakatan awal. Tidak melakukan kewajiban ataupun terlambat melakukan,
dilakukan namun tidak sempurna, atau pengalihan tanggung jawab tanpa
kesepakatan (liability). Dalam bentuk kesalahan ini, RS akan ikut menjadi pihak
yang bertanggung jawab dan bertannggung gugat atas terganggunya hak klien.
3. Malpraktek Etis
Merupakan jenis malpraktek yang diatur sesuai dengan kode etik profesi.
Contoh malpraktek jenis ini seperti melakukan praktek tanpa adanya persyaratan
dalam menjalankan profesinya yaitu memiliki STR, SIK, ataupun SIP.
C. Sanksi Hukum Malpraktek
Sanksi pada hukum pidana ialah respon dari sesuatu pelanggaran terhadap
sesuatu yang sudah ditetapkan dalam undang-undang yang terdiri dari penahanan,
penuntutan sampai pada penetapan hukuman oleh hakim. Kepastian hukum
merupakan bagian yang terpenting dari undang-undang. Terpaut permasalahan
kebijakan untuk dapat menetapkan sanksi yang dapat diterapkan dalam hukum
pidana merupakan bagian dari tujuan pemidanaan (Amir & Purnama, 2021).
Perbuatan tenaga kesehatan yang menyimpang dari etik keperawatan dan
standar operasional prosedur tentunya juga dapat memunculkan sebuah sanksi yang
tidak tertulis yang dikenal dengan sanksi moral. Oleh sebab itu, pemberian sanksi
kepada tenaga kesehatan dapat berupa sanksi tidak tertulis. Walaupun secara tidak
tertulis, namun sanksi ini mempunyai kekuatan yang besar karena dapat
mempengaruhi mutu tenaga kesehatan dalam pandangan masyarakat. Tenaga
kesehatan pada dasarnya telah mempunyai dasar hukum ataupun payung hukum
untuk dapat memberikan jaminan hukum terhadap tenaga kesehatan. Karena tenaga
kesehatan biasanya yang melaksanakan tugas profesi dan melaksanakan tindakan
kedokteran ataupun melaksanakan pelayanan kesehatan, sehingga tenaga kesehatan
menjadi komponen utama dalam pemberian pelayanan kesehatan dalam rangka
agar dapat memperoleh suatu tujuan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan

5
yang sejalan dengan tujuan nasional di mana hal tersebut telah tertuang dalam
konstitusi. Dalam hukum positif Indonesia ada sebagian peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan
seperti perawat ketika melaksanakan profesi (Lajar, Dewi, & Widyantara, 2020).
Dalam melakukan pelayanan terhadap pasien, maka perawat harus sesuai
dengan peran dan kompetensinya. Di luar peran dan kompetensinya bukan menjadi
tanggung jawab perawat. Ketentuan hukum diperlukan dalam melakukan tanggung
jawab. Hal ini dimaksudkan, pelayanan keperawatan diberikan sesuai dengan standar
keperawatan. Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima
hukuman secara hukum jika perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.
Tanggung jawab perawat dalam pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi 3 yaitu
tanggung jawab perdata, tanggung jawab pidana, dan tanggung jawab administratif.
Secara lebih terperinci, Kusnanto menjelaskan tanggung jawab perawat tersebut
sebagai berikut:
1. Tanggung jawab perdata.
Dalam transaksi traupeutik, posisi tenaga kesehatan denga pasien adalah
sederajat. Dengan posisi yang demikian ini hukum menempatkan
keduanya memiliki tanggung gugat hukum. Gugatan untuk meminta
pertanggungjawaban kepada tenaga kesehatan bersumber kepada dua
dasar hukum yaitu: pertama, berdasarkan pada wanprestasi sebagaimana
diatur dalam Pasal 1239 KUH Perdata. Kedua, berdasarkan perbuatan
melanggar hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 1356 KUH Perdata.
2. Tanggung jawab pidana.
Hukum pidana menganut asas tiada pidana tanpa kesalahan. Dalam Pasal
2 KUHP disebutkan, “Ketentuan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu delik di
Indonesia”. Perumusan pasal ini menentukan bahwa setiap orang yang
berada dalam wilayah hukum Indonesia dapat dimintakan
pertanggungjawaban pidana atas kesalahan yang dibuatnya.
3. Tanggung jawab administratif.
Pada Pasal 188 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa Menteri dapat mengambil tindakan
administratif terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan

