Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Hak dan Kewajiban Pasien & Malpraktik Medis”


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Adminitrasi Proyeksi Kesehatan
Dosen Pengampu : Dini Afriani S.St., M.Kes

Disusun oleh :
1. Djian Nopita 2010104612
2. Inas Nas’aeni Dainty 2010104626
3. Karin Nanda Azizah 2010104628
4. Pitri Soleha 2010104636

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan.Makalah yang berjudul “Hak dan
Kewajiban Pasien & Malpraktik Medis” sudah dapat disusun lebih baik.
Dalam penyusunan makalah ini, sangat menyadari sepenuhnya atas kekurangan
makalah ini, dan tidak mungkin akan terwujud tanpa partisipasi dan bantuan pihak
lain. Dan kami yakin makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini kami merasa wajib mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberi masukan, saran maupun kritikan yang sangat berharga demi
kelengkapan materi dan kesempurnaan penyajian makalah ini dan juga teman-
teman yang telah memberikan motivasinya agar tercipta makalah ini. Kami yakin
tanpa bantuan Ibu/Bapak dosen maupun teman-teman makalah ini tidak akan
selesai dengan baik.
Akhirnya, harapan kami betapa pun kecilnya, semoga makalah ini selalu
bermanfaat untuk kita semua.

Sumedang, 03 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................ 2
1.1 Tujuan ................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian serta Hak dan Kewajiban Pasien sebagai Konsumen ……..4
2.1.1 Pengertian Hak Pasien ...............................................................4
2.1.2 Hak pasien sebagai konsumen ………………………………...5
2.1.3 Kewajiban pasien sebagai konsumen …………………………10
2.2 Malpraktik …………………………………………………………….12
2.2.1 Pengertian Malpraktik Menurut Undang-Undang …………….12
2.2.2 Macam-macam Malpraktik dan Pengertiannya ……………….14
2.2.3 Unsur-unsur dan batasan Malpraktik ………………………….15
2.2.4 Perbedaan antara Malpraktik dengan Resiko Medis …………..16
2.2.5 Faktor-faktor penyebab terjadinya malpraktik medik bagi
Tenaga Medis dalam praktek Pelayanan Kesehatan …………...17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………....….….18


3.2 Saran …………………………………………………………………....20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin meningkatnya kebutuhan masayarakat pada pelayanan kesehatan,


semakin berkembang juga aturan dan dukungan terhadap peningkatan pelayanan
kesehatan yang dilakukan pemerintah, hal ini merupakan faktor pendorong pada
institusi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menerapkan dasar dan peranan
hukum dalam pelayanan kesehatan. Yang berorientasi pada perlindungan dan
kepastian hukum pada hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan.

Pengaturan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di Indonesia, secara


filosofis berasal dari Pasal 34 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 yang menetapkan pelayanan kesehatan sebagai tanggung jawab
negara, dan Pasal 28 H Ayat (1) yang menetapkan mengenai hak warga negara
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.1 Kedua pasal tersebut merupakan
perwujudan dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.2

Pelayanan kesehatan adalah hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-
Undang Dasar 1945, yang merupakan amanat konstitusi dengan tujuan untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik perorangan, kelompok atau masyarakat. Pelayanan
kesehatan terdiri dari (1) Pelayanan kesehatan perseorangan;dan (2) pelayanan
kesehatan masyarakat.3 Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga4.

Malpraktik Medik mempunyai arti yang lebih komprehensif dibandingkan


kelalaian. Istilah malpraktik medik memang tidak diketahui secara sempurna dalam
suatu aturan Hukum Positif Indonesia. Dalam malpraktik medik pun terdapat suatu
pelayanan tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan oleh sebab itu berimplikasi
terjadinya suatu aturan ketentuan Undang – undang yang terlanggar, sedangkan arti

1
kelalaian lebih menitikberatkan kepada ketidaksengajaan (culpa), kurang hati-hati,
kurang teliti, acuh tak acuh, sembrono, tak peduli terhadap kepentingan orang lain,
namun akibat yang timbul memang bukanlah tujuannya.1

Malpraktik medik tercipta untuk menurunkan sistem pembangunan kesehatan


medis pada bagian Standar Operasional Prosedur (SOP), Standar Profesi
Kedokteran (SPK) dan Informed Consent.2

