Disusun Oleh :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Menganalisis Kondisi Terjadinya Malpraktik”, tepat pada waktunya. Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Ibu Dini Afriani
S,ST.,M.Kes , yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk
menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dibandingkan dengan pemeliharaan Kesehatan maka hak utama dari pasien
tentunya adalah hak untuk mendapatkan pemeliharaan (the right to health core).
Hak untuk memdaptkan pemelihaaan Kesehatan yang memenuhi kriteria tertentu,
yaitu agar pasien mendapatkan Upaya Kesehatan, sarana Kesehatan, dan bantuan
dari tenaga Kesehatan yang memenuhi standar pelayanan Kesehatan yang optimal.
Hak pasien atas informasi menjadi kewajiban Tenaga Kesehatan untuk
memenuhinya. Tenaga Kesehatan terutama tenaga medis dan tenaga keperawatan
yang berhadang dengan pasien wajib memberikan penjelasan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan kondisi pasien. Penjelasan wajib diberikan
dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien, dan bukan dalam bahasa medis yang
menggunakan istilah-istilah teknis.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka tujuan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya
malpraktik medik.
2. Untuk mengetahui bagaimana mencegah terjadinya malpraktik medik.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak-hak dan kewajiban para
pasien
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malpraktik
Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan
praktik atau praktek. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk. Praktik
(Kamus Umum Bahasa Indonesia, Purwadarminta, 1976) atau praktik (Kamus
Dewan Bahasa dan Pustaka kementrian Pendidikan Malaysia, 1971) berarti
menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan
(profesi). Pengertian Malapraktik
Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktik”
mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktik
berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Definisi malpraktik profesi
kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan
merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang
terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de
Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Pengertian
malpraktik medik menurut WMA (World Medical Associations)
adalah Involves the physician’s failure to conform to the standard of care
for treatment of the patient’s condition, or a lack of skill, or negligence in
providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the
patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan terapi
terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien,
yang menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien).
Jadi, malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya,
tidak lege artis (menurut aturan), tidak tepat. Malpraktik tidak hanya terdapat
dalam bidang kedokteran, tetapi juga dalam profesi lain seperti perbankan,
pengacara, akuntan publik, dan wartawan. Dengan demikian, malpraktik medik
3
dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan seorang dokter atau tenaga medis
untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang cedera menurut ukuran di
lingkungan yang sama. Kelalaian tersebut tidak hanya berfokus kepada profesi
dokter saja, akan tetapi berlaku juga untuk tenaga medis lainnya, dalam skripsi
ini yang dibahas adalah bidan yang sebagai salah satu tenaga medis yang
berprofesi.
2. Malpraktek Yuridis
4
kelalaian adalah kelalaian yang bersifat ringan (culpa levis). Karena
apabila yang terjadi adalah kelalaian berat (culpa lata) maka
seharusnya perbuatan tersebut termasuk dalam malpraktek pidana.
Contoh dari malpraktek perdata, misalnya seorang dokter yang
melakukan operasi ternyata meninggalkan sisa perban didalam
tubuh si pasien. Setelah diketahui bahwa ada perban yang tertinggal
kemudian dilakukan operasi kedua untuk mengambil perban yang
tertinggal tersebut. Dalam hal ini kesalahan yang dilakukan oleh
dokter dapat diperbaiki dan tidakmenimbulkan akibat negatif yang
berkepanjangan terhadap pasien.
b. Malpraktek Pidana
Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau
mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau
kurang cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien
yangmeninggal dunia atau cacat tersebut.
c. Malpraktek Administratif
Malpraktek administrastif terjadi apabila tenaga kesehatan
melakukan pelanggaran terhadap hukum administrasi negara
yang berlaku, misalnya menjalankan praktek bidan tanpa lisensi
atau izin praktek, melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
lisensi atau izinnya, menjalankan praktek dengan izin yang sudah
kadaluarsa, danmenjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.
5
Tak terima dengan nasib malang yang menimpa sang anak, pihak
keluarga langsung melaporkan seorang tersangka berinisial B atas dugaan
malpraktik. Pihakkepolisian menjelaskan, selama ini tersangka tidak pernah
memasan papan praktik khitan di kediamannya. Kendati demikian, nama B
cukup populer di kalangan warga sebagai juru khitan. Ia juga kerap terlibat
dalam acara sunatan massal.