6
kessehatan yang melanggar ketentuan sesuai yang diatur dalam undang-
undang ini. Tindakan aministratif dapat berupa:
a. Peringatan secara tertulis.
b. Pencabutan izin sementara atau izin tetap
D. Studi Kasus Malpraktek dan Penyelesaiannya
Kasus:
Pada Pukul 01.30 WITA, Perawat A menerima pasien Nn ‘M’ usia 19 tahun
yang merupakan pasien dari UGD dan masuk ke Ruang rawat inap RS.X dengan
diagnosa Medis “DHF Grade II”. Saat pasien masuk, perawat A langsung mengantar
pasien ke ruangan dan tidak melakukan pengkajian secara komprehensif. Tidak
dilakukan pengkajian TTV pasien. Kesadaran pasien composmentis, terpasang infus
RL 22 tpm. Kemudian perawat kembali ke ruangannya. Pukul 04.00 keluarga pasien
melaporkan kondisi pasien yang tidak sadar. Kemudian perawat melakukan
pemeriksaan nilai GCS dan TTV pasien, didapatkan pasien mengalami penurunan
kesadaran (GCS 3, E1V1M1) TD: 70/40mmHg, N:112x/menit teraba lemah,
SpO2:92% tanpa modalitas oksigen, P:20x/menit, SB: 36,1, akral dingin, CRT
>3menit. Kemudian ibu pasien mengatakan bahwa pasien sementara mengalami
menstruasi hari ke-2. Perawat kemudian melaporkan kondisi pasien kke dokter jaga
dan hasil instruksi dokter, pasien diberikan loading cairan 500 cc. Akan tetapi, setelah
diberikan loading cairan 500cc, tidak ada perubahan keadaan pasien dan dokter
kemudian melakukan konsul untuk perawatan ICU. 30 menit kemudian pasien dibawa
ke ruang ICU untuk mendapatkan penanganan lanjutan. Pukul 07.00 pasien
dikabarkan meninggal dunia.
Penyelesaian Kasus:
Perawat B, sebagai perawat ICU menemukan kejanggalan pada kronologis proses
pasien di rawat. Setelah menelusuri rekam medis, tidak ditemukan hasil pemeriksaan
TTV secara lengkap pada saat pasien masuk ke ruang perawatan, dan tidak ada data
bahwa pasien mengalami menstruasi. Kemudian perawat B melaporkan hal tersebut
kepada kepala ruangan ICU. Kepala ruangan ICU menghubungi kepala ruang
perawatan tempat pasien dirawat sebelumnya untuk mengkonfirmasi kronologi
kejadian. Setelah di telusuri, ditemukan bahwa perawat A bekerja tidak sesuai SOP,
dimana tidak dilakukan pengkajian komprehensif saat pasien masuk ke ruangan
sehingga data penting mengenai Tekanan darah pasien dan faktor yang memicu