Pada hakekatnya kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan dalam


melaksanakan suatu profesi medis, merupakan bentuk interpretasi yang amat
penting untuk diulas secara bersama - sama, hal ini dipengaruhi karena timbulnya
kesalahan dan kelalaian yang mengindikasikan dampak merugikan. Selain tercela
dan mengurangi bentuk amanah masyarakat terhadap petugas kesehatan, juga
menimbulkan suatu kerugian terhadap pasien. Seyogyanya di dalam
menginterpretasikan suatu eksistensi pelaksanaan profesi harus diletakkan terlebih
dahulu, kesalahan dan kelalaian pengimplementasian profesi dengan berhadapan
pada kewajiban profesi. Oleh karena itu se eloknya harus juga memperhatikan
indikator – indikator seperti aspek hukum yang mendasari terjadinya suatu
hubungan hukum antara dokter dan pasien yang bersumber pada perjanjian
terapeutik atau transaksi terapeutik.3

1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ada dalam makalah ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban pasien?


2. Apa saja hak dan kewajiban pasien?
3. Apa yang dimaksud dengan malpaktik?
4. Apa saja macam-macam malpraktik?
5. Apa saja unsur-unsur malpraktik?
6. Apa perbedaan malpraktik dengan resiko medis?

2
1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian dalam maklah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban pasien


2. Untuk mngetahui apa saja hak dan kewajiban pasien
3. Untuk mengetahui malptaktik
4. Untuk mengetahui macam-macam malpraktik
5. Untuk mengetahui unsur-unsur malpraktik
6. Untuk mengetahui perbedaan malpraktik dengan resiko medis

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian serta Hak dan Kewajiban Pasien sebagai Konsumen


2.1.1 Pengertian Pasien sebagai Konsumen

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis, kata
pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris,
patient diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti
dengan kata kerja pati yang artinya "menderita", orangsakit (yang dirawat
dokter), penderita (sakit).1 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah
setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau


consument/konsument (Belanda), kata konsument dalam bahasa Belanda
tersebut oleh para ahli hukum pada umumnya sudah disepakati untuk
mengartikannya sebagai pemakai terakhir dari benda dan jasa (uiteindelijk
gebruiker van goederen en dienstent) yang diserahkan kepada mereka oleh
pengusaha (ondernemer).

Menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen,


dijelaskan bahwa Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain, ntaupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan,
berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud konsumen adalah
konsumen akhir. Berdasarkan penjelasan dari unsur-unsur konsumen dan
dengan dikaitkan dengan pasien, maka menurut penulis pasien juga dapat
dikategorikan sebagai konsuemen, yaitu konsumen jasa pelayanan kesehatan
(medis), karena unsur-unsur pengertian konsumen telah terpenuhi dalam
pengertian pasien, dan ketentuan di atas menjelaskan bahwa apabila dikaitkan

4
dengan jasa pelayanan medis, dapat diartikan sebagai layanan atau prestasi
kesehatan yang dilakukan oleh dokter dan disediakan bagi masyarakat untuk
dimanfaatkan pasien sebagai konsumen.

2.1.2 Hak pasien sebagai konsumen

Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki seseorang atau


badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu,
sedang kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan, menurut Joko
Wiyono (2000), hak pasien yaitu hak pribadi yang dimiliki setiap manusia
sebagai pasien.3Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan
diri dari kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung
jawab seperti penelantaran, pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan
dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan.

Kedudukannya, pasien mempunyai hak dan kewajiban tertentu, seperti


halnya dokter,walaupun seseorang dalam keadaansakit tapi kedudukan
hukumnya tetap sama dengan orang yang sehat, sama sekali keliru jika
menganggap seorang yang sakit selalu tidak boleh mengambil
keputusan,karena sebenarnya pasien adalah subyek hukum yang mandiri
dan dapat mengambil keputusan untuk kepentingannya sendiri.

Dengan diamandemennya tiga pasal dalam UUD 1945, tujuan negara


semakin jelas, yaitu secara eksplisit menempatkan kesehatan sebagai bagian
dari kesejahteraan rakyat yang harus tersedia merata, dengan kata lain,
prinsip ekuitas telah ditancapkan dalam UUD 1945 sehingga daerah-daerah
seharusnya tidak bisa lagi menghindar dari memberi porsi yang lebih besar
untuk pendanaan sektor kesehatan.