6
Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice,
maka tenaga kesehatan dapatmelakukan
a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/
menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak
menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawatmengajukan
bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko
medik (risk of treatment), atau mengajukan alasanbahwa dirinya tidak
mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimanadisyaratkan dalam
perumusan delik yang dituduhkan.
b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan
atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal
tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau
melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung
jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah
pengaruh daya paksa.
Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa
penasehat hukum, sehinggayang sifatnya teknis pembelaan diserahkan
kepadanya. Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana
perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah
mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam lain pasien
atau pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa
tergugat (perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang
dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah
mudah,utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res
ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan
menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan
langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya
kesehatan (damage),sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-
orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga
perawatan.
7
2.2 Hak dan Kewajiban Pasien
Kata pasien berasal dari bahasa Indonesia analog dengan Patient dari
bahasa inggris. Patient di turunkan dari bahasa Latin yaitu Patiens yang
memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yaitu menderita. Pasien adalah
seorang yang meneriman perawatan medis. Pasien adalah orang yang
berdasarkan pemerikasaan dokter dinyatakan menderita mengidap penyakit
baik di dalam tubuh maupun di dalam jiwanya. Dalam perkembangannya
maka pasien juga diartikan secara luas yaitu termasuk juga orang yang datang
kepada dokter hanya untuk chek- up, untuk konsultasi tentang sesuatu masalah
kesehatan dan lain-lain.
Senada dengan pengertian pedoman itu, dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, pasal 1 ayat 10
disebutkan pengertian pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
Menurut Surat Edaran yanmed No.YM.0204.3.5.2504 tahun 1997, pasien
adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
Secara umum hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang
merupakan kebutuhan pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas dan
legalitas. Sudikno Martokusumo dalam bukunya Mengenal Hukum Suatu
Pengantar menyatakan bahwa dalam pengertian hukum, hak adalah
kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti
tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hak adalah suatu tuntutan yang
pemenuhannya dilindungi oleh hukum. Janus Sidabalok dalam bukunya
Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia menyebutkan bahwa ada 3 (tiga)
macam hak berdasarkan sumber pemenuhannya, yakni :
1. Hak manusia karena kodratnya, yakni hak yang kita peroleh begitu kita
lahir, seperti hak untuk hidup dan hak untuk bernafas. Hak ini tidak boleh
8
diganggu gugat oleh negara dan bahkan negara wajib menjamin
pemenuhannya.
2. Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak yang diberikan oleh negara kepada
warga negaranya. Hak ini juga disebut sebagai hak hukum.
3. Hak yang lahir dari hubungan kontraktual. Hak ini didasarkan pada
perjanjian/kontrak antara orang yang satu dengan orang yang lain.
9
menjadi kewajiban dokter dan hak dokter menjadi kewajiban pasien dan
keduanya merupakan subyek hukum.
10
pelayanan kesehatan baik perseorangan maupun masyarakat, serta
memberikan perlindungan yang maksimal bagi masyarakat.
Oleh karena itu agar tidak merusak hubungan antar sesama Tenaga
Kesehatan maka hak atas Second Opinion dapat diberikan secara obyektif,
tanpa komentar yang tidak perlu. Keadaan pasien pada saat ia minta Second
Opinion boleh jadi sudah berbeda dengan keadaan pada saat ia mendapatkan
informasi tentang penyakitnya.
11
Perbedaan ini jelas sangat mempengaruhi pendapat kedua yang akan
diberikan. Akan sangat baik apabila Anda berkesempatan bertemu dengan
sejawat yang menangani pasien pertamakali, sehingga diskusi ilmiah dapat
dilakukan secara langsung dan terbuka. Hal ini dimungkinkan apabila ada
hubungan yang baik dan kemampuan berkomunikasi yang santun antar
sejawat, baik dari disiplin ilmu yang sama ataupun dari disiplin ilmu yang
berbeda.
Gabungan kedua hak pasien ini (Hak Informasi dan Hak untuk memberikan
Persetujuan) dikenal sebagai Informed Consent. Intinya pasien memberikan
persetujuan terhadap suatu tindakan medik terhadap dirinya, setelah
mendapatkan informasi yang jelas dari pemberi pelayanan kesehatan.
Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.Ketentuan
mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi ini tidak berlaku dalam
hal :
1) Perintah undang-undang;
2) Perintah pengadilan;
12
3) Izin yang bersangkutan;
Pasal 52
Pasal 53
13
a. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau doketr gigi;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
14
8) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit;
9) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
10) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
12) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit; o. mengajukan usul, saran, perbaikan
atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
15) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
16) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidana; dan
17) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2.4 Hak yang Dimiliki Oleh Pasien,
Hak yang dimiliki oleh pasien antara lain :
1. Hak atas informasi
adalah hak untuk mendapatkan informasi dari dokter tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kesehatannya, dalam hal terjadi hubungan
15
dokter-pasien. Idealnya isi minimal informasi yang harus disampaikan,
yaitu :
a) Diagnosis (analisis penyakit menurut pengetahuan kedokteran)
b) Risiko dari tindakan medis
c) Alternatif terapi, termasuk keuntungan dan kerugian dari setiap
alternatif terapi terapi 4) Prognosis (upaya penyembuhan)
d) Cara kerja dokter dalm proses tindakan medis
e) Keuntungan dan kerugian tiap alternatif terapi secara luas
f) Semua resiko yang mungkin terjadi
g) Kemungkinan rasa sakit
2. Hak atas persetujuan
16
pertama. Yang dimaksud dengan pendapat kedua adalah adanya kerja
sama antara dokter pertama dan kedua. Dokter pertama akan
memberikan seluruh hasil kerjanya kepada dokter kedua. Kerja sama ini
bukan atas inisiatif pasien.
Dengan dilembagakannya hak atas pendapat kedua ini sebagai hak
pasien maka keuntungan yang didapat pasien sangat besar. Pertama,
pasien tidak perlu mengulangi pemeriksaan rutin lagi. Kedua, dokter
pertama dapat berkomunikasi dengan dokter kedua sehingga dengan
keterbukaan dari para pakar yang setingkat kemampuannya dapat
menghasilkan yang lebih baik.
5. Hak untuk melihat rekam medis
Membuat rekam medik menjadi kewajiaban dari dokter/rumah sakit
sejak diundangkannya Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Rekam
Medik Nomor 749a Tahun 1989. Pengertian rekam medik dalam
Permenkes Nomor 749a Tahun 1989 disebutkan adalah berkas yang
berisi cacatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan. Dalam pasal 2 ditetapkan bahwa setiap sarana
pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan ataupun
rawat inap wajib membuat rekam medik.
Declaration on the Rights of the Patients yang dikeluarkan oleh WMA (World
Medical Association) memuat hak pasien terhadap kerahasiaan sebagai berikut:
17
penyedia layanan kesehatan lain hanya sebatas “apa yang harus diketahui”
kecuali pasien telah mengijinkan secara eksplisit (tersurat dengan jelas).
3) Semua data pasien harus dilindungi. Perlindungan terhadap data harus
sesuai selama penyimpanan. Substansi manusia dimana data dapat
diturunkan juga harus dilindungi.
18
Maka kewajiban pasien adalah:
19
15) Pasien berkewajiban membayar retribusi pasien sesuai dengan peraturan
yang berlaku;
16) Pasien berkewajiban menerima konsekuensi atas keputusan pribadinya
untuk menolak rencana terapi yang direomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga
Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Bagi dokter atau tenaga kesehatan yang lain, diharapkan dapat
menjalankan tugasnya lebih hati-hati dan mematuhi etika atau standar
profesinya. Selain itu, penyuluhan hukum pun perlu diikuti supaya lebih
memahami dan mengerti hukum. Peran lembaga pengawasan terhadap
pelanggaran kode etik perlu ditingkatkan dan diharapkan bertindak
secara objektif.
2. Bagi pasien, diharapkan dapat mengikuti berbagai penyuluhan hukum
dan kesehatan supaya menambah pengetahuannya dan lebih bisa
memahami hak dan kewajibannya. Masyarakat pun harus aktif dalam
membantu aparat penegak hukum, seperti dengan memberi dukungan
kepada pasien yang mengalami tindakan malpraktek supaya penegakan
hukum dapat berjalan sebagaimana mestinya
21
DAFTAR PUSTAKA
Sang Gede Purnama, Modul Etika dan Hukum Kesehatan, Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana,
September 2017
Universitas Esa Unggul. 2011. Hak dan Kewajiban Pasien. Jakarta. https://lms-
paralel.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=272457 Diakses pada 1
Desember 2023 pukul 08.55
22