7
proses penyakit semakin parah yaitu menstruasi pasien tidak terdeteksi. Yang
membuat penanganan pasien menjadi tidak tepat dan memperburuk kondisi pasien
hingga menimbulkan kematian pasien. Kepala ruangan ICU dan kepala ruangan
perawatan melaporkan kejadian tersebut kepada bagian Komite keperawatan
kemudian dilakukan sidang terhadap perawat A dan ditemukan bahwa perawat A
terbukti melakukan kesalahan dengan cara bekerja tidak sesuai SOP penerimaaan
pasien baru. Perawat A kemudian diberikan sanksi administratif berupa pencabutan
sementara SIP dan tidak diperbolehkan bertanggung jawab atas perawatan pasien dan
hanya memiliki kewenangan untuk observasi pasien.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan pelayanan keperawatan diwajibkan untuk memiliki kompetensi
dan memenuhi standar praktik keperawatan dan tetap memperhatikan kode etik serta
moral profesi. Apabila perawat melanggarnya, maka sanksi yang mungkin saja
dikenakan kepada perawat dapat berupa sanksi administrasi, sanksi perdata, dan
sanksi pidana. Hanya saja perawat merupakan tenaga kesehatan, di mana sanksi yang
diberikan telah diatur dalam undang-undang tertentu. Oleh karena itu, perawat tidak
tunduk terhadap KUHP yang berlaku universal, namun berpedoman pada prinsip "lex
spesialis derogat lex generali”. Selain itu, PPNI berperan sangat penting dalam
memberikan perlindungan hukum bagi anggotanya, sehingga untuk memberikan
pembelaan kepada perawat yang mengalami permasalahan hukum, maka dibentuklah
BBH PPNI.
Akibat hukum terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh seorang
perawat yaitu perawat dapat dinilai tidak kompeten dan muncul tanggapan negatif dari
masyarakat sehingga dapat mempengaruhi keyakinan masyarakat terhadap tenaga
kesehatan. Malpraktik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan juga dapat menimbulkan
tanggung jawab yang besar terhadap individu, kelompok, serta institusi. Selain itu,
perbuatan tenaga kesehatan yang menyimpang dari etik keperawatan dan standar
operasional prosedur dapat memunculkan sanksi yang tidak tertulis yang dikenal
dengan sanksi moral yang dapat mempengaruhi mutu tenaga kesehatan dalam
pandangan masyarakat.
B. Saran
Perlunya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan, perlunya peraturan dan perundang undangan yang mengatur
serta sebagai perlindungan hukum bagi pemberi maupun penerima praktek
keperawatan, mendukung penerapan kode etik profesi keperawatan dalam
pelaksanaan praktek asuhan keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amir, N., & Purnama, D. (2021). Perbuatan Perawat yang Melakukan Kesalahan dalam
Tindakan Medis. Kertha Wicaksana: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa,
15(1), 26-36.
Asmara, G. (2005). Tanggung Jawab (Hukum) Perawat dalam Melaksanakan Praktik
Keperawatan Mandiri Ditinjau dari Aspek Hukum Administrasi. Perspektif, X(1),
24-34.
Budhiartie, A. (2009). Pertanggungjawaban Hukum Perawat dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Humaniora, 11(2), 45-52.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Pedoman
Penyelesaian Sengketa Etik Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI. (2017). Pedoman Praktik Keperawatan Mandiri Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Kusnanto. (2019). Prilaku Caring Perawat Profesional. Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Universitas Airlangga (AUP).
Lajar, J. R., Dewi, A. S., & Widyantara, I. M. (2020). Akibat Hukum Malpraktik Yang
Dilakukan Oleh Tenaga Medis. Jurnal Interpretasi Hukum, 1(1), 7-12.
Maryam. (2016). Tanggung Jawab Hukum Perawat Terhadap Kerugian Pasien Dikaitkan
Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
e Jurnal Katalogis, 4(10), 191-201.
Nusawakan, D. (2019). Peran Advokasi Organisasi PPNI (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia) dalam Dugaan Tindak Pidana Malpraktik Keperawatan. Pasapua Health
Journal, 1(2), 60-65.
Ola, C. Y., Huda, K., & Putera, A. P. (2017). Tanggung Jawab Pidana, Perdata Dan
Administrasi Asisten Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan Desa Swadaya.
Legality, 25(2), 134-146.

10
Primadita, A. (2020). Tanggung Jawab Hukum Perawat Terhadap Hak-Hak Klien dalam
Upaya Pelayanan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jurnal Juristic, 1(1), 67-
80.
Samino, & Yanti, D. E. (2020). Analisis Hukum Mal Praktik Perawat Jumraini, A.Md, Kep.
Jurnal Hukum Malahayati, 1(1), 62-75.
Setiani, B. (2018). Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam Hal Pemenuhan Kewajiban
Dan Kode Etik Dalam Praktik Keperawatan. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Indonesia, 8(4), 497-507.
Winastri, R. K., Priyono, E. A., & Hendrawati, D. (2017). Tinjauan Normatif Terhadap Ganti
Rugi Dalam Perkara Perbuatan Melawan Hukum Yang Menimbulkan Kerugian
Immateriil (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta No.
568/1968.G). Diponegoro Law Journal, 6(2), 1-18.

11

Anda mungkin juga menyukai