Namun demikian, visi ekuitas yang mengarah pada cakupan universal


jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk harus bisa dijabarkan dengan cara
yang mudah dipahami, dapat dibiayai oleh sistem dan dapat diterima oleh
masyarakat. Meskipun sampai saat ini masih sulit untuk merumuskan hak-

5
hak pasien secara terperinci, tetapi beberapa hak telah diakui dan dihormati
dalam hubungan professional dokter pasien, hak-hak tersebut antara lain :

a. Hak atas informasi medik

Dalam hal ini pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang


berkaitan dengan keadaan penyakit, yakni tentang diaknosis, tindak
medik yang akan dilakukan, resiko dari dilakukan atau tidak
dilakukannya tindak medik tersebut. Informasi medik yang berhak
diketahui oleh pasien, termasuk pula dengan idenditas dokter yang
merawat serta aturan-aturan yang berlaku di rumah sakittempat pasien
dirawat (misalnya tentang tarif dan cara pembayaran pada rumah sakit
tersebut). Dokter dapat menahan informasi, apabila hal tersebut akan
melemahkan daya tahan pasien.

b. Hak memberikan persetujuan medik

Persetujuan tindak medik (informed consent) merupakan hal yang


sangat prinsip dalam profesi kedokteran, bila ditinjau dari sudut hokum
perdata maupun pidana, dari sudut perdata, hubungan professional
dokter dengan pasien merupakan suatu kontrak trapeutikdan demikian
hokum perikatan berlaku sepenuhnya, hanya saja perlu diingat bahwa
kontrak trapeutik itu bukanlah perikatan berdasarkan hasil
(resultaatsverbitennis),melainkann termasuk dalam kategori perikatan
berdasarkan upaya/usaha yang maksimal (inspanningsverbitennis),
dapat disebut wanprestasi (ingkar janji) apabila salah satu pihak tidak
melaksanakan, terlambat melaksanakan atau salah melaksanakan hal
yang diperjanjikan.

Dari sudut pidana persetujuan tindak medik berkaitan dengan


adanya pasal 351 KUHP, dimana diatur tentang penganiayaan, seorang
yang bernama si A menusuk atau menyayat si B sehingga timbul luka,
maka perbuatan ini tergolong penganiayaan, kalau si A adalah seorang
dokter, perbuatan itu tetap tergolong penganiayaan, kecuali bila :

6
1) Si B memberikan persetujuan untuk tindakan atau perbuatan itu.
2) Perbuatan medik itu berdasarkan suatu indikasi medik tertentu
dan ditujukan untuk suatu tujuan tertentu.
3) Tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan cara-cara dan kaidah
yang berlaku dalam dunia kedokteran.
c. Hak untuk memilih dokter atau rumah Sakit

Walaupun pada dasarnya setiap dokter dianggap memiliki kemampuan


yang sama untuk melakukan tindak medik dalam bidangnya namun pasien
tetap berhak memilih dokter atau Rumah Sakit yang dikehendakinya, hak
ini dapat dilaksanakan oleh pasien tentu saja dengan pelbagai konsekuensi
yang harus ditanggungnya, misalnya masalah biaya.

d. Hak atas rahasia medik

Rumusan rahasia medik seperti yang tercantum dalam beberapa


literartur, adalah:

1) Segala sesuatu yang disampaikan oleeh pasien (secara sadar atau


tidaksadar) kepada dokter.
2) Segala sesuatu yang diketahui oleh dokter sewaktu mengobati dan
merawat pasien.

Etika kedokteran menyatakan bahwa rahasia ini harus dihormati oleh


dokter, bahkan setelah pasien meninggal.

e. Hak untuk menolak pengobatan atau perawatan serta tindak medik.

Beberapa penulis menyebut hak ini sebagai hak untuk memutuskan


hubungan antara dokter-pasien, dan hal ini memberikan keluasaan kepada
pasien untuk memperoleh alternatif tindak medik yang lain. Hak ini
merupakan perwujudan pasien untuk menentukan nasibnya sendiri (the
ringht of self-determination), dengan demikian dokter atau Rumah Sakit
tidak boleh memaksa pasien untuk menerima suatu tindak medik tertentu,
melainkan dokter harus menjelaskan risiko atau kemungkinan yang terjadi

7
bilatindak medik itu tidak dilakukan, bila setelah menerima penjelasan
pasien tetap menolak, maka pasien harus menandatangani penolakannya itu,
dalam kategori ini, dapat dimasukkan hak pasien untuk menghentikan
perawatan atau pengobatan atas dirinya, meskipun tidak juga dapat
diterapkan secara kaku (misalnya tidak ada lagi uang untuk membiayai
pengobatan tersebut).

f. Hak atas second opinion

Dalam usaha untuk mendapatkan “secondopinion” dari dokter lain,


maka dokter pertama tidak boleh tersinggung, demikian pula dengan
keputusan pasien setelah mendapatkan second opinion, tentu saja akibat
yang timbul dari perbuatan pasien itu merupakan konsekuensi pasien itu
sendiri.

g. Hak untuk mengetahui isi rekam medik

Secara umum telah diketahui bahwa pasien adalah pemilik isi rekam
medik, tetapi dokter atau rumah sakit merupakan pemilik berkas rekam
medik serta bertanggung jawab penuh atas rekam medik tersebut, apabila
pasien menghendaki keluarga atau pengacaranya untuk mengetahui rekam
medik tersebut, maka pasien harus membuat ijin tertulis atau surat kuasa
untuk itu, berdasarkan ijin itu, dokter atau rumah sakit dapat memberikan
ringkasan atau fotokopi rekam medik tersebut, meskipun dokter atau
RUMAH sakit harus tetap menjaga rekam medik tersebut dari orang yang
tidak berhak.

Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar
dan mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak
sebagai mana mestinya, masyarakat sebagai konsumen dapat
menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya
perbaikan Rumah Sakitdalam pelayanannya, sedangkan hak pasien didalam
mendapatkan layanan kesehatan, pasien mempunyai hak dan kewajiban
sebagai mana Surat edaran Dirjen Yan Medik No: YM.02.04.3.5.2504

8
tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan rumah Sakit,
Tahun 1997; UU.Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran dan Pernyataan/SK PB.IDI, sebagai berikut:

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai


pasien:

1) Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang


berlaku di rumahsakit.
2) Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
3) Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai
dengan standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa
diskriminasi.
4) Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
keperawatan.
5) Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.
6) Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat
klinik dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
7) Hak atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menrutu
peraturan yang berlaku.
8) Hak untuk mendapat informasi atau penjelasan secara lengkap
tentang
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya.
9) Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
10) Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung

9
jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang
penyakitnya.
11) Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribadah
dan atau masalah lainnya (dalam keadaan kritis atau menjelang
kematian).
12) Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak
mengganggu ketertiban & ketenangan umum atau pasien lainnya.
13) Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di
rumah sakit.
14) Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah
sakit atas dirinya.
15) Hak transparansi biaya pengobatan atau tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan
pembayaran).
16) Hak akses `inzage` kepada rekam medis atau hak atas kandungan isi
rekam medis miliknya.
2.1.3 Kewajiban pasien sebagai konsumen

Sama halnya dengan hak, tentu saja pasien mempunyai kewajiban


kewajiban yang harus dipenuhi, guna untuk tercapainya kesembuhan dan
sebagai imbangan dari hak-hak yang telah diperolehnya,karena pada
hakekatnya keseimbangan hak dan kewajiban merupakan tolak ukur
tercapainya suatu keadilan didalam suatu tindakan, dalam hal hubungan
antara dua pihak (dokter-pasien), maka hak yang satu harus diimbangi oleh
kewajiban pihak yang lainnya,begitu juga dengan sebaliknya.

Pada Undang-undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


pasal 53 diantara nya sebagai berikut :

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai


kewajiban :

10
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Adapun kewajiban yang harus dilakukan pasien saat berobat,dapat


dikelompokkan menjadi kewajiban terhadap :

a. Dokter
1) Memberikan informasi, berupa anamnesis mengenai keluhan utama,
keluhan tambahan, riwayat penyakit. Juga kerjasama pasien
diperlukan pada waktu dokter melakukan pemeriksaan fisik,
misalnya apabila timbul perasaan tertentu sewaktu diperiksa, pasien
harus memberitahu dokternya. Dengan demikian dokter bisa lebih
tepat menegakkan diagnosis penyakitnya.
2) Mengikuti petunjuk atau nasihat untuk mempercepat peroses
kesembuhan
3) Memberikan honorarium.
b. RumahSakit
1) Mentaati peraturan rumah sakit yang pada dasarnya dibuat dalam
rangka menunjang upaya penyembuhan pasien-pasien yang dirawat,
misalnya jam kunjungan keluarga, kerabat, kebersihan,dan lain-lain
2) Melunasi biaya perawatan12
3) Mentaati atau melaksanakan petunjuk atau nasehat dokter
4) Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahui oleh pasien
tersebut.

11
2.2 Malpraktik Medis
2.2.1 Pengertian Malpraktik Menurut Undang-Undang

Pengertian Malpraktik menurut peraturan perundang-undangan Republik


Indonesia yang sekarang berlaku tidak ditemukan pengertian mengenai
malpraktik. Akan tetapi menjelasan malpraktik terdapat di dalam Pasal 11 ayat
(1) huruf (b) Undang-undang No.6 Tahun 1963 tentang tenaga kesehatan, yang
telah dinyatakan dihapus oleh Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Pasal 11 ayat (1) huruf (b) Undang-undang tenaga kesehatan :

1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam kitab


undang-undang hukum pidana dan peraturan perundang-undangan
lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-
tindakan administratip dalam hal sebagai berikut :
a. Melalaikan kewajiban
b. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh
seseorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya
maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan.
c. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
d. Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan
undang-undang.

Arti Malpraktik secara medik menurut M. Jusuf Hamanfiah adalah kelalaian


seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan
berdasarkan ukuran yang lazim orang lain mengobati pasien untuk ukuran standar
dilingkungan yang sama. Kelalaian diartikan melakukan tindakan kedokteran
dibawah standar pelayan medik. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga
menyebutkn istilah malpraktik dengan malapraktik yang diartikan dengan: “praktik
kedokteran yang salah, tidak tepat, menyalahi undang-undang atau kode etik”21.
Pengertian lain Malpraktik medik menurut Safitri Hariyanti, adalah seorang dokter
melakukan kesalahan profesi jika ia tidak melakukan pemeriksaan, tidak

12
mendiagnosa, tidak melakukan sesuatu, atau tidak membiarkan sesuatu yang oleh
dokter yang baik pada umumnya dan dengan situasi kondisi yang sama, akan
melakukan pemeriksaan dan diagnosa serta melakukan atau membiarkan suatu
tersebut.

Makna malpraktik sebagaimana telah diuraikan, yang dapat disimpulkan


seorang dokter dikatakan telah melakukan praktik yang buruk atau malpraktik
manakala dalam melakukan pelayanan medik, ia tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan atau standar-standar yang telah ditentukan seperti, dalam kode etik
kedokteran, standar profesi, standar pelayanan medik, maupun dalam standar
operasional prosedur. Akibat perbuatan pelayanan medis dibawah standar dan
melanggar kode etik tersebut, maka pasien mengalami kerugian.\

Seorang dokter baru diperbolehkan melakukan praktik kedokteran ia harus


terlebih dahulu harus lulus dari pendidikan kedokterannya, terdaftar atau teregister
pada konsil kedokteran Indonesia, mendapat surat izin praktik dari pejabat yang
berwenang di kabupaten atau kota yang bersangkutan berada. Demikian juga dalam
melakukan praktik kdokteran atau pelayanan medis dokter harus berusaha keras
untuk memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan.Dengan tidak terpenuhinya
standar-standar dimaksud dan berakibat pasien mengalami kerugian, maka dokter
tersebut telah dapat dikualifikasikan melkukan malpraktik.

Jika diperhatikan antara pengertian pakar satu dengan pakar lainnya, juga
dalam definisi kamus yang satu dengan kamus yang lainnya, tampak banyak
persamaan dan hanya ada beberapa variasi dari sudut pandang serta kriteria dalam
menentukan sebuah perbuatan malpraktik. Namun paling tidak hal-hal yang
demikian itu telah memberikan kita ga,baran mengenai perbuatan malpraktik,
walaupun bukanlah rumusan yang baku dalam menjustifikasi sebuah perbuatan
malpraktik, karena ilmu pengetahuan terus berkembang, maka perubahan-
perubahan redaksi dan sudut pandang pasti terus berubah, walaupun dalam segi
pemaknaan hal tersebut adalah sama. Selanjutnya, faktor-faktor yang

13
mempengaruhi hasil akhir dari pengobatan menurut Hendrojono Soewono adalah
sebagai berikut :

1) Perjalanan dan komplikasi dan penyakitnya sendiri (clinical course


of the disease).
2) Resiko medik (medical risk).
3) Resiko tindakan operatif (surgical risk).
4) Efek samping pengobatan dan tindakan medik (adverse effect or
reactine).
5) Akibat keterbatasan fasilitas (limitation of resources).
2.2.2 Macam-macam Malpraktik dan Pengertiannya

Berpijak pada hakekat malpraktik adalah praktik yang buruk atau tidak
sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan, maka ada bermacam-
macam malpraktik yang dapat dipilah dengan mendasarkan pada ketentuan
hukum yang dilanggar, walaupun seringkali sebutan malpraktik secara garis
besar malpraktik dibagi dalam dua golongan besar yaitu malpraktik medik
(medical malpractice) yang biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichal
malpractice) dan malpraktik yuridik (yuridical malpractice). Sedangkan
malpraktik yuridik dibagi menjadi tiga yaitu, malpraktik perdata (civil
malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice), dan malpraktik
administrasi negara (administrative malpractice).

1) Malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian profesional yang


menyebabkan terjadinyaluka berat pada pasien atau penggugat
sebagai akibat langsung dari perbuatan ataupun pembiaran oleh
dokter atau tergugat.
2) Malpraktik etik merupakan tindakan dokter yang bertentangan
dengan etika kedokteran, sebagaimana yang diatur dalam kode etik
kedokteran indonesia yang merupakan seperangkat standar etika,
prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.

14
3) Malpraktik yuridis merupakan pelanggaran ataupun kelalaian dalam
pelaksanaan profesi kedokteran yang melanggar ketentuan hukum
positif yang berlaku.

Profesi kedokteran dan tenaga medis lainnya merupakan satu profesi yang
sangat mulia dan terhormat dalam pandangan masyarakat.Seorang dokter sebelum
melakukan praktik kedokterannya atau pelayanan medis telah melalui pendidikan
dan pelatihan yang cukup panjang.Karena dari profesi inilah banyak sekali
digantungkan harapan hidup dan atau kesembuhan dari pasien serta keluarganya
yang sedang menderita sakit. Dokter atau tenaga kesehatan tersebut sebagai
manusia biasa yang penuh dengan kekurangan (merupakan kodrat manusia) dalam
melaksanakan tugas kedokterannya yang penuh dengan resiko ini tidak dapat
menghindarkan diri dari kekuasaan kodrat dan iradat Allah, karena kemungkinan
pasien cacat dokter telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi atau
standart operating procedure (SOP) dan atau standar pelayanan medik yang baik.
Keadaan semacam ini seharusnya disebut dengan resiko medik, dan resiko ini
terkadang dimaknai oleh pihak-pihak diluar profesi kedokteran sebagai medical
malpractice.

2.2.3 Unsur-unsur dan batasan Malpraktik

Perbuatan malpraktik medis terdapat pada pemeriksaan, menarik diagnosis


atas fakta hasil pemeriksaan, wujud perlakuan terapi, maupun perlakuan untuk
menghindari kerugian dari salah diagnosis dan salah terapi. Perbuatan dalam
perlakukan medis dokter dapat berupa perbuatan aktif dan dapat pula perbuatan
pasif.Perbuatan dalam pelayanan atau perlakuan medis dokter yang dapat
dipersalahkan pada pembuatnya harus mengandung sifat melawan hukum. Sifat
melawan hukum yang timbul disebabkan oleh beberapa kemungkinan antara lain:

1) Dilanggarnya standar profesi kedokteran


2) Dilanggarnya standar operasional prosedur
3) Dilanggarnya hukum, misalkan pratik tanpa SIP (surat izin praktik)
atau

15
STR (surat tanda register)
4) Dilanggarnya kode etik kedokteran
5) Dilanggarnya kesusilaan umum
6) Praktik kedokteran tanpa informed consent
7) Terapi tidak sesuai dengan kebutuhan medis pasien
8) Terapi tidak sesuai dengan informed consent

Pertimbangan untuk menentukan adanya malpraktik kedokteran tidak dapat


dipisahkan dari sikap bathin dokter sebelum berbuat sesuatu kepada pasiennya.
Sikap bathin yang diperlukan dalam malpraktik kedokteran dapat berupa
kesengajaan atau kelalaian. Unsur-unsur yang mengakibatkan terjadinya
malpraktik :

1) Adanya perbuatan (aktif maupun pasif) tertentu dalam praktik


Kedokteran
2) Yang dilakukan oleh dokter atau yang ada dibawah perintahnya
3) Dilakukan terhadap pasiennya
4) Dengan sengaja maupun kelalaian
5) Yang bertentangan dengan standar profesi, standar prosedur, prinsip-prinsip
profesional kedokteran atau melanggar hukum, atau dilakukan tanpa
wewenang baik disebabkan tanpa informed consent, dan tanap STR (surat
tanda registrasi), tanpa SIP (surat izin praktik) dilakukan tidak sesuai
dengan kebutuhan medis pasien dan sebagainya.
6) Yang menimbulkan akibat kerugian bagi kesehatan fisik maupun
mental, dan atau nyawa pasien.
2.2.4 Perbedaan antara Malpraktik dengan Resiko Medis

Masyarakat seringkali salah untuk mengartikan perbedaan malpraktik


dengan resiko medis.Segala sesuatu yang terjadi yang merupakan dampak dalam
penanganan medis sering terjadi dianggap serta dinilai masyarakat sebagai
malpraktik medis.Sangat disayangkan apabila anggapan-anggapan dan
kesalahpahaman ini di biarkan. Untuk itu sangat penting bagi masyarakat untuk

16
mengetahui perbedaan anatara malpraktik dengan resiko medis, agar tidak terjadi
kembali salah paham yang akan mengakibatkan kerugian terutama bagi dokter.

a. Malpraktik Medis

Malpraktik adalah salah cara mengobati suatu penyakit atau luka, karena
disebabkan sikap atau tindakan yang acuh, sembarangan berdasarkan
motivasi kriminil.

b. Resiko atau Kecelakaan Medis

Kecelakan medis merupakan lawan dari kesalahan (schuld) dan


kelalaian (negligence). Suatu ciri yang berbeda adalah bahwa
kecelakaan medis adalah sesuatu yang dapat dimengerti dan dimaafkan,
tidak dipersilahkan, sehingga tidak dihukum.

2.2.5 Faktor-faktor penyebab terjadinya malpraktik medik bagi


Tenaga Medis dalam praktek Pelayanan Kesehatan

Perbuatan malpraktik medik sebagaimana yang telah dijabarkan


sebelumnya tidak dapat dipandang sebagai suatu perbuatan biasa, perbuatan
malpraktik medik erat kaitannya dengan kesalahan professional yang diperbuat oleh
Tenaga Medis, karena pada waktu melakukan pekerjaan tidak melakukan pekerjaan
profesionalnya, serta membentur ketentuan aturan dasar yang mengikat, ini
berdasarkan kegagalan tugas yang belum terealisasikan oleh petugas kesehatan,
kegagalan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantarannya ada unsur
kesalahan, kelalaian bertindak, pelanggaran, karena didasari tidak berjalannya
tindakan medis pada bagian Standar Operasional Prosedur (SOP), Standar Profesi
Kedokteran (SPK), dan Informed Consent.

17
BAB III

PENUTUP

3.1.2 Kesimpulan
Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki seseorang atau
badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu,
sedang kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan, menurut Joko
Wiyono (2000), hak pasien yaitu hak pribadi yang dimiliki setiap manusia
sebagai pasien.3Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan
diri dari kemungkinan upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung
jawab seperti penelantaran, pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan
dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa kesehatan.

Meskipun sampai saat ini masih sulit untuk merumuskan hak-hak pasien
secara terperinci, tetapi beberapa hak telah diakui dan dihormati dalam
hubungan professional dokter pasien, hak-hak tersebut antara lain :

a. Hak atas informasi medik


b. Hak atas rahasia medik
c. Hak untuk memilih dokter atau rumah Sakit
d. Hak atas rahasia medik
e. Hak untuk menolak pengobatan atau perawatan serta tindak medik.
f. Hak atas second opinion
g. Hak untuk mengetahui isi rekam medik

Adapun kewajiban yang harus dilakukan pasien saat berobat,dapat


dikelompokkan menjadi kewajiban terhadap :

a. Dokter
1) Memberikan informasi, berupa anamnesis mengenai keluhan utama,
keluhan tambahan, riwayat penyakit. Juga kerjasama pasien
diperlukan pada waktu dokter melakukan pemeriksaan fisik,
misalnya apabila timbul perasaan tertentu sewaktu diperiksa, pasien

18
harus memberitahu dokternya. Dengan demikian dokter bisa lebih
tepat menegakkan diagnosis penyakitnya.
2) Mengikuti petunjuk atau nasihat untuk mempercepat peroses
kesembuhan
3) Memberikan honorarium.
b. RumahSakit
1) Mentaati peraturan rumah sakit yang pada dasarnya dibuat
dalam
rangka menunjang upaya penyembuhan pasien-pasien yang dirawat,
misalnya jam kunjungan keluarga, kerabat, kebersihan,dan lain-lain
2) Melunasi biaya perawatan12
3) Mentaati atau melaksanakan petunjuk atau nasehat dokter
4) Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahui oleh pasien
tersebut.

Malpraktik terdapat di dalam Pasal 11 ayat (1) huruf (b) Undang-undang


No.6 Tahun 1963 tentang tenaga kesehatan, yang telah dinyatakan dihapus oleh
Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pasal 11 ayat (1) huruf
(b) Undang-undang tenaga kesehatan :

1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam kitab


undang-undang hukum pidana dan peraturan perundang-undangan
lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-
tindakan administratip dalam hal sebagai berikut :
a. Melalaikan kewajiban
b. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh
seseorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya
maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan.
c. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
d. Melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan
undang-undang.

19
3.2 Saran

Beberapa kesimpulan yang telah diuraikan di atas, dapatlah diajukan saran


sebagai berikut:

1. Bagi aparat penegak hukum, baik Penyidik, Penuntut Umum, dan


Hakim diharapkan proaktif dan jeli dalam melihat indikasi-indikasi
medis. Penyuluhan tentang kesehatan pun perlu diikuti supaya
dapat menambah pengetahuan dan terdapat pandangan yang sama
dalam menegakkan kasus malpraktek, agar tercipta kepastian
hukum dan keadilan di masing-masing pihak.
2. Bagi dokter atau tenaga kesehatan yang lain, diharapkan dapat
menjalankan tugasnya lebih hati-hati dan mematuhi etika atau
standar profesinya. Selain itu, penyuluhan hukum pun perlu diikuti
supaya lebih memahami dan mengerti hukum. Peran lembaga
pengawasan terhadap pelanggaran kode etik perlu ditingkatkan dan
diharapkan bertindak secara objektif.
3. Bagi pasien, diharapkan dapat mengikuti berbagai penyuluhan
hukum dan kesehatan supaya menambah pengetahuannya dan lebih
bisa memahami hak dan kewajibannya. Masyarakat pun harus aktif
dalam membantu aparat penegak hukum, seperti dengan memberi
dukungan kepada pasien yang mengalami tindakan malpraktek
supaya penegakan hukum dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Dugaan malpraktik antara pasien dengan tenaga kesehatan jika
masuk ke peradilan sangat sensitif bagi tenaga kesehatan untuk
menjaga reputasinya sebagai pelayan kesehatan, apalagi kalau
sampai ke pengadilan, untuk itu pemerintah perlu memberi edukasi
dan sosialisasi pada profesi kesehatan sebagai pemberi layanan dan
pasien atau masyarakat penerima layanan bagaimana
menyelesaikan dugaan malpraktik dengan cara non litigasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Malpraktik dan macam-macam malpraktik


http://repository.unika.ac.id/18971/2/16.C2.0011%20DR.%20TINTIN%20SU
PRIATIN%20%289.48%29..pdf%20BAB%20I.pdf diakses pada sabtu 02
desember oleh Djian Nopita

29 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian serta Hak dan Kewajiban ...
https://repository.uin-suska.ac.id/7136/4/BAB%20III1.pdf diakses pada sabtu
02 desember oleh Djian Nopita

http://repository.narotama.ac.id/892/5/BAB%20II.pdf diakses pada sabtu 02


desember oleh Djian Nopita

Malpraktik
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23821/4.%20BAB%2
01%20MALPRAKTIK%20MEDIK.pdf?sequence=4 diakses pada sabtu 02
desembe oleh Djian Nopita

https://telemed.ihc.id/artikel-detail-784-Apa-Saja-Hak-Hak-Pasien-Dalam-
Layanan-Kesehatan.html diakses pada sabtu 02 desember oleh Djian Nopita

Faktor-faktor penyebab terjadinya malpraktik medik bagi tenaga medis dalam


praktek pelayanan Kesehatan
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23821/7.%20BAB%2
04%20MALPRAKTIK%20MEDIK.pdf?sequence=7&isAllowed=y diakses
pada sabtu 02 desember 2023 oleh Inas Nas’aeni Dainty

Hak dan Kewajiban Pasien https://lms-


paralel.esaunggul.ac.id/mod/resource/view.php?id=272457 diakses pada sabtu
02 desember 2023 oleh Inas Nas’aeni Dainty

Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


https://jdihn.go.id/files/4/2004uu029.pdf diakses pada sabtu 02 desember 2023
oleh Inas Nas’aeni Dainty

21

Anda mungkin juga menyukai